Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati berdasarkan pada hasil
lokakarya nasional pada tahun 1983, dan didefinisikan sebagai suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biopsiko-sosio-
spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat,
baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Oleh
karena itu sifat pendidikan keperawatan juga menekankan pemahaman tentang
keprofesian. Untuk menghasilkan seorang perawat profesional, harus melewati dua
tahap pendidikan yaitu tahap pendidikan akademik yang lulusannya mendapat gelar
S.Kep. dan tahap pendidikan profesi yang lulusannya mendapat gelar Ners (Ns).
Kedua tahap pendidikan keperawatan ini harus diikuti, karena keduanya merupakan
tahapan pendidikan yang terintegrasi sehingga tidak dapat dipisahkan antara satu
sama lain.
Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori dan konsep-konsep.
Mata kuliah pada tahap ini terbagi menjadi kelompok mata kuliah yang sifatnya
umum, mata kuliah penunjang seperti mata kuliah medis yang secara tidak langsung
menunjang mata kuliah keperawatan dan mata kuliah keahlian berupa mata kuliah
keperawatan. Sedangkan pada tahap profesi mahasiswa mengaplikasikan teori-teori
dan konsep-konsep yang telah didapat selama tahap akademik.
Program pendidikan profesi sering disebut juga sebagai proses pembelajaran
klinik. Istilah ini muncul terkait dengan pelaksanaan pendidikan profesi yang
sepenuhnya dilaksanakan di lahan praktik seperti rumah sakit, puskesmas, klinik
bersalin, panti wherda, dan keluarga serta masyarakat atau komunitas. Pembelajaran
klinik keperawatan merupakan salah satu proses pendidikan keperawatan professional
yang mengandung proses pendidikan akademik dan proses pendidikan profesional.
Pembelajaran klinik keperawatan adalah perwujudan dari penjabaran pelaksanaan
kurikulum pendidikan keperawatan guna membekali peserta didik untuk dapat
mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di masyarakat berdasarkan kompetensi yang
dimiliki.
Pembelajaran klinik memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
menerapkan ilmu yang dipelajari di kelas ke dalam kondisi nyata guna mendapatkan
pengalaman nyata untuk mencapai kemampuan profesional (intelektual, teknikal, dan
interpersonal). Selain itu, pembelajaran klinik juga berupaya untuk mengembangkan
sikap-sikap dan ketrampilan sesuai dengan lingkup praktek keperawatan. Lebih jauh
lagi, praktik keperawatan profesional di bidang pelayanan keperawatan mencakup
banyak hal termasuk diantaranya pengambilan keputusan klinis yang
mengintegrasikan teori, hukum, pengetahuan, prinsip dan pemakaian keterampilan
khusus. Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana perawat menerima klien sebagai
makhluk hidup yang utuh, unik dan mandiri dengan hak-haknya yang tidak dapat
dipisahkan.
Pembelajaran klinik keperawatan bertujuan untuk memantapkan peran dan
fungsi mahasiswa keperawatan sebagai perawat profesional, yang dapat mengimbangi
kemajuan ilmu pengetahuan baik sebagai pemberi asuhan (caregiver), pembela klien
(client advocator), penilai kualitas asuhan (quality of evaluator), manajer (manager),
peneliti (researcher), pendidik (educator) maupun konsultan (consultant) serta
community leader. Untuk dapat menghasilkan lulusan dengan kemampuan tersebut
diperlukan proses pembelajaran di lahan praktek.
Pelaksanaan pembelajaran klinik terkait erat dengan peran pengajar pada
lingkungan klinis yang bertujuan untuk mendorong kemandirian dan kepercayaan diri
mahasiswa. Bukan mendukung berkembangnya ketergantungan dan kepercayaan
terhadap pengajar. Setelah melalui proses pembelajaran diharapkan mahasiswa benar-
benar mandiri sebab mereka akan kembali ke masyarakat sebagai pengguna (user)
jasa. Oleh karena itu kemampuan mahasiswa selama pembelajaran di klinik sangat
dipengaruhi oleh kemampuan dan pengalaman instruktur klinik atau sering disebut
preseptor. Di beberapa negara bagian di Australia dan di Amerika instruktur klinik
dikenal dengan istilah perseptor. Sehingga metode pembelajaran klinik yang
dikembangkan dikenal dengan istilah metode perseptorship. Beberapa metode yang
disarankan untuk perseptorship atau pembelajaran klinik adalah tanya jawab, diskusi,
demontrasi untuk tindakan atau prosedur yang baru dan feed back atau balikan untuk
tindakan yang telah dilakukan. Hal ini penting sebagai evaluasi untuk mengoreksi
setiap tindakan yang telah dilakukan mahasiswa.
Menurut Watt (1990) pengajar klinik yang lebih dikenal sebagai instruktur
klinik atau clinical instructur (CI) atau digunakan juga istilah perseptor biasanya
berasal dari lahan praktik, tetapi bisa juga berasal dari institusi pendidikan, apabila
pembimbing dari lahan praktik tidak dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan.
Sebagai perseptor, perawat bertanggung jawab terhadap semua tindakan mahasiswa
selama pembelajaran di lahan praktik. Perawat juga harus membuat pembatasan
kewenangan yang jelas dan spesifik tentang asuhan keperawatan yang menjadi
tanggung jawab mahasiswa dan tanggung jawabnya. Kekaburan tugas ini bisa
berdampak besar pada kondisi-kondisi tertentu yang tidak diharapkan. Misalnya
terjadi kesalahan dalam pemberian atau pelaksanaan suatu tindakan yang dapat
berakibat fatal bagi pasien dan dapat menyebabkan kematian.
Tugas perseptor atau instruktur klinik di setiap institusi pelayanan kesehatan
baik itu rumah sakit, klinik, maupun puskesmas jelas berbeda. Hal ini disesuaikan
dengan kompetensi yang harus dicapai mahasiswa pada setiap bagian. Kondisi lain
yang berkontribusi terhadap peran instruktur klinik ini adalah kebijakan dari rumah
sakit atau pelayanan kesehatan yang bersangkutan dan perbandingan atau rasio antara
instruktur klinik dengan jumlah mahasiswa/peserta didik yang harus mendapat
bimbingan turut mempengaruhi kualitas bimbingan yang diberikan.
Pengelolaan pembelajaran klinik keperawatan yang baik akan menjamin
mahasiswa untuk memperoleh pengalaman nyata di tatanan sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan pencapaian kompetensi yang diharapkan. Terciptanya perawat yang
professional akan didukung oleh keberadaan pembimbing klinik yang menjalankan
peran dan fungsinya, pemilihan metode pembelajaran yang tepat, rumah sakit
pendidikan yang memadai, serta perawat rumah sakit yang mengembangkan budaya
komunitas professional keperawatan, akan menjadi fasilitas utama dalam
penyelenggaraan pembelajaran klinik.

