PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memahami Teori dan
Model Konseptual Asuhan Kebidanan dalam pelayanan kebidanan di masyarakat.
Tujuan khusus sebagai berikut :
a. Memahami pengertian Teori, Model, Konsep Asuhan Kebidanan
b. Memahami Kegunaan Teori dan Model Asuhan Kebidanan
c. Memahami Macam dan Komponen Model Kebidanan
d. Memahami teori yang mempengaruhi teori dan model asuhan kebidanan
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
TEORI DAN MODEL KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN
2.1 Pengertian
Konsep merupakan penopang sebuah teori yang menjelaskan tentang suatu teori yang
dapat diuji melalui observasi atau penelitian. Model adalah contoh atau peraga untuk
mengambarkan sesuatu. Model kebidanan adalah suatu bentuk pedoman atau acuan yang
merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
Konseptual model merupakan gambaran abstrak suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin
ilmu. Model memberi kerangka untuk memahami dan mengembangkan praktek untuk
dijawab dalam penelitian. Konsep model ditunjukkan dengan banyak cara yaitu mental
model, fisikal model dan simbolik. (Lancaster and Lavcaster, 1992).
Konseptual model kebidanan memberikan suatu gambaran tentang pelayanan dalam
praktek kebidanan dan memberi jawaban-jawaban atas pertanyaan, apa yang merupakan
praktek kebidanan. Model kebidanan berdasarkan pada 4 elemen yaitu orang (wanita, ibu,
pasangan dan orang lain), kesehatan, lingkungan dan kebidanan.
2
Model Kebidanan dapat digunakan untuk :
a. Menyatukan data secara lengkap
1) Tindakan sebagai bantuan dalam komunikasi antara bidan dan pimpinan.
2) Dalam pendidikan untuk mengorganisasi program belajar.
3) Untuk komunikasi bidan dengan klien.
b. Menjelaskan siapa itu bidan, apa yang dikerjakan, keinginan dan kebutuhan untuk:
1) Mengembangkan profesi
2) Mendidik sisiwi bidan
3) Komunikasi dengan klien dan pimpinan
Delapan area untuk mencapai kesehatan bagi semua melalui PHC, delapan area ini adalah
1. Pendidikan tentang masalah kesehatan umumnya dan metode pencegahan dan
pengontrolannya.
2. Promosi kesehatan tentang persediaan makanan dan nutrisi yang layak.
3. Persediaan air yang sehat dan sanitasi dasar yang adekuat
4. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana.
5. Imunisasi
4
6. Pencegahan dan pengawasan penyakit endemik
7. Pengontrolan yang tepat terhadap kecelakaan dan penyakit umum
8. Persediaan obat-obat esensial.
Model sistem maternitas di komunitas yang ideal
University of Southeer Queensland
a. Model kurikulum konseptual partnership dalam praktek kebidanan berdasarkan pada
model pelayanan kesehatan dasar. (Guiililand dan Pairman, 1995)
b. Partnership kebidanan adalah sebuah filosofi prospektif dan suatu model kepedulian
(model of care) sebagai model filosofi prospektif berpendapat bahwa wanita dan
bidan dapat berbagi pengalaman dalam proses persalinan.
c. Persalinan merupakan proses yang sangat normal.
d. Sebuah hubungan partnership menggambarkan dua orang yang bekerjasama dan
saling menguntungkan.
e. Bidan bekerja keras bahwa bidan tidak memaksakan suatu tindakan melainkan
membantu wanita untuk mengambil keputusan sendiri.
f. Konsep “wanita” dalam asuhan kebidanan meliputi mitra perempuan terseebut,
keluarga, kelompok dan budaya.
g. Konsep bidan dalam asuhan kebidanan meliputi bidan itu sendiri, mitranya atau
keluarga, budaya/sub kultur bidan tersebut dan wewenang profesional bidan.
h. Dengan membentuk hubungan antara bidan dan wanita akan membawa mereka
sendiri sebagai manusia ke dalam suatu hubungan partnership yang mana akan
mereka gunakan dalam teurapeutik. Bidan harus mempunyai self knowing, self
nursing, dan merupakan jaringan pribadi dan kolektif yang mendukung.
i. Sebagai model of care the midwifery partnership didasarkan pada prinsip midwifery
care berikut ini :
1) Mengakui dan mendukung adanya keterkaitan antara badan, pikiran, jiwa,
fisik dan lingkungan kultur social (holism)
2) Berasumsi bahwa mayoritas kasus wanita yang bersalin dapat ditolong tanpa
adanyan intervensi.
3) Mendukung dan meningkatkan proses persalinan alami tersebut.
