PATAH TULANG
Asnani, S.Kep.,Ns.,M.Ked.
Disusun Oleh :
Sindrom kompartemen.
Cedera neurovaskular.
Infeksi.
Arthritis pasca-trauma.
Gerakan berulang
Cedera atau trauma
Gerakan berulang atau terlalu sering menggunakan
Cedera atau trauma adalah penyebab fraktur yang
bagian tubuh yang sama, seperti berlari atau
paling sering terjadi. Kondisi ini dapat disebabkan
melompat, dapat menekan tulang di area tubuh
oleh jatuh, kecelakaan motor atau mobil, cedera saat
tersebut hingga menyebabkan patah atau retak.
berolahraga, atau pukulan dan benturan langsung ke
Kondisi ini umumnya menimbulkan patah tulang
arah tubuh. Penyebab ini dapat terjadi pada
(termasuk pergelangan kaki dan tungkai) atau patah
siapapun, baik patah tulang pada anak maupun orang
tulang pinggul, serta jenis fraktur tertentu, yaitu
dewasa, termasuk bagi yang merasa sehat sekalipun.
fraktur stres atau hairline. Patah tulang akibat
gerakan yang berulang ini biasanya dialami oleh atlet
atau anggota militer.
Osteoporosis Kanker tulang
Osteoporosis adalah kondisi ketika tulang Kanker Tulang juga disebut bisa menjadi salah
menjadi lebih rapuh akibat kerusakan tulang satu penyebab patah tulang. Sama seperti
atau kepadatan tulang yang rendah. Pada osteoporosis, kanker tulang juga berisiko
kondisi ini, tulang menjadi rentan patah meski menyebabkan tulang seseorang menjadi lemah,
hanya mendapat tekanan kecil, seperti jatuh hingga rentan patah meski hanya mendapat
Merokok
Konsumsi alkohol
Obat kortikosteroid
Rheumatoid arthritis
Riwayat keluarga
Kekurangan nutrisi
Kurang aktif
PATOGENESIS
Sewaktu tulang patah (fraktur) mengakibatkan terpajannya sum-sum tulang
atau pengaktifan saraf simpatis yang mengakibatkan tekanan dalam sum- sum
tulang, sehingga merangsang pengeluaran katekolamin yang yang akan
merangsang pembebasan asam lemak kedalam sirkulasi yang menyuplai organ,
terutama organ paru sehingga paru akan terjadi penyumbatan oleh lemak
tersebut maka akan terjadi emboli dan menimbulkan distress atau kegagalan
pernafasan. Trauma yang menyebabkan fraktur (terbuka atau tertutup) yang
mengakibatkan perdarahan terjadi disekitar tulang yang patah dan kedalam
jaringan lunak disekitar tulang tersebut dan terjadi perdarahan masif yang
bila tidak segera ditangani akan menyebabkan perdarahan hebat, terutama
pada fraktur terbuka (shock hypopolemik).
Perdarahan masif ini (pada fraktur tertutup) akan meningkatkan tekanan
dalam suatu ruang diantara tepi tulang yang yang fraktur dibawah jaringan
tulang yang membatasi jaringan tulang yang fraktur tersebut, menyebabkan
oedema sehingga akan menekan pembuluh darah dan saraf disekitar tulang
yang fraktur tersebut maka akan terjadi sindrom kompartemen (warna
jaringan pucat, sianosis, nadi lemah, mati ras dan nyeri hebat), dan akan
mengakibatkan terjadinya kerusakan neuro muskuler 4-6 jam kerusakan yang
irreversible, 24-48 jam akan mengakibatkan organ tubuh tidak berfungsi lagi).
Perdarahan masif juga dapat menyebabkan terjadinya hematoma pada tulang
yang fraktur yang akan menjadi bekuan fibrin yang berfungsi sebagai jala
untuk melekatnya sel-sel baru.
Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu:
a. Inflamasi
Dengan adanya patah tulang, tubuh mengalami respon yang sama
dengan bila ada cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi
perdarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan
hematoma pada tempat patah tulang. Terjadi inflamasi,
pembengkakan dan nyeri. Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari
dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.
b. Proliferasi Sel
Dalam sekitar 5 hari, hematome akan
mengalami organisasi. Terbentuk
benangbenang fibrin dalam jendela
darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan
osteoblast.
c. Pembentukan Kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran
tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai
celah sudah terhubungkan. Perlu waktu 3-4 minggu
agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan
atau jaringan fibrus.
d. Penulangan Kalus (Osifikasi)
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan
dalam 2-3 minggu patah tulang melalui proses
penulangan endokondral. Mineral terus menerus
ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu
dan keras. Penulangan perlu waktu 3-4 bulan.
e. Remodeling menjadi Tulang Dewasa
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan
reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan
waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tergantung beratnya modifikasi
tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan stres fungsional pada tulang. Setelah
terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi
karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai
dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. ini
merupakan dasar penyembuhan tulang.
a. Deformitas
Perubahan Morfologi
Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat
dan Gejala, Tandanya menyebabkan deformitas pada lokasi
fraktur. Spasme otot dapat menyebabkan
pemendekan tungkai, deformitas rotasional,
atau angulasi. Dibandingkan sisi yang sehat,
lokasi fraktur dapat memiliki deformitas
yang nyata.
b. Pembengkakan
Edema dapat muncul segera, sebagai akibat
dari akumulasi cairan serosa pada lokasi
fraktur serta ekstravasasi darah ke
jaringan sekitar.
c. Memar
Memar terjadi karena perdarahan subkutan
pada lokasi fraktur.
d. Spasme otot
Spasme otot involuntar berfungsi sebagai
bidai alami untuk mengurangi gerakan lebih
lanjut dari fragmen fraktur.
e. Nyeri
Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri
akan selalu mengiringi fraktur, intensitas dan
keparahan dari nyeri akan berbeda pada
masing-masing klien.
f. Ketegangan
Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh
cedera yang terjadi.
g. Kehilangan fungsi
Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang
disebabkan fraktur atau karena hilangnya fungsi
pengungkit lengan pada tungkai yang terkena.
Kelumpuhan juga dapat terjadi dari cedera saraf.
h. Gerakan abnormal dan krepitasi
Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian
tengah tulang atau gesekan antar fragmen fraktur.
i. Perubahan neurovaskular
Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf
perifer atau struktur vaskular yang terkait. Klien
dapat mengeluhkan rasa kebas atau kesemutan atau
tidak teraba nadi pada daerah distal dari fraktur
j. Syok
Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah.
Perdarahan besar atau tersembunyi dapat
menyebabkan syok.
WOC (WEB OF CAUTION)
Gerakan Berulang
Trauma Osteoporosis
Fraktur
Kanker Tulang Kondisi
Patalogis
Rusaknya atau
terputusnya kotunitas
tulang
Kerusakan
Jaringan
Stasme Kerusakan/ Abnormal
Otot tekanan pada posisi
pembuluh darah
Perubahan
neurovaskul
er Nyeri
Pendarahan
Penyembuhan
tulang tidak
bagus
Deformitas
Hambatan
Fisik
DAFTAR PUSTAKA
https://hellosehat.com/muskuloskeletal/patah-tulang/pengertian-patah-tulang/
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/broken-leg/symptoms-causes/
https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/fractures-broken-bones/
https://www.scribd.com/document/445996545/Web-Of-Causation-WOC-Fraktur
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1360/4/4%20CHAPTER%202.pdf
https://www.honestdocs.id/penyembuhan-patah-tulang
http://jurnal.pdgimakassar.org/index.php/MDJ/article/download/45/42
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1401460013/14._BAB_II
_.pdf