Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

KERJASAMA TIM DAN KOLABORASI ANTAR PROFESI

OLEH:
KELOMPOK 5
Ni Made Ayu Dewi Adnyani P07124217 002
Ni Kadek Riva Cahya Pratiwi P07124217 013
Ni Putu Eksa Dhanistha Paramahesti P07124217 014
Gusti Ayu Kade Anggun Cyntia Puspita P07124217 015
Kadek Dian Adelia Pratiwi Wartana P07124217 018
Kadek Mutiara Santika Dewi P07124217 028
Luh Gede Purnama Santhi P07124217 034
Ni Nyoman Dita Pangastuti P07124217 036
Ni Luh Putu Wika Dharayanti P07124217 042
Annisa Ar Rizqiyah P07124217 053
Ni Made Wahyu Mahendradani P07124217 061

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKTIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
SEMESTER VI TINGKAT III
TAHUN 2020
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa /
Tuhan Yang Maha Esa , karena berkat rahmat-NYAlah kami dapat menyelesaikan
tugas “Makalah Asuhan Kebidanan Komunitas Kerjasama Tim Dan Kolaborasi
Antar Profesi”.
Dalam penyusunan dan penulisan tugas atau makalah ini,tidak sedikit
hambatan yang penulis hadapi. Sehingga dalam penulisan makalah ini penulis
merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik dalam penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi menyempurnakan
pembuatan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam memberikan
informasi tentang materi yang terkait.
Semoga materi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan menjadi
motifasi,khususnya bagi penulis.

Denpasar, Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA.......................................................................................................... i
DATAR ISI......................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 3
C. Tujuan............................................................................................................. 4
D. Manfaat........................................................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORI.................................................................................. 5
A. Pengertian....................................................................................................... 5
B. Tim Pelayanan Kesehatan............................................................................... 5
C. Elemen Kolaborasi......................................................................................... 6
D. Bentuk/Jenis Kolaborasi Tim Kesehatan........................................................ 7
E. Prinsip – Prinsip Kolaborasi Tim Kesehatan.................................................. 7
F. Manfaat Kolaborasi Tim Kesehatan................................................................ 8
G. Pentingnya kolaborasi tim kesehatan dan patient safety................................ 8
H. Pelayanan Kebidanan Kolaborasi................................................................... 9
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................... 10
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................. 11
A. Deskripsikan nilai-nilai yang terwujud dari masing-masing profesi
untuk menciptakan nilai bersama dalam rangka kolaborasi antar profesi..... 11
B. Peran antar profesi sesuai wewenang tugas dan tanggung jawabnya............. 12
C. Menciptakan Komunikasi Yang Efektif Dalam Rangka Kerjasama
Tim Tenaga Kesehatan Dalam Menghadapi Kasus Tersebut......................... 13
D. Gambaran Kolaborasi Yang Baik Antar Tim Tenaga Kesehatan
Dalam Menanganni Kasus Ny R.................................................................... 14
BAB V PENUTUP............................................................................................. 15
A. Simpulan......................................................................................................... 15
B. Saran............................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tim pelayanan kesehatan merupakan sekelompok profesional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan keahlian berbeda. Tim akan
berjalan dengan baik bila setiap anggota tim memberikan kontribusi yang baik.
Anggota tim kesehatan antara lain dokter, perawat, fisioterapist, radiolog, laboran,
ahli gizi, dan juga apoteker.
WHO mengakui kolaborasi antar profesi dalam pendidikan dan praktek
sebagai suatu strategi inovatif yang akan memainkan peran penting dalam
mengurangi krisis tenaga kerja kesehatan global. Praktek kolaborasi memperkuat
sistem kesehatan dan memperbaiki hasil kesehatan (WHO, 2010). Kebutuhan
kesehatan yang tidak terpenuhi dipengaruhi oleh latar belakang kesehatan dan
sistem interprofessional education di dunia.
Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi pelayanan
memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan dalam kerangka kerja
bidang respektif mereka. Praktik kolaboratif menekankan tanggung jawab
bersama dalam manajemen perawatan pasien, dengan proses pembuatan
keputusan bilateral didasarkan pada pendidikan dan kemampuan praktisi
(Shortridge, 1986 dalam Paryanto,2006).
Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan
praktik bersama sebagai kolega. Bekerja saling kertergantungan dalam batasan-
batasan lingkup kerja mereka dengan berbagai nilai-nilai dan saling mengakui dan
menghargai terhadap setiap orang yang berkonstribusi untuk merawat individu
keluarga dan masyarakat (American Medical Assosiation, 1994). Interprofessional
education terjadi ketika beberapa mahasiswa profesi belajar untuk
mengefektifkan kolaborasi dan meningkatkan pelayanan kesehatan.
Interprofessional education adalah langkah yang diperlukan dalam
mempersiapkan tenaga kesehatan yang lebih baik dan siap untuk menghadapi
masalah kesehatan. Keberhasilan interprofessional education adalah tergantung
pada interaksi staf dan mahasiswa dengan konsep pembelajaran interprofessional
education dan dicampur sebagai pembelajaran yang dipilih dan proses (Barr,
2002). Interproffesional education mempunyai tujuan untuk meningkatkan