4) Bidan menggunakan suatu pendekatan pemecahan masalah dengan seni dan
ilmu pengetahuan
5) Relationship-based dan kesinambungan dalam motherhood
6) Women centered dan bertukar fikiran antara wanita
5
7) Kekuasaan wanita yaitu berdasarkan tanggung jawab bersama untuk suatu
pengambilan suatu keputusan, tetapi wanita mempunyai kontrol atas
keputusan terakhir mengenai keadaan dirinya dan bayinya.
8) Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktek individu dengan persetujuan
wanita bidan merujuk fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas.
Hubungan antara wanita, bidan dan dokter harus didasari oleh rasa hormat, timbal balik
dan saling percaya, bidan boleh mempertanyakan masalah medis atau perlindungan hukum
untuk wanita untuk alasan apapun, jika wanita tersebut tidak mampu berbicara atas namanya
sendiri.
Persepsi masyarakat kebidanan ditentukan oleh bidan di bagian pelayanan untuk
mengantisipasi siswa dalam menghadapi kasus yang ditemukan di dalam tim, tetapi praktek
siswa akan dibatasi oleh bidan dan akan mengajarkan beberapa pelayanan khusus kebidanan
yang akan meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa, peran perseptor akan semakin
berkurang dalam praktek dan hanya akan menjadi penasehat dan pendukung.
6
Peran bidan adalah mengidentifikasi masalah klien dan melakukan sesuatu untuk
membantu klien untuk memenuhi kebutuhannya. Manfaat dari model ini menurut
Methuen adalah sebagai bukti praktek pengkajian kebidanan yang tidak didasarkan
pada kerangka kerja dari tradisi manapun. Sebagai dasarnya adalah kesehatan bukan
kesakitan sehingga asuhan yang diberikan efektif bagi ibu dan memberikan kebebasan
pada bidan untuk melakukan asuhan.
c. Roy Adaption Model
Pencetusnya adalah Suster Callista Roy (1960), sebagai dasarnya makhluk
biopsikososial yang berhubungan dengan lingkungan. Dikemukan tiga macam
stimulasi yang mempengaruhi adaptasi kesehatan dari individu yaitu :
1) Vokal Stimulasi
Yaitu stimulasi dari lingkungan didekat individu, contohnya kesehatan bayi
akan mempengaruhi ibu yang baru saja melakukan fungsinya.
2) Konsektual stimulasi
Yaitu faktor-faktor umum yang mempengaruhi wanita contohnya kondisi
kehidupan yang buruk.
3) Residual stimulasi
Yaitu faktor internal meliputi kepercayaan, pengalaman dan sikap. Model
kebidanan ini berguna bagi bidan dalam melakukan pengkajian secara
menyeluruh (holistik)
4) Neman Sistem model
Yaitu model yang merupakan awal dari kesehatan individu dan komunitas
(sistem klien) yang digambarkan sebagai pusat energi yang dikelilingi oleh
garis kekuatan dan pertahanan.
9
yang akan datang. Pada ttahap ini wanita akan meninggalkan perannya pada
masa lalu.
2. Teori Ramonna T Mercer
Mercer banyak memfokuskan teorinya pada pengembangan teori dengan
menerapkan hasil penelitian dalam asuhan terhadap ibu. Dalam teorinya mercer lebih
menekankan pada stress antepartum dalam pencapaian peran ibu. Orang menilai teori
mercer ini beroreantasi ke arah praktek. Mercer memperhatikan wanita pada waktu
melahirkan. Ia menigidentifikasi seorang wanita pada hari awal pospartum
menunjukan bahwa wanita lebih mendekatkan diri pada bayi dari pada melakukan
tugas nya sebagai seorang ibu. Teori Mercer sudah banyak digunakan dalam
keperawatan dan disajikan dalam Teks Book Obstetri.
Ada dua pokok pembahasan dalam teori mercer :
a. Effek stress antepartum
Tujuan :
Memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi lemahnya lingkungan
serta dukungan sosial dan kurangnya kepercayaan diri.
Dalam penelitiannya mercer menemukan 6 fakltor yang mempunyai hubungan
dengan status kesehatan yaitu:
1) Hubungan interpersonal
2) Peran keluarga
3) Stress antepartum
4) Dukungan sosial
5) Rasa percaya diri
6) Penguasaan rasa takut, keraguan dan depressi
Antepartum stress adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan
pengalaman negative dalam hidup. Mercer memberikan 3 model yang
saling berhunbungan antara independent variable dan dependent variable
dengan status kesehatan yaitu: peran individu, peran timbal balik dan
peran keluarga.
Maternal role (peran ibu): menjadi seorang ibu berati memperoleh
identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penguraian yang lengkap
tentang diri sendiri.
10
Diungkapkan oleh mercer (1981) bahwa 1-2 juta ibu di amerika yang
gagal memerankan peran ini terbukti dengan tingginya jumlah anak yang
mendapat perlakuan yang kejam.
Mercer melihat menjadi seorang ibu tidak hanya pribadi wanita yang
menjadi ibu, tetapi ia juga melihat kesulitan-kesulitan ynag di hadapi ibu
dalam melaksanakan peran ibu. Peran ibu dan partisipasi suami/ pasangan
sangat penting untuk meyakinkan dan memberikan penghargaan terhadap
peran baru ini.
b. Pencapaian peran
Peran ibu dicapai dalam kurun waktu tertentu dimana ibu menjadi dekat
dengan bayinya yang membutuhkan pendekatan yang kompeten termasuk peran
dalam meng ekspresikan kepuasan dan penghargaan peran. Peran aktif wanita
sebagai ibu dan pasangannya berinteraksi satu dengan yang lain.
Kemudian mercer juga menulis hasil penelitiannya tentang stress
antepartum terhadap fungsi keluarga. Dalam model ini diuraikan efek dari fungsi
keluarga baik positif maupun negative. Mercer mengatakan bahwa stress yang di
sebabkan oleh karena adanya resiko dalam kehamilan akan mempengaruhi
penilaian diri terhadap status kesehatan. Penghargaan diri, status kesehatan, dan
dukungan sosial diperkirakan mempunyai efek langsung yang positif terhadap
penguasaan. Diperkirakan hal ini mempunyai efek yang negative terhadap
ketakutan dan depresi yang mempunyai efek negative yang langsung terhadap
fungsi keluarga.
Hubungan ini telah dibuktikan dalam suatu penelitan terhadap wanita yang
dirawat di RS dengan kehamilan resiko tinggi. Wanita-wanita tersebut
dibandingkan dengan wanita-wanita dengan kehamilan resiko rendah. Sebagian
dari pasangan kedua grup ini juga diikit sertakan dalam penelitian ini.
Dari penelitian ternyata bahwa wanita dengan kehamilan resiko tinggi
mengalami fungsi keluarga yang kurang optimal daripada wanita dengan
kehamilan resiko rendah.
11
3. Teori Ernestine weidenbach
Ernestine weidenbach sudah pernah bekerja dalam suatu proyek yang
mempersiapkan persalinan berdasarkan teori Dr. Grantley Dick Read. Weidenbach
mengembangkan teorinya secara induktive berdasarkan pengalaman dan observinya
dalam praktek.
Konsep yang luas menurut weidenbach yang nyata ditemukan dalam
keperawatan yaitu:
a. The Agent: perawat, bidan atau orang lain
Filosofi weidenbach tentang asuhan kebidanan dan tindakan kebidanan
dapat dilihat dalam uraiannya yang jelas pada perawatan martenitas dimana
kebutuhan ibu dan bayi yang segera untuk mengembangkan kebutuhan yang
lebih luas yaitu kebutuuhan ibu dan ayah dalam persiapan menjadi orang tua
b. The recipient : wanita , keluarga, masyarakat
Wanita, masyarakat yang oleh sebab tertentu tidak mampu memenuhi
kebutuhannya. Weidenbach sendiri berpandangan bahwa recipient adalah
individu yang berkompetent dan mampu menetukan kebutuhannya akan
bantuan.
c. The goal/purpose : goal dari intervensi
Didasari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahuai
sebelum menentukan goal. Bila sudah diketahui kebutuhan ini, maka dapat
diperkirakan goal yang akan dicapai dengan mempertimbangkan tingkah laku
fisik, emosional atau fisiological yang berbeda dari kebutuhan normal.
d. The means : metode untuk mencapai tujuan
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan weidenbach menetukan
beberapa tahap yaitu :
1) Identifikasi kebutuhan klien
2) Ministration/ memberikan dukungan dalam mencari pertolongan yang
dibutuhkan.
3) Validation bantuan yang diberikan sungguh merupakan bantuan yang
membutuhkan
4) Coordination dengan ketenangan yang direncanakan untuk memberikan
bantuan.
Untuk mengidentifikasi kebutuhan ini diperlukan juga :
1) Pengetahuan
12
2) Judgement
3) Keterampilan
e. The Framework : organisasi social, lingkungan profesional
14
6. Teori Oream (Self Care Defisit Theory)
Fokus : setiap orang mempunyai kebutuhan utuk merawat dirinya sendiri &
berhak memenuhi kebutuhannya sendiri kecuali tidak memungkinkan.
a. Self care agent : orang yang bisa memenuhi kebutuhan self care sendiri.
b. Dependent care agent : bayi, anak, orang sakit berat/ tidak sadar,keluarga atau
orangtua
c. Kebutuhan self care dibagi 3 kategori :
1) Universal self care
Kebutuhan dasar manusia : kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi,
keseimbangan aktivitas & istirahat.
2) Development self care
Kebutuhan yang timbul menurut tahap perkembangan individu dan lingkungan
dimana individu tersebut berada, sehingga kebutuhan ini di hubungankan
dengan siklus kehidupan manusia.
3) Health deviation self care
Kebutuhan yang ada jika seseorang kesehatannya terganggu, mengakibatkan
perubahan perilaku self care.
d. Self care defisit theory
Bila tuntutan lebih besar dari kemampuan maka akan terjadi ketidakseimbangan
yang disebut self care defisit.
Inti teori oream : dapat ditentukan kapan asuhan kebidanan itu dibutuhkan.
e. Tujuan memenuhi kebutuhan self care dapat dicapai dengan cara :
1) Menurunkan kebutuhan self care ketahap dimana pasien dapat memenuhinya.
2) Meningkatkan kemampuan pasien untuk dapat memenuhi self care.
3) Mengizinkan keluarga orang lain untuk memberikan dependent care bila self
care tidak memungkinkan.
4) Jika tidak dapat dilaksanakan, bidan yang akan memberi bantuan.
f. Dalam memberi bantuan, bidan memperhatikan 5 aspek penting :
1) Menjalin hubungan baik dengan pasien/ keluarga sampai kelompok tersebut
mampu melaksanakan asuhan sendiri.
2) Menentukan bantuan yang dibutuhkan pasien.
3) Memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
4) Merencanakan bantuan langsung bersama pasien dan keluarga
5) Mengintegrasikan asuhan dengan kegiatan sehari-hari pasien.
15
Pembahasan Jurnal
1. Berdasarkan jurnal internsional yang ditulis oleh Annita O’Connorfaye dan Doris Heather
Skirton bahwa di banyak negara perawatan atau asuhan selama kehamilan, persalinan dan
nifas sering disediakan oleh bidan terlatih, meskipun resiko spesifik yang terkait dengan
kehamilan diusia lanjut perhatian telah bergeser jauh dari kelompok perempuan ini
berkaitan dengan skrining janin dan pengujian. Dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasi pengalaman ibu berusia 35 tahun keatas selama kehamilan dan periode
prenatal, karena tidak jelas apakah kebutuhan mereka saat ini dipenuhi oleh bidan.
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2012. Dari 397 ibu yang menyelesaikan survey
banyak didapati menerima perawatan atau asuhan kebidanan yang baik, tetapi yang lain
merasa kebutuhan perawatan atau asuhan mereka tidak dipenuhi atau yang menawarkan
dukungan yang memadai, melanjutkan pendidikan dan bidan dan kepemimpinan
profesioanal diperlukan untuk mendukung praktisi mengembangkan keterampilan penting
untuk merawat perempuan. Jurnal ini menggambarkan bahwa masih terdapat bidan yang
kurang memenuhi kliennya sendiri khususnya dengan ibu yamg membutuhkan kebutuhan
khusus (Resiko Tinggi) Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa bidan harus lebih
memperhatikan lagi siapakah bidan sebenarnya, apa yang dikerjakannya, keinginan dan
kebutuhan untuk mengembangkan profesinya. Hal ini sesuai teori benner (1994) tentang
kegunaan model kebidanan.
2. Berdasarkan Jurnal Nasional yang ditulis oleh Ayu Pramitha Sari pada tahun 2010
tentang penerapan asuhan sayang ibu selama proses persalinan, berdasarkan hasil
penelitian didapatkan bahwa dari 22 responden (10%) menilai bahwa penerapan asuhan
sayang ibu selama proses persalinan di bidan wilayah kerja puskesmas A sudah baik. Hal
ini menunjukkan bahwa bidan dalam memberikan pelayanan sebagian besar sudah
diterima pasien dengan menerapkan prinsip asuhan sayang ibu terhadap kepuasan pasien.
Terdapat 4 item yang dinilai dalam penelitian ini terkait penerapan asuhan sayang ibu
dalam proses persalinan :
Dukungan bidan dalam proses persalinan
Tindakan bidan sebelum asuhan persalinan
Penerapan asuhan sayang ibu
Penerapan asuhan sayang ibu setelah bayi baru lahir
16
Jurnal ini sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Ramona T Mercer bahwa Mercer
memperhatikan wanita saat melahirkan yakni dengan memberikan asuhan ibu salah
satunya dengan pelaksanaan asuhan sayang ibu.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam menjalankan profesi kebidanan, diperlukan tanggung jawab dan
profesionalisme yang tinggi. Untuk mewujudkannya diperlukan beberapa konsep asuhan
kebidanan seperti yang telah diuraikan yaitu asuhan yang berkesinambungan, keluarga
sebagai pusat asuhan, pendidikan dan konseling yang merupakan bagian dari asuhan,
intervensi dalam asuhan, fleksibilitas dalam asuhan, keterlibatan dalam asuhan, advokasi dari
klien, dan waktu.
3.2 Saran
Maka diharapkan pemberian pelayanan dari seseorang tenaga kesehatan (bidan)
kepada pasien/klien terpenuhi. Setiap kebutuhan dalam bantuan pertolongan persalinan, harus
diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan pelayanan dalam asuhan kebidanan itu sendiri.
Jadikan setiap pasien/klien itu keluarga kita karena dengan begitu akan terwujud hubungan
yang harmonis, dan sangat membantu dalam kelancaran pelayanan kesehatan.
idalissufiatidhakiyah
Just another WordPress.com site
Home
About
A. Pengertian Bidan
18
Dalam bahasa inggris , kata Midwife (Bidan) berarti ”with woman”(bersama wanita ,
mid= together, wife=a woman. Dalam bahasa perancis, sage femme ( bidan ) berarti ” wanita
bijaksana, sedangkan dalam bahasa latin, cum-mater ( bidan) berarti ”berkaitan dengan
wanita”.
B. Pengertian Profesi
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus sebagai pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan mempunyai
tugas yang sangat unik, yaitu :
2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui
proses pendidikan dan jenjang tertentu.
4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang
teguh kode etik profesi.
19
1. Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara profesional.
2. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya, yaitu
standar pelayanan kebidanan, kode etik, dan etika kebidanan.
8. Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama penghidupan.
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu
pada masyarakat.
3. Bersifat jujur
20
6. Mengembangkan kemitraan
7. Terampil berkomunikasi
Instruksi Presiden Soeharto pada sidang kabinet Paripurna tentang perlunya penempatan
bidan di desa.
Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 572 th 1994 tentang registrasi dan praktek bidan.
Peraturan Pemerintah No. 32 th 1996 lembaran negara No. 49 tentang tenaga kesehatan.
Kepmenkes No. 077a/Menkes/SK/III/97 tentang petujuk teknis pelaksaan masa bakti bidan
PTT dan pengembangan karir melalui praktek bidan perorangan di desa.
Surat Keputusan Presiden RI No. 77 th 2000 tentang perubahan atas keputusan Presiden No.
23 th 1994 tentang pengangkatan bidan sebagai PTT.
Asuhan kebidanan yang berpusat pada wanita (735), menempatkan orang orang
yang menggunakan pelayanan kesehatan di pusat asuhan telah menjadi kebijakan pemerintah
dalam 10 tahun terakhir, sebagian disebabkan oleh tekanan dari masyarakat dalam
menyediakan semua asuhan kesehatan. Perhatian wanita tentang jenis pelayanan yang didapat
telah menjadi momentum yang ditunggu tunggu sejak tahun 1960-an, setelah
diperkenalkannya teknologi dan teknik yang lebih invasif.
21
Organisasi dan pola asuhan telah menjadi lebih kompleks dan pelayanan menjadi
lebih terkotak-kotak dengan banyak perselisihan tentang siapa yang harus mengatur kelahiran
bayi dan dimana tempatnya (curell, 1990; House of Commons Health Committee,1992)
Ketetapan pelayanan yang lebih sensitif melibatkan wanita dalam perencanaan dan
pemantauan pelayanan, juga mampu menentukan elemen-elemen perawatan apa yang mereka
terima. Organisasi perlu mendukung para staf untuk menciptakan lingkungan positif yang
membantu perkembangan lembaga dan memfasilitasi perubahan. Wanita umumnya merasa
puas dengan pelayanan tetapi ada beberapa hal yang memerlukan peningkatan. Yang jelas,
perlu dilakukan suatu pendekatan yang terfokus dan kolaboratif oleh oleh para bidan, tenaga
medis dan yang lainnya jika mereka hendak maju ke depan dan bekerja sama dengan kaum
wanita, kuncinya adalah keterlibatan ssemua pihak. Pencapaian pelayanan yang berpusat
pada wanita membutuhkan suatu komitmen dari setiap orang yang peduli, tidak hanya
mereka yang mengatur penggunaan sumber-sumber mereka yang bertindak sebagai pemberi
asuhan (dokter,bidan dan lainnya).
Kirkham (1996) menyatakan bahwa kita dipengaruhi oleh masa lalu kita dan proses
profesionalisasi telah menciptakan dilema dalam tiga tahap hubungan dengan para bidan,
kaum wanita dan tenaga profesional yang lain. Hubungan ini menjadi dasar bagaimana kita
melakukan praktik yang perlu dikembangkan.
Telah dipahami bahwa jika bidan akan bergerak ke pelayanan yang benar –benar
berpusat pada wanita maka mereka membutuhkan perubahan dalam struktur organisasi dan
sistem operasional,demikian pula dengan persiapan demi kepentingan setiap praktisi.
22
Dasar dari suatu pelayanan membutuhkan pembicara yang baik, suatu sistem yang
menunjukkan pilihan dan suatu pelayanan informasi yang :
Tidak diragukan jika bidan dan wanita bekerja sama maka mereka adalah
kekuatan yang sangat dahsyat untuk perubahan. Mungkin pertanyaan terpenting adalah “
apakah bidan dan wanita menginginkan suatu perubahan ?” Asuhan berpusat pada wanita
hanya akan menjadi suatu praktik nyata jika bidan dan wanita menginginkannya.
Bagaimana koping bidan terhadap pola kerja baru yang diperkenalkan dalam nama
asuhan berpusat pada wanita?
Berapa banyak biaya perencanaan, yang mungkin lebih penting berapa biaya pastinya
dan apakah hal itu sebanding?
Bagaimanapun, perubahan tidak akan terjadi kecuali kaum wanita merasa percaya
diri, mampu memberdayakan, mengembangkan dan mendukung diri mereka sendiri. Bagian
dari pemberdayaan adalah memiliki informasi yang baik tentang apa yang harus ditawarkan
dan peka terhadap pilihan yang ada. Pengetahuan adalah kekuatan tapi mengetahui
bagaimana menggunakannya adalah pemberdayaan.
23
Para bidan dan ahli obstetrik harus peka terhadap masalah ini dan harus secara
konstan mengawasi dan mengevaluasi praktik mereka,memastikan bahwa mereka
menyediakan tipe asuhan yang dapat diakses, aman, menguntungkan dan dapat diterima oleh
kaum wanita. Perjalanan praktik ke masa depan harus dalam lingkup kerja sama, bidan dan
ahli obstetrik secara aktif mendengarkan wanita, yang mereka katakan untuk mengetahui apa
yang mereka inginkan dan mengapa, serta memperhatikannya. Dalam perkataan proust,
mereka perlu melihat dengan mata yang baru : “Perjalanan nyata dari suatu penemuan
bukanlah mencari daratan baru tetapi melihat dengan mata yang baru” (proust)
Melahirkan anak tidak berubah, yang berubah adalah para bidan, ahli obstetrik dan
para wanita; itulah sebabnya mendengarkan menjadi sangat penting.
Water Birthing adalah sebuah cara persalinan didalam air yang hangat, ibu yang
hendak melahirkan dimasukkan ke dalam sebuah kolam bersalin khusus yang berisi air
hangat dan besarnya kira-kira berdiameter 2 meter.
Hypnobirthing adalah metode yang berakar pada ilmu hypnosis dengan metode
pendekatan kejiwaan yang memberi kesempatan kepada wanita untuk berkonsentrasi, fokus
dan rileks.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Beberapa sasaran MDGs telah dibahas secara mendalam tentang sasaran kelima
untuk meningkatkan kesehatan ibu. Oleh karena itu mutu pelayan bidan adalah faktor-faktor
24
yang perlu mendapatkan perhatian secara serius. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang
sistimatis agar penyediaan, distribusi dan mutu tenaga bidan dapat dijamin pelaksanaannya.
B. SARAN
1. Sebagai mahasiswa bidan sebaiknya menjaga fisik dan mental yang seimbang. Karena
mental yang baik menunjang fisik yang baik pula. Hati yang tidak baik pasti tercermin
dari perilaku dan sikap yang tidak baik pula. Jadi hati yang baik dapt berpositif
thingking, feeling good, baik hati, bahagia, simpati, bersemangat merupakan energi yang
harus kita pupuk dan kita tanamkan didiri kita yang nantinya akan bidan pancarkan
kepada kliennya.
DAFTAR PUSTAKA
– Prawiroharjo, Suryono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
25
MAKALAH
Di susun Sebagai Tugas Terstruktur Mata Kuliah Konsep Kebidanan Semester I Tahun
Ajaran 2010/2011
Disusun Oleh:
Kelompok I Kelas 1 B
Hartini (100055)
Setianingsih (100056)
Widiawati (100060)
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
26
Pada saat ini MDGs telah dijadikan pedoman untuk menyusun perioritas
pembangunan global serta telah diterima secara luas sebagai alat ukur kemajuan
pembangunan suatu bangsa. Ketersediaan tenaga kesehatan yang terampil dalam menolong
persalinan telah masuk ke dalam indikator pencapaian MDGs artinya masalah bidan dalam
agenda pembangunan global dan nasional atas dasar inilah perlu dilakukan pembahasan
secara mendalam tentang tenaga kesehatan yang terampil dalam dalam rangka mencapai
target-target MDGs.
