Anda di halaman 1dari 19

MODUL 5 KEPERAWATAN HIV/AIDS

PRODI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


NUSANTARA KUPANG

D.A. VIEYA PUTRI, S.Kep.,M.Si (NIDN.0817089102)


KUPANG | 2020/2021
VISI DAN MISI STIKES NUSANTARA KUPANG

V I S I
Menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Unggulan yang bertaraf Nasional
dalam waktu 5 tahun dan bertaraf Internasional dalam waktu 15 Tahun.

M I S I
1. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran melalui penggunaan
berbagai teknologi pendidikan sesuai dengan standar yang dapat
dilaksanakan dengan pendekatan keilmuan secara Komprehensif
berdasarkan kebutuhan dan Kompetensi pendidikan.
2. Meningkatkan Kemampuan Sumber Daya Manusia yang mempunyai
kemampuan Profesional dalam mengelola pendidikan dan pengajaran
3. Meningkatkan Sarana dan prasarana fisik pendidikan dan pengajaran sesuai
dengan standar mutu nasional dan internasional
4. Menyelenggarakan dan berperan aktif dalam penelitian bidang kesehatan
untuk meningkatkan IPTEK
5. Mendidik tenaga kesehatan Profesional yang berkualitas prima berstandar
nasional dan internasional sesuai dengan tuntutan dan perkembangan
masyarakat
6. Menjalin kerja sama Multi sektor dalam menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran untuk memenuhi permintaan tenaga kesehatan didalam dan luar
negeri
7. Mencetak sumber daya manusia yang Profesional, Unggul dan Berjiwa
entrepreneurship.


1
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

V I S I
Menjadi program studi yang unggul di tingkat Nusa Tenggara Timur, nasional,
dan internasional, berorientasi pada kebutuhan masyarakat dan perkembangan
IPTEK berdasar pada ilmu, moral, dan etika keperawatan pada tahun 2024.

M I S I
1. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran Keperawatan dengan
kekhasan kegawatdaruratan melalui penggunaan berbagai teknologi
pendidikan sesuai dengan standar yang dapat dilaksanakan dengan
pendekatan keilmuan secara comprehensive berdasarkan moral, etik,
kebutuhan, dan kompetensi pendidikan Keperawatan
2. Menyelenggarakan dan berperan aktif dalam penelitian dan menggunakan
hasil penelitian dalam pengembangan institusi.
3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan di masyarakat dan
memanfaatkan serta mengelola sumber daya untuk membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat;
4. Terciptanya sistem manajemen SDM prodi S1 Keperawatan yang bersih,
bertanggung jawab dan transparan;
5. Meningkatkan dan memperluas jalinan kerjasama yang berkelanjutan dalam
upaya peningkatan mutu tri dharma perguruan tinggi dalam pelayanan
Keperawatan.


2
PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

a) Care Provider (Pemberi asuhan keperawatan Perawat sebagai individu maupun tim
memberikan pelayanan keperawatan/ kesehatan kepada klien (individu, keluarga,
dan komunitas) berdasarkan keilmuan yang dimiliki dengan senantiasa
mempertimbangkan aspek legal dan etis.
b) Communicator (Interaksi dan transaksi dengan klien, keluarga,dan tim kesehatan)
Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan mampu menampilkan
kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif - terapeutik terhadap klien
(individu, keluarga, dan komunitas serta kemampuan membangun komunikasi
dengan rekan sejawat dan tim pelayanan kesehatan lain.
c) Educator dan health promoter (Pendidikan dan promosi kesehatan bagi klien,
keluarga dan masyarakat) Perawat sebagai Pemberi pelayanan kesehatan mampu
menyediakan dan mengimplementasikan program promosi kesehatan bagi klien
(individu, keluarga, dan komunitas), untuk mengurangi angka kesakitan,
meningkatkan gaya hidup dan lingkungan yang sehat.
d) Manager dan leader (Manajemen praktik/ruangan pada tatanan rumah sakit
maupun masyarakat) Perawat sebagai bagian dari sistem pelayanan
kesehatan harus mampu mengelola sistem pelayanan keperawatan dalam satu
unit ruang rawat rumah sakit maupun masyarakat dalam lingkup tanggung
jawabnya.
e) Researcher (Peneliti ) Perawat sebagai professional harus mampu menerapkan
pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif berdasarkan kaidah, tata
cara dan etika ilmia dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora
yang sesuai dengan bidang keahliannya.