1
kompetensi kolaborasi tim keperawatan dan juga tindakan kolaborasi perawat
dengan profesi lain. Aplikasi Interproffesional education telah diterapkan
dibeberapa Negara di dunia seperti Amerika serikat, Norwegia, Swedia, dan juga
Kanada telah melakukan penelitian tentang interprofessional education di
Universitas di negara tersebut misalnya saja di Negara Amerika Serikat yaitu
Perkembangan interprofessional education di East Carolina University
merupakan Program Pelatihan di Amerika Serikat yang terdiri dari tiga sampai
empat jam sesi selama empat bulan. Pendidik belajar bagaimana meningkatkan
kenyamanan siswa dengan interproffessional. Pemerintah Norwegia pada tahun
1995 mereka merekomendasikan bahwa semua sarjana kesehatan untuk
melakukan interprofessional education dan bersikap kolaborasi antara tim
kesehatan. Interprofessional education memuat kurikulum inti umum yang
tertutup, teori ilmiah, etika, komunikasi, dan kolaborasi (WHO, 2010).
Di Swedia sudah di implimentsasikan untuk semua mahasiswa ilmu
kesehatan. Mahasiswa interprofessional pelatihan bangsal di Fakultas Ilmu
Kesehatan di Universitas Linköping interprofessional wajib untuk medis,
keperawatan, fisioterapi dan pekerjaan siswa terapi disampaikan pada bangsal
pelatihan. Pemerintah Kanada telah menyediakan sumber daya untuk pendidikan
sarjana antarprofesi inisiatif untuk mendukung akses klien untuk perawatan dan
untuk mengembangkan dan mempertahankan sumber daya perawatan kesehatan
manusia. Penerapan interproffesional education mendorong mahasiwa dalam
mengetahui hubungan interprofessional (WHO, 2010). Di Indonesia pada tahun
2010 yang menyelenggarakan interproffesional education yaitu Universitas Gajah
Mada. Fakultas kedokteran Universitas Gajah Mada yang terdiri dari program
profesi kedokteran dan ners mempunyai persiapan yang baik terhadap
interproffesional education (Fauziah 2010). Setelah hampir 50 tahun penelitian,
terdapat bukti yang cukup untuk menunjukkan bahwa pendidikan antar profesi
memungkinkan kolaboratif yang efektif praktek yang pada gilirannya
mengoptimalkan pelayanan kesehatan, memperkuat sistem kesehatan dan
meningkatkan hasil kesehatan. Dalam perawatan baik akut maupun kronik, pasien
melaporkan tingkat yang lebih tinggi kepuasan penerimaan, pelayanan yang lebih
baik dan hasil kesehatan yang lebih baik berikut pengobatan oleh tim kolaboratif.
Bukti penelitian telah menunjukkan jumlah hasil praktek kolaborasi dapat

