Anda di halaman 1dari 8

PROFIL PENDIDIKAN NERS

Program Studi Ilmu Keperawatan adalah program pendidikan yang bertujuan untuk
menghasilkan lulusan perawat profesional yang disebut dengan Ners. Program pendidikan Ners
dilaksanakan melalui dua tahapan yaitu tahap Program Akademik (Sarjana Keperawatan) dan
tahap Program Profesi (Ners). Proses pendidikan tahap Program Profesi di Indonesia
dilaksanakan dengan Pengalaman Belajar Klinik (PBK) dan Pengalaman Belajar Lapangan
(PBL). Praktik profesi bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa melalui penyesuaian
profesional dalam bentuk pengalaman belajar lapangan secara komprehensif yang memberi
kesempatan kepada mahasiswa menjadi terampil dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh secara teori pada pembelajaran perkuliahan (tahap akademik) untuk diterapkan
menjadi tindakan (psikomotor) pada keadaan nyata di lapangan (tahap profesi).
Melalui program pendidikan profesi Ners menghasilkan perawat ilmuwan (Sarjana
Keperawatan) dan “Profesional” (Ners = “First Profesional Degree”) dengan sikap, tingkah
laku, dan kemampuan profesional, serta akuntabel untuk melaksanakan asuhan keperawatan atau
praktik keperawatan dasar secara mandiri. Program Pendidikan Profesi Ners memiliki landasan
keilmuan yang kokoh, dan landasan keprofesian yang mantap sesuai dengan sifatnya sebagi
pendidikan profesi.
Langkah awal yang perlu ditempuh oleh perawat profesional adalah mengembangkan
Pendidikan Tinggi Keperawatan dan memberikan kesempatan kepada perawat untuk
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga diharapkan pada akhir tahun 2015,
mayoritas pendidikan perawat yang ada di rumah sakit sudah memenuhi kriteria minimal sebagai
perawat profesional (Ners) (Nursalam, 2007).
Untuk menghasilkan seorang perawat profesional, pada tahap pendidikan profesi
mahasiswa mengaplikasikan teori-teori dan konsep-konsep yang telah didapat selama tahap
akademik.
Lulusan program pendidikan profesi ners diharapkan akan tercetak profesi-profesi
keperawatan yang mempunyai peran sejajar dengan profesiprofesi yang lain. Sehingga, peran
perawat khususnya di Indonesia, bukan sebagai pembantu dokter, melainkan sebagai mitra kerja
dokter. Profesi perawat sebagai mitra kerja dokter, mengemban tanggung jawab besar dan
menuntut profesionalisme perawat yang mampu merespon pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta mampu memenuhi tuntutan persaingan dunia kerja di tingkat
nasional maupun internasional.
Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem 
Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia mencakup:
1. Pendidikan Vokasional, yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan jenjangnya untuk memiliki
keahlian ilmu terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.
2. Pendidikan Akademik, yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan
terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu
3. Pendidikan Profesi, yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan
peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia dan sebutan Gelar
1. Pendidikan jenjang Diploma Tiga keperawatan lulusannya mendapat sebutan Ahli Madya
Keperawatan (AMD.Kep)
2. Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (Sarjana+Profesi), lulusannya mendapat sebutan
Ners(Nurse),sebutan gelarnya (Ns)
3. Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya mendapat gelar (M.Kep)
4. Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:
a. Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya (Sp.KMB)
b. Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya (Sp.Kep.Mat)
c. Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya (Sp.Kep.Kom)
d. Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya (Sp.Kep.Anak)
e. Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya (Sp.Kep.Jiwa)
f. Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, Lulusannya (Dr.Kep)

Lulusan pendidikan tinggi keperawatan sesuai dengan level KKNI, adalah sebagai berikut:

1. Diploma tiga Keperawatan - Level KKNI 5


2. Ners (Sarjana+Ners) - Level KKNI 7
3. Magister keperawatan - Level KKNI 8
4. Ners Spesialis Keperawatan - Level KKNI 8
5. Doktor keperawatan - Level KKNI 9
Kompetensi Lulusan Program Pendidikan Ners
1. Memberikan askep pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Melakukan asuhan dan pelayanan keperawatan di komunitas.
3. Mendidik orang lain.
4. Melakukan riset sederhana secara mandiri dan/atau berkelompok.
5. Mengelola layanan keperawatan.
6. Melakukan kerjasama kemitraan dan berpartisipasi aktif sebagai anggota tim kesehatan.