B. Tujuan
Mengetahui gambaran tentang proses pelaksanaan praktek klinik keperawatan
mahasiswa profesi Ners Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Gamping, dimulai dari input, proses dan output.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Metode Pembelajaran Klinik


Pembelajaran klinik merupakan pembelajaran berbasis pengalaman, peserta didik
diharapkan mampu mengaplikasikan teori yang diperoleh dari akademik pada kasus-
kasus nyata di klinik. Peserta didik juga diharapkan mampu mengasah keterampilan
klinik dan komunikasi sebanyak mungkin dalam melakukan tindakan keperawatan.
Pembelajaran Klinik merupakan salah satu metode mendidik peserta didik di
klinik yang memungkinkan pendidikan memilih dan menerapkan cara mendidik yang
sesuai dengan objektif (tujuan), dan karakteristik individual peserta didik berdasarkan
kerangka konsep pembelajaran (Nursalam, 2002).
Menurut Swheer (1972) ; pembelajaran klinik merupakan suatu sarana yang dapat
memberikan kesempatan kepada mhs untuk dapat menerapkan dasar-dasar pengetahuan
teori kedalam pebelajaran melalui pengalaman dengan menerapakan berbagai
keterampilan intelektual dan psikomotor yang diperlukan untuk memberikan asuhan
kepe rawatan yang berfokus pada klien sedangkan pendapat Melecca (1978) bahwa
pembelajaran klinik menyiapkan mahasiswa untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan
yang sebelumnya sudah didapat dengan penampilan keterampilan dan kompetensi yang
berhubungan dengan diagnosis, pengobatan dan askep klien serta untuk memperoleh
bebagai macam keterampilan professional dan berfikir kritis untuk memasuki sistem
pelayanan kesehatan.
Dewey dalam Reiliy dan Obemann (1999) mengemukakan masalah utama
dalam pembelajaran klinik berbasis pengalaman adalah memilih metode bimbingan
praktik klinik yang tepat dan sesuai sehingga dapat membantu mahasiswa memperoleh
pengalaman belajar klinik yang lebih baik. Hambatan yang sering terjadi pada
pelaksanaan pembelajaran klinik adalah kurangnya SDM (Pembimbing Klinik) baik dari
segi jumlah dan kemampuan pembimbing klinik serta keterbatasan waktu yang tersedia.

B. Jenis Metode Pengajaran Klinik


1. Exsperensial
a. Pengertian Experensial
suatu metode yang dipergunakan pembimbing akademik dalam membatu
peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan terhadap
kasus yang terjadi dengan pasien atau keluarga pasien.
b. Peran Pembimbing Akademik
1) Membantu menganalisa situasi klinik melalui pengidentifikasian masalah.
2) Menentukan tindakan yang akan diambil.
3) Mengimplementasikan pengetahuan dalam masalah klinik.
4) Menekankan hubungan antara pengalaman belajar lalu dan pengalaman
terhadap masalalu lalu.
5) Berasal dari teori kognitif yang dipadukan dengan teori proses informasi
dan teori pengambilan keputusan.
6) Metode eksperensial meliputi situasi penyelesaian masalah (membantu
peserta didik meningkatkan sikap profesional, mampu menerapkan masalah
konseptual keperawatan dalam kurikulum berdasarkan masalah aktual,
menggambarkan secara tertulis kejadian atau peristiwa klinik) dan situasi
pengambilan keputusan (pengujian data yang ada, pengidentifikasian
alternatif tindakan, penentuan prioritas tindakan, pembuatan keputusan)
(Nursalam, 2002).

2. Proses Insiden
a. Membantu peserta didik mengembangkan keterampilan reflektif berdasarkan
kejadian klinik/insiden.
b. Insiden berasal dari pengalaman praktik aktual atau dikembangkan secara
hipotetikan.
c. Bisa dalam bentuk insiden terkait klien, staf atau tatanan praktik. (Nursalam,
2002)

3. Konferensi
a. Dirancang melalui diskusi kelompok
b. Meningkatkan pembelajaran penyelesaian masalah dalam kelompok, melalui
analisis kritikal, pemilihan alternatif pemecahan masalah, dan pendekatan
kreaktif.
c. Memberikan kesempatan mengemukakan pendapat dalam menyelesaikan
masalah.
d. Menerima umpan balik dari kelompok atau pengajar.
e. Memberi kesempatan terjadi peer review, diskusi kepedulian, issue, dan
penyelesaian masalah oleh disiplin lain.
f. Berinteraksi dan menggunakan orang lain sebagai narasumber.
g. Meningkatkan kemampuaan memformulasikan idea.
h. Adanya kemampuan konstribusi peserta didik.
i. Meningkatkan percaya diri dalam berinteraksi dengan kelompok.
j. Kemampuan menggali perasaan, sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi
praktik.
k. Mengembangkan keterampilan beragumentasi.
l. Mengembangkan keterampilan kepemimpinan.
m. Jenis konferensi adalah pre dan post konferensi, peer review, issue dan
multidisiplin. (Nursalam, 2002)
n. Konferen hari pertama
o. Konferen pra praktik klinik dimana Pembimbing menjelaskan tentang
karakteristik ruang rawat, staf dan tim pelayanan kesehatan lain dimana para
peserta didik akan ditempatkan. Pembimbing mengkaji kembali persiapan
peserta didik untuk menghadapi dan memberikan asuhan keperawatan dengan
klien secara baik. mengingatkan peserta didik untuk membawa perlengkapan
dasar. Sedangakan konferensi paska praktik klinik dimana Pembimbing
melakukan diskusi dengan peserta didik untuk membahas tentang klien,
pembimbing memberikan kesempatan untuk peserta didik dalam mengutarakan
pendapat, diskusi dilakukan ditempat khusus atau terpisah.
p. Konferen hari ke dua dan selanjutnya
q. Konferen pra praktik klinik dimana pembimbing membahas tentang
perkembangan klien dan rencana tinakan dihari kedua dan selanjutnya,
menyiapkan kasus lain apabila kondisi klien tidak mungkin untuk diintervensi.
Sedangkan konfenren pasca praktik klinik dilakukan segera setelah praktik,
konferen ini berguna untuk memperoleh kejelasan tentang asuhan yang telah
diberikan, membagi pengalaman antar peseta didik, dan mengenali kualitas
keterlibatan peserta didik.
4. Observasi (Ronde Keperawatan)
a. Pengertian
Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang
memungkinkan peserta didik menstranfer dan mengaplikasikan pengetahuan
teoritis kedalam praktik keperawatan langsung (Nursalam, 2002).
b. Karakteristik
1) Klien dilibatkan langsung
2) Klien merupakan fokus kegiatan peserta didik
3) Pesrta didik dan pembimbing melakukan diskusi
4) Pembimbing memfasilitasi kreaktifitas pesrta didik adanya ide-ide baru.
5) Pembimbing klinik membantu mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
c. Kelemahan
Klien dan keluarga merasa kurang nyaman dan privacy tergangu.
d. Tujuan Ronde Keperawatan
1) Menumbuhkan cara berpikir kritis
2) Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan keperawatan berasal dari
masalah klien.
3) Meningkatkan pola pikir sistematis
4) Meningkatkan validitas data klien
5) Menilai kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
6) Menilai kemampuan membuat justifikasi
7) Menilai kemampuan menilai hasil kerja
8) Menilai kemampuan memodifikasi rencana keperawatan.
e. Peran/tugas Peserta Didik
1) Menjelaskan data demografi
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan
4) Menjelaskan hasil yang didapat
5) Menentukan tindakan selanjutnya
6) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil
f. Peran Pembimbing
1) Membantu peserta didik untuk belajar.
2) Mendukung dalam proses pembelajaran
3) Memberikan justifikasi
4) Memberikan Reinforcement
5) Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional
tindakan.
6) Mengarahkan dan mengoreksi.
7) Mengintegrasikan teori, dan konsep yang telah dipelajari.
g. Masalah
1) Berorientasi pada prosedur keperawatan.
2) Persiapan sebelum praktik kurang memadai
3) Belum ada keseragaman tentang hasil ronde keperawatan.
4) Belum ada kesepakatan tentang rmodel ronde keperawartan.