3
CAPAIAN LULUSAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

S I K A P
1. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya
secara mandiri
2. Mampu Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama,
kepercayaan, dan pendapat orang lain

PENGETAHUAN
1. Menguasai konsep teori dan praktik Keperawatan.
2. Menguasai konsep teori ilmu biomedik.
3. Menguasai konsep dan tekhnik penegakkan
x diagnosis asuhan keperawatan

KETERAMPILAN UMUM
1. Membuat Keputusan.
2. Bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang profesinya.
3. Meningkatkan kapasitas secara mandiri.
4. Mengkomunikasikan pemikiran / argumen yang bermanfaat.
5. Mampu bekerjasama dalam tim.

KETERAMPILAN KHUSUS
1. Menegakkan diagnosis keperawatan.
2. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan sesuai standard an kode etik
perawat.
3. Mengaplikasikan intervensi keperawatan sesuai standard an kode etik perawat.
4. Melakukan tindakan asuhan keperawatan atas perubahan kondisi klien.
5. Melaksanakan prosedur penanganan bantuan hidup dasar.


4
BAHAN KAJIAN MATA KULIAH
KEPERAWATAN HIV / AIDS

1. RUANG LINGKUP HIV / AIDS


2. PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER
KLIEN DENGAN HIV / AIDS
3. PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER
PENYALAHGUNAAN NAPZA
4. TREND DAN ISSUES HIV / AIDS , FAMILY CENTERED
PADA ODHA DAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
5. MANAJEMEN KASUS PADA KLIEN HIV / AIDS DAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA
6. PRINSIP KOMUNIKASI KONSELING PADA KLIEN
DENGAN HIV / AIDS DAN PENYALAHGUNAAN NAPZA


5
BAHAN KAJIAN 5

MANAJEMEN KASUS PADA KLIEN DENGAN HIV/AIDS DAN


PENYALAHGUNAAN NAPZA

1.1 Manajemen Kasus pada Klien HIV/AIDS


A. Definisi
Manajemen kasus HIV/AIDS merupakan pelayanan yang
berkesinambungan yang melibatkan atau bekerjasama dengan sektor lain,
diantaranya dokter, perawat, psikolog, LSM, pejabat pemerintahan, keluarga
dan masyarakat.

Manajemen kasus adalah jasa atau layanan yang mengkoordinasi


bantuan dari berbagai lembaga dan badan penyedia dukungan medis,
psikososial, dan praktis bagi orang – orang yang membutuhkan bantuan
terseb

Manajemen kasus adalah salah satu metode pelayanan yang biasa


dipergunakan untuk membantu ODHA. Pelayanan manajemen kasus
menggunakan pendekatan pada individu secara holistik dan terpadu yang
mengkoordinasikan sistem – sistem sumber yang ada di lingkungannya
(lembaga pemerintah atau non pemerintah, keluarga dan sebagainya untuk
memenuhi kebutuhan dan pemecahan masalahnya.

Pendekatan manajemen kasus mempunyai tiga sisi utama yaitu bio,


psiko dan sosial. Manajemen kasus ini berkonsentrasi pada upaya
meningkatkan kondisi kesehatan pasien berdasarkan intervensi perawat
yang spesifik, dalam kegiatannya manajemen kasus dilakukan oleh seorang
manajer kasus.


6
B. Tahapan Manajemen Kasus

Proses manajemen kasus HIV/AIDS dibagi dalam lima tahapan antara lain :

1) Intake (Penerimaan Awal)

Proses manajemen kasus HIV dimulai dengan wawancara awal dan


dalam banyak situasi dikombinasikan dengan penerimaan. Tujuan utama
wawancara awal adalah membangun hubungan yang menyenangkan yang
memfasilitasi pengembangan hubungan kerja kolaboratif dan membangun
citra manajer kasus sebagai penghubung. Informasi tentang cakupan
pelayanan yang tersedia juga dipadukan dalam wawancara awal.

Selama penerimaan itu, dilakukan penilaian awal kebutuhan klien


dengan tujuan menjembatani kesenjangan antara kebutuhan pelayanan dan
sumber daya sistem. Dalam tahap ini dilakukan tinjauan hak – hak dan
kewajiban klien serta prosedur mengajukan keluhan bila terjadi pelayanan
yang tidak sesuai dan diperoleh persetujuan klien untuk mendaftarkannya
dalam sistem penyediaan pelayanan.

