PENDAHULUAN
social, fisika, biomedik dan lain-lain. Selain itu keperawatan juga mempelajari
pengetahuan inti yang menunjang praktik keperawatan yaitu fungsi tubuh
manusia yang berkaitan dengan sehat dan sakit serta pokok bahasan
pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada klien.
b. Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada masyarakat. Fungsi
unik perawat adalah memberikan bantuan kepada sesorang dalam melakukan
kegiatan untuk menunjang kesehatan dan penyembuhan serta membantu
kemandirian klien.
c. Pendidikan yang memenuhi standart dan diselenggarakan di perguruan tinggi
atau universitas. Beralihnya pendidikan keperawatan kepada institusi
pendidikan
tinggi
memberikan
kesempatan
kepada
perawat
untuk
Kegiatan
pendidikan
keprofesian
dilaksanakan
setelah
akademik,
lulusan
mendapat
gelar
akademik,
yaitu
Sarjana
keperawatan
kepada
individu,
keluarga,
komunitas,
dan
masyarakat.
b. Melaksanakan pelayanan dan atau asuhan keperawatan dari masalah yang
sederhana sampai masalah yang kompleks secara tuntas melalui
pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan
keperawatan, implementasi dan evaluasi baik bersifat promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif, sesuai batas kewenangan, tanggung jawab dan
kemampuannya, serta berlandaskan etika profesi keperawatan.
c. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan dasar individu, keluarga,
komunitas dan masyarakat dalam aspek bio-psiko-sosio-kultural dan
spiritual serta potensi berbagai sumber yang tersedia.
d. Merumuskan masalah keperawatan individu, keluarga, komunitas dan
masyarakat
e. Merencanakan dan/ atau melaksanakan rangkaian tindakan keperawatan
dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar yang belum terpenuhi, dengan
memanfaatkan sumber yang tersedia dan potensi secara optimal.
f. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan dan seluruh proses pada asuhan
keperawatan, serta merencanakan dan melaksanakan tindak lanjut yang
diperlukan.
g. Mendokumentasikan seluruh proses keperawatan secara sistematis dan
memanfaatkannya
dalam
upaya
meningkatkan
kualitas
asuhan
keperawatan.
h. Mengelola pelayanan keperawatan tingkat dasar secara bertanggung jawab
dengan menunjukan sikap kepemimpinan. Sebagian besar kegiatan
pengajaran pada tahap program pendidikan ini adalah berbentuk
pengalaman belajar klinik (PBK). Menggunakan berbagai bentuk dan
tingkat tatanan pelayanan kesehatan nyata yang memenuhi persyaratan
of
Organization
and
Management dalam
Majid
(2005)
pengelola atau pelaksana. Oleh karena itu untuk melaksanakan tugas ini,
instruktur klinik perlu memiliki pengetahuan, sikap, keterampilan khusus dan
hal-hal atau materi yang akan disampaikan. Selain itu instruktur klinik pun
sebaiknya memahami tentang konsep perencanaan pembelajaran.
Menurut Hunt dalam Majid (2005) ada beberapa model persiapan
mengajar diantaranya model ROPES dan satuan pelajaran. Model ROPES
merupakan sebuah urutan tahap dari Review, Overview, Presentation,
Exercise dan Sumarry. Model ini cocok diadopsi untuk pembelajaran klinik
karena dimulai dari review atau pengulangan tentang kegiatan yang akan
dilakukan. Tahap kedua overview yaitu menjelaskan tindakan yang akan
dilakukan. Kemudian tahap presentation dengan kegiatan mendemontrasikan
tindakan yang akan dilakukan. Keempat adalah exercise atau latihan, pada
tahap ini mahasiswa melakukan tindakan keperawatan di bawah supervisi
instruktur klinik. Dan terakhir summary atau membuat rangkuman dari
pembelajaran yang telah berlangsung. Kekurangan dari model ini adalah tidak
mencantumkan aspek evaluasi. Padahal melalui evaluasi instruktur klinik
dapat mengetahui kemampuan mahasiswanya. Akan tetapi tahap summary
bisa dimodifikasi menjadi tahap evaluasi.