5. Observasi (Bed Side Teaching)


a. Pengertian
Bed Side Teaching merupakan metode mengajar pada peserta didik, dilakukan
disamping tempat tidur klien meliputi kegiatan mempelajari kondisi klien dan
asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien (Nursalam, 2002).
b. Manfaat
Agar pembimbing klinik dapat mengajarkan dan mendidik peserta didik untuk
menguasai keterampilan prosedural, menumbuhkan sikap profesional,
mempelajari perkembangan biologis/fisik, melakukan komunikasi melalui
pengamatan langsung (Nursalam, 2002).
c. Prinsip
1) Sikap fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik peserta didik dan
klien.
2) Jumlah peserta didik dibatasi (ideal 5-6 orang)
3) Diskusi pada awal dan paska demonstrasi didepan klien dilakukan
seminimal mungkin.
4) Lanjutkan dengan redemonstrasi
5) Kaji pemahaman peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang
didapatnya saat itu.
6) Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah
diperoleh peserta didik sebelumnya, atau apabila peserta didik menghadapi
kesulitan menerapkan (Nursalam, 2002).
d. Persiapan
1) Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberikan kesempatan pada
peserta didik untuk menerapkan keterampilan teknik prosedural dan
interpersonal.
2) Koordinasi dengan staff diklinik agar tidak mengganggu jalannya rutinitas
perawatan klien.
3) Melengkapi peralatan atau fasilitas yang akan digunakan (Nursalam, 2002).

6. Metode Nursing klinik


a. pengertian
Adalah metode penyajian dengan menggunakan kehadiran seorang pasien yang
dipilih sebagai fokus diskusi kelompok dengan tujuan dapat memberikan
pengalaman langsung dalam pembahasan. prinsip-prinsip dan prosedur
intervensi keperawatan klien dilahan praktek ( RS,Puskesmas dan masyarakat)
b. Prinsip-prinsip pelaksanaan
1) Harus direncanakan secara teliti diantaranya diantaranyapemilihan
pasien,surat ijin, pemilihan lokasi ,perumusan tujuan, informasi yang
dibutuhkan dll
2) Pasien harus diberi kesempatan untuk mengekspresikan kebutuhannya.
3) Adanya hak pasien unuk privacy dan rahasia informasi tentang dirinya.
4) Adanya evaluasi tentang pelaksanaan dan nursing clinic
c. Langkah-langkah
1) Tahap permulaan ; Diawali dengan memperkenalkan mhs tentang latar
belakang pasien, situasi pelayanan keperawatan.tujuan diskusi, dan
beberapa informasi yang dibutuhkan pasien
2) Tahap diskusi yang berpusat pada klien
Diawali dengan dengan perkenalan dan penyajian singkat tentang pasien
pada mhs yang berhubungnan dengan masalah pasien, demonstrasikan
tindakan keperawatan khusus, beri kesempatan pasien mengungkapkan
perasaannya
3) Tahap evaluasi
Dilakukan dengan diskusi dan penilaian terhadap pasien, prilaku dan
kemampuan untuk mengatasi masalah, penilaian terhadap mhs serta
evaluasi proses dan hasil dari nursing klinik tentang kesesuaian dengan
tujuan yang akan dicapai

7. Metode penugasan

Metode ini merupakan metode yang memberikan penugasan untuk


melakukan tugas-tugas tertentu seperti penugasan klinik penulis laporan
praktek ,melakukan simulasi atau permainan dll.
Contoh penugasan klinik : melakukan keterampilan psikomotor dan
pengembangan keterampilan penyelesaian masalah
dalam pengambilan keputusan berdasarkan moral dan
etik
Contoh penugasan tertulis:
1) menulis rencana keperawatan
2) studi kasus
3) perencanaan pendidikan kesehatan
4) membuat laporan kunjungan
5) pembuatan makalah dan catatan kerja mhs tentang hasil
6) observasi dilapangan serta pengalaman prakteknya
Contoh simulasi dan permainan : Menggunakan model boneka dalam melakukan
keterampilan ; pemeriksaan payudara, katerisasi urine ,pemberian injeksi.