Tenaga penolong persalinan terampil (bidan) tanpa menggali inovasi dan upaya-
upaya baru untuk meningkatkan akses dan kualitas pada pertolongan persalinan oleh tenaga
medis yang terampil maka mustahil sasaran MDGs dapat tercapai di Indonesia.
B. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Pengertian bidan
Pengertian profesi
27
Contoh inovasi perkembangan pelayanan kebidanan
3. Manfaat Makalah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Bidan
Dalam bahasa inggris , kata Midwife (Bidan) berarti ”with woman”(bersama wanita ,
mid= together, wife=a woman. Dalam bahasa perancis, sage femme ( bidan ) berarti ” wanita
bijaksana, sedangkan dalam bahasa latin, cum-mater ( bidan) berarti ”berkaitan dengan
wanita”.
B. Pengertian Profesi
28
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus sebagai pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan mempunyai
tugas yang sangat unik, yaitu :
2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui
proses pendidikan dan jenjang tertentu.
4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang
teguh kode etik profesi.
2. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya, yaitu
standar pelayanan kebidanan, kode etik, dan etika kebidanan.
8. Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama penghidupan.
29
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu
pada masyarakat.
3. Bersifat jujur
6. Mengembangkan kemitraan
7. Terampil berkomunikasi
Instruksi Presiden Soeharto pada sidang kabinet Paripurna tentang perlunya penempatan
bidan di desa.
Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 572 th 1994 tentang registrasi dan praktek bidan.
30
Peraturan Pemerintah No. 32 th 1996 lembaran negara No. 49 tentang tenaga kesehatan.
Kepmenkes No. 077a/Menkes/SK/III/97 tentang petujuk teknis pelaksaan masa bakti bidan
PTT dan pengembangan karir melalui praktek bidan perorangan di desa.
Surat Keputusan Presiden RI No. 77 th 2000 tentang perubahan atas keputusan Presiden No.
23 th 1994 tentang pengangkatan bidan sebagai PTT.
Asuhan kebidanan yang berpusat pada wanita (735), menempatkan orang orang
yang menggunakan pelayanan kesehatan di pusat asuhan telah menjadi kebijakan pemerintah
dalam 10 tahun terakhir, sebagian disebabkan oleh tekanan dari masyarakat dalam
menyediakan semua asuhan kesehatan. Perhatian wanita tentang jenis pelayanan yang didapat
telah menjadi momentum yang ditunggu tunggu sejak tahun 1960-an, setelah
diperkenalkannya teknologi dan teknik yang lebih invasif.
Organisasi dan pola asuhan telah menjadi lebih kompleks dan pelayanan menjadi
lebih terkotak-kotak dengan banyak perselisihan tentang siapa yang harus mengatur kelahiran
bayi dan dimana tempatnya (curell, 1990; House of Commons Health Committee,1992)
Ketetapan pelayanan yang lebih sensitif melibatkan wanita dalam perencanaan dan
pemantauan pelayanan, juga mampu menentukan elemen-elemen perawatan apa yang mereka
terima. Organisasi perlu mendukung para staf untuk menciptakan lingkungan positif yang
membantu perkembangan lembaga dan memfasilitasi perubahan. Wanita umumnya merasa
puas dengan pelayanan tetapi ada beberapa hal yang memerlukan peningkatan. Yang jelas,
perlu dilakukan suatu pendekatan yang terfokus dan kolaboratif oleh oleh para bidan, tenaga
medis dan yang lainnya jika mereka hendak maju ke depan dan bekerja sama dengan kaum
wanita, kuncinya adalah keterlibatan ssemua pihak. Pencapaian pelayanan yang berpusat
pada wanita membutuhkan suatu komitmen dari setiap orang yang peduli, tidak hanya
mereka yang mengatur penggunaan sumber-sumber mereka yang bertindak sebagai pemberi
asuhan (dokter,bidan dan lainnya).
Kirkham (1996) menyatakan bahwa kita dipengaruhi oleh masa lalu kita dan proses
profesionalisasi telah menciptakan dilema dalam tiga tahap hubungan dengan para bidan,
31
kaum wanita dan tenaga profesional yang lain. Hubungan ini menjadi dasar bagaimana kita
melakukan praktik yang perlu dikembangkan.
Telah dipahami bahwa jika bidan akan bergerak ke pelayanan yang benar –benar
berpusat pada wanita maka mereka membutuhkan perubahan dalam struktur organisasi dan
sistem operasional,demikian pula dengan persiapan demi kepentingan setiap praktisi.
Dasar dari suatu pelayanan membutuhkan pembicara yang baik, suatu sistem yang
menunjukkan pilihan dan suatu pelayanan informasi yang :
Tidak diragukan jika bidan dan wanita bekerja sama maka mereka adalah
kekuatan yang sangat dahsyat untuk perubahan. Mungkin pertanyaan terpenting adalah “
apakah bidan dan wanita menginginkan suatu perubahan ?” Asuhan berpusat pada wanita
hanya akan menjadi suatu praktik nyata jika bidan dan wanita menginginkannya.
