Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang berpengaruh
terhadap meningkatnya kritis masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, termasuk
pelayanan kebidanan. Hal itu menjadi tantangan bagi profesi bidan untuk meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme dalam menjalankan praktek kebidanan serta dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas.
Menempatkan orang-orang yang menggunakan pelayanan kesehatan pada pusat
asuhan telah menjadi kebijakan pemerintah dalam 10 tahun terakhir, salah satunya
pelayanan yang berpusat pada wanita. Wanita dalam paradigma kebidanan sebagai
mahluk bio-psiko-sosial-kultural yang utuh dan unik mempunyai kebutuhan dasar yang
bermacam-macam sesuai dengan tingkat perkembangannya. Kritikan dari sebagian
wanita yang menggunakan pelayanan maternitas bahwa kebutuhan mereka tidak
terpenuhi. Kesimpulan adalah bahwa wanita dan bayinya harus menjadi pusat asuhan dan
pelayanan maternitas harus tersedia disekitar mereka.
Yang sangat penting adalah perpindahan menuju ketetapan pelayanan yang lebih
sensitif serta melibatkan wanita dalam perencanaan dan pemantauan pelayanan, juga
mampu menentukan elemen-elemen perawatan yang mereka terima.Pengembangan
komunikasi adalah kunci pelayanan yang lebih sensitif dan responsif. Sikap etis
professional dalam berkomunikasi akan mewarnai setiap langkah bidan, termasuk dalam
mengambil keputusan dalam merespon situasi yang muncul pada asuhan yang diberikan.
Untuk menjawab tantangan tersebut diperlukan konseptual model atau teori-teori yang
mempengaruhi praktik kebidanan sehingga wawasan seorang bidan semakin luas.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memahami Teori dan
Model Konseptual Asuhan Kebidanan dalam pelayanan kebidanan di masyarakat.
Tujuan khusus sebagai berikut :
a. Memahami pengertian Teori, Model, Konsep Asuhan Kebidanan
b. Memahami Kegunaan Teori dan Model Asuhan Kebidanan
c. Memahami Macam dan Komponen Model Kebidanan
d. Memahami teori yang mempengaruhi teori dan model asuhan kebidanan
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
TEORI DAN MODEL KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN

2.1 Pengertian
Konsep merupakan penopang sebuah teori yang menjelaskan tentang suatu teori yang
dapat diuji melalui observasi atau penelitian. Model adalah contoh atau peraga untuk
mengambarkan sesuatu. Model kebidanan adalah suatu bentuk pedoman atau acuan yang
merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
Konseptual model merupakan gambaran abstrak suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin
ilmu. Model memberi kerangka untuk memahami dan mengembangkan praktek untuk
dijawab dalam penelitian. Konsep model ditunjukkan dengan banyak cara yaitu mental
model, fisikal model dan simbolik. (Lancaster and Lavcaster, 1992).
Konseptual model kebidanan memberikan suatu gambaran tentang pelayanan dalam
praktek kebidanan dan memberi jawaban-jawaban atas pertanyaan, apa yang merupakan
praktek kebidanan. Model kebidanan berdasarkan pada 4 elemen yaitu orang (wanita, ibu,
pasangan dan orang lain), kesehatan, lingkungan dan kebidanan.

2.2 Kegunaan Model


Adapun kegunaan model adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengambarkan beberapa aspek (konkrit maupun abstrak) dengan
mengartikan persamaanya seperti struktur, gambar, diagram dan rumus. Model
tidak seperti teori, tidak memfokuskan pada hubungan antara dua fenomena tapi
lebih mengarah pada struktur dan fungsi. Sebuah model pada dasarnya analogi
atau gambar simbolik sebuah ide.
b. Merupakan gagasan mental sebagai bagian teori yang memberikan bantuan ilmu-
ilmu sosial dalam mengkonsep dan menyamakan aspek-aspek dalam proses
sosial (Galt dan Smith, 1976)
c. Menggambarkan sebuah kenyataan, gambaran abstrak sehingga banyak
digunakan oleh disiplin ilmu lain sebagai parameter garis besar praktek (Berner,
1984)

2
Model Kebidanan dapat digunakan untuk :
a. Menyatukan data secara lengkap
1) Tindakan sebagai bantuan dalam komunikasi antara bidan dan pimpinan.
2) Dalam pendidikan untuk mengorganisasi program belajar.
3) Untuk komunikasi bidan dengan klien.
b. Menjelaskan siapa itu bidan, apa yang dikerjakan, keinginan dan kebutuhan untuk:
1) Mengembangkan profesi
2) Mendidik sisiwi bidan
3) Komunikasi dengan klien dan pimpinan

2.3 Komponen dan Macam Model Kebidanan


Model Kebidanan dibagi menjadi 5 komponen yaitu :
a. Memonitor kesejahteraan ibu
b. Mempersiapkan ibu dengan memberikan pendidikan dan konseling
c. Intervensi teknologi seminimal mungkin
d. Mengidentifikasi dan memberi bantuan obstetrik
e. Lakukan rujukan

Macam Model Kebidanan


1. Model dalam mengkaji kebutuhan dalam praktek kebidanan
Model ini memiliki 4 unit yang penting yaitu ibu dalam keluarga, konsep kebutuhan,
partnership dan faktor kedoketran dan keterbukaan.
2. Model medical
Merupakan salah satu model yang dikembangkan untuk membantu manusia dalam
memahami proses sehat sakit dalam arti kesehatan. Tujuannya adalah sebagai
kerangka kerja untuk pemahaman dan tindakan sehingga dipertanyaan dalam model
ini adalah “dapatkah dengan mudah dipahami dan dapatkah dipakai dalam praktek”.

Model sehat untuk semua/Health For All (HFA)


Model ini dicetuskan oleh WHO dalam Deklrasi Alma Atta tahun 1978. Fokus
pelayanan ditujukan pada wanita, keluarga dan masyarakat serta sebagai sarana komunikasi
dari bidan-bidan negara lain. Tema HFA menurut Euis dan Simmer (1992) :
1) Mengurangi ketidaksamaan kesehatan
2) Perbaikan kesehatan melalui usaha promotif dan preventif
3
3) Partisipasi masyarakat
4) Kerjasama yang baik pemerintah dengan sektor lain yang terkait
5) Primary Health Care (PHC) adalah dasar pelayanan utama dari sistem pelayanan
kesehatan.
PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang didasarkan pada prraktek, ilmu
pengetahuan yang logis dan metode social yang tepat serta teknologi universal yang dapat
diperoleh oleh individu dan keluarga dalam komunitas melalui partisipasi dan merupakan
suatu value dalam masyarakat dan negara yang mampu menjaga setiap langkah
perkembangan berdasarkan kepercayaan dan ketentuannya.
Dari model HFA dan defenisi PHC terdapat lima konsep (WHO, 1998) :
a. Hak penentuan kesehatan oleh cakupan populasi universal dengan penyedia asuhan
berdasarkan kebutuhan.
b. Pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dimana pelayanan dapat
memenuhi segala macam tipe-tipe kebutuhan yang berbeda harus disediakan dalam
satu kesatuan (semua pelayanan dalam satu tempat)
c. Pelayanan harus efektif, dapat diterima oleh norma, dapat menghasilkan dan diatur,
yaitu pelayanan harus dapat memenuhi kebutuhan yang dapat diterima oleh
masyarakat dan pelayanan harus dimonitor dan diatur secara efektif.
d. Komunitas harus terlibat dalam pengembangan, penentuan pemonitoran pelayanan,
yaitu penentuan asuhan kesehatan merupakan tanggung jawab semua komunitas dan
kesehatan dipandang sebagai faktor yang berperan untuk pengembangan seluruh
lapisan masyarakat.
e. Kolaborasi antar sekolah untuk kesehatan itu sendiri dan pelayanan kesehatan tidak
dapat bergantung pada pelayanan kesehatan saja tetapi juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti perumahan, polusi lingkungan, persediaan makanan dan
metode publikasi.