2
meningkatkan; akses dan koordinasi layanan kesehatan, hasil kesehatan untuk
orang dengan penyakit kronis, perawatan dan keselamatan pasien. Praktek
kolaborasi juga dapat menurunkan angka komplikasi, lama rawat di rumah sakit,
ketegangan dan konflik di antara tim kesehatan, tingkat kematian, sedangkan di
bidang kesehatan mental masyarakat praktek pengaturan kolaboratif dapat:
meningkatkan kepuasan pasien dan tim kesehatan, mempromosikan penerimaan
yang lebih besar dari pengobatan, mengurangi durasi pengobatan, mengurangi
biaya perawatan, mengurangi insiden bunuh diri, dan mengurangi kunjungan
rawat jalan (WHO, 2010).
Fenomena dilapangan yang ada bahwa inetproffesional education belum di
aplikasikan sepenuhnya. Program profesi ners Unimus yang memiliki 107
mahasiswa pada 2011 yang belum mengaplikasikan interproffesional education.
Study awal telah dilakukan peneliti pada 20 mahasiswa program profesi ners
Unimus untuk melihat aplikasi interproffesional education dalam hal kompetensi
kolaborasi tim keperawatan dan tindakan kolaborasi dengan tim kesehatan yang
lian. Hasil observasi menunjukkan 75% masih terlihat pasif dalam berkolaborasi
dengan tim keperawatan dan ketrampilan kolaborasi dengan tim lain masih
kurang. Hasil wawancara menunujukkan 75% tidak berani bertanya dan
menyampaikan pendapat dengan tim kesehatan yang lain. Selain itu 75%
mengatakan tidak mengerti tentang pentingnya kolaborasi. Berdasarkan fenomena
tersebut asumsi peneliti adalah persepsi mahasiswa profesi ners tentang
interproffesional education masih kurang.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu :
1. Apa pengertian kerjasama tim dan kolaborasi antar profesi?
2. Apa saja Elemen kolaborasi?
3. Apa saja Bentuk/jenis kolaborasi tim kesehatan?
4. Apa saja Prinsip-prinsip kolaborasi tim kesehatan?
5. Apa saja Manfaat kolaborasi tim kesehatan?
6. Bagaimana Pentingnya kolaborasi tim kesehatan dan patient safety?

C. Tujuan
Adapun tujuanpenulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian kerjasama tim dan kolaborasi antar profesi
2. Untuk mengetahui elemen kolaborasi
3. Untuk mengetahui Bentuk/jenis kolaborasi tim kesehatan

3
4. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip kolaborasi tim kesehatan
5. Untuk mengetahui Manfaat kolaborasi tim kesehatan
6. Untuk mengetahui Pentingnya kolaborasi tim kesehatan dan patient safety

D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Bagi Mahasiswa
Agar dapat menambah ilmu dan pengetahuan mengenai pengertian kerjasama
tim dan kolaborasi antar profesi, elemen kolaborasi, bentuk kolaborasi tim,
prinsip-prinsip kolaborasi tim kesehatan, manfaat kolaborasi tim kesehatan
sehingga kedepannya dapat meningkatkan kinerja dalam tim kesehatan.
2. Bagi Institusi
Makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu sarana untuk berbagi
informasi tentang kerjasama tim dan kolaborasi antar profesi serta dengan adanya
makalah ini didapatkan ilmu pengetahuan yang berkembang di lingkungan
masyarakat yang tepat guna
3. Bagi Masyarakat
Memberikan dan menyebarluaskan informasi dan pengetahuan mengenai
pentingnya kerjasama tim dan kolaborasi antar profesi agar kedepannya
masyarakat dapat lebih teredukasi.

4
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian
Tim adalah sebuah kelompok individual yang bekerja bersama-sama untuk
memproduksi sebuah produk atau jasa pelayanan yang mana adalah tanggung
jawab mereka. Anggota kelompok berbagi tujuan dan bersama-sama bertanggung
jawab untuk pertemuan mereka, bergantung terhadap pekerjaan mereka, dan
mempengaruhi hasilinteraksi yang dilakukan secara terus-menerus satu dengan
yang lainnya. Karena sebuah tim bertanggung jawab secara bersama, integrasi
kerja salah satu anggota adalah tanggung jawabanggota yang lain.
Kerjasama tim adalah interaksi atau hubungan dua atau lebih tenaga
kesehatan yang bekerja secara ketergantungan untuk menyediakan pelayanan
kepada pasien. Kerjasama tim mengartikan bahwa anggota tim saling bergantung,
melihat diri sendiri sebagai pekerjaan kolaborasi untuk pelayanan pasien,
mengambil keuntungan dari pekerjaan kolaboratif untuk menyediakan pelayanan
pasien, membagi informasi mengenai pembagian tugas dalam pembuatan
keputusan, dan mengetahui kapan kerjasama harus digunakan untuk
mengoptimalkan pelayanan kepada pasien
Kolaborasi adalah hubungan saling berbagi tanggung jawab (kerjasama)
dengan rekan sejawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam memberi asuhan pada
pasien dalam praktiknya,kolaborasi dilakukan dengan mendiskusikan diagnosis
pasien serta bekerjasama dalam penatalaksanaaan dan pemberian asuhan.masing –
masing tenaga kesehatan dapat saling berkonsultasi dengan tatap muka langsung
atau melalui alat komunikasi lainnya dan tidak perlu hadir ketika tindakan
dilakukan.petugas kesehatan yang ditugaskan menangani pasien bertanggung
jawab terhadap keseluruhan penatalaksanaan asuhan.

