Anda di halaman 1dari 112

MATERI/BAHAN MATA KULIAH

Program Studi Diploma III Kebidanan Pertemuan ke Ke satu


Kode Mata BDM.04.003/4 SKS (2T – 2P) Modul ke I
Kuliah/SKS
Nama Mata Kuliah Kesehatan Perempuan Dan Jumlah halaman 12
Perencanaan Keluarga
Dosen Mulai Berlaku 2018

I. Petunjuk Umum
Petunjuk umum ini, memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam
perkuliahan, sebagai berikut :
1. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami konsep kesehatan reproduksi, konsep gender dalam kesehatan
reproduksi.
2. Materi

Konsep kesehatan reproduksi, konsep gender dalam kesehatan reproduksi dan panadangan islam
mengenai kesehatan reproduksi.

3. Indikator Pencapaian

Pemahaman terhadap konsep kesehatan reproduksi, konsep gender dalam kesehatan reproduksi
dan pandangan Islam mengenai kesehatan Reproduksi.

4. Referensi
a) Badan Koordinasi keluarga Berencana Nasional, Proses Belajar Aktif Kesehatan Reproduksi
Remaja, Jakarta: BKKBN, 2004.
b. Dahri, Nurdeni “Reproduksi Perempuan dalam Perspektif Islam (Tinjauan terhadap Haid, Nifas,
dan Istihadhah)”, Kanwil Kementrian Agama Provinsi Riau, t.th.
c. Departemen Kesehatan RI, Modul Kesehatan Reproduksi, Jakarta, 2001.
d. Departemen Kesehatan RI, Pusat Penyuluhan Kesehatan, Strategi Penyuluhan, Jakarta, 1997.
e. Farida, Jauharotul, dkk., “Kesehatan reproduksi di Pesantren”, Modul Pendidikan Kesehatan
f. Reproduksi Remaja, LPPM IAIN Walisongo, 2014.
g. Hanim, Diffah, Santosa, dan Affandi, “Kesehatan Reproduksi”, Modul Field lab, Field Lab
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, 2013.
h. Hasanah, Hasyim, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Ombak, 2013.
i. Ibrahim, Tuslim, Kesehatan Reproduksi dan Perencanaan Keluarga Menurut Fiqh, Aceh: MPU
Aceh, t.th.
1
j. ICPD, “Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo”, Makalah
konferensi Internasional, Kairo Mesir, 1994.
k. al-Khayyath, Muhammad Haitsam, Problematika Muslimah di Era Modern, Jakarta: Erlangga,
2007.

5. Strategi Pembelajaran
Strategi pembalajaran yang digunakan adalah contextual instruction, scenario kelas dengan waktu
100 menit, langkah-langkah yang dilakukan, sebagai berikut :
a. Materi kuliah telah diberikan kepada mahasiswa 1 (satu) minggu sebelum perkuliahan,
mahasiswa diharuskan untuk membaca dan memahami materi tersebut agar dapat lebih
mudah mengungkap kasus-kasus terbaru yang terjadi.
b. Dosen memberikan penjelasan materi yang didasari pada kondisi kekinian
c. Setelah penjelasan secara konsep oleh dosen, mahasiswa dibagi dalam group diskusi
untuk membahas lebih dalam konsep yang dijelaskan.
d. Setelah selesai diskusi, mahasiswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi dan
kelompok lain memberikan sanggahan atau bantahan.
e. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menjelaskan hasil diskusi dan
mempertahankan pendapat mereka dengan argumentasi sesuai dengan konsep materi.
f. Pendekatan pembelajaran dapat berubah sesuai dengan perkembangan, materi dan
kesepakatan dengan mahasiswa.