Fungsi Lulusan Program Pendidikan Ners


1. Memberikan asuhan keperawatan secara mandiri pada pasien/klien yang mengalami gangguan
kesehatan fisik, mental, orang cacat segala usia dengan cakupan promosi, prevensi, dan
rehabilitatif pada tatanan layanan kesehatan.
2. Melakukan asuhan dan layanan keperawatan di masyarakat.
3. Mendidik orang lain (pasien/klien, mahasiswa, dan perawat lainnya).
4. Melakukan riset sederhana secara mandiri dan/atau kelompok. Mengelola layanan
keperawatan .
5. Melakukan kerjasama kemitraan dan berpartisipasi aktif sebagai anggota tim kesehatan.

Wewenang Lulusan Program Pendidikan Ners


Tujuan pendidikan tahap profesi adalah mempersiapkan mahasiswa melalui penyesuaian
profesional dalam bentuk pengalaman belajar klinik secara komprehensif, sehingga mahasiswa
memiliki kemampuan professional dalam bentuk pengalaman belajar klinik dan pengalaman
belajar lapangan secara komprehensif.
Kewenangan utama lulusan ners:
  Care provider: Menerapkan keterampilan berfikir kritis dan pendekatan sistem untuk
penyelesaian masalah serta pembuatan keputusan keperawatan dalam konteks pemberian askep
yang komprehensif dan holistik berlandaskan aspek etik dan legal.
  Community leader: Mampu menjalankan kepemimpinan di berbagai komunitas, baik komunitas
profesi maupun komunitas sosial.
  Educator: Mampu mendidik pasien dan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya
  Manager: Mampu mengaplikasikan  kepemimpinan dan  manajemen  keperawatan dalam asuhan
klien
  Researcher: Mampu melakukan penelitian sederhana keperawatan  dengan cara menumbuhkan
kuriositas, mencari jawaban terhadap fenomena klien, menerapkan hasil kajian dalam rangka
membantu  mewujudkan Evidence Based Nursing Practice (EBNP).

Setelah lulus para lulusan program ners akan mempunyai kompetensi dan
kewenangan dalam:
1.      Memberikan asuhan keperawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

2.      Melakukan asuhan dan layanan keperawatan di komunitas.

3.      Mendidik orang lain.

4.      Melakukan riset sederhana secara mandiri dan / atau berkelompok.

5.      Mengelola layanan keperawatan.

6.      Melakukan kerjasama kemitraan dan berpartisipasi aktif sebagai anggota tim kesehatan.

7.      Mampu memberikan asuhan peka budaya dengan menghargai

8.      Sumber-sumber etnik, agama atau faktor lain dari setiap pasien yang unik.

9.      Mampu menjamin kualitas asuhan holistik secara kontinyu dan konsisten.

10.  Mampu menggunakan proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah klien.

11.  Mampu menjalankan fungsi advokasi untuk mempertahankan hak klien agar dapat mengambil
keputusan untuk dirinya.

12.  Mampu mendemonstrasikan keterampilan teknis keperawatan yang sesuai dengan SOP.

13.  Mampu mengkolaborasikan berbagai aspek dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan klien.

14.  Mampu melaksanakan terapi modalitas sesuai dengan kebutuhan.

15.  Mampu melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan yang berlaku dalam bidang
kesehatan

16.  Mampu mengkolaborasiakan pelayanan keperawatan.


17.  Mampu memberikan dukungan kepada tim asuhan dengan mempertahankan akuntabilitas asuhan
keperawatan yang diberikan.

18.  Mampu menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif dalam kerja tim dan pemberian
asuhan keperawatan dengan mempertahankan hubungan kolaboratif.

  Sebagai contoh kewenangan lulusan program profesi (ners) keperawatan komunitas 


Kompetensi praktik pada program profesi (Ners) keperawatan komunitas:
1.      Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas dan kelompok khusus dalam konteks pelayanan
kesehatan utama melalui pendekatan proses keperawatan komunitas:
a.       Menyusun alat pengumpulan data/instrumen pengkajian: kuisioner, observasi, panduan
wawancara sesuai kebutuhan dan masalah kesehatan yang umum terjadi di masyarakat.
b.      Melakukan pengkajian keperawatan komunitas melalui pengumpulan data, pengolahan data, dan
analisa data.
c.       Merumuskan masalah kesehatan dan menyusun prioritas masalah kesehatan.
d.      Merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan prioritas masalah kesehatan secara
komprehensif dan kesinambungan untuk mencapai status kesehatan yang optimal.
e.       Melakukan implementasi asuhan keperawatan dengan strategi tindakan keperawatan yang
berfokus pada pendidikan kesehatan untuk memfasilitasi kemandirian masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan kesehatannya.
f.       Menumbuhkembangkan motivasi dan pemberdayaan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
implementasi asuhan keperawatan komunitas.
g.      Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain di wilayah binaan, bila ditemukan masalah
kesehatan yang memerlukan tindakan rujukan keperawatan sesuai dengan kewenangan dan ruang
lingkup praktik keperawatan komunitas.
h.      Mengevaluasi efektivitas asuhan keperawatan komunitas yang diberikan  menggunakan
indikator yang telah ditentukan.
i.        Mendokumentasikan proses kegiatan praktik dan menyusun laporan kegiatan.
j.        Melakukan seminar keperawatan komunitas.