B. Tim Pelayanan Kesehatan


Tim pelayanan kesehatan merupakan sekelompok profesional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan keahlian berbeda. Tim akan
berjalan dengan baik bila setiap anggota tim memberikan kontribusi yang baik.
Anggota tim kesehatan antara lain dokter, perawat, bidan, fisioterapist, radiolog,
laboran, ahli gizi, dan juga apoteker. WHO mengakui kolaborasi antar profesi

5
dalam pendidikan dan praktek sebagai suatu strategi inovatif yang akan
memainkan peran penting dalam mengurangi krisis tenaga kerja kesehatan global.
Praktek kolaborasi memperkuat sistem kesehatan dan memperbaiki hasil
kesehatan. Kebutuhan kesehatan yang tidak terpenuhi dipengaruhi oleh latar
belakang kesehatan dan system interprofessional education di dunia. Kolaborasi
tim kesehatan merupakan suatu aktivitas yang bertujuan untuk
memperkuathubungan antara profesi dibidang pelayanan kesehatan yang saling
berbeda dan bekerja samadan memiliki ciri sebagai berikut:
1 Memiliki tujuan bersama
2 Mengenal dan menghargai kelebihan dan perbedaan antara profesi
3 Mampu membuat keputusan yang efektif
4 Fokus pada pasien
5 Memiliki jakur komunikasi yang jelas
Kolaborasi memungkingkan pertukaran pengetahuan dari setiap profesi
dibidang kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan kepda pasien dan
untuk meningkatkan akses pelayanan yang lebih efektif dan memiliki kualitas
yang lebih baik.
Konsep tim kolaborasi kesehatan itu sendiri merupakan konsep hubungan
kerjasama yang kompleks yang membutuhkan atau menghasilkan suatau bentuk
‘berbagi pengetahuan’ yang berorientasi pada pelayanan kesehatan untuk pasien.
Bekerja sama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi. Praktik
kolaboratif menekankan tanggung jawab bersama dalam manajemen perawatan
pasien, dengan proses pembuatan keputusan bilateral didasarkan pada pendidikan
dan kemampuan praktisi

C. Elemen kolaborasi
1. Harus melibatkan tenaga ahli dengan keahlian yang berbeda, yang dapat
bekerjasama secara timbal balik dengan baik.
2. Anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerjasama.
3. Kelompok harus memberi pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari
kombinasi pandangan dan keahlian yang di berikan oleh setiap anggota tim
tersebut.

D. Bentuk/jenis kolaborasi tim kesehatan


Berikut merupakan bentuk/jenis kolaborasi tim kesehatan, diantaranya:
1. Fully Integrated Major.
Bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim memiliki tanggung jawab dan
kontribusi yang sama untuk tujuan yang sama.

6
2. Partially Integrated Major.
Bentuk kolaborasi yang setiap anggota dari tim memiliki tanggung jawab
yang berbeda tetapi tetap memiliki tujuan bersama
3. Joint Program Office.
Bentuk kolaborasi yang tidak memiliki tujuan bersama tetapi memiliki
hubungan pekerjaan yang menguntungkan bila dikerjakan bersama.
4. Joint Partnership with Affiliated Programming.
Kerja sama untuk memberikan jasa dan umumnya tidak mencari keuntungan
antara satu dan lainnya.
5. Joint Partnership for Issue Advocacy
Bentuk kolaborasi yang memiliki misi jangka panjang tapi dengan tujuan
jangka pendek, namun tidak harus membentuk tim yang baru.

