Anda di halaman 1dari 23

MODUL 1 KEPERAWATAN HIV/AIDS

PRODI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


NUSANTARA KUPANG

D.A. VIEYA PUTRI, S.Kep.,M.Si (NIDN.0817089102)


KUPANG | 2020/2021
VISI DAN MISI STIKES NUSANTARA KUPANG

V I S I
Menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Unggulan yang bertaraf Nasional
dalam waktu 5 tahun dan bertaraf Internasional dalam waktu 15 Tahun.

M I S I
1. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran melalui penggunaan
berbagai teknologi pendidikan sesuai dengan standar yang dapat
dilaksanakan dengan pendekatan keilmuan secara Komprehensif
berdasarkan kebutuhan dan Kompetensi pendidikan.
2. Meningkatkan Kemampuan Sumber Daya Manusia yang mempunyai
kemampuan Profesional dalam mengelola pendidikan dan pengajaran
3. Meningkatkan Sarana dan prasarana fisik pendidikan dan pengajaran sesuai
dengan standar mutu nasional dan internasional
4. Menyelenggarakan dan berperan aktif dalam penelitian bidang kesehatan
untuk meningkatkan IPTEK
5. Mendidik tenaga kesehatan Profesional yang berkualitas prima berstandar
nasional dan internasional sesuai dengan tuntutan dan perkembangan
masyarakat
6. Menjalin kerja sama Multi sektor dalam menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran untuk memenuhi permintaan tenaga kesehatan didalam dan luar
negeri
7. Mencetak sumber daya manusia yang Profesional, Unggul dan Berjiwa
entrepreneurship.


1
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

V I S I
Menjadi program studi yang unggul di tingkat Nusa Tenggara Timur, nasional,
dan internasional, berorientasi pada kebutuhan masyarakat dan perkembangan
IPTEK berdasar pada ilmu, moral, dan etika keperawatan pada tahun 2024.

M I S I
1. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran Keperawatan dengan
kekhasan kegawatdaruratan melalui penggunaan berbagai teknologi
pendidikan sesuai dengan standar yang dapat dilaksanakan dengan
pendekatan keilmuan secara comprehensive berdasarkan moral, etik,
kebutuhan, dan kompetensi pendidikan Keperawatan
2. Menyelenggarakan dan berperan aktif dalam penelitian dan menggunakan
hasil penelitian dalam pengembangan institusi.
3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan di masyarakat dan
memanfaatkan serta mengelola sumber daya untuk membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat;
4. Terciptanya sistem manajemen SDM prodi S1 Keperawatan yang bersih,
bertanggung jawab dan transparan;
5. Meningkatkan dan memperluas jalinan kerjasama yang berkelanjutan dalam
upaya peningkatan mutu tri dharma perguruan tinggi dalam pelayanan
Keperawatan.


2
PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

a) Care Provider (Pemberi asuhan keperawatan Perawat sebagai individu maupun tim
memberikan pelayanan keperawatan/ kesehatan kepada klien (individu, keluarga,
dan komunitas) berdasarkan keilmuan yang dimiliki dengan senantiasa
mempertimbangkan aspek legal dan etis.
b) Communicator (Interaksi dan transaksi dengan klien, keluarga,dan tim kesehatan)
Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan mampu menampilkan
kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif - terapeutik terhadap klien
(individu, keluarga, dan komunitas serta kemampuan membangun komunikasi
dengan rekan sejawat dan tim pelayanan kesehatan lain.
c) Educator dan health promoter (Pendidikan dan promosi kesehatan bagi klien,
keluarga dan masyarakat) Perawat sebagai Pemberi pelayanan kesehatan mampu
menyediakan dan mengimplementasikan program promosi kesehatan bagi klien
(individu, keluarga, dan komunitas), untuk mengurangi angka kesakitan,
meningkatkan gaya hidup dan lingkungan yang sehat.
d) Manager dan leader (Manajemen praktik/ruangan pada tatanan rumah sakit
maupun masyarakat) Perawat sebagai bagian dari sistem pelayanan
kesehatan harus mampu mengelola sistem pelayanan keperawatan dalam satu
unit ruang rawat rumah sakit maupun masyarakat dalam lingkup tanggung
jawabnya.
e) Researcher (Peneliti ) Perawat sebagai professional harus mampu menerapkan
pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif berdasarkan kaidah, tata
cara dan etika ilmia dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora
yang sesuai dengan bidang keahliannya.