Delapan area untuk mencapai kesehatan bagi semua melalui PHC, delapan area ini adalah
1. Pendidikan tentang masalah kesehatan umumnya dan metode pencegahan dan
pengontrolannya.
2. Promosi kesehatan tentang persediaan makanan dan nutrisi yang layak.
3. Persediaan air yang sehat dan sanitasi dasar yang adekuat
4. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana.
5. Imunisasi
4
6. Pencegahan dan pengawasan penyakit endemik
7. Pengontrolan yang tepat terhadap kecelakaan dan penyakit umum
8. Persediaan obat-obat esensial.
Model sistem maternitas di komunitas yang ideal
University of Southeer Queensland
a. Model kurikulum konseptual partnership dalam praktek kebidanan berdasarkan pada
model pelayanan kesehatan dasar. (Guiililand dan Pairman, 1995)
b. Partnership kebidanan adalah sebuah filosofi prospektif dan suatu model kepedulian
(model of care) sebagai model filosofi prospektif berpendapat bahwa wanita dan
bidan dapat berbagi pengalaman dalam proses persalinan.
c. Persalinan merupakan proses yang sangat normal.
d. Sebuah hubungan partnership menggambarkan dua orang yang bekerjasama dan
saling menguntungkan.
e. Bidan bekerja keras bahwa bidan tidak memaksakan suatu tindakan melainkan
membantu wanita untuk mengambil keputusan sendiri.
f. Konsep “wanita” dalam asuhan kebidanan meliputi mitra perempuan terseebut,
keluarga, kelompok dan budaya.
g. Konsep bidan dalam asuhan kebidanan meliputi bidan itu sendiri, mitranya atau
keluarga, budaya/sub kultur bidan tersebut dan wewenang profesional bidan.
h. Dengan membentuk hubungan antara bidan dan wanita akan membawa mereka
sendiri sebagai manusia ke dalam suatu hubungan partnership yang mana akan
mereka gunakan dalam teurapeutik. Bidan harus mempunyai self knowing, self
nursing, dan merupakan jaringan pribadi dan kolektif yang mendukung.
i. Sebagai model of care the midwifery partnership didasarkan pada prinsip midwifery
care berikut ini :
1) Mengakui dan mendukung adanya keterkaitan antara badan, pikiran, jiwa,
fisik dan lingkungan kultur social (holism)
2) Berasumsi bahwa mayoritas kasus wanita yang bersalin dapat ditolong tanpa
adanyan intervensi.
3) Mendukung dan meningkatkan proses persalinan alami tersebut.
4) Bidan menggunakan suatu pendekatan pemecahan masalah dengan seni dan
ilmu pengetahuan
5) Relationship-based dan kesinambungan dalam motherhood
6) Women centered dan bertukar fikiran antara wanita
5
7) Kekuasaan wanita yaitu berdasarkan tanggung jawab bersama untuk suatu
pengambilan suatu keputusan, tetapi wanita mempunyai kontrol atas
keputusan terakhir mengenai keadaan dirinya dan bayinya.
8) Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktek individu dengan persetujuan
wanita bidan merujuk fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas.
Hubungan antara wanita, bidan dan dokter harus didasari oleh rasa hormat, timbal balik
dan saling percaya, bidan boleh mempertanyakan masalah medis atau perlindungan hukum
untuk wanita untuk alasan apapun, jika wanita tersebut tidak mampu berbicara atas namanya
sendiri.
Persepsi masyarakat kebidanan ditentukan oleh bidan di bagian pelayanan untuk
mengantisipasi siswa dalam menghadapi kasus yang ditemukan di dalam tim, tetapi praktek
siswa akan dibatasi oleh bidan dan akan mengajarkan beberapa pelayanan khusus kebidanan
yang akan meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa, peran perseptor akan semakin
berkurang dalam praktek dan hanya akan menjadi penasehat dan pendukung.

2.4 Teori Model Kebidanan


a. Ruper, Lagan dan Tietney Activity of Livibg Model :
Model yang dipengaruhi oleh virginia henderson model yang terdiri dari lima elemen
yaitu rentang kehidupan, aktivitas kehidupan, ketergantungan atau kebebasan individu
dan faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas individu. Dalam model ini
diidentifikasi adanya 11 macam kebutuhan manusia sebagai sebagai proses kehidupan
yaitu : mempertahankan lingkungan yang aman, komunikasi, bernafas, makanan dan
minuman, eliminasi, berpakaian dan kebersihan diri, pengaturan suhu tubuh,
mobilisasi, bekerja dan bermain, seksualitas dan tidur.
b. Rosermary Methuen
Merupakan aplikasi dari Oream dan Hendeson, model terhadap asuhan kebidanan,
dimana dalam sistem perawatan ada 5 metode pemberian bantuan yaitu :
 Mengerjakan untuk klien
 Membimbing klien
 Mendukung klien
 Menyediakan lingkungan yang mendukung kemampuan klien untuk
memenuhi kebutuhan sekarang dan masa yang akan datang
 Mengajarkan klien

6
Peran bidan adalah mengidentifikasi masalah klien dan melakukan sesuatu untuk
membantu klien untuk memenuhi kebutuhannya. Manfaat dari model ini menurut
Methuen adalah sebagai bukti praktek pengkajian kebidanan yang tidak didasarkan
pada kerangka kerja dari tradisi manapun. Sebagai dasarnya adalah kesehatan bukan
kesakitan sehingga asuhan yang diberikan efektif bagi ibu dan memberikan kebebasan
pada bidan untuk melakukan asuhan.
c. Roy Adaption Model
Pencetusnya adalah Suster Callista Roy (1960), sebagai dasarnya makhluk
biopsikososial yang berhubungan dengan lingkungan. Dikemukan tiga macam
stimulasi yang mempengaruhi adaptasi kesehatan dari individu yaitu :
1) Vokal Stimulasi
Yaitu stimulasi dari lingkungan didekat individu, contohnya kesehatan bayi
akan mempengaruhi ibu yang baru saja melakukan fungsinya.
2) Konsektual stimulasi
Yaitu faktor-faktor umum yang mempengaruhi wanita contohnya kondisi
kehidupan yang buruk.
3) Residual stimulasi
Yaitu faktor internal meliputi kepercayaan, pengalaman dan sikap. Model
kebidanan ini berguna bagi bidan dalam melakukan pengkajian secara
menyeluruh (holistik)
4) Neman Sistem model
Yaitu model yang merupakan awal dari kesehatan individu dan komunitas
(sistem klien) yang digambarkan sebagai pusat energi yang dikelilingi oleh
garis kekuatan dan pertahanan.