Informasi yang diperlukan untuk mendaftarkan klien mencakup


konfirmasi dan tanggal diagnosis pertama AIDS atau tes antibody pertama
yang menunjukkan positif terjangkit HIV, status asuransi kesehatan, tahap
penyakit HIV, sumber terkena HIV, CD4 count, status ketunawismaan,
penggunaan aktif obat – obatan, dan/atau penyakit psikiatrik, dan status TB

2) Asesmen (Pengkajian)

Analisis kebutuhan dilakukan secara optimal sebagai upaya


kolaboratif antara manajer kasus dan klien untuk mengidentifikasi
kebutuhan perawatan dan pelayanan. Penilaian sangat penting untuk
membuat profil dasar bagi rujukan pelayanan awal, penyusunan rencana
pelayanan, dan kriteria untuk mengevaluasi hasil pelayanan.

7
Dalam mengumpulkan informasi digunakan instrument formal seperti
data dasar klien, informasi medis, situasi kehidupan, riwayat dan situasi
pribadi, hubungan dan dukungan sosial, pendidikan kesehatan, fungsi sosial
dan status mental, kebutuhan dan isu – isu layanan, serta isu hukum.

3) Perencanaan Pelayanan

Rencana pelayanan sangat penting dalam upaya manajemen kasus


dan rencana ini disusun berdasarkan informasi yang dihimpun dalam tahap
penilaian. Manajer kasus dan klien bekerja sama untuk menyusun daftar
masalah dan isu serta untuk merumuskan sasaran jangka panjang dan jangka
pendek yang mendukung tujuan menyeluruh pemeliharaan kesehatan dan
kemandirian. Diperlukan perencanaan spesifik, yang berpedoman pada
sasaran realistis, untuk memprioritaskan kegiatan dan mengidentifikasi cara
perolehan, pemantauan, dan pengkoordinasian pelayanan di kalangan
lembaga penyedia pelayanan dan sistem perawatan kesehatan.

Rencana pelayanan perlu didokumentasi dengan jelas dalam status


klien beserta salinan korespondensi tertulis dan formulir aplikasi program
keberhakan, prosedur obat – obatan, informasi tentang orang – orang atau
lembaga yang dapat dihubungi yang berguna bagi klien.

4) Pelayanan Pengkaitan dan Rujukan

Dalam tahap implementasi, perawat dan klien berupaya


melaksanakan rencana pelayanan. Jika persetujuan untuk merujuk telah
diperoleh, manajer kasus dapat memainkan beberapa peran untuk
memfasilitasi klien menerima pelayanan, termasuk sebagai perantara,
pemantau, pendukung dan pembimbing. Sebagai perantara, manajer kasus
menghubungi penyedia layanan lainnya untuk memudahkan sistem rujukan
klien.


8
Rencana pelayanan biasanya dilaksanakan dengan
mendokumentasikan kemajuan klien secara seksama, termasuk tanggal
rujukan, informasi tentang siapa yang pertama kali dihubungi dan tindakan
apapun yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari rujukan tersebut.

5) Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan evaluasi dapat mencakup penilaian kepuasan klien terhadap


pelayanan yang disediakan serta penentuan apakah ODHA (Orang dengan
HIV/AIDS) mengetahui ketersediaan pelayanan, evaluasi terhadap proses
manajemen kasus yang di terima.

C. Asuhan Keperawatan pada Klien HIV/AIDS


Asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS juga memperhatikan
dari segi mempertahankan kondisi biologis, psikologis, sosial, spiritual tidak
hanya dari dukungan koping dan dukungan sosial saja.

I. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Respons

! Asuhan keperawatan respons biologis ( Aspek fisik)

Aspek fisik pada pasien HIV/AIDS adalah pemenuhan kebutuhan


fisik sebagai akibat dari tanda dan gejala yang terjadi. Aspek perawatan fisik
meliputi : (a) Universal Precautions; (b) Pengobatan infeksi sekunder; (c)
pemberian ARV (antiretroviral); (d) Pemberian Nutrisi; dan (e) Aktivitas
dan istirahat.

(a) Universal Precautions

Selama sakit, penerapan universal precautions oleh perawat, keluarga


dan pasien sendiri sangat penting. Hal ini ditujukan untuk mencegah
terjadinya penularan virus HIV.