2.      Menerapkan prinsip pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan komunitas melalui
kerja sama dengan berbagai kelompok masyarakat yang ada di wilayah binaan:
a.         Melakukan pertemuan dengan masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dalam lokakarya
mini untuk menyajikan dan mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat.
b.        Melaksanakan pembentukan Kelompok Kerja Kesehatan (Pokjakes) di wilayah binaan.
c.         Memberdayakan/mengaktifkan kembali wadah kesehatan atau kelompok organisasi (LSM) yang
sudah terbentuk di masyarakat.
d.        Melaksanakan kegiatan kesehatan di sekolah yang ada di wilayah binaan melalui kerja sama
dengan puskesmas dalam program UKS.
e.         Melakukan kegiatan di posyandu yang ada di wilayah binaan melalui kerja sama dengan
puskesmas dan lingkungan masyarakat.

3.      Melaksanakan praktik keperawatan komunitas di puskesmas era otonomi daerah (desentralisasi),
yaitu melaksanakan program puskesmas dan pembinaan wilayah kerja.
Program Prioritas:
(a) Promosi Kesehatan
(b) KIA dan KB
(c) Gizi
(d) P2M
(e) Kesehatan Lingkungan,
(f) Pengobatan
(g) Pencatatan dan Pelaporan.

Program Pengembangan:
(a) Usaha Kesehatan Sekolah
(b) Kesehatan Lanjut Usia
(c) Kesehatan Gigi dan Mulut
(d) Kesehatan Mata
(e) Kesehatan Jiwa, dll.

4.      Melaksanakan praktik keperawatan komunitas secara profesional yang berlandaskan pada etika
profesi keperawatan Indonesia (PPNI).
a.         Memberikan pelayanan yang berkualitas pada individu, keluarga dan komunitas.
b.        Menggunakan standar praktik dalam penerapan asuhan keperawatan.
c.         Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari risiko dan kelalaian tindakan.
d.        Menampilkan keterampilan komunikasi efektif dengan masyarakat dan tim kesehatan baik
secara lisan maupun tulisan.
e.         Melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral.
f.         Mengaplikasikan program pemerintah di tatanan pelayanan kesehatan masyarakat.

5.      Menampilkan kemampuan pendukung lainnya:


a.       Menunjukkan sikap jujur, disiplin, mandiri, dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan praktik
keperawatan komunitas.
b.      Mengembangkan konsep berpikir logis dan analitis.
c.       Berinisiatif dan kreatif dalam pemecahan masalah
d.      Melakukan kerja tim dan berkooperasi dengan berbagai pihak dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan di masyarakat.
e.       Melakukan praktik keperawatan yang didasarkan fakta-fakta di masyarakat.

Banyak perawat asing yang akan masuk ke Indonesia. Mereka memiliki standar
kompetensi yang tinggi dan tanggung jawab moral yang baik. Bila kita tidak mengantisipasi,
maka kehadiran mereka dapat menjadi ancaman bagi kita, dan kita akan menjadi tamu di negeri
sendiri. Guna mengantisipasi ancaman itu, dibutuhkan sistem penataan pendidikan tinggi
keperawatan yang baik dan juga kita sendiri sebagai perawat yang harus meningkatkan
kemampuan kita, agar bisa bersaing dengan perawat-perawat dari luar negeri.

Sumber:
1. Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) tahun 2008.

2. Prof. Achir Yani S. Hamid, SKp.,DNSc. (2008). Kebijakan OP PPNI dalam Penerapan
Kompetensi sebagai Jenjang Pendidikan untuk dapat Memberikan Pelayanan Keperawatan yang
Prima. Jakarta: Makalah Seminar.
3. Kutipan dari Naskah Akademik Pendidikan keperawatan Indonesia oleh
PPNI,AIPNI,AIPDIKI dan dukungan dari Kemendiknas (Project HPEQ 2009-2015)

4. Sumber : http://keperawatan.rskariadi.co.id/news/view/pendidikan-keperawatan-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai