Anda di halaman 1dari 11

*KOMUNIKASI TERAPIUTIK DALAM ASUHAN KEBIDANAN

PADA MASA NIFAS


-Komunikasi terapiutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapiutik mengarah pada
bentuk komunikasi interpersonal.
-Menurut Northhouse (1998:12) komunikasi terapiutik adalah kemampuan atau
keterampilan bidan untuk membantu pasien beradaptasi terhadap stress, mengatasi
ganguan psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain
-Menurut Struat G.W (1998) komunikasi terapiutik merupakan hubungan
interpersonal antara bidan dengan pasien, dalam hubungan ini bidan dan pasien
memperoleh pengalaman belajar dalam rangka memperbaiki emosional pasien.
-Komponen komunikasi terapeutik menjadi bagian yang tentu saja tidak bisa
dipisahkan dari proses komunikasi terapeutik. Sebagaimana kita ketahui, komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien. Ada
strategi komunikasi terapeutik yang perlu diterapkan sehingga tujuan komunikasi
terapeutik pun bisa tercapai. Namun sebelum itu, kita juga perlu mengetahui terlebih
dahulu apa saja komponen-komponen komunikasi terapeutik yang ada.
Proses komunikasi terapeutik biasa dilakukan oleh perawat yang biasa dikenal
sebagai komunikasi terapeutik dalam keperawatan. Namun demikian, tak jarang pula
profesi lain yang juga menggunakan jenis komunikasi yang sama karena bagaimana
pun juga tujuan utama dari komunikasi terapeutik adalah mendorong tercapainya
kesembuhan klien. Istilah yang dekat dengan jenis komunikasi ini adalah psikologi
komunikasi. Berikut ini adalah beberapa komponen dari komunikasi terapeutik secara
umum:
1.Pengirim pesan
Pengirim pesan bisa disebut juga sebagai komunikator. Pengirim pesan di sini adalah
sebagai pemberi tindakan terapeutik (dalam hal ini bisa perawat, dokter). Tentu saja
komponen ini adalah komponen yang menjadi bagian paling utama dari komunikasi
terapeutik.
2.Pesan
Komponen selanjutnya yaitu pesan itu sendiri. Jadi, informasi atau pesan yang akan
disampaikan menjadi bagian di dalam komponen komunikasi terapeutik. Tanpa adanya
pesan, tentu saja komunikasi terapeutik tidak bisa dilaksanakan dengan baik. Pesan
menjadi sebuah hal yang akan dipindahkan dari pengirim pesan kepada penerima
pesan.
3.Penerima pesan
Penerima pesan bisa disebut sebagai komunikan. Komunikan di sini adalah
siapa saja yang diberi tindakan terapeutik. Dalam hal ini adalah klien. Klien
tidak hanya pasien yang ada di rumah sakit. Cakupan klien ini bermacam-
macam, bisa individu yang sehat, individu yang sakit, kelompok, keluarga
hingga masyarakat. Ragam klien pun sangat variatif sekali, bisa tergantung
usia, kondisi dan lain sebagainya.
4.Umpan Balik
Umpan balik adalah komponen yang merupakan sebuah respon dari
penerima pesan kepada pengirim pesan. Dengan adanya respon tersebut,
maka hubungan timbal balik antara perawat dan klien bisa terwujud
dengan baik. Tentu saja ini juga komponen yang perlu diperhatikan,
mengingat bila komunikasi hanya berlangsung dari satu pihak saja, maka
hal tersebut belum bisa dikatakan sebagai proses komunikasi efektif yang
bersifat terapeutik.
5.Konteks
Konteks di sini berarti lingkungan dari terjadinya komunikasi
terapeutik. Latar dan juga situasi menjadi salah satu hal yang penting
karena ini terkait dengan jalannya proses komunikasi terapeutik yang
akan berlangsung.
6.Media
Media merupakan sebuah sarana untuk memudahkan proses
komunikasi terapeutik berlangsung. Komponen ini termasuk
komponen yang sifatnya opsional, namun juga sangat menunjang.
Media dalam komunikasi terapeutik ada banyak dan beragam.
Penggunaannya disesuaikan dengan tujuan dari proses komunikasi
yang akan berlangsung sehingga fungsi media komunikasi juga bisa
dipakai dengan efektif.
7.Sikap
Sikap sebenarnya bukan komponen utama dari proses komunikasi
terapeutik. Namun demikian, sikap juga menjadi penting. Sikap dari
penerima pesan maupun pengirim pesan akan sangat menentukan tingkat
keberhasilan dari terjadinya proses komunikasi terapeutik. Tentu saja, ini
menjadi poin pembahasan tersendiri yang akan lebih banyak berfokus
pada pengirim pesan (perawat).
8.Strategi
• Strategi adalah bagian dari proses komunikasi terapeutik yang menjadi
ciri khas tersendiri. Sebuah proses komunikasi terapeutik bisa terjalin
dengan baik bila strategi yang diterapkan juga sesuai. Ada banyak
strategi yang bisa digunakan untuk komunikasi terapeutik sehingga bisa
menciptakan teknik komunikasi berkesan.
Itulah tadi beberapa macam komponen dari komunikasi terapeutik. Lima
poin pertama merupakan komponen paling utama yang sebenarnya
menjadi dasar komunikasi terapeutik.
Manfaat komunikasi terapiutik dalam asuhan kebidanan nifas
• Mendorong dan menganjurkan kerja sama antrara bidan dan pasien
• Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang di lakukan bidan
• Memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien menghadapi