9
(b) Peran Perawat dalam Pemberian ARV

Pemerintah menetapkan panduan yang digunakan dalam pengobatan


ARV berdasarkan lima aspek : efektifitas, efek samping/toksisitas,
interaksi obat, kepatuhan, harga obat. Prinsip dalam pemberian ARV
meliputi panduan obat ARV harus menggunakan 3 jenis obat yang
terserap dan berada dalam dosis terapeutik, prinsip tersebut untuk
menjamin efektifitas penggunaan obat. Membantu pasien agar patuh
minum obat antara lain dengan mendekatkan akses pelayanan ARV.
Menjaga kesinambungan ketersediaan obat ARV dengan menerapkan
manajemen logistik yang baik.

Panduan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk lini pertama adalah : 2


NRTI + 1 NNRTI. Setiap jenis atau „golongan‟ ARV menyerang HIV
dengan cara berbeda. Golongan obat anti-HIV pertama adalah nucleoside
reverse transcriptase inhibitor atau NRTI, juga disebut analog
nukleosida. Obat golongan ini menghambat langkah 4 di atas, yaitu
bahan genetik HIV diubah dari RNA menjadi DNA. Obat dalam
golongan ini yang disetujui di AS termasuk : AZT (ZDV, zidovudine),
ddI (didanosine), ddC (zalcitabine), d4T (stavudine), 3TC (lamivudine),
Abacavir (ABC), Emtricitabine (FTC), Tenofovir (TDF; analog
nukleotida).

Golongan obat lain menghambat langkah yang sama dalam siklus hidup
HIV, tetapi dengan cara lain. Obat ini disebut non-nucleoside reverse
transcriptase inhibitor atau NNRTI yang meliputi : Nevirapine (NVP),
Delavirdine (DLV), Efavirenz (EFV).

Golongan ketiga ARV adalah protease inhibitor (PI) yang meliputi :


Saquinavir (SQV-HGC, SQV- SGC), Indinavir (IDV), Ritonavir (RTV),
Nelfinavir (NFV).


10
II. Asuhan Keperawatan Respons Adaptif Psikologis (Strategi
Koping)

Mekanisme koping adalah mekanisme yang digunakan individu


untuk menghadapi perubahan yang diterima. Apabila mekanisme
koping berhasil, maka orang tersebut akan dapat beradaptasi terhadap
perubahan yang terjadi. Mekanisme koping dapat dipelajari sejak
awal timbulnya stressor sehingga individu tersebut menyadari
dampak dari stressor tersebut. Kemampuan koping individu
tergantung dari temperamen, persepsi dan kognisi serta latar belakang
budaya/norma tempatnya dibesarkan.

Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan


mengingat. Belajar yang dimaksud adalah kemampuan menyesuaikan
diri (adaptasi) pada pengaruh faktor internal dan eksternal. Koping
yang efektif menempati tempat yang central terhadap ketahanan
tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan
suatu penyakit baik bersifat fisik maupun psikis, sosial, spiritual.
Perhatian terhadap koping tidak hanya terbatas pada sakit ringan
tetapi justru penekanannya pada kondisi sakit yang berat.

III. Asuhan Keperawatan Respons Sosial (Keluarga dan Peer Group)

Dukungan sosial sangat diperlukan terutama pada PHIV yang


kondisinya sudah sangat parah. Individu yang termasuk dalam
memberikan dukungan sosial meliputi pasangan (suami/istri), orang
tua, anak, sanak keluarga, teman, tim kesehatan, atasan dan konselor.

IV. Asuhan Keperawatan Respons Spiritual



11
Asuhan keperawatan pada aspek spiritual ditekankan pada
penerimaan pasien terhadap sakit yang dideritanya, sehingga PHIV
akan dapat menerima dengan ikhlas terhadap sakit yang dialami dan
mampu mengambil hikmah. Asuhan keperawatan yang dapat
diberikan adalah :

! Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap


kesembuhannya
! Pandai mengambil hikmah
! Ketabahan hati

1.2 Manajemen Kasus pada Klien Penyalahgunaan NAPZA


A. Definisi
Manajemen kasus merupakan suatu pendekatan dalam pemberian
pelayanan yang ditujukan untuk menjamin agar klien yang mempunyai
masalah ganda dan kompleks dapat memperoleh semua pelayanan yang
dibutuhkannya secara tepat. Kasus di sini adalah orang dalam situasi
meminta atau mencari pertolongan. Dalam manajemen kasus ini, pekerja
sosial melaksanakan peranan sebagai manajer kasus (case manager).
Manajemen kasus (case management) adalah merupakan salah satu
keterampilan Pekerja sosial yang berhubungan dengan ketentuan-ketentuan
atau cara-cara masyarakat, mensuvervisi dan petunjuk-petunjuk
menggunakan sumber-sumber internal dan eksternal untuk mencapai
maksud atau tujuan dari suatu proses pertolongan.
Beberapa kaidah dalam manajemen kasus:
a) Tumbuhkan rasa perhatian terhadap klien
b) Ciptakan kepecayaan antar team
c) Tanggung jawab terhadap persoalan yang dihadapi klien
d) Terbuka
e) Fokus pada tujuan pemecahan masalah.


12
! Fungsi Manajemen Kasus
Terdapat beberapa fungsi dasar manajemen kasus :
a) Identifikasi klien dan orientasi (Client Identification and Orientation).
b) Asesmen klien atau pengumpulan informasi dan perumusan suatu asesmen
(Client Assessment).
c) Rencana Intervensi/Pelayanan. Pekerja sosial sebagai manajer kasus
d) Koordinasi hubungan dan pelayanan.
e) Tindak lanjut dan Monitoring pelaksanaan pelayanan.
f) Mendukung klien.

! Pengertian NAPZA
NAPZA adalah kependetan dari Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya. Menurut undanga-undang No. 22 Tahun 1997 yang
dimaksud dengan narkoba meliputi :
a) Golongan Opiat : Heroin, Morfin, Madat dan lain-lain.
b) Golongan Kanabis : Ganja dan Hashish
c) Golongan Koka : Kokain, Crack
d) Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol ( Etil-alkohol )
e) Psikotropika menurut undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 meliputi :
ecxtasy, shabu-shabu, obat penenang/ obat tidur, obat anti depresi, dan
anti psikosis.
f) Zat Adiktif lain termasuk inhalasi ( aseton, thinner cat, lem ), nikotin (
tembakau ), kafein ( kopi ).
Napza tergolong zat psikoaktif yaitu zat yang terutama berpengaruh
pada otak sehingga menimbulkan perubahan pada perilaku, perasaan,
pikiran, presepsi dan kesadaran.

B. Langkah Kegiatan Manajemen Kasus Pada Klien dengan


Penyalahgunaan NAPZA


13
1) Orientasi dan Identifikasi Klien.
Manajemen kasus merupakan suatu pendekatan dalam pemberian pelayanan
yang ditujukan untuk menjamin agar klien yang mempunyai masalah ganda
dan kompleks dapat memperoleh semua pelayanan yang dibutuhkannya
secara tepat. Kasus di sini adalah orang dalam situasi meminta atau mencari
pertolongan. Dalam masalah penyalahgunaan NAPZA, orang yang mencari
pertolongan dapat pada para penyalahguna NAPZA langsung, keluarga atau
orang lain. Dalam manajemen kasus ini, pekerja sosial melaksanakan
peranan sebagai manajer kasus (case manager). Identifikasi dan menyeleksi
kepada individu untuk mendapatkan hasil pelayanan , yang dapat
berdampak positif pada kualitas hidup melalui managemen kasus.

2) Assessment Informasi dan Memahami Situasi Klien.


Fungsi ini merujuk pada pengumpulan informasi dan memformulasikan
suatu asesment kebutuhan klien, situasi kehidupan dan sumber-sumber yang
ada serta penggalian potensi klien.

3) Merencanakan Program Pelayanan.


Pekerja sosial mengidentifikasi berbagai pelayanan yang dapat diakses
untuk memenuhi kebutuhan klien. Klien dan keluarganya serta orang lain
yang berpengaruh secara bersama-sama merumuskan tujuan dan
merancangnya dalam suatu rencana intervensi yang terintegrasi.

4) Menghubungkan dan Mengkoordinaksikan Pelayanan.


Seperti peranannya sebagai broker, manaer kasus harus menghubungkan
klien dengan sumber-sumber yang tepat. Peranan manager kasus dapat
berbeda –beda walaupun pekerja social yang utamanya sebagai partisipan
aktif dalam menyampaikan pelayanan kepada individu atau keluarga.
Manager kasus menekankan pada koordinasi dengan sumber sumber yang


14
digunakan klien dengan menjadi saluran dan berkomunikasi dengan sumber-
sumber pelayanan.

5) Memberikan Pelayanan Tindak Lanjut dan Monitoring.


Manager kasus secara regular menindaklanjuti hubungan dengan klien dan
penyedia pelayanan untuk menjamin bahwa pelayanan yang dibutuhkan
dapat diterima dan dimanfaatkan oleh klien.