E. Prinsip-prinsip kolaborasi tim kesehatan


1. Patient-centered Care.
Prinsip ini lebih mengutamakan kepentingan dan kebutuhan pasien. Pasien
dan keluarga merupakan pemberi keputusan dalam masalah kesehatannya.
2. Recognition of patient-physician relationship.
Kepercayaan dan berperilaku sesuai dengan kode etik dan menghargai satu
sama lain.
3. Physician as the clinical leader.
Pemimpin yang baik dalam pengambilan keputusan terutama dalam kasus
yang bersifat darurat.
4. Mutual respect and trust.
Saling percaya dengan memahami pembagian tugas dan kompetensinya
masing-masing.

F. Manfaat kolaborasi tim kesehatan


Manfaat dari kolaborasi tim kesehatan, yaitu
1. Kemampuan dari pelayanan kesehatan yang berbeda dapat terintegrasikan
sehingga terbentuk tim yang fungsional
2. Kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah penawaran pelayanan meningkat
sehingga masyarakat mudah menjangkau pelayanan kesehatan
3. Bagi tim medis dapat saling berbagi pengetahuan dari profesi kesehatan
lainnya dan menciptakan kerjasama tim yang kompak
4. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan manggabungkan
keahlian unik profesional
5. Memaksimalkan produktivitas serta efektivitas dan efisiensi sumber daya
6. Meningkatkan kepuasan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja

7
7. Peningkatan akses ke berbagai pelayanan kesehatan
8. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan
9. Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga kesehatan
profesional sehingga dapat saling menghormati dan bekerja sama
10. Untuk tim kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman

G. Pentingnya kolaborasi tim kesehatan dan patient safety


Kolaborasi tim kesehatan sangatlah penting karena masing-masing tenaga
kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian, dan
pengalaman yang berbeda. Dalam kolaborasi tim kesehatan, mempunyai tujuan
yang sama yaitu sebuah keselamatan untuk pasien. Selain itu, kolaborasi tim
kesehatan ini dapat meningkatkan performa di berbagai aspek yang berkaitan
dengan sistem pelayanan kesehatan. Semua tenaga kesehatan dituntut untuk
memiliki kualifikasi baik pada bidangnya masing-masing sehingga dapat
mengurangi faktor kesalahan manusia dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Kolaborasi penting bagi terlaksananya patient safety, seperti:
1. Pelayanan kesehatan tidak mungkin dilakukan oleh satu tenaga medis
2. Meningkatnya kesadaran pasien akan kesehatan
3. Dapat mengevaluasi kesalahan yang pernah dilakukan agar tidak terulang
4. Dapat meminimalisir kesalahan
5. Pasien akan dapat berdiskusi dan berkomunikasi dengan baik untuk dapat
menyampaikan keinginannya

H. Pelayanan kebidanan kolaborasi


Pelayanan kebidanan kolaborasi adalah pelayanan yang dilakukan oleh
bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau
sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.tujuan
pelayanan ini adalah berbagi otoritas dalam pemberian pelayanan berkualitas
sesuai ruang linkup masing-masing.
Bidan meyakini bahwa dalam memberi asuhan harus tetap menjaga,
mendukung, dan menghargai proses fisiologis manusia. Intervensi dan
penggunaan teknologi dalam asuhan hanya atas indikasi. Rujukan yang efektif
dilakukan untuk menjamin kesejahteraan ibu dan bayinya. Bidan adalah praktisi
yang mandiri. Bidan bekerja sama mengembangkan kemitraan dengan anggota
dan kesehatan lainnya. Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan

8
kolaborasi, konsultasi, dan perujukan sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan,
dan kemampuannya.
Tugas yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya
dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari proses kegiatan
pelayanan kesehatan yaitu:
1. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai
fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
2. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, masa persalinan, ibu nifas,
bbl, dan balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta
kegawatdaruratan yang membutuhkan tindaka kolaborasi.