Model satuan pelajaran (satpel) adalah model yang sering dipilih oleh
kebanyakan pendidik karena polanya yang baku. Tahapannya tiga bagian yaitu
kegiatan awal berupa pendahuluan dan apersepsi yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal mahasiswa. Tahap kedua merupakan kegiatan
inti yaitu penyampaian materi dan pemberian bimbingan terhadap mahasiswa.
Dan tahap terakhir merupakan kegiatan penutup yang biasanya ditandai
dengan cara membuat rangkuman atau melaksanakan evaluasi untuk materi
yang telah dipelajari.
D. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KLINIK
dan
teknologi
keperawatan
yang
diperlukan
dalam
asuhan (quality
of
evaluator),
manajer
(manager),
diri
mahasiswa.
Bukan
mendukung
berkembangnya
10
metode
perseptorship.
Beberapa
metode
yang
disarankan
11
cetakan seperti kaset/audiotif, komputer, film, film loop, film streep, model,
overhead trasparansi, fotografi, objek nyata, slide, televisi, videotip,
(6) self directed yaitu: seperti kontrak pembelajaran, pembelajaran sendiri, dan
(7) preceptorship dan model lain dari praktek klinik terkonsentrasi. Preceptorship
didasarkan pada konsep modeling peserta didik dengan cara memodifikasi
prilaku dan mengobservasi sendiri prilaku yang dibutuhkan.
F. PENGERTIAN EVALUASI
Evaluasi klinik pada dasarnya adalah kegiatan evaluasi hasil pendidikan
yang dilaksanakan diklinik atau ditempat pengalaman belajar klinik mahasiswa.
Evaluasi adalah proses stimulasi untuk menentukan keberhasilan. Ebaluasi hasil
pendidikan adalah proses sistematis untuk mencapai tingkat pencapaian tujuan
pendidikan yang terdiri atas kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur adalah
kegiatan mengamati penampilan peserta didik berdasarkan indicator yang telah
ditetapkan dan menggunakan alat dan metode pengukuran tertentu. Menilai
adalah membandingkan hasil pengukuran penampilan peserta didik dengan
criteria kebergasilan yang ditetapkan
obat, pengobatan, atau strategi terapetik tertentu secara objektif dan benar.
Dengan kata lain, uji klinik dimaksudkan untuk menghindari pracondong/bias
pemakai obat (prescriber), pasien, atau dari perjalanan alami penyakit itu sendiri.
Di
samping
itu,
uji
klinik
harus
dapat
memberikan
jawaban
yang
benar (valid) mengenai manfaat klinik intervensi terapi tertentu, jika memang
bermanfaat harus terbukti bermanfaat, dan jika tidak bermanfaat harus terbukti
tidak bermanfaat.
Berdasarkan pembuktian melalui uji klinik ini, maka suatu obat,
pengobatan atau strategi terapetik tertentu baru dapat diterapkan secara luas
12
dalam praktek. Dalam pengembangan obat-obat baru, maka prinsip penilaian obat
atau calon obat didasarkan pada metode uji klinik secara ketat. Prinsip-prinsip
metodologi uji klinik harus diterapkan pada fase III, yaitu fase definitif (lihat A05/03/CKD-2). Uji klinik fase I dan II dimaksudkan sebagai langkah persiapan
untuk uji klinik fase III ini.
Metode Evaluasi
Metode evaluasi klinik dapat dikelompokkan menjadi metode observasi,
kecenderungan
terjadinya
subjektivitas.
Untuk
mengurangi
13
14
15
Criteria kelulusan
Tahap terakhir dari rangkaian evaluasi adalah membuat keputusan,
apakah mahasiswa dapat dikatakan berhasil atau tidak dan sejauh mana tingkat
keberhasilannya. Untuk itu perlu ditetapkan ketentuan atau batas kelulusan.
Seperti kita ketahui, pengalaman belajar klinik merupakan bagian dari kegiatan
pembelajaran mata ajaran keperawatan yang terdiri ataskomponen teori dan
praktik secara professional kedua aspek ini harus dipenuhi atau dimiliki oleh
peserta didik atau dengan kata lain, mahasiswa harus lulus pada kedua aspek
tersebut dalam kebijakan penetapan keputusan dan pemberian predikat tingkat
keberhasilan perlu pula diterapkan bobot pertimbangan antara teri dalam praktik.
Pemberian penilain pada program profesi meliputi kompetensi dan tidak
kompeten.
16