2.5 Teori Yang Mempengaruhi Model Kebidanan


1. Teori Reva Rubin
Rubin mengemukan teorinya setelah melakukan beberapa penelitian. Penekanan rubin
maupun penelitian yang dilakukannya adalah pencapaian peran ibu. Menurut rubin
untuk mencapai peran tersebut wanita membutuhkan proses belajar melalui
serangkaian aktivitas berupa latihan-latihan. Dalam proses ini wanita diharapkan
mampu mengidentifikasi bagaimana seseorang wanita mampu mengambil peran
seorang ibu. Walaupun proses ini mungkin dapat mengakibatkan efek negativ
misalnya dalam intervensi atau tindakan, namun teori ini sangat berarti bagi seorang
7
wanita terutama calon ibu untuk mempelajari peran yang akan dialaminya kelak
sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan yang akan dihadapinya khususnya
perubahan psikososial dalam kehamilan dan setelah melahirkan.
Rubin mengatakan sejak hamil seorang wanita sudah mempunyai harapan sebagai
berikut :
a. Kesejahteraan ibu dan bayi
b. Penerimaan masyarakat
c. Penentuan identitas diri
d. Mengerti tentang arti memberi dan menerima
Perubahan yang umumnya terjadi pada wanita pada waktu hamil adalah cenderung
lebih tergantung dan membutuhkan perhatian yang lebih untuk dapat berperan sebagai
calon ibu dan mampu memperhatikan perkembangan janinnya dan membutuhkan
sosialisasi.
Tahapan Psikososial (Psikososial stage)
a) Anticipatory psikososial (Psikososial stages)
Pada tahap ini ibu melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan
anak yang lain
b) Honeymoon stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasarnya pada tahap ini ibu
memerlukan bantuan anggota keluarga yang lain.
c) Plateu stage
Pada tahap ini ibu akan mencoba sepenuhnya apakah ia telah mampu menjadi
ibu, tahap ini membutuhkan waktu beberapa minggu dan ibu akan
melanjutkan sendiri.
d) Disengagement
Tahap ini merupakan tahap penyelesaian dimana latihan peran dihentikan.
Pada tahap ini peran sebagai orang tua belum jelas.
Arti dan efek kehamilan pada pasangan :
a. Pasangan merasakan perubahan tubuhnya pasangannya pada kehamilan 8 bulan
sampai 3 bulan setelah melahirkan.
b. Pria juga mengalami perubahan fisik dan psikososial selama pasangan hamil
c. Anak-anak yang akan dilahirkan merupakan gabungan dari 3 perbedaan yang
ada yaitu hubungan ibu dengan pasangan, hubungan ibu dengan janin yang
berkembang dan hubungan ibu dengan individu yang unik.
8
d. Ibu tidak pernah lagi jadi sendiri
e. Tugas yang harus dilakukan seorang wanita atau pasangan dalam kehamilan
yaitu percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh,
persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin dan
penyelesaian dan identifikasi kebingungan seiring dengan peran transisi untuk
mempersiapkan fungsi keluarga.

f. Reaksi yang umum pada kehamilan


Trimester I seperti ambivalen, takut, fantasi dan khawatir. Trimester II seperti
perasaan lebih enak, meningkatnya pertumbuhan janin dan perkembangannya
serta di trimester III seperti berperasaan aneh, sembrono, jelek, menjadi lebih
introvert, merefleksikan terhadap pengalaman masa kecil.
Ada tiga aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu yaitu gambaran tentang idaman,
gambaran tentang diri dan gambaran tubuh. Gambaran diri seorang wanita adalah
bagaimana wanita tersebut memandang dirinya sebagai bagian dari pengalaman
darinya. Gambaran diri ini yang digunakan oleh wanita untuk mengambarkan dirinya.
Gambaran tentang tubuh berhubungan dengan perubahan fisik yang terjadi selama
kehamilan dan perubahan yang spesifik yang terrjadi selama kehamilan dan setelah
melahirkan.
Rubin melihat beberapa tahap fase aktivitas penting sebelum seseorang menjadi ibu :
 Taking On
Pada fase taking on, wanita meniru dan melakukan peran ibu. Fase ini dikenal
sebagai tahap meniru.
 Taking In
Pada fase taking in, fantasi wanita tidak hanya meniru tetapi sudah mulai
membayangkan peran yang dilakukannya pada tahap sebelumnya. Introjection,
projection dan rejection merupakan tahap dimana wanita membedakan model-
model yang ada sesuai dengan pendapatnya.
 Letting Go
Tahap letting go, merupakan fase dimana wanita mengingat kembali proses dan
aktivitas yang sudah dilakukannya. Pengalaman baik interpesonal maupun
situasional yang berhubungan dengan masa lalu dirinya (sebelum proses) yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, serta harapan untuk masa

9
yang akan datang. Pada ttahap ini wanita akan meninggalkan perannya pada
masa lalu.
2. Teori Ramonna T Mercer
Mercer banyak memfokuskan teorinya pada pengembangan teori dengan
menerapkan hasil penelitian dalam asuhan terhadap ibu. Dalam teorinya mercer lebih
menekankan pada stress antepartum dalam pencapaian peran ibu. Orang menilai teori
mercer ini beroreantasi ke arah praktek. Mercer memperhatikan wanita pada waktu
melahirkan. Ia menigidentifikasi seorang wanita pada hari awal pospartum
menunjukan bahwa wanita lebih mendekatkan diri pada bayi dari pada melakukan
tugas nya sebagai seorang ibu. Teori Mercer sudah banyak digunakan dalam
keperawatan dan disajikan dalam Teks Book Obstetri.
Ada dua pokok pembahasan dalam teori mercer :
a. Effek stress antepartum
Tujuan :
Memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi lemahnya lingkungan
serta dukungan sosial dan kurangnya kepercayaan diri.
Dalam penelitiannya mercer menemukan 6 fakltor yang mempunyai hubungan
dengan status kesehatan yaitu:
1) Hubungan interpersonal
2) Peran keluarga
3) Stress antepartum
4) Dukungan sosial
5) Rasa percaya diri
6) Penguasaan rasa takut, keraguan dan depressi
Antepartum stress adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan
pengalaman negative dalam hidup. Mercer memberikan 3 model yang
saling berhunbungan antara independent variable dan dependent variable
dengan status kesehatan yaitu: peran individu, peran timbal balik dan
peran keluarga.
Maternal role (peran ibu): menjadi seorang ibu berati memperoleh
identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penguraian yang lengkap
tentang diri sendiri.

10
Diungkapkan oleh mercer (1981) bahwa 1-2 juta ibu di amerika yang
gagal memerankan peran ini terbukti dengan tingginya jumlah anak yang
mendapat perlakuan yang kejam.
Mercer melihat menjadi seorang ibu tidak hanya pribadi wanita yang
menjadi ibu, tetapi ia juga melihat kesulitan-kesulitan ynag di hadapi ibu
dalam melaksanakan peran ibu. Peran ibu dan partisipasi suami/ pasangan
sangat penting untuk meyakinkan dan memberikan penghargaan terhadap
peran baru ini.

b. Pencapaian peran
Peran ibu dicapai dalam kurun waktu tertentu dimana ibu menjadi dekat
dengan bayinya yang membutuhkan pendekatan yang kompeten termasuk peran
dalam meng ekspresikan kepuasan dan penghargaan peran. Peran aktif wanita
sebagai ibu dan pasangannya berinteraksi satu dengan yang lain.
Kemudian mercer juga menulis hasil penelitiannya tentang stress
antepartum terhadap fungsi keluarga. Dalam model ini diuraikan efek dari fungsi
keluarga baik positif maupun negative. Mercer mengatakan bahwa stress yang di
sebabkan oleh karena adanya resiko dalam kehamilan akan mempengaruhi
penilaian diri terhadap status kesehatan. Penghargaan diri, status kesehatan, dan
dukungan sosial diperkirakan mempunyai efek langsung yang positif terhadap
penguasaan. Diperkirakan hal ini mempunyai efek yang negative terhadap
ketakutan dan depresi yang mempunyai efek negative yang langsung terhadap
fungsi keluarga.
Hubungan ini telah dibuktikan dalam suatu penelitan terhadap wanita yang
dirawat di RS dengan kehamilan resiko tinggi. Wanita-wanita tersebut
dibandingkan dengan wanita-wanita dengan kehamilan resiko rendah. Sebagian
dari pasangan kedua grup ini juga diikit sertakan dalam penelitian ini.
Dari penelitian ternyata bahwa wanita dengan kehamilan resiko tinggi
mengalami fungsi keluarga yang kurang optimal daripada wanita dengan
kehamilan resiko rendah.