6. Kegiatan Belajar
a) Pahami dan kuasai materi ini dengan baik, agar pada waktu berdiskusi dan mengerjekan
soal saudara tidak banyak mengalami kesulitan.
b) Mulailah motivasi diri untuk membaca, dari yang mudah, dan mulai membaca sekarang.
c) Bacalah scenario pada petunjunk umum, sehingga memudahkan mahasiswa dalam
aktivitas pembelajaran di kelas.

7. Evaluasi
a) Setelah kegiatan belajar berakhir, mahasiswa diminta mengerjakan test (post test),
sehingga dapat diketahui seberapa jauh Tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi
tersebut dapat dicapai.

2
b) Apabila mahasiswa dapat menjawab 70% dari soal-soal test dengan betul berarti
mahasiswa telah mencapai tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi yang
disampaikan dosen.

II. Materi

KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI, KONSEP GENDER DALAM KESEHATAN


REPRODUKSI DAN PANDANGAN ISLAM MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI

A. Konsep Kesehatan Reproduksi


Kesehatan Reproduksi Kesehatan Reproduksi Kesehatan reproduksi merupakan sustu kondisi
sehat menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Kesehatan reproduksi merupakan suatu hal
yang penting mengingat reproduksi adalah sarana untuk melahirkan generasi penerus bangsa.
a. Kondisi Sehat
Pengertian sehat tidak semata-mata berarti bebas dari penyakit atau kecacatan fisik,
melainkan juga secara psikis, secara mental, sosial, dan kultural.4 Sehat secara fisik berarti suatu
keadaan yang tidak sakit dan tidak memiliki cacaat secara fisik. Sehat bukan merupakan suatu
kondisi saja, tetapi hasil dari proses penyesuaian. Artinya sehat bukan hanya dipahami sebagai
suatu keadaan tapi merupakan proses menjadi sehat. Terdapat tiga karakteristik sehat menurut
WHO, yaitu merefleksikan perhatian pada individu, memandang sehat dalam konteks lingkungan
internal dan eksternal, dan hidup yang kreatif dan produktif.5 Kesehatan fisik adalah dalah adanya
keadaan organ tubuh yang dapat berfungsi secara baik tanpa merasakan sakit atau keluhan dan
memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh dapat bekerja secara normal.6 Sehat
secara psikis dan mental berarti didefinisikan sebagai kondisi yang memungkinkan indiviidu
memahami potensi-potensinya yang mencakapup tiga komponen yaitu pikiran, emosional, dan
spiritual. Sehat pikiran tercermin dalam berbaggai cara berfikir atau jalan fikir. Sehat emosional
sehat tercermin dari bagaimana cara seseorang dalam mengekspresikan berbagai kondisi seperti
sedih, bahagia, senang, dan lain-lain. Sehat spiritual tercermin dalam ekspresi keagamaan yang
diekspresikan melalui ungkapan syukur, kepercayaan, pujian, terhadap Tuhan, melalui ibadah.
Sehat secara sosial berarti terwujudnya interaksi setiap individu dengan sesama tanpa membedakan