8. Metoda studi askep (Nursing care studi)


a. Pengertian
Metoda ini merupakan suatu kegiatan pemecahan masalah dimana mhs
melakukan pengkajian secara mendalam dan menyeluruh mengenai masalah
klinik yang mendasari perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi terhadap tindakan
yang dilakukan pada individu, kelompok atau keluarga.
b. Prinsip penggunaan
1) mahasiswa dibimbing dalam menulis tentang klien untuk study askep,
pemilihan kasus harus sesuai kemampuan mhs.
2) mahasiswa harus dibekali bahan rujukan yang cukup agar askep dapat
efektif
3) Study askep harus dapat dilihat dan dan digunakan sebagai bagian integral
dari pengalaman di lapangan
4) Pedoman stuy askep harus sesuai dengan petunjuk dasar pada format
laporan tertulis
5) Study askep dapat dilaksanakan dengan menggabungkan metode lain
seperti nursing clinic dll
6) Laporan tertulis study askep harus dievaluasi,dikomentari sesuai dengan
pdoman yang ada
Contoh bentuk laporan tertulis pembelajaran klinik
a. Laporan pendahuluan – diagnosa medis
1) Fokus assesment (riwayat kesehatan, Pemeriksaan fisik,diagnostik tes)
2) Masalah/ diagnosa keperawatan
3) Intervensi keperawatan dan rasional
b. Laporan kasus (proses keperawatan)
1) pengkajian – identitas klien, riwayat kesehatan, observasi dan
pemeriksaan fisik, diagnostik tes, analisa dan sintesa data.
2) Diagnosa keperwatan
3) Perencanaan – prioritas masalah, tujuan dan hasil yang diharapkan,
intervensi dan rasional.
4) Implemtasi
5) Evaluasi
c. Laporan kegiatan harian
d. presentase/ kegiatan diskusi
Contoh : bentuk model bimbingan praktek

KEGIATAN
TAHAP MAHASISWA PEMBIMBING
Pra interaksi 1. Peserta didik harus 1. Peran Pembimbing
(30-60 menit) mampu mengkaji adalah
perasaan, fantasi dan mengidentifikasi
ketakutannya, sehingga kesiapan peserta
kesadaran dan kesiapan didik melalui
peserta didik untuk konferensi pra
melakukan hubungan praktek klinik. Jika
dengan klien dapat teridentifikasi
dipertanggung jawabkan peserta didik belum
2. Peserta didik mampu siap, sebaiknya
menggunakan dirinya harus diatasi
secara efektif, artinya terlebih dulu
dapat mengoptimalkan sebelum
penggunaan kekuatannya melepaskan peserta
dan meminimalkan didik pada tahap
pengaruh kelemahan yang berikutnya
ada pada dirinya 2. Memberi informasi
3. Pada fase ini peserta didik tentang pasien
diharapkan mendapatkan antara lain :
informasi tentang klien  Diagnosa
dan menentukan kontak medik
pertama dan menuliskan  Nama, umur
tentang kasus yang (status pasien)
diambil ke dalam Laporan
pendahuluan antara lain:
 Pengertian, focus
assesment
 Patofisiologi
 Rencana
keperawatan

Pre conference Memahami laporan Evaluasi


pendahuluan pemahaman
mahasiswa

Membaca informasi Evaluasi


tentang pasien antara pemahaman
lain: kaitkan dengan mahasiswa
laporan pendahuluan

Intruduksi 1. Tugas utama peserta didik 1. Tugas


pada fase ini adalah Pembimbing
membina rasa saling adalah memberi
percaya, penerimaan dan dukungan dan
pengertian, dan arahan bahkan
komunikasi yang terbuka memberi contoh
dan perumusan kontrak peran cara-cara
dengan klien Elemen memulai
kontrak peserta didik dan hubungan dengan
klien adalah klien yng disertai
a. Nama individu kontrak
(peserta didik –klien)
b. Peran (peserta didik –
klien)
c. Tanggung jawab
(peserta didik –klien
d. Harapan (peserta
didik –klien)
e. Tujuan hubungan
f. Waktu dan tempat
pertemuan
g. Situasi terminasi
h. Kerahasiaan

2. Tugas lain peserta didik


adalah mengeksplorasi
pikiran, perbuatan klien
dan mengidentifikasi
masalah serta
merumuskan tujuan
bersama klien
3.
Kerja 1. Peserta didik –klien Bimbingan untuk
mengeksplorasi stressor menumbuhkan
dan mendorong kemampuan
perkembangan kesadaran intelektual, teknikal,
diri dengan interpersonal.
menghubungkan Ronde keperawatan
persepsi, pikiran, Bed side teachin
perasaan, dan perbuatan
klien
2. Peserta didik membantu
klien mengatasi
kecemasan,
meningkatkan
kemandirian dan
tanggung jawab klien,
dan mengembangkan
mekanisme koping yang
konstruktif
3. Validasi/ pengkajian (4-
5 jam) berdasarkan
diagnosa
4. Melaksanakan intervensi
5. Ronde keperawatan Bed
ride teaching