9
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada suatu wilayah puskesmas di desa X, terdapat kasus ibu hamil Ny. R,
usia ibu 18 tahun sedangkan usia kehamilan 16 minggu, suami berumur 20 tahun
bekerja sebagai buruh pabrik dengan penghasilan di bawah UMR. Ny R sudah 2
kali melakukan pemeriksaan ke Puskesmas dan di periksa oleh bidan. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan, BB Ny R 38 kg, TB 145 cm, TD 110/80 mmHg, nadi
dan respirasi normal, lila 21 cm, HB 9,2 gr%. Dari data yang lain juga
menunjukan Ny R tinggal di rumah mertua yang berukuran kecil dengan jumlah
penghuni yang banyak. Suami Ny. R merokok.
Dalam menangani kasus Ny R bidan bekerjasama dengan petugas kesehatan
yang lain yang ada di Puskesmas seperti petugas gizi, perawat, perawat gigi dan
petugas kesling. Dalam melakukan kerjasama antar tim tenaga kesehatan terdapat
beberapa keadaan yang tidak kondusif dikarenakan komunikasi dan persepsi yang
kurang tepat dari masing-masing petugas kesehatan mengenai peran dan tugas
tanggung jawab masing-masing tim tenaga kesehatan
Pertanyaan:
1 Deskripsikan nilai-nilai yang terwujud dari masing-masing profesi untuk
menciptakan nilai bersama dalam rangka kolaborasi antar profesi
2 Jelaskan masing-masing peran antar profesi sesuai wewenang tugas dan
tanggung jawabnya
3 Bagaimana menciptakan komunikasi yang efektif dalam rangka kerjasama
tim tenaga kesehatan dalam menghadapi kasus tersebut?
4 Bagaimanakah gambaran kolaborasi yang baik antar tim tenaga kesehatan
dalam menangani kasus Ny R.

10
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Deskripsikan nilai-nilai yang terwujud dari masing-masing profesi


untuk menciptakan nilai bersama dalam rangka kolaborasi antar
profesi.
1 Nilai tanggung jawab.
Tenaga kesehatan harus mempunyai tanggung jawab yang sesuai dengan
kompetensinya masing-masing dalam memberikan pelayanan kesehatan sehingga
pelayanan yang diberikan menjadi optimal. Dalam kasus ini Bidan pertanggung
jawab dalam pemeriksaan awal ibu hamil dan mendiagnosa kondisi ibu setelah
diketahui kondisi ibu maka bidan akan merujuk ke tenaga kesehatan lainnya.
Perawat Gigi yang bertanggung jawab atas kesehatan gigi dan mulut ibu. Perawat
Gizi yang bertanggung jawab atas nutrisi ibu hamil. Perawat yang bertanggung
jawab atas informasi kesehatan ibu hamil, dan petugas kesling yang bertanggung
jawab atas lingkungan sekitar ibu hamil.
2 Nilai Keadilan
Nilai keadailan ini harus dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan baik Bidan,
Perawat, Perawat Gizi, Petugas Kesling dll, karena dalam melakukan pelayanan
petugas kesehatan tidak boleh membedakan pasien dari segi apapun seperti dari
segi material, ras, agama dll. Semua pasien harus diberlakukan sama.
3 Otonomi
Nilai otonomi merupakan kewenangan atau batasan-batasan penanganan yang
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Dalam kasus ini, antar tenaga kesehatan baik bidan, perawat, perawat gizi,
perawat gigi, petugas kesling bekerja sesuai kewenangan dan tugas utama
mereka. Sehingga dalam kasus tersebut terdapat kolaborasi antarprofesi yang
menyesuaikan kasus serta wewenang yang dapat dilakukan.
4 Altruistik
Merupakan perilaku menolong tanpa adanya tekanan ataupun kewajiban
melainkan dengan suka rela atau tidak berdasarkan norma-norma tertentu.

11
5 Kejujuran
Merupakan kesesuaian antara yang yang diucap dengan apa yang dilakukan.
Dalam kasus ini, Bidan, perawat, perawat gizi, perawat gigi, dan petugas kesling
jujur dalam menyampaikan hasil pemeriksaan kepada keluarga pasien dan juga
pada saat menyampaikan hasil pemeriksaan ke dokter saat merujuk pasien
6 Profesional dan beretika
Profesional merupakan komitmen anggota profesi kesehatan untuk
meningkatkan kualitas kemampuannya. Dalam hal ini, tenaga kesehatan bidan,
dokter dan perawat melakukan penanganan kepada pasien secara optimal dengan
memanfaatkan pengetahuan, skill, waktu serta strategi untuk menangani kasus
pasien. Sedangkan etika yaitu refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan
norma, moral yang menentukan perwujudan sikap dan pola perilaku hidup
manusia baik pribadi maupun kelompok. Pada kasus ini, pengetahuan,
kemampuan kolaborasi yang baik dan kemampuan untuk saling menghargai
antarprofesi kesehatan sangat terjaga. Sehingga, dapat memberikan suatu
pelayanan kesehatan yang berkualitas.