3
perbedaan suku, ras, maupun warna kulit, sehingga tercipta rasa toleransi dan persatuan. Sehat
secara kultural berati terwujudnya kehidupan yang memiliki peradaban setiap individu dengan
perbedaan suku, ras, maupun warna kulit, sehingga tercipta rasa toleransi dan persatuan. Kesehatan
reproduksi yang ada dalam konteks pembangunan masyarakat Indonesia mencakup 5 (lima)
komponen/program terkait, yaitu Program Kesehatan Ibu dan Anak, Program Keluarga Berencana,
Program Kesehatan Reproduksi Remaja, Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, dan Program Kesehatan Reproduksi pada Usia
Lanjut. Pelaksanaan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan siklus
hidup (life-cycle approach) agar diperoleh sasaran yang pasti dan pelayanan yang jelas berdasarkan
kepentingan sasaran/klien dengan memperhatikan hak reproduksi. Kesehatan reproduksi memiliki
tiga komponen yaitu kemampuan prokreasi, mengatur dan menjaga tingkat kesuburan, dan
menikmati kehidupan seksual secara bertanggung jawab. Prioritas dari pelayanan kesehatan
reproduksi pada konteks saat ini masih dalam hal kesehatan iibu dan anak (KIA), Keluarga
Berencana (KB), kesehatan reproduksi Remaja (KRR) dan penanggulangan Pengakit Menular
Seksual (PKMS).
b. Sistem Organ Reproduksi
Sistem Organ Reproduksi Sistem Organ Reproduksi Pada remaja, organ reproduksi mulai
mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Organ reproduksi meruupakan bagian tubuh seseorang
yang digunakan untuk menjalankan reproduksi. Organ reproduksi adalah organ seksualitas baik
pada laki-laki dan perempuan dibagian dalam maupun bagian luar tubuh manusia. Organ reproduksi
pada laki-laki terdiri dari penis/buah zakar yang berfungsi sebagai alat melakukan senggama,
mengeluakan air seni, dan sebagao jalan keluarnya sperma. Organ lainnya adalah kepala penis yang
berda di ujung penis berupa lubang untuk menyalurkan air kencing dan sperma. Bagian ini sangat
sensitif dan mudah terangsang karena memiliki banyak pembuluh darah. Bagian ketiga adalah
kantong pelir yang terdiri dari biji pelir dan testi), serta sperma. Kantung pelir merupakan tempat
biji testis. Testis memiliki fungsi sebagai tempat produksi sperma yang akan terbentuk karena
hormone testosterone. Spema merupakan sel berbentuk seperti berudu berekor. Sperma dapat
membuahi sel telur yang matang, dalam tubuh perempuan yang selanjutnya menyebabkan
kehamilan. Saluran kemih merupakan organ reproduksi yang berfungsi menyalurkan air kencing
dan air mani yang mengandung sperma. Epididimis berfungsi sebagai tempat mematangkan sperma
yang dihasilkan testis. Saluran sperma berfungsi sebagai tempat menyalurkan sperma dari testis
menuju prostat. Dan kelenjar prostat berfungsi menghasilkan air mani yang ikut mempengaruhi
kesuburan sperma.8 Organ reproduksi pada perempuan terdiri dari ovarium, tuba volopi, uterus,
vagina (kemaluan), selaput dara, bibir kemaluan, klitoris, saluran kemih. Ovarium adalah organ
reproduksi yang berfungsi mengeluarkan sel telur. Tuba falopi berfungsi menyalurkan sel telur
setelah keluar dari indung telur dan tempat terjadinya pembuahan. Uterus berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya tempat calon bayi. Vagina adalah lubang tempat masuknya sel sperma
pada saat bersenggama. Vagina juga merupakan jalan keluarnya darah saat haid dan janin yang
akan dilahirkan. Hymen merupakan lapisan tipis yang berada di dalam liang kemaluan. Bibir
4
kemaluan adalah bagian paling luar yang memiliki banyak pembuluh darah. Klitoris adalah organ