Fase terminasi 1. Pada fase ini peserta menilai kemampuan


didik dan klien akan interpersonal peserta
merasakan kehilangan. didik.
Tugas peserta didik
adalah menghadapi
realitas perpisahan yang
tidak dapat diingkari
peserta didik dan klien
bersama-sama meninjau
kembali proses
keperawatan yang telah
dilalui dan upaya
pencapaian tujuan
2. Terminasi yang
mendadak dan tanpa
persiapan dapat diartikan
sebagai penolakan
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hasil pengkajian
1. Kurikulum Prodi Profesi Ners
Program Studi Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
merupakan program pendidikan keperawatan yang menyelenggarakan pendidikan
keprofesian pada salah satu tahapan pendidikannya. Mahasiswa pada tahap
pendidikan ini diberi pengalaman belajar yang dapat mengembangkan keterampilan
teknikal dan pemecahan masalah, keterampilan intelektual, dan keterampilan
interpersonalnya. Lulusannya adalah perawat profesional (Ners, disingkat Ns) yang
mampu memberikan pelayanan keperawatan berdasarkan ilmu pengetahuan dan
teknologi keperawatan, serta menggunakan metodologi keperawatan berlandaskan
etika keperawatan. Proses pembelajaran menunjukkan adanya kontinuitas antara
teori dan praktik yang didapatkan melalui pengalaman belajar di lahan praktik yang
mendukung pertumbuhan dan pembinaan kemampuan profesional.
Kegiatan di lahan praktik memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk
mampu menerapkan asuhan keperawatan yang dipelajari pada tahap pendidikan
sebelumnya dengan sikap dan keterampilan profesional. Profesionalitas praktik
keperawatan ditumbuhkan dan dibina melalui pemberian pengalaman dalam
pengambilan keputusan klinik, yang merupakan penerapan secara terintegrasi
kemampuan penalaran saintifik dan penalaran etik (Husin, 1992). Menurut Schweek
and Gebbie (1996) Praktik klinik merupakan “the heart of the total curriculum
plan”. Hal ini berarti unsur yang paling utama dalam pendidikan keperawatan adalah
bagaimana proses pembelajaran dikelola di lahan praktik. Untuk itu prodi profesi
Ners Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menyiapkan panduan pembelajaran
klinik bagi mahasiswa dan juga bagi dosen pembimbing klinik dan preseptor
sehingga asuhan keperawatan yang menitikberatkan pada kualitas melalui
terciptanya suatu lingkungan belajar yang sarat dengan model peran (role model)
dapat diwujudkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, prodi profesi Ners memiliki visi,
misi dan tujuan sebagai berikut :
a. Visi: menjadi program studi pendidikan ners yang unggul dalam pengembangan
keperawatan klinik berdasarkan nilai-nilai keislaman untuk kemaslahatan umat
di Asia Tenggara pada 2022

b. Misi:
- Menyelenggarakan pendidikan Ners yang unggul dan Islami
- Mengembangkan penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan praktik
keperawatan
- Menerapkkan ilmu keperawatan sebagai bagian dari pengabdian kepada
masyarakat untuk kemaslahatan umat
- Menghasilakan Ners yang berakhlak mulia dan mampu mengintegrasikan
nilai-nilai islam dalam pelayanan keperawatan profesional
c. Tujuan dan sasaran:
- Menghasilkan perawat yang memiliki kemampuan klinis dan mampu
menerapkan nilai-nilai islam dalam memberikan asuhan keperawatan
- Menghasilkan produk penelitian yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas layanan dan ilmu keperawatan
- Menghasiklan kegiatan pelayanan berbasis hasil penelitian untuk
meningkatkan derajad kesehatan masyarakat.
Setiap institusi pendidikan tinggi keperawatan hampir memiliki kurikulum
yang berbeda. Demikian juga Universitas Muhammadiyah Yogyakarta memiliki
kurikulum profesi Ners yang sudah dikembangkan sejalan dengan visi misi dan
tujuan dari program studi. Di dalamnya tergambar kompetensi-kompetensi yang
harus dicapai peserta didik. Melalui pendidikan profesi, diharapkan dapat
mengembangkan keterampilan tehnik, pemecahan masalah serta meningkatkan
kemampuan intelektual dan hubungan interpersonal untuk menghasilkan perawat
profesional yang mampu memberikan pelayanan keperawatan berdasarkan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan. Lulusannya juga diharapkan mampu
menggunakan metodologi keperawatan berlandaskan pada etika keperawatan. Agar
kompetensi ini dapat dicapai, mahasiswa wajib mendapatkan proses pembelajaran
secara berkelanjutan antara teori dan pengalaman belajar di lahan praktek dalam
suatu lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan pembinaan kemampuan
profesional.
Untuk mencapai kompetensi di atas, maka kurikulum tahap Program Profesi
(Ners) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta disusun berdasarkan komponen
penting dalam proses pendidikan ners yang harus mengalami penataan secara
terstandarisasi, merujuk pada Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT)
serta Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), serta kurikulum Asosiasi Institusi
Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), tentang Kurikulum Inti Pendidikan Ners di
Indonesia. Dalam buku kurikulum UMY, jumlah sks yang sudah disediakan adalah
sebanyak 29 sks utk kurikulum pendidikan Ners tahap profesi. Untuk kelengkapan
kurikulum institusi masing-masing Program Studi Profesi Ners, masih harus
menambahkan minimal 7sks lagi, agar bisa memenuhi persyaratan minimal jumlah
SKS pendidikan Ners tahap profesi sebesar minimal 36 sks. Sebaran mata kuliah
pendidikan profesi Ners UMY adalah : Keperawatan Dasar Profesi (KDP) 2 sks,
Keperawatan Medikal Bedah 6 sks, Keperawatan Anak 4 sks, Keperawatan
Maternitas 4 sks, Keperawatan Jiwa 4 sks, Manajemen keperawatan 2 sks,
Keperawatan Gadar dan kritis 4 sks, Keperawatan Gerontik 3 sks, Keperawatan
Keluarga 3 sks, dan Keperawatan Komunitas 4 sks dan IPE 2 sks.