B Peran antar profesi sesuai wewenang tugas dan tanggung jawabnya


1 Bidan
Bidan bertanggung jawab dengan kondisi kehamilan dimulai dari keluhan
yang dirasakan ibu, pemeriksaan ibu hamil (ANC), memberikan KIE kepada
ibu tentang kehamilannya, serta bertanggung jawab atas tindakan apa yang
akan diberikan kepada ibu seperti merujuk ibu dan memberikan terapi seperti
Fe, Sf dan Vit. K. Dalam kasus Ny. R Bidan bertanggung jawab atas kondisi
Ny. R karena dilihat dari hasil pemeriksaan Ny. R memiliki masalah pada
Berat Badannya, pengukuran Lila dan juga Hb selain itu lingkungan Ny. R
tidak bagus yaitu suaminya perokok sehingga bidan bertanggung jawab untuk
merujuk Ny. R ke tugas kesehatan lainnya yaitu perawat gizi, perawat,
perawat gigi dan petugas kesling.
2 Perawat Gizi
Perawat Gizi bertanggungjawab atas gizi ibu hamil, karena jika gizi ibu hamil
kurang akan berpengaruh terhadap kehamilannya. Dalam kasus ini Ny. R

12
memiliki berat badan yang kurang dan hasil pengukuran lilanya pun kurang
sehingga perawat gizi bertanggung jawab dalam memberikan KIE mengenai
nutrisi apa saja yang harus terpenuhi.
3 Perawat Gigi
Perawat gigi bertanggungjawab atas kesehatan gigi dan mulut ibu, jika ibu
hamil tidak merawat kesehatan gigi dan mulut dapat menyebabkan penyakit
periodontal yang dapat mengakibatkan prematur dan juga menyebabkan
penyakit mulut pada bayi nantinya.
4 Perawat
Sama halnya dengan bidan, perawat juga bertanggung jawab atas informasi
kesehatan ibu hamil seperti memberikan KIE tentang tanda-tanda bahaya,
KIE tentang cara menjaga kesehatan bayinya dll
5 Petugas Kesling
Petugas kesling bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan sekitar ibu
hamil. Jika dalam kasus Ny. R dikatakan bahwa suaminya perokok sehingga
perlunya pemahaman kepada suami agar jika merokok tidak disekitar ibu
hamil selain itu tempat Ny. R yang sempit juga sebagai masalah yang dapat
mengganggu kesehatan Ny. R.

C Menciptakan Komunikasi Yang Efektif Dalam Rangka Kerjasama Tim


Tenaga Kesehatan Dalam Menghadapi Kasus Tersebut
1 Memperjelas uraian hak, tugas dan koordinasi masing-masing petugas dalam
suatu fasilitas kesehatan. Peran, hak dan tugas petugas lain juga harus
diketahui oleh masing-masing petugas. Dalam menangani kasus Ny. R ini
tidak ada petugas kesehatan yang mengambil wewenang tenaga kesehatan
lainnya. Sehingga kolaborasi yang dilakukan dapat menghasilkan perawatan
yang optimal
2 Memberikan otonomi kepada petugas untuk mengambil keputusan sesuai
dengan kewajiban dan kemampuannya. Dalam kasus Ny. R Bidan, Perawat
Gigi, Perawat Gizi, Perawat, dan Petugas Kesling dapat mengambil
keputusan sesuai dengan kewajibannya. contohnya bidan yang memutuskan

13
untuk melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya karena kondisi
Ny. R yang perlu dilakukan pemeriksaan lainnya.
3 Mereposisi kembali hubungan antar petugas kesehatan sebagai hubungan
yang saling melengkapi. Dalam kasus Ny. R hubungan tenaga kerja sangat
diperlukan sehingga kondisi Ny. R menjadi lebih baik.