reproduksi yang memiliki tingkat kepekaan terhadap rangsangan yang sangat tinggi karena tersusun
dari banyak pembuluh darah. Saluran kemih berguna untuk mengeluarkan air kencing dan terletak
di antara klitoris dan mulut vagina.
c. Fungsi Kesehatan Reproduksi
Fungsi Kesehatan Reproduksi Fungsi Kesehatan Reproduksi Fungsi memahami kesehatan
reproduksi diantaranya adalah mengenal tubuhnya dan organ-organ reproduksinya; memahami
fungsi dan perkembangan organ reproduksi secara benar. Memahami perubahan fisik dan psikisnya;
melindungi diri dari berbagai risiko yang mengancam kesehatan dan keselamatannya;
mempersiapkan masa depan yang sehat dan cerah; mengembangkan sikap dan perilaku
bertanggungjawab mengenai proses reproduksi.10 Pada remaja, menganal bagian-bagian tubuh dan
organ reproduksi menjadi hal yang sangat penting, karena dengan mengenal bagian biologis
mengarahkan remaja untuk dapat berperilaku secara bertanggung jawab dalam menjaga tubuh dan
organ reproduksinya. Memahami tubuh dan fungsi organ reproduksi secara benar tentu menjadikan
remaja menjadi lebih berhati-hati dalam merawat, menjaga, dan melindungi organ reproduksinya.
Pada tahap ini memungkinkan remaja memiliki kesadaran dalam melindungi aspek vital dan
menjaga diri dari tindak kekerasan seksual. Mempersiapkan masa depan yang sehat dan cerah dapat
dilakukan dengan memelihara dan memahami masalah kesehatan reproduksi. Kondisi ini diarahkan
pada upaya preventif bagi seorang remaja untuk mengembangkan organ reproduksinya secara
matang, bebas dari cacat dan penyakit menular seksual lainnya, yang tentu akan berdampak pada
masa depan. Remaja yang memiliki organ reproduksi yang sehat, tentu menjadikan kehidupan
menjadi lebih indah dan bermakna, ceria dan bahagia, sebaliknya, remaja yang tidak mampu
mencapai kondisi sehat pada organ reproduksinya, tentu akan mengalami hambatan dalam
melahirkan generasi penerus, hidup cenderung susah, batin menjadi semakin resah dan tidak
bahagia. Remaja dengan sistem reproduksi yang sehat selalu berupaya untuk mengurasi resiko dan
dampak negatif akibat problem kesehatan reproduksi. Melaksanakan kegiatan yang bersifat positif
menjadi tanda bahwa remaja telah mampu memiliki tanggungjawab yang tinggi pada
perkembangan organ reprosuksinya. Pada beberapa kondisi, sikap dan perilaku yang bertanggung
jawab, menjadikan mampu melewati sebuah masa krisis yang menandai kedewasaan dan tingkat
kematangan seksualnya.
d. Problem Kesehatan Reproduksi
Problem kesehatan reproduksi yang dialami para perempuan dan remaja biasanya
dikarenakan banyak faktor. Faktor penyebab munculnya problem reproduksi terdiri dari faktor yang
bersifat internal, maupun eksternal. Faktaor yang bersifat internal terkait dengan persoalan
pemahaman mengenai kesehatan reproduksi. Faktor yang bersifat ekternal bisanya merupakan
faktor yang berhubungan dengan hal yang berada di luar kemampuan diri individu seperti
lingkungan, pergaulanan, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, dan lain-lain. Faktor
pemahaman mengenai kesehatan reproduksi menymbangkan kontribusi yang begitu besar terkait
dengan persoalan-persoalan reproduksi remaja. Orang dengan pemahaman tentu mengarahkan
dirinya untuk tidak melakukan faktor yang menyebabkan resiko dan dampak negatif bagi diri
sendiri. Sebaliknya, remaja yang memiliki pemahaman rendah, cenderung kurang memiliki
kepedulian, kesadaran dalam menjaga dan memelihara organ reproduksinya, yang selanjutnya
sering berakhir pada terjadinya kekerasan seksual pada remaja. Data yang dilansir oleh beberapa