11
3. Teori Ernestine weidenbach
Ernestine weidenbach sudah pernah bekerja dalam suatu proyek yang
mempersiapkan persalinan berdasarkan teori Dr. Grantley Dick Read. Weidenbach
mengembangkan teorinya secara induktive berdasarkan pengalaman dan observinya
dalam praktek.
Konsep yang luas menurut weidenbach yang nyata ditemukan dalam
keperawatan yaitu:
a. The Agent: perawat, bidan atau orang lain
Filosofi weidenbach tentang asuhan kebidanan dan tindakan kebidanan
dapat dilihat dalam uraiannya yang jelas pada perawatan martenitas dimana
kebutuhan ibu dan bayi yang segera untuk mengembangkan kebutuhan yang
lebih luas yaitu kebutuuhan ibu dan ayah dalam persiapan menjadi orang tua
b. The recipient : wanita , keluarga, masyarakat
Wanita, masyarakat yang oleh sebab tertentu tidak mampu memenuhi
kebutuhannya. Weidenbach sendiri berpandangan bahwa recipient adalah
individu yang berkompetent dan mampu menetukan kebutuhannya akan
bantuan.
c. The goal/purpose : goal dari intervensi
Didasari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahuai
sebelum menentukan goal. Bila sudah diketahui kebutuhan ini, maka dapat
diperkirakan goal yang akan dicapai dengan mempertimbangkan tingkah laku
fisik, emosional atau fisiological yang berbeda dari kebutuhan normal.
d. The means : metode untuk mencapai tujuan
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan weidenbach menetukan
beberapa tahap yaitu :
1) Identifikasi kebutuhan klien
2) Ministration/ memberikan dukungan dalam mencari pertolongan yang
dibutuhkan.
3) Validation bantuan yang diberikan sungguh merupakan bantuan yang
membutuhkan
4) Coordination dengan ketenangan yang direncanakan untuk memberikan
bantuan.
Untuk mengidentifikasi kebutuhan ini diperlukan juga :
1) Pengetahuan
12
2) Judgement
3) Keterampilan
e. The Framework : organisasi social, lingkungan profesional

4. Teori Ela-Joy Lehrman


Teori ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lehrman. Lehrman
melihat semakin luasnya tugas yang dibebankan pada bidan. Dalam teori ini Lehrman
menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek praktik dalam memberikan
asuhan pada wanita hamil dan memberikan pertolongan pada persalinan.
Lehrman dan koligannya ingin menjelaskan perbedaan antara pengalaman
seorang wanita dengan kemampuan bidan untuk mengaplikasikan konsep kebidanan
dalam praktik.
Lehrman mengemukakan 8 konsep yang penting dalam pelayanan antenatal :
a. Asuhan yang berkesinambungan
b. Keluarga sebagai pusat asuhan
c. Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan
d. Tidak ada intervensi dalam asuhan
e. Fleksibilitas dalam asuhan
f. Keterlibatan dalam asuhan
g. Advokasi dari klien
h. Waktu
Kedelapan komponen yang dibuat oleh Lehrman ini kemudian
diujicobakan oleh marten (1991) pada pasien postpartum. Dari hasil
penerapan tersebut marten menambahkan 3 komponen lagi kedalam 8
komponen yang telah dibuat oleh Lehrman, yaitu :
a. Teknik terapiotik
Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses perkembangan dan
penyembuhan, misalnya :
1) Mendengar aktif
2) Mengkaji
3) Klarifikasi
4) Humor
5) Sikap yang tidak menuduh
6) Pengakuan
13
7) Fasilitas
8) Pemberian izin
b. Pemberdayaan (empowerment)
Suatu proses memberi kekuasaan dan kekuatan. Bidan melalui
penampilan dan pendekatannya akan meningkatkan kemampuan pasien
dalam mengoreksi, memvalidasi, menilai dan memberi dukungan.
c. Hubungan sesame (Lateral Relationship)
Menjalin hubungan yang baik terhadap klien, bersikap terbuka, sejalan
dengan klien, sehingga antara bidan dan kliennya nampak akrab.
Misalnya sikap empati atau berbagi pengalaman.

5. Teori Jean Ball


Dalam teori jean ball menyoroti mengenai keseimbangan emosional ibu yang dikenal
dengan teori kursi goyang.
Tujuan : agar ibu mampu melaksanakan tugasnya sebagai ibu baik fisik/
psikologi. Psikologi dalam hal ini tidak hanya pengaruh emosional tetapi juga proses
emosional agar tujuan akhir memenuhi kebutuhan untuk menjadi orangtua terpenuhi.
Kehamilan dan persalinan dan masa postpartum adalah masa untuk mengadopsi peran
baru.
Respon emosional wanita terhadap perubahan yang terjadi bersamaan dengan
kelahiran anak yang mempengaruhi personality seseorang dan dengan dukungan yang
berarti mereka mendapatkan sistem keluarga dan social.
Persiapan yang sudah diantisipasi oleh bidan dalam masa postnatal akan
mempengaruhi respon emosional wanita dalam perubahan yang dialaminya pada
proses kelahiran anak.
Darihasil penelitian dapat disimpulkan bahwa wanita yang boleh dikatakan
sejahtera setelah melahirkan sangat tergantung pada personality/ kepribadiannya,
sistem dukungan pribadi, dan dukungan yang dipersiapkan pelayanan maternitas.
Dalam teori kursi goyang, kursi yang dibentuk dalam tiga elemen :
a. Pelayanan maternitas
b. Pandangan masyarakat terhadap keluarga
c. Sisi penyanggah/ support terhadap kepribadian wanita.

14
6. Teori Oream (Self Care Defisit Theory)
Fokus : setiap orang mempunyai kebutuhan utuk merawat dirinya sendiri &
berhak memenuhi kebutuhannya sendiri kecuali tidak memungkinkan.
a. Self care agent : orang yang bisa memenuhi kebutuhan self care sendiri.
b. Dependent care agent : bayi, anak, orang sakit berat/ tidak sadar,keluarga atau
orangtua
c. Kebutuhan self care dibagi 3 kategori :
1) Universal self care
Kebutuhan dasar manusia : kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi,
keseimbangan aktivitas & istirahat.
2) Development self care
Kebutuhan yang timbul menurut tahap perkembangan individu dan lingkungan
dimana individu tersebut berada, sehingga kebutuhan ini di hubungankan
dengan siklus kehidupan manusia.
3) Health deviation self care
Kebutuhan yang ada jika seseorang kesehatannya terganggu, mengakibatkan
perubahan perilaku self care.
d. Self care defisit theory
Bila tuntutan lebih besar dari kemampuan maka akan terjadi ketidakseimbangan
yang disebut self care defisit.
Inti teori oream : dapat ditentukan kapan asuhan kebidanan itu dibutuhkan.
e. Tujuan memenuhi kebutuhan self care dapat dicapai dengan cara :
1) Menurunkan kebutuhan self care ketahap dimana pasien dapat memenuhinya.
2) Meningkatkan kemampuan pasien untuk dapat memenuhi self care.
3) Mengizinkan keluarga orang lain untuk memberikan dependent care bila self
care tidak memungkinkan.
4) Jika tidak dapat dilaksanakan, bidan yang akan memberi bantuan.
f. Dalam memberi bantuan, bidan memperhatikan 5 aspek penting :
1) Menjalin hubungan baik dengan pasien/ keluarga sampai kelompok tersebut
mampu melaksanakan asuhan sendiri.
2) Menentukan bantuan yang dibutuhkan pasien.
3) Memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
4) Merencanakan bantuan langsung bersama pasien dan keluarga
5) Mengintegrasikan asuhan dengan kegiatan sehari-hari pasien.
15
Pembahasan Jurnal
1. Berdasarkan jurnal internsional yang ditulis oleh Annita O’Connorfaye dan Doris Heather
Skirton bahwa di banyak negara perawatan atau asuhan selama kehamilan, persalinan dan
nifas sering disediakan oleh bidan terlatih, meskipun resiko spesifik yang terkait dengan
kehamilan diusia lanjut perhatian telah bergeser jauh dari kelompok perempuan ini
berkaitan dengan skrining janin dan pengujian. Dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasi pengalaman ibu berusia 35 tahun keatas selama kehamilan dan periode
prenatal, karena tidak jelas apakah kebutuhan mereka saat ini dipenuhi oleh bidan.
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2012. Dari 397 ibu yang menyelesaikan survey
banyak didapati menerima perawatan atau asuhan kebidanan yang baik, tetapi yang lain
merasa kebutuhan perawatan atau asuhan mereka tidak dipenuhi atau yang menawarkan
dukungan yang memadai, melanjutkan pendidikan dan bidan dan kepemimpinan
profesioanal diperlukan untuk mendukung praktisi mengembangkan keterampilan penting
untuk merawat perempuan. Jurnal ini menggambarkan bahwa masih terdapat bidan yang
kurang memenuhi kliennya sendiri khususnya dengan ibu yamg membutuhkan kebutuhan
khusus (Resiko Tinggi) Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa bidan harus lebih
memperhatikan lagi siapakah bidan sebenarnya, apa yang dikerjakannya, keinginan dan
kebutuhan untuk mengembangkan profesinya. Hal ini sesuai teori benner (1994) tentang
kegunaan model kebidanan.
2. Berdasarkan Jurnal Nasional yang ditulis oleh Ayu Pramitha Sari pada tahun 2010
tentang penerapan asuhan sayang ibu selama proses persalinan, berdasarkan hasil
penelitian didapatkan bahwa dari 22 responden (10%) menilai bahwa penerapan asuhan
sayang ibu selama proses persalinan di bidan wilayah kerja puskesmas A sudah baik. Hal
ini menunjukkan bahwa bidan dalam memberikan pelayanan sebagian besar sudah
diterima pasien dengan menerapkan prinsip asuhan sayang ibu terhadap kepuasan pasien.
Terdapat 4 item yang dinilai dalam penelitian ini terkait penerapan asuhan sayang ibu
dalam proses persalinan :
 Dukungan bidan dalam proses persalinan
 Tindakan bidan sebelum asuhan persalinan
 Penerapan asuhan sayang ibu
 Penerapan asuhan sayang ibu setelah bayi baru lahir

16
Jurnal ini sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Ramona T Mercer bahwa Mercer
memperhatikan wanita saat melahirkan yakni dengan memberikan asuhan ibu salah
satunya dengan pelaksanaan asuhan sayang ibu.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam menjalankan profesi kebidanan, diperlukan tanggung jawab dan
profesionalisme yang tinggi. Untuk mewujudkannya diperlukan beberapa konsep asuhan
kebidanan seperti yang telah diuraikan yaitu asuhan yang berkesinambungan, keluarga
sebagai pusat asuhan, pendidikan dan konseling yang merupakan bagian dari asuhan,
intervensi dalam asuhan, fleksibilitas dalam asuhan, keterlibatan dalam asuhan, advokasi dari
klien, dan waktu.

3.2 Saran
Maka diharapkan pemberian pelayanan dari seseorang tenaga kesehatan (bidan)
kepada pasien/klien terpenuhi. Setiap kebutuhan dalam bantuan pertolongan persalinan, harus
diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan pelayanan dalam asuhan kebidanan itu sendiri.
Jadikan setiap pasien/klien itu keluarga kita karena dengan begitu akan terwujud hubungan
yang harmonis, dan sangat membantu dalam kelancaran pelayanan kesehatan.

idalissufiatidhakiyah
Just another WordPress.com site

 Home
 About

Pengembangan Profesi Bidan di Masa Depan


20 Jan 2011 Leave a comment

by Ida Dz in profesi bidan Tags: profesi bidan

A. Pengertian Bidan

18
Dalam bahasa inggris , kata Midwife (Bidan) berarti ”with woman”(bersama wanita ,
mid= together, wife=a woman. Dalam bahasa perancis, sage femme ( bidan ) berarti ” wanita
bijaksana, sedangkan dalam bahasa latin, cum-mater ( bidan) berarti ”berkaitan dengan
wanita”.

KEPMENKES NOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002 bab 1 pasal 1 : Bidan adalah


seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai
persyaratan yang berlaku.

International Confederation of Midwife bidan adalah seseorang yang telah


menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan
diberi izin untuk melaksanakan praktek kebidanan di negara itu.

B. Pengertian Profesi

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap


suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta
proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidan profesi tersebut.

C. Bidan sebagai Profesi

Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus sebagai pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan mempunyai
tugas yang sangat unik, yaitu :

1. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya

2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui
proses pendidikan dan jenjang tertentu.

3. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan


mutu pelayanan kepada masyarakat.

4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang
teguh kode etik profesi.

Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu yaitu:

19
1. Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara profesional.

2. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya, yaitu
standar pelayanan kebidanan, kode etik, dan etika kebidanan.

3. Bidan memiliki kelompok pengettahuan yyang jelas dalam menjalankan


profesinya.

4. Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya.

5. Bidan memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan


kebutuhan masyarakat.

6. Bidan memiliki organisasi profesi.

7. Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan


masyarakat.

8. Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama penghidupan.

D. Kewajiban Bidan terhadap Profesinya

1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu
pada masyarakat.

2. Setiap biadan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan


profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perilaku Profesional Bidan

1. Bertindak sesuai keahliannya

2. Mempunyai moral yang tinggi

3. Bersifat jujur

4. Tidak melakukan coba-coba

5. Tidak memberikan janji yang berlebihan

20
6. Mengembangkan kemitraan

7. Terampil berkomunikasi

8. Mengenal batas kemampuan

9. Mengadvokasi pilihan ibu

E. Peraturan Dan Perundangan Yang Mendukung Keberadaan Profesi Bidan

Kepmenkes No. 491/1968 tentang peraturan penyelenggaraan sekolah bidan.

No. 363/Menkes/Per/IX/1980 tentang wewenang bidan

No. 386/Menkes/SK/VII/1985 tantang penyelenggaraan program pendidikan Bidan.

No. 329/Menkes/VI/Per/1991 tentang masa bakti bidan.

Instruksi Presiden Soeharto pada sidang kabinet Paripurna tentang perlunya penempatan
bidan di desa.

Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 572 th 1994 tentang registrasi dan praktek bidan.

Peraturan Pemerintah No. 32 th 1996 lembaran negara No. 49 tentang tenaga kesehatan.

Kepmenkes No. 077a/Menkes/SK/III/97 tentang petujuk teknis pelaksaan masa bakti bidan
PTT dan pengembangan karir melalui praktek bidan perorangan di desa.

Surat Keputusan Presiden RI No. 77 th 2000 tentang perubahan atas keputusan Presiden No.
23 th 1994 tentang pengangkatan bidan sebagai PTT.

F. Pengembangan Profesi Bidan

Asuhan kebidanan yang berpusat pada wanita (735), menempatkan orang orang
yang menggunakan pelayanan kesehatan di pusat asuhan telah menjadi kebijakan pemerintah
dalam 10 tahun terakhir, sebagian disebabkan oleh tekanan dari masyarakat dalam
menyediakan semua asuhan kesehatan. Perhatian wanita tentang jenis pelayanan yang didapat
telah menjadi momentum yang ditunggu tunggu sejak tahun 1960-an, setelah
diperkenalkannya teknologi dan teknik yang lebih invasif.

21
Organisasi dan pola asuhan telah menjadi lebih kompleks dan pelayanan menjadi
lebih terkotak-kotak dengan banyak perselisihan tentang siapa yang harus mengatur kelahiran
bayi dan dimana tempatnya (curell, 1990; House of Commons Health Committee,1992)

Ketetapan pelayanan yang lebih sensitif melibatkan wanita dalam perencanaan dan
pemantauan pelayanan, juga mampu menentukan elemen-elemen perawatan apa yang mereka
terima. Organisasi perlu mendukung para staf untuk menciptakan lingkungan positif yang
membantu perkembangan lembaga dan memfasilitasi perubahan. Wanita umumnya merasa
puas dengan pelayanan tetapi ada beberapa hal yang memerlukan peningkatan. Yang jelas,
perlu dilakukan suatu pendekatan yang terfokus dan kolaboratif oleh oleh para bidan, tenaga
medis dan yang lainnya jika mereka hendak maju ke depan dan bekerja sama dengan kaum
wanita, kuncinya adalah keterlibatan ssemua pihak. Pencapaian pelayanan yang berpusat
pada wanita membutuhkan suatu komitmen dari setiap orang yang peduli, tidak hanya
mereka yang mengatur penggunaan sumber-sumber mereka yang bertindak sebagai pemberi
asuhan (dokter,bidan dan lainnya).

Kirkham (1996) menyatakan bahwa kita dipengaruhi oleh masa lalu kita dan proses
profesionalisasi telah menciptakan dilema dalam tiga tahap hubungan dengan para bidan,
kaum wanita dan tenaga profesional yang lain. Hubungan ini menjadi dasar bagaimana kita
melakukan praktik yang perlu dikembangkan.

Para bidan memiliki kekuatan untuk membantu memperbaiki pelayanan maternitas,


untuk menjadikannya sebagai suatu pelayanan yang berpusat pada wanita. Inti kebidanan
adalah konsep asuhan sehingga para bidan harus lebih peka terhadap tanggung jawab mereka
pada wanita yang mereka asuh. Sebuah filosofi kebidanan (Philosophy for Midwifery) yang
dikeluarkan pada tahun 1991 oleh Royal College of Midwives, tertulis sebagai berikut :
Tujuan profesi kebidanan adalah menyediakan suatu pelayanan yang memfasilitasi rasa
aman dan kepuasan wanita yang mengalami perubahan menjadi ibu. Ini adalah pencapaian
yang sangat prinsip dari suatu proses dukungan,perawatan,bimbingan,pengawasan dan
pendidikan. Kebutuhan wanita yang unik dan personal dalam masa usia subur mereka
adalah pusat dari pelayanan ini.

Telah dipahami bahwa jika bidan akan bergerak ke pelayanan yang benar –benar
berpusat pada wanita maka mereka membutuhkan perubahan dalam struktur organisasi dan
sistem operasional,demikian pula dengan persiapan demi kepentingan setiap praktisi.

22
Dasar dari suatu pelayanan membutuhkan pembicara yang baik, suatu sistem yang
menunjukkan pilihan dan suatu pelayanan informasi yang :

Mengindikasikan apa yang diharapkan kaum wanita secara tepat

Memungkinkan wanita untuk memiliki kepercayaan diri dalam membuat keputusan


setelah diberikan informasi yang relevan.

Melibatkan wanita dalam perawatannya

Tidak diragukan jika bidan dan wanita bekerja sama maka mereka adalah
kekuatan yang sangat dahsyat untuk perubahan. Mungkin pertanyaan terpenting adalah “
apakah bidan dan wanita menginginkan suatu perubahan ?” Asuhan berpusat pada wanita
hanya akan menjadi suatu praktik nyata jika bidan dan wanita menginginkannya.

Pengkajian rencana untuk asuhan berpusat pada wanita

Bagaimana kesinambungan pemberi asuhan ditingkatkan ?

Apa jenis pilihan yang diberikan pada kaum wanita?

Bagaimana koping bidan terhadap pola kerja baru yang diperkenalkan dalam nama
asuhan berpusat pada wanita?

Apa implikasi pelatihan dan pendidikan?

Apakah hubungan interprofesional dipengaruhi dan jika memang demikian,


bagaimana?

Bagaimana perencanaan diterima oleh kaum wanita?

Berapa banyak biaya perencanaan, yang mungkin lebih penting berapa biaya pastinya
dan apakah hal itu sebanding?

Bagaimanapun, perubahan tidak akan terjadi kecuali kaum wanita merasa percaya
diri, mampu memberdayakan, mengembangkan dan mendukung diri mereka sendiri. Bagian
dari pemberdayaan adalah memiliki informasi yang baik tentang apa yang harus ditawarkan
dan peka terhadap pilihan yang ada. Pengetahuan adalah kekuatan tapi mengetahui
bagaimana menggunakannya adalah pemberdayaan.

23
Para bidan dan ahli obstetrik harus peka terhadap masalah ini dan harus secara
konstan mengawasi dan mengevaluasi praktik mereka,memastikan bahwa mereka
menyediakan tipe asuhan yang dapat diakses, aman, menguntungkan dan dapat diterima oleh
kaum wanita. Perjalanan praktik ke masa depan harus dalam lingkup kerja sama, bidan dan
ahli obstetrik secara aktif mendengarkan wanita, yang mereka katakan untuk mengetahui apa
yang mereka inginkan dan mengapa, serta memperhatikannya. Dalam perkataan proust,
mereka perlu melihat dengan mata yang baru : “Perjalanan nyata dari suatu penemuan
bukanlah mencari daratan baru tetapi melihat dengan mata yang baru” (proust)

Melahirkan anak tidak berubah, yang berubah adalah para bidan, ahli obstetrik dan
para wanita; itulah sebabnya mendengarkan menjadi sangat penting.

G. Contoh Inovasi Dalam Kebidanan

Akupuntur (ampuh atasi masalah kesuburan) adalah ilmu akupuntur yang


menerapkan prinsip biomedik dalam teori dan prakteknya, dan dilaksanakan oleh seorang
dokter spesialis akupuntur medis.

Water Birthing adalah sebuah cara persalinan didalam air yang hangat, ibu yang
hendak melahirkan dimasukkan ke dalam sebuah kolam bersalin khusus yang berisi air
hangat dan besarnya kira-kira berdiameter 2 meter.

Hypnobirthing adalah metode yang berakar pada ilmu hypnosis dengan metode
pendekatan kejiwaan yang memberi kesempatan kepada wanita untuk berkonsentrasi, fokus
dan rileks.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Beberapa sasaran MDGs telah dibahas secara mendalam tentang sasaran kelima
untuk meningkatkan kesehatan ibu. Oleh karena itu mutu pelayan bidan adalah faktor-faktor

24
yang perlu mendapatkan perhatian secara serius. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang
sistimatis agar penyediaan, distribusi dan mutu tenaga bidan dapat dijamin pelaksanaannya.

Secara garis besar direkomendasikan untuk melaksanakan peningkatan peran bidan


dalam mensukseskan pencapaian MDGs mengikuti sistim dan strategi nasional dan global
yang telah disepakati bersama.

B. SARAN

1. Sebagai mahasiswa bidan sebaiknya menjaga fisik dan mental yang seimbang. Karena
mental yang baik menunjang fisik yang baik pula. Hati yang tidak baik pasti tercermin
dari perilaku dan sikap yang tidak baik pula. Jadi hati yang baik dapt berpositif
thingking, feeling good, baik hati, bahagia, simpati, bersemangat merupakan energi yang
harus kita pupuk dan kita tanamkan didiri kita yang nantinya akan bidan pancarkan
kepada kliennya.

2. Mahasiswa tentunya harus diimbangi dengan kesempatan memperoleh pendidikan


lanjutan, pelatihan, dan selalu berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan. Hal ini
yang menjadi tuntutan agar bidan lebih siap mental, fisik dan tanggap terhadap
permasalahan yang lebih kompleks di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

– Bryar, R. 1995. Theory for Midwifery Practie, Edisi I. Mac Millan:Houndmillo.

– Cahyani, A, 2003. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. PT. Grasindo, Jakarta.

– Depkes RI. 1995. Pusdiknakes, Konsep Kebidanan , Jakarta.

– www.Profesi Bidan di Masa Depan.com

– Makalah Pelatihan Manajemen Asuhan Kebidanan (2002) Tim Pusat Pengembangan


Keperawatan Corolus (PPKC), Yogyakarta

– Prawiroharjo, Suryono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.

– Henderson, Christine dkk. 2006. Konsep Kebidanan. EGC. Jakarta.

25
MAKALAH

PENGEMBANGAN PROFESI BIDAN DI MASA DEPAN

Di susun Sebagai Tugas Terstruktur Mata Kuliah Konsep Kebidanan Semester I Tahun
Ajaran 2010/2011

Disusun Oleh:

Kelompok I Kelas 1 B

Ida Lissufiati Dhakiyah (100054)

Hartini (100055)

Setianingsih (100056)

Nia Angela (100057)

Amanah Seti Rosiana (100058)

Anugrah Destya T (100059)

Widiawati (100060)

Sendiana Laksmi (100061)

Naning Nurul Muslifah (100062)

Erlita Heri K (100063)

Rita Astari (100064)

AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA

2010

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

26
Pada saat ini MDGs telah dijadikan pedoman untuk menyusun perioritas
pembangunan global serta telah diterima secara luas sebagai alat ukur kemajuan
pembangunan suatu bangsa. Ketersediaan tenaga kesehatan yang terampil dalam menolong
persalinan telah masuk ke dalam indikator pencapaian MDGs artinya masalah bidan dalam
agenda pembangunan global dan nasional atas dasar inilah perlu dilakukan pembahasan
secara mendalam tentang tenaga kesehatan yang terampil dalam dalam rangka mencapai
target-target MDGs.

Tenaga penolong persalinan terampil (bidan) tanpa menggali inovasi dan upaya-
upaya baru untuk meningkatkan akses dan kualitas pada pertolongan persalinan oleh tenaga
medis yang terampil maka mustahil sasaran MDGs dapat tercapai di Indonesia.

Dengan adanya program MDGs untuk meningkatkan peran bidan dalam


mewujudkan kesehatan ibu dan anak. Sehingga bidan siap dalam menjalankan perannya di
masa depan.

B. Tujuan Masalah

1. Tujuan Umum

Mahasiswa diharapkan setelah mempelajari makalah ini dapat memahami


tuntutan perkembangan profesi bidan di masa depan.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:

Pengertian bidan

Pengertian profesi

Ciri-ciri bidan sebagai profesi

Kewajiban bidan sebagai profesinya

Pengembangan profesi bidan

27
Contoh inovasi perkembangan pelayanan kebidanan

3. Manfaat Makalah

Manfaat penyusunan makalah ini adalah:

Memberi gambaran tentang pengembangan profesi bidan di masa depan

Memberi acuan untuk menumbuhkan kreatifitas calon bidan dalam


mengembangkan profesi bidan di masa depan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Bidan

Dalam bahasa inggris , kata Midwife (Bidan) berarti ”with woman”(bersama wanita ,
mid= together, wife=a woman. Dalam bahasa perancis, sage femme ( bidan ) berarti ” wanita
bijaksana, sedangkan dalam bahasa latin, cum-mater ( bidan) berarti ”berkaitan dengan
wanita”.

KEPMENKES NOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002 bab 1 pasal 1 : Bidan adalah


seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai
persyaratan yang berlaku.

International Confederation of Midwife bidan adalah seseorang yang telah


menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan
diberi izin untuk melaksanakan praktek kebidanan di negara itu.

B. Pengertian Profesi

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap


suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta
proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidan profesi tersebut.

C. Bidan sebagai Profesi

28
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus sebagai pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan mempunyai
tugas yang sangat unik, yaitu :

1. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya

2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui
proses pendidikan dan jenjang tertentu.

3. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan


mutu pelayanan kepada masyarakat.

4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang
teguh kode etik profesi.

Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu yaitu:

1. Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan


pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara profesional.

2. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya, yaitu
standar pelayanan kebidanan, kode etik, dan etika kebidanan.

3. Bidan memiliki kelompok pengettahuan yyang jelas dalam menjalankan


profesinya.

4. Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya.

5. Bidan memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan


kebutuhan masyarakat.

6. Bidan memiliki organisasi profesi.

7. Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan


masyarakat.

8. Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama penghidupan.

D. Kewajiban Bidan terhadap Profesinya

29
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu
pada masyarakat.

2. Setiap biadan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan


profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perilaku Profesional Bidan

1. Bertindak sesuai keahliannya

2. Mempunyai moral yang tinggi

3. Bersifat jujur

4. Tidak melakukan coba-coba

5. Tidak memberikan janji yang berlebihan

6. Mengembangkan kemitraan

7. Terampil berkomunikasi

8. Mengenal batas kemampuan

9. Mengadvokasi pilihan ibu

E. Peraturan Dan Perundangan Yang Mendukung Keberadaan Profesi Bidan

Kepmenkes No. 491/1968 tentang peraturan penyelenggaraan sekolah bidan.

No. 363/Menkes/Per/IX/1980 tentang wewenang bidan

No. 386/Menkes/SK/VII/1985 tantang penyelenggaraan program pendidikan Bidan.

No. 329/Menkes/VI/Per/1991 tentang masa bakti bidan.

Instruksi Presiden Soeharto pada sidang kabinet Paripurna tentang perlunya penempatan
bidan di desa.

Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 572 th 1994 tentang registrasi dan praktek bidan.

30
Peraturan Pemerintah No. 32 th 1996 lembaran negara No. 49 tentang tenaga kesehatan.

Kepmenkes No. 077a/Menkes/SK/III/97 tentang petujuk teknis pelaksaan masa bakti bidan
PTT dan pengembangan karir melalui praktek bidan perorangan di desa.

Surat Keputusan Presiden RI No. 77 th 2000 tentang perubahan atas keputusan Presiden No.
23 th 1994 tentang pengangkatan bidan sebagai PTT.

F. Pengembangan Profesi Bidan

Asuhan kebidanan yang berpusat pada wanita (735), menempatkan orang orang
yang menggunakan pelayanan kesehatan di pusat asuhan telah menjadi kebijakan pemerintah
dalam 10 tahun terakhir, sebagian disebabkan oleh tekanan dari masyarakat dalam
menyediakan semua asuhan kesehatan. Perhatian wanita tentang jenis pelayanan yang didapat
telah menjadi momentum yang ditunggu tunggu sejak tahun 1960-an, setelah
diperkenalkannya teknologi dan teknik yang lebih invasif.

Organisasi dan pola asuhan telah menjadi lebih kompleks dan pelayanan menjadi
lebih terkotak-kotak dengan banyak perselisihan tentang siapa yang harus mengatur kelahiran
bayi dan dimana tempatnya (curell, 1990; House of Commons Health Committee,1992)

Ketetapan pelayanan yang lebih sensitif melibatkan wanita dalam perencanaan dan
pemantauan pelayanan, juga mampu menentukan elemen-elemen perawatan apa yang mereka
terima. Organisasi perlu mendukung para staf untuk menciptakan lingkungan positif yang
membantu perkembangan lembaga dan memfasilitasi perubahan. Wanita umumnya merasa
puas dengan pelayanan tetapi ada beberapa hal yang memerlukan peningkatan. Yang jelas,
perlu dilakukan suatu pendekatan yang terfokus dan kolaboratif oleh oleh para bidan, tenaga
medis dan yang lainnya jika mereka hendak maju ke depan dan bekerja sama dengan kaum
wanita, kuncinya adalah keterlibatan ssemua pihak. Pencapaian pelayanan yang berpusat
pada wanita membutuhkan suatu komitmen dari setiap orang yang peduli, tidak hanya
mereka yang mengatur penggunaan sumber-sumber mereka yang bertindak sebagai pemberi
asuhan (dokter,bidan dan lainnya).

Kirkham (1996) menyatakan bahwa kita dipengaruhi oleh masa lalu kita dan proses
profesionalisasi telah menciptakan dilema dalam tiga tahap hubungan dengan para bidan,

31
kaum wanita dan tenaga profesional yang lain. Hubungan ini menjadi dasar bagaimana kita
melakukan praktik yang perlu dikembangkan.