6) Memberikan Support pada Klien


Selama pelayasnan berlangsung yang disediakan oleh berbagai sumber,
manager kasus membantu klien dan keluarganya yang meliputi pemecahan
konflik pribadi, konseling, menyediakan informasi, memberi dukungan
emosional dan melakukan pembelaan yang tepat untuk menjamin bahwa
mereka menerima pelayanan yang tepat.

C. Penanggulangan penyalahgunaan NAPZA


a) Suppy Reduction
a) Pemberantasan terhadap NAPZA di pasaran gelap
b) Pengawasan yang efektif terhadap NAPZA yang bermanfaat dalam
dunia pengobatan dan manfaat lain.
b) Demand Reduction
a) Prevensi ( Pencegahan ) dilakukan dengan cara :
" Penyuluhan, yaitu memberikan informasi berdasarkan fakta,
tidak menakut-nakuti, melalui berbagai jenis NAPZA, akibat
penyalahgunaan, perudang-undangan yang terkait, kemana harus
meminta pertolongan profesional.
" Pendidikan Afektif, yang bertujuan untuk meningkatkan harga
diri, citra diri, percaya diri, mengenal keterbatasan dan kelebihan
dirinya, cara mengatasi stress, mampu untuk mengemukakan
perasaan dan isi pikirannya secara sehat.

15
" Menyediakan berbagai kegiatan dan fasilitas untuk
pengambangan diri, aktualisasi diri, kesenian, dan lain-lain.
" Memberikan ketrampilan sosial agar anak mampu mengambil
keputusan yang bijaksana, dapat menolak suatu tawaran dari
teman, terlatih untuk tidak mau diajak pergi atau menerima
sesuatu dari orang yang tidak dikenal
" Deteksi dini atau intervensi dini, yaitu memberi pengetahuan dan
ketrampilan kepada orang tua, guru, pembina anak muda
umumnya agar dapat mendeteksi sendiri mungkin anak atau
remaja mulai menggunakan NAPZA. Tetapi, ditunjukkan dalam
keadaan kelebihan dosis, intoksinasi akut, sindroma putus
zat, komplikasi medkia lainbaik fisik maupun psikiatrik (psikis,
depresi, gangguan cemas, dan gangguan panik ). Untuk fasilitas
detoksifikasi dapat diperoleh di rumah sakit.
b) Rehabilitasi yang meliputi rehabilitasi fisik, metal, spiritual,
edukasional, vokasional. Program kegiatan rehabilitasi itu
meliputi:
" Memperbaiki gizi dengan makanan bermutu
" Memulihkan kesehatan dengan olahraga
" Menanamkan nilai-nilai luhur dengan pendalaman iman
menurut keyakinan imannya masing-masing.
" Meningkatkan konsep diri melalui psikoterapi kognitif-
behavioral, membangkitkan kembali kepercayaan diri
melalui psikoterasi supportif, meingkatkan kemampuan
komunikasi interpersonal melalui konseling, dinamika
kelompok, terapi kelompok, dan terapi keluarga.
" Bekerjamembantu memasak, mempersiapkan makanan,
mengepel, mecuci pakaian, menyapu, dan memproduksi
sesuatu untuk dijual.
" Rekreasi

16
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons), Ninuk Dian K, S.Kep.Ners. 2013. Asuhan


Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV, Jakarta : Salemba Medika

https://turnbackhoax.id/2018/01/04/edukasi-isu-isu-mengenai-media-penyebaran-
hiv-aids/

http://www.scribd.com/presetation/373074831/Family-Centered-Care-Pada-
ODHA

https://www.scribd.com/document/342408414/Trend-Dan-Isu-HIV

http://www.academia.edu/11910753/A._Trend_Dalam_Keperawatan_HIV_AIDS_
Di_Indonesia

https://edoc.site/trend-dan-isu-penularan-hiv-pdf-free.html

17
https://edoc.site/queue/trend-dan-isu-penularan-hiv-pdf-free.html

https://www.scribd.com/document/327828999/Trend-Dan-Isu-Penularan-Hiv

Sofro MAU, Anurogo D. 2013. Kewaspadaan universal dalam menangani


penderita HIV/AIDS.

Nasronudin. Pengembangan pengetahuan penyakit infeksi HIV dan AIDS. In: HIV
dan AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis, dan Sosial. Editor: Barakbah J,
Soewandojo E, Suharto, Hadi U, Astuti WD. Surabaya: Airlangga University Press

WHO. HIV/AIDS. Available from : http://www.who.int/topics/hiv_ aids /en/


18

Anda mungkin juga menyukai