masalah yang di hadapi
• Mencegah tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi terapiutik dalam asuhan
kebidanan
Dalam melakukan sebuah komunikasi salah satunya komunikasi yang terapeutik dapat
dipengaruhi beberapa hal antara lain:
1. Perkembangan
Perkembangan manusia mempengaruhi bentuk komunikasi dalam dua aspek, yaitu
tingkat perkembangan tubuh mempengaruhi kemampuan untuk menggunakan teknik
komunikasi tertentu dan untuk mempersepsikan pesan yang disampaikan. Agar dapat
berkomunikasi efektif seorang perawat harus mengerti pengaruh perkembangan usia
baik dari sisi bahasa, maupun proses berpikir orang tersebut. Adalah sangat berbeda
cara berkomunikasi anak usia remaja dengan anak usia balita.
2.Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa.
Persepsi dibentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat
mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
3.Gender
Laki-laki dan perempuan menunjukan gaya komunikasi yang berbeda dan memiliki
interpretasi yang berbeda terhadap suatu percakapan. Tannen (1990) menyatakan
bahwa kaum perempuan menggunakan teknik komunikasi untuk mencari konfirmasi,
meminimalkan perbedaan, dan meningkatkan keintiman, sementara kaum laki-laki
lebih menunjukan indepedensi dan status dalam kelompoknya.
4.Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat
untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha mengklarifikasi nilai
sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam
hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai
pribadinya.
5.Latar Belakang Sosial Budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga
akan membatasi cara bertindak dan komunikasi.
6.Emosi
Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah,
sedih, senang akan mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat perlu mengkaji emosi klien agar dan keluarganya sehingga mampu
memberikan asuhan keperawatan dengan tepat. Selain itu perawat perlu
mengevaluasi emosi yang ada pada dirinya agar dalam melakukan asuhan
keperawatan tidak terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya.
7.Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang
dengan tingkat pengetahuan rendah akan sulit merespon pertanyaan yang
mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Hal
tersebut berlaku juga dalam penerapan komunikasi terapeutik di rumah sakit.
Hubungan terapeutik akan terjalin dengan baik jika didukung oleh pengetahuan
perawat tentang komunikasi terapeutik baik tujuan, manfaat dan proses yang akan
dilakukan. Perawat juga perlu mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga
perawat dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat memberikan asuhan
keperawatan yang tepat pada klien secara profesional.
8.Peran dan Hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang berkomunikasi.
Berbeda dengan komunikasi yang terjadi dalam pergaulan bebas, komunikasi antar
perawat klien terjadi secara formal karena tuntutan profesionalisme.
9.Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi efektif. Suasana yang bising,
tidak ada privacy yang tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan dan
ketidaknyamanan. Untuk itu perawat perlu menyiapkan lingkungan yang tepat dan
nyaman sebelum memulai interaksi dengan pasien. Menurut Ann Mariner (1986)
lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhinya
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
10.Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa aman dan
kontrol. Untuk itu perawat perlu memperhitungkan jarak yang tetap pada saat
melakukan hubungan dengan klien.
11.Masa bekerja
Masa bekerja merupakan waktu dimana seseorang mulai bekerja di tempat
kerja. Makin lama seseorang bekerja semakin banyak pengalaman yang
dimilikinya sehingga akan semakin baik komunikasinya (Kariyoso, 1994).
-Hubungan perawat dan klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar dan
perbaikan emosi klien. Bagi klien, dalam hal ini perawat memakai dirinya
secara terapeutik dan memakai teknik komunikasi agar perilaku klien dapat
berubah kearah yang positif seoptimal mungkin. Perawat harus menganalisa
dirinya tentang kesadaran dirinya, klarifikasi nilai, perasaan, kemampuan
sebagai role model agar dapat berperan secara efektif. Seluruh perilaku dan
pesan yang disampaikan baik secara verbal maupun nonverbal bertujuan
secara terapeutik untuk klien.
Kemampuan menerapkan
teknik komunikasi memerlukan latihan dan
kepekaan serta ketajaman, karena komunikasi
terjadi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang
turut mempengaruhi kepuasan klien.
Keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui
dampak tercapainya kepuasan klien dalam
menerima asuhan keperawatan yang berkaitan
dengan komunikasi yang juga merupakan
kepuasan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan secara profesional.

Anda mungkin juga menyukai