32
Apa jenis pilihan yang diberikan pada kaum wanita?
Bagaimana koping bidan terhadap pola kerja baru yang diperkenalkan dalam nama
asuhan berpusat pada wanita?
Berapa banyak biaya perencanaan, yang mungkin lebih penting berapa biaya pastinya
dan apakah hal itu sebanding?
Bagaimanapun, perubahan tidak akan terjadi kecuali kaum wanita merasa percaya
diri, mampu memberdayakan, mengembangkan dan mendukung diri mereka sendiri. Bagian
dari pemberdayaan adalah memiliki informasi yang baik tentang apa yang harus ditawarkan
dan peka terhadap pilihan yang ada. Pengetahuan adalah kekuatan tapi mengetahui
bagaimana menggunakannya adalah pemberdayaan.
KETERIKATAN
KEPERCAYAAN
KOMITMEN
TIM
III
TIM
Pemberdayaan
33
Pengembangan Dukungan
Para bidan dan ahli obstetrik harus peka terhadap masalah ini dan harus secara
konstan mengawasi dan mengevaluasi praktik mereka,memastikan bahwa mereka
menyediakan tipe asuhan yang dapat diakses, aman, menguntungkan dan dapat diterima oleh
kaum wanita. Perjalanan praktik ke masa depan harus dalam lingkup kerja sama, bidan dan
ahli obstetrik secara aktif mendengarkan wanita, yang mereka katakan untuk mengetahui apa
yang mereka inginkan dan mengapa, serta memperhatikannya. Dalam perkataan proust,
mereka perlu melihat dengan mata yang baru : “Perjalanan nyata dari suatu penemuan
bukanlah mencari daratan baru tetapi melihat dengan mata yang baru” (proust)
Melahirkan anak tidak berubah, yang berubah adalah para bidan, ahli obstetrik dan
para wanita; itulah sebabnya mendengarkan menjadi sangat penting.
Water Birthing adalah sebuah cara persalinan didalam air yang hangat, ibu yang
hendak melahirkan dimasukkan ke dalam sebuah kolam bersalin khusus yang berisi air
hangat dan besarnya kira-kira berdiameter 2 meter.
Hypnobirthing adalah metode yang berakar pada ilmu hypnosis dengan metode
pendekatan kejiwaan yang memberi kesempatan kepada wanita untuk berkonsentrasi, fokus
dan rileks.
BAB III
34
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Beberapa sasaran MDGs telah dibahas secara mendalam tentang sasaran kelima
untuk meningkatkan kesehatan ibu. Oleh karena itu mutu pelayan bidan adalah faktor-faktor
yang perlu mendapatkan perhatian secara serius. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang
sistimatis agar penyediaan, distribusi dan mutu tenaga bidan dapat dijamin pelaksanaannya.
B. SARAN
1. Sebagai mahasiswa bidan sebaiknya menjaga fisik dan mental yang seimbang. Karena
mental yang baik menunjang fisik yang baik pula. Hati yang tidak baik pasti tercermin
dari perilaku dan sikap yang tidak baik pula. Jadi hati yang baik dapt berpositif
thingking, feeling good, baik hati, bahagia, simpati, bersemangat merupakan energi yang
harus kita pupuk dan kita tanamkan didiri kita yang nantinya akan bidan pancarkan
kepada kliennya.
DAFTAR PUSTAKA
35
– Makalah Pelatihan Manajemen Asuhan Kebidanan (2002) Tim Pusat Pengembangan
Keperawatan Corolus (PPKC), Yogyakarta
– Prawiroharjo, Suryono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Advertisements
Report this ad
Report this ad
Leave a Reply
Advertisements
Report this ad
Pages
About
Categories
Archives
January 2011
Blog at WordPress.com. •
Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to
their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
Follow
36
DAFTAR PUSTAKA
Soepardan, suryani. Hadi, Dadi Anwar. Etika Kebidanan Dan Hukum Kesehatan. Jakarta.
Buku kedokteran EGC. 2005.
Departemen Kesehatan RI. Konsep Kebidanan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 1995.
Bannet, Ruth V. Borwn, Linda K. Myles text book for midwifes. Curchill livingstone:
London. 1989 : hal 658 dan 667
Dimond, Bridgit. Legal aspect of midwifes third edition. Books for midwifes.2006. hal 73 sd
82
Sweet, Betty R. Mayes midwifery edisi 12. Denise tiran foreword by jane winship UKCC :
london. 1998 : hal 8-9
https://www.womenandbirth.org/article/S1031-170X(97)80044-X/abstract
37