3
CAPAIAN LULUSAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

S I K A P
1. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya
secara mandiri
2. Mampu Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama,
kepercayaan, dan pendapat orang lain

PENGETAHUAN
1. Menguasai konsep teori dan praktik Keperawatan.
2. Menguasai konsep teori ilmu biomedik.
3. Menguasai konsep dan tekhnik penegakkan
x diagnosis asuhan keperawatan

KETERAMPILAN UMUM
1. Membuat Keputusan.
2. Bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang profesinya.
3. Meningkatkan kapasitas secara mandiri.
4. Mengkomunikasikan pemikiran / argumen yang bermanfaat.
5. Mampu bekerjasama dalam tim.

KETERAMPILAN KHUSUS
1. Menegakkan diagnosis keperawatan.
2. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan sesuai standard an kode etik
perawat.
3. Mengaplikasikan intervensi keperawatan sesuai standard an kode etik perawat.
4. Melakukan tindakan asuhan keperawatan atas perubahan kondisi klien.
5. Melaksanakan prosedur penanganan bantuan hidup dasar.


4
BAHAN KAJIAN MATA KULIAH
KEPERAWATAN HIV / AIDS

1. RUANG LINGKUP HIV / AIDS


2. PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER
KLIEN DENGAN HIV / AIDS
3. PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER
KLIEN DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
4. TREND DAN ISSUES HIV / AIDS , FAMILY CENTERED
PADA ODHA DAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
5. MANAJEMEN KASUS PADA KLIEN HIV / AIDS DAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA
6. PRINSIP KOMUNIKASI KONSELING PADA KLIEN
DENGAN HIV / AIDS DAN PENYALAHGUNAAN NAPZA


5
BAHAN KAJIAN 1

RUANG LINGKUP HIV / AIDS

Topik 1. Epidemiologi Global dan Lokal Kecenderungan


HIV/AIDS

1.1 Pengantar HIV / AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sebuah retrovirus yang


menginfeksi sel- sel sistem imun, menghancurkan atau merusak fungsi
dari sel-sel sistem imun. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan
virus RNA kompleks dari genus Lentivirus dalam family Retroviridae.
Sebagai progress dari infeksi, sistem imun menjadi lemah, dan manusia
menjadi lebih rentan terkena infeksi. Stadium yang paling lanjut dari infeksi
HIV adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Virus HIV
ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan
vagina, dan air susu ibu. Virus tersebut merusak kekebalan tubuh manusia
dan mengakibatkan turun dan hilangnya daya tahan tubuh sehingga
mudah terjangkit penyakit infeksi lainnya.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan etiologi dari infeksi


HIV/AIDS. Penderita AIDS adalah individu yang terinfeksi HIV dengan
jumlah CD4 < 200µL meskipun tanpa ada gejala yang terlihat atau tanpa
infeksi oportunistik. HIV ditularkan melalui kontak seksual, paparan darah
yang terinfeksi atau sekret dari kulit yang terluka, dan oleh ibu yang
terinfeksi kepada janinnya atau melalui laktasi.


6
(Gambar 1.1 Virus HIV)

1.2 Epidemiologi Global dan Lokal Kecenderungan HIV / AIDS

Gambar 1.2 Prevalensi HIV


7
Sejak awal epidemi HIV / AIDS, lebih dari 70 juta orang telah terinfeksi
virus dan sekitar 35 juta orang meninggal karenanya. Secara global, 37,9
juta orang hidup dengan HIV sampai dengan akhir tahun 2018 (WHO,
2019). HIV / AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia terdapat di Provinsi
Bali pada tahun 1987. Hingga saat ini sudah enyebar di 386 kabupaten /
kota di seluruh provinsi Indonesia. Pada tahun 2006, Indonesia memiliki
48.000 kasus infeksi HIV baru dan 38.000 kematian terkait AIDS. Pada
tahun 206, terdapat 620.000 orang yang hidup dengan HIV, 13%
diantaranya mendapatkan terapi ARV.

Gambar 1.3 Epidemiologi Global HIV

Diantara ibu hamil yang hidup dengan HIV, 14% mendapatkan


pengobatan atau profilaksis untuk mencegah penularan HIV pada anak-
anak mereka. Diperkirakan 3200 anak-anak baru terinfeksi HIV karen
apenularan dari ibu ke bayi. Sejak tahun 2010, infeksi HIV baru telah
meningkat sebesar 68% dan kematian terkait AIDS telah menurun sebesar
22% (UNAIDS, 2017).

8
Gambar 1.4 Angka Perkiraan Manusia yang Hidup dengan HIV (WHO, 2018)

1.3 Siklus Hidup HIV

HIV hanya dapat bereplikasi dengan memanfaatkan sel inang. Siklus


hidup HIV diawali dengan penempelan partikel virus (virion) dengan
reseptor pada permukaan sel inang (CD4, CCR5 dan CXCR4). Sel-sel
yang menjadi target HIV adalah dendritic cells, T-helper cells dan
macrophage. Sel-sel tersebut terdapat pada permukaann lapisan kulit
dalam (mukosa), penis, vagina dan oral yang biasanya menjadi tempat
awal infeksi HIV. Selain itu, HIV juga dapat langsung masuk ke aliran
darah dan masuk serta bereplikasi di nodus limpa.


9
Siklus 1

Siklus 2


10
Siklus 3

Molekul CD4 berfungsi untuk :

! Membantu sel imun berkomunikasi dengan sel imun lainnya


ketika ada patogen menyerang dalam tubuh
! Penting dalam sistem imun
! Penting juga bagi HIV
! HIV menyerang CD4 dengan menggunakan gp120


11
Topik 2. Patofisiologi HIV/AIDS

1.1 Patofisiologi Infeksi HIV

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan etiologi dari infeksi


HIV/AIDS. Penderita AIDS adalah individu yang terinfeksi HIV dengan
jumlah CD4 < 200µL meskipun tanpa ada gejala yang terlihat atau tanpa
infeksi oportunistik. HIV ditularkan melalui kontak seksual, paparan darah
yang terinfeksi atau sekret dari kulit yang terluka, dan oleh ibu yang
terinfeksi kepada janinnya atau melalui laktasi.

Molekul reseptor membran CD4 pada sel sasaran akan diikat oleh
HIV dalam tahap infeksi. HIV terutama akan menyerang limfosit CD4.
Limfosit CD4 berikatan kuat dengan gp120 HIV sehingga gp41 dapat
memerantarai fusi membrane virus ke membran sel. Dua ko-reseptor
permukaan sel, CCR5 dan CXCR4 diperlukan, agar glikoprotein gp120
dan gp41 dapat berikatan dengan reseptor CD4. Koreseptor menyebabkan
perubahan konformasi sehingga gp41 dapat masuk ke membran sel
sasaran.

Selain limfosit, monosit dan makrofag juga rentan terhadap infeksi


HIV. Monosit dan makrofag yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai
reservoir untuk HIV tetapi tidak dihancurkan oleh virus. HIV bersifat
politronik dan dapat menginfeksi beragam sel manusia, seperti sel Natural
Killer (NK), limfosit B, sel endotel, sel epitel, sel langerhans, sel dendritik,
sel mikroglia dan berbagai jaringan tubuh. Setelah virus berfusi dengan
limfosit CD4, maka berlangsung serangkaian proses kompleks kemudian
terbentuk partikel-partikel virus baru dari yang terinfeksi.

Limfosit CD4 yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam keadaan


provirus atau mungkin mengalami siklus-siklus replikasi sehingga
menghasikan banyak virus. Infeksi pada limfosit CD4 juga dapat


12
menimbulkan sitopatogenitas melalui beragam mekanisme termasuk
apoptosis (kematian sel terprogram) anergi (pencegahan fusi sel lebih
lanjut), atau pembentukan sinsitium (fusi sel).

1.2 Koinfeksi pada Pasien HIV / AIDS

Infeksi sekunder merupakan komplikasi infeksi HIV yang timbul pada


stadium lanjut, biasanya terjadi pada pasien dengan jumlah sel T CD4 <
200µL. Sekitar 80 persen pasien HIV/AIDS meninggal karena infeksi
oportunistik sebagai penyebab utamanya. Penyebab infeksi oportunistik
pada HIV/AIDS bisa berupa infeksi protozoa, bakteri, virus, maupun jamur.
Infeksi bakteri yang tersering antara lain tuberkulosis, toxoplasmosis dan
cytomegalovirus. Infeksi sekunder merupakan penyebab utama mortalitas
dan morbiditas pada pasien HIV/AIDS. Spektrum klinis infeksi oportunistik
berubah seiring dengan bertambahnya usia pasien dan ditemukannya
terapi profilaksis yang semakin baik.


13
Topik 3. Aspek Psiko, Sosio, Kultural dan Spiritual Klien HIV/
AIDS

1.1 Aspek Psikologis

Reaksi Psikologis Pasien HIV :

a) Shock (kaget, goncangan batin) Merasa bersalah, marah, tidak


berdaya Rasa takut, hilang akal, frustrasi, rasa sedih, susah, acting
out
b) Mengucilkan diri, Merasa cacat dan tidak berguna, menutup diri,
Khawatir menginfeksi orang lain, murung
c) Mencari orang lain yang HIV positif Berbagi rasa, pengenalan,
kepercayaan, penguatan, dukungan sosial Ketergantungan, campur
tangan, tidak percaya pada pemegang rahasia dirinya
d) Status khusus Perubahan keterasingan menjadi manfaat khusus,
perbedaan menjadi hal yang istmewa, dibutuhkan oleh yang lainnya
Ketergantungan, dikotomi kita dan mereka (sema orang dilihat
sebagai terinfeksi HIV dan direspon seperti itu), over identification
e) Perilaku mementingkan orang lain Komitmen dan kesatuan
kelompok, kepuasan memberi dan berbagi, perasaan sebagi
kelompok Pemadaman, reaksi dan kompensasi yang berlebihan
f) Penerimaan Integrasi status positif HIV dengan identitas diri,
keseimbangan antara kepentingan orang lain dengan diri sendiri,
bisa menyebutkan kondisi seseorang Apatis, sulit berubah


14
1.2 Aspek Sosial

Masalah interaksi sosial yang ditimbulkan misalnya kehilangan


kerabat/orang terdekat, teman, pendukung rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan
pendapatan. Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan yang
meninggal karena AIDS.

Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu


membuat rencana. Perubahan pada interaksi keluarga/ orang terdekat dan
aktivitas yang tak terorganisasi.

Seorang penderita HIV AIDS setidaknya membutuhkan bentuk


dukungan dari lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan sosial meliputi 3
hal:
a) Emotional support.
Meliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan diperhatikan.
b) Cognitive support.
Meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat.
c) Materials support.
Meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu barang
dalam mengatasi suatu masalah.
d) Dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang akrab atau
kualitas hubungan perkawinan dan keluarga barangkali merupakan
sumber dukungan sosial yang paling penting
e) Dukungan Emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap
pasien dengan HIV AIDS yang bersangkutan


15
f) Dukungan Penghargaan.
Terjadi lewat ungkapan hormat / penghargaan positif untuk orang
lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau
perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang
lain.
g) Dukungan Instrumental.
Mencakup bantuan langsung misalnya orang memberi pinjaman
uang, kepada penderita HIV AIDS yang membutuhkan untuk
pengobatannya.
h) Dukungan Informatif
Mencakup pemberian nasehat, petunjuk dan sarana yang
mendukung dalam penyembuhan klien.

1.3 Aspek Spiritual

Respons Adaptif Spiritual

Respons Adaptif Spiritual dikembangkan dari konsep Ronaldson


(2000) dan Kauman & Nipan (2003). Respons adaptif Spiritual, meliputi:

a) Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap


kesembuhan Harapan merupakan salah satu unsur yang penting
dalam dukungan sosial.
b) Pandai mengambil hikmah. Peran perawat dalam hal ini adalah
mengingatkan dan mengajarkan kepada pasien untuk selalu
berfikiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya.
c) Ketabahan hati. Karakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan
dan ketabahan hati dalam menghadapi cobaan. Individu yang
mempunyai kepribadian yang kuat, akan tabah dalam menghadapi
setiap cobaan. Pasien harus diyakinkan bahwa semua cobaan yang
diberikan pasti mengandung hikmah, yang sangat penting
dalam kehidupannya.


16
1.4 Aspek Kultural

Faktor budaya berkaitann juga dengan fenomena yang muncul dan


sekarang ini banyak ibu rumah tangga yang “baik-baik” tertular virus HIV /
AIDS dari pasangannya yang sering melakukan hubungan seksual selain
dengan istrinya. Hal ini disebabkan oleh budaya permisif yang sangat berat
dan perempuan tidak berdaya serta tidak mempunyai bargaining position
(posisi rebut tawar) terhadap suaminya serta sebagian besar perempuan
tidak memiliki pengetahuan akan bahaya yang mengancamnya. Kebijakan
yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah
HIV /AIDS Selama ini adalah melaksanakan bimbingan sosial pencegahan
HIV / AIDS, pemberian konseling dan pelayanan sosial bagi penderita HIV /
AIDS yang tidak mampu. Selain itu adanya pemberian pelayanan
kesehatan sebagai langkah antisipatif agar kematian dapat dihindari,
harapan hidup dapat ditingkatkan dan penderita HIV /AIDS dapat berperan
sosial dengan baik dalam kehidupannya.


17
Topik 4. Pemeriksaan Fisik, Tanda dan Gejala Klien HIV/
AIDS

1.1 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik HIV dilakukan oleh dokter untuk mengetahui kondisi


kesehatan pasien saat ini. Pemeriksaan HIV meliputi antara lain:

a) Suhu

Demam pada umumnya yang terjadi pada orang yang terinfeksi HIV,
bahkan bila tidak ada gejala lain. Demam kadang-kadang bisa menjadi
tanda dari jenis penyakit infeksi tertentu atau kanker yang lebih umum
pada orang yang mempunyai sistem kekebalan tubuh yang lemah.

b) Berat Badan

Pemeriksaan berat badan dilakukan pada setiap kunjungan.


Kehilangan 10% atau lebih dari berat badan Anda mungkin akibat dari
sindrom wasting, yang merupakan salah satu tanda-tanda AIDS dan yang
paling parah dari tahap terakhir infeksi HIV. Diperlukan bantuan tambahan
gizi yang cukup jika Anda telah kehilangan berat badan.

c) Mata
Cytomegalovirus (CMV) Retinitis adalah komplikasi umum AIDS. Hal ini
terjadi lebih sering pada orang yang memiliki CD4
jumlah kurang dari 100 sel per mikroliter (MCL). Termasuk gejala floaters,
penglihatan kabur, atau kehilangan penglihatan. Jika terdapat gejala
retinitis CMV, diharuskan segera memeriksakan diri ke dokter mata.
Beberapa dokter menyarankan kunjungan dokter mata setiap 3 sampai 6
bulan jika jumlah CD4 anda kurang dari 100 sel per mikroliter (MCL).