5
media online menyebutkan bahwa masih banyak remaja yang belum memahami kesehatan
reproduksi, bagaimanakah fungsi organ reproduksi, bagaimana proses terjadinya reproduksi.
Kecenderungan ini menyebabkan banyak remaja yang mengalami kekerasan seksual dan menjadi
korban perilaku seks bebas.

B.  Konsep Gender Dalam Kesehatan Reproduksi

1. Istilah-istilah terkait dengan gender.

Gender adalah perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara laki-laki dan wanita yg
dibentuk /dibuat oleh masyarakat dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Gender dapat berubah tergantung dari waktu dan tempat. Dapat ditukar tergantung budaya dan
kebiasaan bukan merupakan kuadrat TYE (perencanaan jlh anak) Buatan manusia (laki-laki atau
perempuan berhak menjadi calon Ketua RT, Kades bahkan Presiden.

2. Jenis Kelamin adalah ciri biologis anatomis (khususnya sistem reproduksi dan hormonal). Di
ikuti karakteristik fisiologis yg menentukan seorang laki-laki atau perempuan.

3.  Ciri-ciri Laki-laki dan Perempuan.

Laki-laki memakai celana, rambut cepak, memiliki jakun, testis, buah pelir, bulu kaki,
penis, bahu lebar membuahi, memiliki jenggot, suara gede gagah dan keren, memiliki bulu dada
Sperma. Perempuan memiliki payudara yang berpotensi untuk menyusui, memiliki vagina,
pinggul lebih lebar, melahirkan, memilik rahim, memakai rok, suara lebih kecil dan lembut, haid,
Feminim (anggun) sel telur, rambut panjang, wajah cantik.

4.  Kesetaraan Gender yaitu keadaan tanpa diskriminasi sebagai akibat dari perbedaan jengkel &
memperoleh kesempatan, serta akses terhadap pelayanan. Keadilan gender adalah gambaran
keseimbangan yg adil (fairness) dalam pembagian beban tanggung jawab dan manfaat antara
laki-laki dan perempuan.

5. Peran Gender adalah peran ekonomi dan sosial yg dipandang layak oleh masyarakat untuk
diberikan kepada laki-laki dan perempuan misalnya, laki-laki mencari nafkah, beban ganda pada
perempuan. Biasanya gender suatu keadaan yg menunjukkan adanya keberpihakan kepada laki-
laki dari pada perempuan, misalnya, bila perempuan melakukan aborsi maka dihukum,
sementara laki-laki yg menghamili.

6. Stereotipi Gender Pandangan yg menganggap sesuai dan biasa untuk jenis kelamin (laki-laki
atau perempuan) misalnya, laki-laki dikantor sedangkan perempuan di dapur. Patriakhi Keadaan
di masyarakat yg menempatkan laki-laki pada kedudukan posisi yg lebih tinggi dari perempuan.

7. Peran dan kesetaraan gender

Peran Gender Seseorang yg diharapkan oleh masyarakat untuk bertingkah dan berprilaku
menurut jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan). Contoh, perempuan seharusnya menjadi
ibu dan tinggal di rumah untuk mengurus anak, dan suami seharusnya menjadi ayah dan mencari
nafkah untuk keluarga. Kesetaraan Gender Anggapan bahwa laki-laki dan perempuan harus
mendapatkan perlakuan sama. Kesetaraan gender saja tidak cukup, namun harus diterapkan pula
keadilan gender yaitu mempertimbangkan perbedaan kehidupan perempuan dan laki-laki serta

6
mengakui perlunya perbedaan pendekatan untuk menghasilkan keadilan bagi perempuan dan
laki-laki.

8. Diskriminasi gender dan faktor penyebabnya

Kesenjangan dalam kasus efek samping dan komplikasi Faktor penyebab, Perhatian suami
yg kurang terhadap kesehatan istrinya, misalnya kesadaran untuk kontrol ulang KB bukan urusan
suami sehingga tidak merasa perlu untuk mencari informasi berkenaan kontrasepsi yg digunakan
istrinya. Kematian dan kesakitan ibu hamil, melahirkan dan nifas Faktor sosial budaya yg
membedakan nilai anak laki-laki dan perempuan, termasuk dalam hal pemberian gizi.
Kesenjangan dalam aborsi dominasi suami dalam pengambilan keputusan perencanaan jumlah
dan jarak kelahiran anak.