2. Proses perencanaan pelaksanaan Profesi Ners


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta membuat MOU atau perjanjian kerja
sama dengan lahan yang akan digunakan untuk praktek profesi ners sebelum praktek
dimulai. Beberapa lahanpraktek yang digunakan oleh Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta adalah 6 RS home Base, 5 Puskesmas, 2 RSJ, dan 2 Panti Wreda.
Setelah MOU dibuat maka satu tahun sebelum pelaksanaan praktek profesi ners
Prodi mengirimkan surat ke lahan praktek yang akan digunakan tersebut dengan
menyantumkan jumlah mahasiswa, waktu, tanggal pelaksanaan. Untuk mahasiswa
yang belum bisa mengikuti profesi ners diberikan kesempatan selama selang waktu
2 tahun dan kecuali mahasiswa tersebut sudah bekerja diberikan kesempatan untuk
mengikuti pragram profesi ners meskipun lebih dari 2 tahun setelah lulus sarjana
keperawatan tetapi bagi mahasiswa yang belum bekerja lebih dari 2 tahun maka
mahasiswa tersebut disarankan untuk mengikuti program ners di institusi diluar
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Proses Pelaksanaan Profesi Ners
a. Penerimaan Mahasiswa oleh KPP ( Kepala Pelaksanaan Profesi )
1) Kepala Pelaksanaan Profesi (KPP) melakukan maping penempatan
2) Orientasi mahasiswa
3) Apersepsi antara pembimbing institusi pendidikan dengan pembimbing
klinik rumah sakit.
4) Mahasiswa mulai praktik
Tugas Kepala Pelaksanaan Profesi (KPP):
1) Mengatur penempatan mahasiswa.
2) Mengelola orientasi, apersepsi.
3) Bekerjasama dengan supervisor memantau kedisiplinan mahasiswa
Kendala:
Kesulitan penempatan mahasiswa pada ruang yang kuotanya sedikit

b. Kegiatan Mahasiswa dalam pelaksanaan Profesi Ners


Dari data yang kita dapatkan bahwa Nn. L selaku mahasiswa praktek
profesi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang sedang melakukan
praktek klinik di Rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta
mengatakan sebelum mereka praktek ke Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Jiwa
maupun Puskesmas mereka sudah diberikan skill laboratorium selama menjalani
S1 keperawatan. Didalam menjalani praktek klinik selama profesi mereka dibagi
kedalam beberapa stase sesuai dengan Mata kuliah seperti Keperawatan Medikal
Bedah, Keperawatan Maternitas, Keperawatan Komunitas, Keperawatan Jiwa,
Keperawatan Anak, Keperawatan Kegawat Daruratan, Kebutuhan Dasar
Manusia, Keperawatan Keluarga, Keperawatan Gerontik, Manajemen
Keperawatan, IPE ( Interpersonal Education),. Setiap mata kuliah mereka
menjalani praktek klinik selama 1 bulan.
Selama praktek mereka dibagi kedalam tiga shif jaga ( pagi, sore dan
malam), sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh pihak rumah sakit. Mereka
sudah mempunyai buku panduan praktek profesi masing-masing mahasiswa,
yang isinya seperti presensi mahasiswa, capaian keterampilan, kontrak belajar
mahasiswa, bimbingan mahasiswa, check list verifikasi departemen dan juga
rangkuman penilaian mahasiswa. Selama praktek mahasiswa diberikan dispensasi
3 kali untuk izin tidak mengikuti praktek seperti ( sakit maupun izin dalam
kepentingan mendadak ). Apabila mahasiswa tidak bisa hadir praktek
dikarenakan sakit maka harus menunjukkan surat keterangan sakit dari dokter
yang bersangkutan, dan bila mahasiswa tidak bisa praktek lebih dari 1 minggu
maka dari pihak akademik memberikan waktu untuk pergantian praktek setelah
semua stase telah selesai.
Ada beberapa capaian keterampilan yang harus dipenuhi sesuai dengan
buku panduan yang ada dan untuk capaian keterampilan tersebut mahasiswa
menyesuaikan dengan diagnosa penyakit yang ada di Rumah Sakit tempat
mahasiswa peraktek. Untuk bimbingan Laporan Pendahuluan mereka wajib
membuat Asuhan Keperawatan minimal 3 Asuhan Keperawatan yang nantinya
akan dibimbing oleh pembimbing dari akademik. Waktu bimbingan laporan
pendahuluan sebanyak 1 kali dalam seminggu.
Didalam check list verifikasi departemen ada beberapa kegiatan yang
harus mahasiswa penuhi seperti :
1) Bed side teaching sebanyak 4 kali, adapun tindakan yang harus dicapai sudah
tertulis dalam buku panduan mahasiswa
2) Tutorial sebanyak 2 kali dalam 4 pertemuan, disini mereka menentukan salah
satu topik penyakit yang akan di persentasikan sesuai dengan penyakit yang
ada diruangan ( tutorial menurut seven jump)
3) MTE ( meet the expert ) yaitu pembelajaran di lahan praktek ( RS atau
puskesmas ) misalnya cara perawatan perioperative, perawatan paliative,
terapi p[engganti ginjal, perawatan pasien HIV/AIDS dan rehabilitasi pasien
stroke yang diberikan pembimbing lahan praktek ( preseptor ).
4) Presentasi kasus sebanyak 1 kali sesuai dengan kasus yang mahasiswa
tentukan
5) Persentasi jurnal sebanayk 1 kali sesuai dengan jurnal yang mahasiswa
tentukan berdasarkan kasus penyakit yang ada di ruangan misalnya penyakit
stroke maka mahasiswa harus mencari jurnal terkait dengan kasus penyakit
tersebut.
6) Edukasi massa ( memberikan promosi kesehatan ) sebanyak 1 kali sesuai
dengan kasus yang mahasiswa tentukan
7) Laporan Long Case ( ujian kasus ) sebanyak 1 kali. Dimana mahasiswa
diwajibkan untuk mencari satu kasus penyakit pasien yang ada diruangan
satu hari sebelum ujian, kemudian mahasiswa membuat asuhan keperawatan
sampai dengan evaluasi yang akan dicapai, saat long case mahasiswa
dihadirkan 1 pembimbing dari akademik dan 1 pembimbing dari lahan
praktek atau RS. Dalam ujian kasus apabila mahasiswa dinyatakan tidak
lulus maka mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti ujian ulang, waktu dan
tempat ditentukan oleh pembimbing.