D Gambaran Kolaborasi Yang Baik Antar Tim Tenaga Kesehatan Dalam


Menanganni Kasus Ny R
Gambaran kolaborasi dalam kasus ini dapat dilihat dari awal Ny. R datang
ke Puskesmas yang akan memeriksa kehamilannya. Ny. R akan terlebih dahulu
masuk keruang KIA untuk memeriksa kehamilannya. Ny. R akan diperiksa oleh
Bidan dan mendapatkan hasil sebagai berikut usia kehamilan 16 minggu, BB Ny
R 38 kg, TB 145 cm, TD 110/80 mmHg, nadi dan respirasi normal, lila 21 cm, HB
9,2 gr%. . Dari hasil pemeriksaan ini Bidan akan melakukan kolaborasi ke tenaga
kesehatan lainnya guna memperbaiki kondisi yang dialami Ny. R.
Bidan akan merujuk terlebih dahulu ke poli gigi, disana Ny. R akan
diperiksa gigi dan mulut untuk melihat adanya penyakit mulut atau tidak sehingga
tidak membahayakannya dan juga janinnya, kemudian bidan akan merujuk ke poli
gizi disana Ny. R akan diberikan KIE mengenai kebutuhan nutrisi selama hamil
dan makanan apa saja yang harus dihindari selain itu perawat gzi akan
memberikan nutrisi tambahan kepada ibu hamil seperti biskuit PMT, setelah itu
Ny. R akan di rujuk ke poli umum untuk mendapatkan perawatan selanjutnya
yaitu informasi secara menyeluruh tentang kondisi kehamilan Ny. R, terakhir Ny.
R akan dirujuk ke ruang Kesling untuk memberikan KIE tentang lingkungan yang
bagus untuk kesehatan kehamilannya.
Setelah proses rujukan selesai Ny. R akan kembali ke ruang KIA untuk
memberikan seluruh hasil pemeriksaan kepada bidan sehingga dapat ditulis di
buku Ibu. Setelah itu Bidan akan memberikan obat yang sesuai dengan kebutuhan
Ny. R dan selanjutnya ditebus di apoteker.

14
BAB V

PENUTUP

A Simpulan
Kerjasama tim mengartikan bahwa anggota tim saling bergantung, melihat
diri sendiri sebagai pekerjaan kolaborasi untuk pelayanan pasien, mengambil
keuntungan dari pekerjaan kolaboratif untuk menyediakan pelayanan pasien,
membagi informasi mengenai pembagian tugas dalam pembuatan keputusan, dan
mengetahui kapan kerjasama harus digunakan untuk mengoptimalkan pelayanan
kepada pasien.
Dalam kasus Ny. R dapat disimpulkan bahwa kerja sama tim harus
dilakukan dengan baik, yaitu tenaga kesehatan harus mengerti tentang nilai-nilai
dalam melakukan pelayanan kesehatan seperti mengerti tentang nilai tanggung
jawabnya , keadilan, otonomi, altruistik, kejujuran dan profesionalisme.
Selain itu tenaga kesehatan dalam menangani kasus seperti Ny. R harus
mengetahui peran dan wewenangnya, sehingga tidak ada penyimpangan yang
terjadi selama proses pemeriksaan ibu hamil. Dengan mengetahui peran masing-
masing akan terjalinnya hubungan kolaborasi yang bagus dan menghasilkan
pemeriksaan yang optimal.

B Saran
Adapaun saran dalam laporan ini yaitu agar mahasiswa lebih memahami
mengenai kerja sama tim dan kolaborasi antar profesi sehingga nantinya jika
sudah di dunia kerja dapat mengimplementasikan dengan baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2014. Pemberi Pelayanan Kesehatan JPKM. Dalam


http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=47&Itemid=68 (Diakses pada 12
Februari 2020).
Ekawati, Nur. 2015. Konsep Kebidanan. Academia. Dalam
https://www.academia.edu/9011504/Konkeb_bagian_eka (Diakses pada 12
Februari 2020)

IPE. 2015. Kolaborasi dalam Tim Kesehatan. Dalam http://note-


nurse.blogspot.com/2015/11/kolaborasi-dalam-tim-kesehatan.html (Diakses
pada 12 Februari 2020)
Suryana. 2014. Makalah Pelayanan Kolaborasi. Dalam
http://suryadun.blogspot.com/2014/03/makalah-pelayanan-kolaborasi.html
(Diakses pada 12 Februari 2020)

Anda mungkin juga menyukai