9. Kekerasan terhadap perempuan

Faktor penyebab, Faktor sosial budaya yg beranggapan bahwa perilaku dan tindakan
kekerasan suami dianggap wajar, juga karena istri dianggap milik suami sehingga istri harus
patuh dominasi suami dalam pengambilan keputusan di rumah tangga. Pernikahan usia muda
faktor sosial budaya yg membedakan nilai anak laki-laki dan perempuan terutama dalam
pendidikan dan peran dalam sektor publik. Kesenjangan dalam keluarga infertil kedudukan
suami dipandang lebih tinggi dibanding istri oleh masyarakat masalah infertil adalah masalah
perempuan.

10. Perbedaan seksualitas dan gender

Ciptaan Tuhan bersifat kodrat (pemberian dari Tuhan), misalnya pada perempuan
menstruasi, hamil, melahirkan, menyusui, sedangkan pada laki-laki hanya memproduksi sperma,
kodrat berlaku sepanjang masa dan dimana saja tidak dapat berubah tidak dapat ditukar buatan
manusia tidak bersifat kodrat dapat berubah dapat ditukar tergantung waktu dan budaya
setempat.

11. Issue gender dalam kespro dan KB

Issue gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan laki-laki dan perempuan
yaitu adanya kesenjangan antara kondisi yang dicita-citakan dengan kondisi sebenarnya.
Kesehatan Ibu dan Anak, ketidakmampuan perempuan dalam mengambil keputusan (misalnya
kapan dan dimana melahirkan?), Sikap dan perilaku keluarga yg cenderung mengutamakan laki-
laki (misalnya dalam pembagian makanan), Perempuan tetap dituntut bekerja. KB Kesertaan ber
KB (sasarannya perempuan) perempuan tidak mempunyai kekuatan dalam menentukan
kontrasepsi.

12. Ketidakadilan dalam aspek hukum

kesehatan reproduksi remaja. Ketidakadilan dalam membagi tanggung jawab. Ketidak


adilan dalam aspek hukum Penyakit Menular Seksual (PMS). Perempuan selalu objek intervensi
dalam program pemeberantasan PMS. Dalam pemberantasan praktek prostitusi, perempuan
dituding sebagai sumber pemasalahan.

13. Upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender

7
Memprioritaskan bidang-bidang yang berhubungan dengan pemberdayaan perempuan
pemberdayaan perempuan disegala aspek kehidupan keadilan gender melalui pelaksanaan gender
main stream (GMS) dalam program pembangunan penghapusan kekerasan terhadap perempuan
melindungi hak asasi perempuan dan anak memperkuat kemampuan perempuan di tingkat
nasional dan regional menetapkan tentang keadilan dan kesetaraan gender sebagai tujuan
pembangunan nasional.

14. Proses sosialisasi gender

Adalah suatu proses belajar menjadi perempuan dan menjadi laki2 dalam pengertian:Apa
saja peran utama perempuan & peran utama laki2 di dalam keluarga dan didalam
komunitasBagaimana perempuan dan laki2 harus berprilaku.Melalui proses sosialisasi,
seseorang akan terwarnai cara bepikir,Seseorang diharapkan menjadi tau bagaimana ia mesti
bertingkah laku ditengah2 masyarakat dan lingk.budaya, sehingga bisa menjadi manusia,
masyarakat dan beradap.Proses ini berawal sejak lahir dilakukan oleh orangtua (keluarga),
kelompok bermain, dilanjutkan disekolah oleh guru dan buku-buku pelajaran, di tempat kerja
dan oleh media massa

15. Program kesehatan reproduksi dan KB

Promosi dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku
pria/suami dan perempuan/istri serta remaja pengembangan pelayanan di tempat kerja, untuk
meningkatkan akses pria terhadap informasi & pelayanan KB dan kespro pengembangan
jaringan informasi & komunikasi bagi pria/suami di masyarakat dalam bentuk kelompok seminar
pengembangan pelayanan KB dan kespro berwawasan gender, sehingga pria/suami mempunyai
akses yg sama dengan perempuan/istri dalam memperoleh pelayanan.