c. Preseptor
Selama melakukan wawancara terhadap preseptor dimana tugas preseptor
sebagai pembimbing mahasiswa dilahan praktek, mengawasi atau mengobservasi
kegiatan selama mahasiswa praktek, menilai mahasiswa selama praktek dan
menilai saat mahasiswa ujian kasus. membantu mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah,
membantu peserta didik untuk belajar, mendukung dalam proses pembelajaran,
menilai kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional
tindakan, mengarahkan dan mengoreksi, serta mengintegrasikan teori, dan konsep
yang telah dipelajari.

B. Analisis Masalah
Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa proses pelaksanaan praktik profesi ners
sudah sesuai dengan standart yang ada namun masih ditembukan adanya beberapa
kendala yang terjadi dalam proses pelaksanaannya. Kendala tersebut meliputi:
1. Verifikasi dilakukan di institusi pendidikan
2. Belum ada penilaian terkait kinerja pembingbing akademik dan pembimbing
klinik
C. Pemecahan Masalah
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran Klinik merupakan salah satu metode mendidik peserta didik di
klinik yang memungkinkan pendidikan memilih dan menerapkan cara mendidik yang
sesuai dengan objektif (tujuan), dan karakteristik individual peserta didik berdasarkan
kerangka konsep pembelajaran (Nursalam, 2002).
Proses pelaksanaan praktik profesi ners sudah sesuai dengan standart yang ada
namun masih ditembukan adanya beberapa kendala yang terjadi dalam proses
pelaksanaannya. Kendala tersebut seperti frekuensi bimbingan mahasiswa oleh
pembimbing akademik kurang dan belum adanya tempat untuk mendokumentasi
tindakan keperawatan yang sudah dilakukan oleh mahasiswa dikarenakan mahasiswa
tidak diperbolehkan untuk pendokumentasian hasil tindakan direkam medis pasien.

B. Saran
Dengan dibuatnya laporan ini dapat dijadikan bahan evaluasi atau pengembangan
system praktik profesi ners yang berlangsung sehingga pembelajaran klinik yang
diterapkan dapat sesau dengan kebutuhan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Helmi Setiawan, A., Yusuf, A., Endang Nihayati, H., 2018. PENGEMBANGAN MODEL
PEMBELAJARAN KLINIK EXPERIENTIAL TERHADAP CAPAIAN
PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN KLINIK KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT MAHASISWA NERS. Journal of Health Sciences 10.
https://doi.org/10.33086/jhs.v10i2.128

http://metode-pembelajaran-klinik-made-yoga.blogspot.com/

Rohmah, N., Hamid, M.A., Walid, S., 2014. METODE BELAJAR DALAM MODEL
PEMBELAJARAN KLINIK KEPERAWATAN TERPADU. The Indonesian
Journal Of Health Science, Vol. 4, No. 2, Juni 2014
Siahaan, Juwita. 2017. Metode Pembelajaran Klinik dan Hambatannya pada Program
Pendidikan Profesi Ners Menurut persepsi Mahasiswa.
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1513.

Anda mungkin juga menyukai