Para bidan memiliki kekuatan untuk membantu memperbaiki pelayanan maternitas,


untuk menjadikannya sebagai suatu pelayanan yang berpusat pada wanita. Inti kebidanan
adalah konsep asuhan sehingga para bidan harus lebih peka terhadap tanggung jawab mereka
pada wanita yang mereka asuh. Sebuah filosofi kebidanan (Philosophy for Midwifery) yang
dikeluarkan pada tahun 1991 oleh Royal College of Midwives, tertulis sebagai berikut :
Tujuan profesi kebidanan adalah menyediakan suatu pelayanan yang memfasilitasi rasa
aman dan kepuasan wanita yang mengalami perubahan menjadi ibu. Ini adalah pencapaian
yang sangat prinsip dari suatu proses dukungan,perawatan,bimbingan,pengawasan dan
pendidikan. Kebutuhan wanita yang unik dan personal dalam masa usia subur mereka
adalah pusat dari pelayanan ini.

Telah dipahami bahwa jika bidan akan bergerak ke pelayanan yang benar –benar
berpusat pada wanita maka mereka membutuhkan perubahan dalam struktur organisasi dan
sistem operasional,demikian pula dengan persiapan demi kepentingan setiap praktisi.

Dasar dari suatu pelayanan membutuhkan pembicara yang baik, suatu sistem yang
menunjukkan pilihan dan suatu pelayanan informasi yang :

Mengindikasikan apa yang diharapkan kaum wanita secara tepat

Memungkinkan wanita untuk memiliki kepercayaan diri dalam membuat keputusan


setelah diberikan informasi yang relevan.

Melibatkan wanita dalam perawatannya

Tidak diragukan jika bidan dan wanita bekerja sama maka mereka adalah
kekuatan yang sangat dahsyat untuk perubahan. Mungkin pertanyaan terpenting adalah “
apakah bidan dan wanita menginginkan suatu perubahan ?” Asuhan berpusat pada wanita
hanya akan menjadi suatu praktik nyata jika bidan dan wanita menginginkannya.

Pengkajian rencana untuk asuhan berpusat pada wanita

Bagaimana kesinambungan pemberi asuhan ditingkatkan ?

32
Apa jenis pilihan yang diberikan pada kaum wanita?

Bagaimana koping bidan terhadap pola kerja baru yang diperkenalkan dalam nama
asuhan berpusat pada wanita?

Apa implikasi pelatihan dan pendidikan?

Apakah hubungan interprofesional dipengaruhi dan jika memang demikian,


bagaimana?

Bagaimana perencanaan diterima oleh kaum wanita?

Berapa banyak biaya perencanaan, yang mungkin lebih penting berapa biaya pastinya
dan apakah hal itu sebanding?

Bagaimanapun, perubahan tidak akan terjadi kecuali kaum wanita merasa percaya
diri, mampu memberdayakan, mengembangkan dan mendukung diri mereka sendiri. Bagian
dari pemberdayaan adalah memiliki informasi yang baik tentang apa yang harus ditawarkan
dan peka terhadap pilihan yang ada. Pengetahuan adalah kekuatan tapi mengetahui
bagaimana menggunakannya adalah pemberdayaan.

KETERIKATAN

KEPERCAYAAN

KOMITMEN

TIM

III

TIM
Pemberdayaan

33
Pengembangan Dukungan

Para bidan dan ahli obstetrik harus peka terhadap masalah ini dan harus secara
konstan mengawasi dan mengevaluasi praktik mereka,memastikan bahwa mereka
menyediakan tipe asuhan yang dapat diakses, aman, menguntungkan dan dapat diterima oleh
kaum wanita. Perjalanan praktik ke masa depan harus dalam lingkup kerja sama, bidan dan
ahli obstetrik secara aktif mendengarkan wanita, yang mereka katakan untuk mengetahui apa
yang mereka inginkan dan mengapa, serta memperhatikannya. Dalam perkataan proust,
mereka perlu melihat dengan mata yang baru : “Perjalanan nyata dari suatu penemuan
bukanlah mencari daratan baru tetapi melihat dengan mata yang baru” (proust)

Melahirkan anak tidak berubah, yang berubah adalah para bidan, ahli obstetrik dan
para wanita; itulah sebabnya mendengarkan menjadi sangat penting.

G. Contoh Inovasi Dalam Kebidanan

Akupuntur (ampuh atasi masalah kesuburan) adalah ilmu akupuntur yang


menerapkan prinsip biomedik dalam teori dan prakteknya, dan dilaksanakan oleh seorang
dokter spesialis akupuntur medis.

Water Birthing adalah sebuah cara persalinan didalam air yang hangat, ibu yang
hendak melahirkan dimasukkan ke dalam sebuah kolam bersalin khusus yang berisi air
hangat dan besarnya kira-kira berdiameter 2 meter.

Hypnobirthing adalah metode yang berakar pada ilmu hypnosis dengan metode
pendekatan kejiwaan yang memberi kesempatan kepada wanita untuk berkonsentrasi, fokus
dan rileks.

BAB III

34
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Beberapa sasaran MDGs telah dibahas secara mendalam tentang sasaran kelima
untuk meningkatkan kesehatan ibu. Oleh karena itu mutu pelayan bidan adalah faktor-faktor
yang perlu mendapatkan perhatian secara serius. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang
sistimatis agar penyediaan, distribusi dan mutu tenaga bidan dapat dijamin pelaksanaannya.

Secara garis besar direkomendasikan untuk melaksanakan peningkatan peran bidan


dalam mensukseskan pencapaian MDGs mengikuti sistim dan strategi nasional dan global
yang telah disepakati bersama.

B. SARAN

1. Sebagai mahasiswa bidan sebaiknya menjaga fisik dan mental yang seimbang. Karena
mental yang baik menunjang fisik yang baik pula. Hati yang tidak baik pasti tercermin
dari perilaku dan sikap yang tidak baik pula. Jadi hati yang baik dapt berpositif
thingking, feeling good, baik hati, bahagia, simpati, bersemangat merupakan energi yang
harus kita pupuk dan kita tanamkan didiri kita yang nantinya akan bidan pancarkan
kepada kliennya.

2. Mahasiswa tentunya harus diimbangi dengan kesempatan memperoleh pendidikan


lanjutan, pelatihan, dan selalu berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan. Hal ini
yang menjadi tuntutan agar bidan lebih siap mental, fisik dan tanggap terhadap
permasalahan yang lebih kompleks di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

– Bryar, R. 1995. Theory for Midwifery Practie, Edisi I. Mac Millan:Houndmillo.

– Cahyani, A, 2003. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. PT. Grasindo, Jakarta.

– Depkes RI. 1995. Pusdiknakes, Konsep Kebidanan , Jakarta.

– www.Profesi Bidan di Masa Depan.com

35
– Makalah Pelatihan Manajemen Asuhan Kebidanan (2002) Tim Pusat Pengembangan
Keperawatan Corolus (PPKC), Yogyakarta

– Prawiroharjo, Suryono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.

– Henderson, Christine dkk. 2006. Konsep Kebidanan. EGC. Jakarta.

Advertisements
Report this ad
Report this ad

Previous Hello world!

Leave a Reply

Advertisements
Report this ad

Pages

 About

Categories

 profesi bidan (1)


 Uncategorized (1)

Archives

 January 2011

Blog at WordPress.com. •

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to
their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy

 Follow

36
DAFTAR PUSTAKA

Soepardan, suryani. Hadi, Dadi Anwar. Etika Kebidanan Dan Hukum Kesehatan. Jakarta.
Buku kedokteran EGC. 2005.

Departemen Kesehatan RI. Konsep Kebidanan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 1995.

__________. Buku 1 : Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.


2001.

Bannet, Ruth V. Borwn, Linda K. Myles text book for midwifes. Curchill livingstone:
London. 1989 : hal 658 dan 667

Dimond, Bridgit. Legal aspect of midwifes third edition. Books for midwifes.2006. hal 73 sd
82

Sweet, Betty R. Mayes midwifery edisi 12. Denise tiran foreword by jane winship UKCC :
london. 1998 : hal 8-9

https://www.womenandbirth.org/article/S1031-170X(97)80044-X/abstract

37

Anda mungkin juga menyukai