18
d) Mulut

Infeksi Jamur mulut dan luka mulut lainnya sangat umum pada orang
yang terinfeksi HIV. Dokter akan akan melakukan pemeriksaan mulut pada
setiap kunjungan. pemeriksakan gigi setidaknya dua kali setahun. Jika
Anda beresiko terkena penyakit gusi (penyakit periodontal), Anda perlu ke
dokter gigi Anda lebih sering.

e) Kelenjar Getah Bening

Pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati) tidak selalu


disebabkan oleh HIV. Pada pemeriksaan kelenjar getah bening yang
semakin membesar atau jika ditemukan ukuran yang berbeda, Dokter
akan memeriksa kelenjar getah bening Anda pada setiap kunjungan.

f) Perut

Pemeriksaan abdomen mungkin menunjukkan hati yang


membesar (hepatomegali) atau pembesaran limpa (splenomegali). Kondisi
ini dapat disebabkan oleh infeksi baru atau mungkin menunjukkan kanker.
Dokter akan melakukan pemeriksaan perut pada kunjungan setiap atau
jika Anda mengalami gejala-gejala seperti nyeri di kanan atas atau bagian
kiri atas perut Anda.

g) Kulit

Kulit merupakan masalah yang umum untuk penderita HIV.


Pemeriksaan yang teratur dapat mengungkapkan kondisi yang dapat
diobati mulai tingkat keparahan dari dermatitis serboroik sampai sarkoma
kaposi. Dokter akan melakukan pemeriksaan kulit setiap 6 bulan atau
kapan gejala berkembang.


19
h) Ginekologi

Perempuan dengan HIV memiliki kelainan sel pada serviks daripada


wanita yang tidak mengidap HIV. Perubahan sel dapat dideteksi
dengan test PAP. Klien harus menjalankan dua tes PAP selama tahun
pertama setelah didiagnosa positif HIV. Jika kedua pemeriksaan PAP
Smear hasilnya normal, klien harus melakukan tes PAP sekali setahun.
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh akan memberikan informasi tentang
keadaan kesehatan klien saat ini. Pada pemeriksaan selanjutnya dokter
akan menggunakan informasi ini untuk melihat apakah status kesehatan
klien berubah.

1.2 Tanda dan gejala

Menurut Komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri dari 2


gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum
terjadi):

a) Gejala mayor :
! Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
! Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
! Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
! Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
! Demensia/ HIV ensefalopati
b) Gejala minor :
! Batuk menetap lebih dari 1 bulan
! Dermatitis generalisata
! Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster
berulang
! Kandidias orofaringeal
! Herpes simpleks kronis progresif

20
! Limfadenopati generalisata
! Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
! Retinitis virus Sitomegalo


21
DAFTAR PUSTAKA

Campbell,dkk. 1999. Biologi. Jakarta: Balai Pustaka.

Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons), Ninuk Dian K, S.Kep.Ners. 2013. Asuhan


Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV, Jakarta : Salemba Medika

Sofro MAU, Anurogo D. 2013. Kewaspadaan universal dalam menangani


penderita HIV/AIDS. In: 5 Menit Memahami 55 Problematika Kesehatan.
D-Medika

Nasronudin. Pengembangan pengetahuan penyakit infeksi HIV dan AIDS.


In: HIV dan AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis, dan Sosial. Editor:
Barakbah J, Soewandojo E, Suharto, Hadi U, Astuti WD. Surabaya:
Airlangga University Press

WHO. HIV/AIDS. Available from : http://www.who.int/topics/hiv_ aids /en/


22

Anda mungkin juga menyukai