C. Pandangan Islam Mengenai Kesehatan Reproduksi

Kesehatan Reproduksi Menurut Islam Kesehatan Reproduksi Menurut Islam Kesehatan dalam
Islam merupakan syarat mendasar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Islam dalam
konteks ini berfungsi tidak hanya sebatas aturan, melainkan pedoman yang mengatur segala
kehidupan manusia dalam rangka kebahagiaan. Islam mengatur reproduksi yang sehat sebagai
upaya memuliakan dan menjunjung derajat kemanusiaan. Salah satu bentuk kesehatan yang juga
sangat diperhatikan Islam adalah kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi berkaitan dengan
seksualitas dan pembentukan keluarga. Islam senantiasa mewajibkan para pemeluknya untuk
menjaga kebersihan, baik kebersihan jasmani maupun ruhani, lahir maupun batin. Kesehatan
jasmani dengan kesehatan rohani merupakan kesatuan sistem terpadu, sebab kesehatan jasmani dan
rohani menjadi syarat bagi tercapainya suatu kehidupan yang sejahtera di dunia dan kebahagiaan di
akhirat. Islam sebagai pedoman hidup tentunya memiliki kaitan erat dengan kesehatan reproduksi
mengingat Islam memiliki aturanaturan dalam kehidupan manusia yang bertujuan untuk mencapai
8
kondisi yang sesuai dengan persyaratan kesehatan reproduksi. Menjaga kebersihan fisik merupakan
hal mendasar bagi seorang Muslim karena mendasarkan pada kaidah yang menyebutkan bahwa di
dalam hidup yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Imam muslim menyebutkan bahwa kesucian
adalah setengah dari iman. Ini membuktikan bahwa begitu pentingnya kesucian dalam ajaran Islam.
Perintah menjaga kesucian mencakup perintah untuk selalu menjaga kebersihan, dan kebersihan
adalah tanda keimanan seseorang. Kesehatan reproduksi dalam islam berkaitan dengan kebersihan.
Kebersihan jasmani lainnya berkaitan dengan perintah untuk menjaga kebersihan hati dengan
menikah. Menikah adalah perintah bagi laki-laki dan perempuan yang telah mencapai usia dewasa.
Menikah adalah salah satu bentuk perlindungan pada organ reproduksi secara lebih sehat dan
bertanggung jawab. Setiap orang berhak dalam mengatur jumlah keluarganya, termasuk
memperoleh penjelasan yang lengkap tentang cara-cara kontrasepsi sehingga dapat memilih cara
yang tepat dan disukai. Selain itu, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya,
pelayanan antenatal, persalinan, nifas, dan pelayanan bagi anak, dan kesehatan remaja perlu
dijamin. Menurut Asruddin, Islam memandang aktivitas seksual sebagai aktivitas yang suci dan
merupakan fitrah manusia. Aktivitas seksual dalam pengertian sebagai fitrah yang suci
dimaksudkan karena seksualitas dilakukan dalam lingkup hubungan yang sesuai syariat, yaitu
hubungan pasangan laki-laki dan perempuan bukan antara pasangan sejenis (homoseksual) atau
dengan binatang (zoofilia) yang telah menikah secara sah. Aktivitas seksual menjadi sarana penjaga
kesinambungan eksistensi umat manusia di dunia dan juga sebagai sarana kesenangan bagi manusia
seperti dalam QS. al-Rum ayat 21. ”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benarbenar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang terpelajar.” (QS al-Rum: 21) Ativitas
seksual dalam pengertian ini menunjuk pada persoalan pencapaian tujuan kebahagiaan, juga
menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah. Seksualitas menjadi hak reproduksi bagi manusia
yang bernilai ibadah. Hubungan seksual tidak hanya sekedar kewajiban antara laki-laki dan atau
perempuan, tetapi menjadi sarana untuk bertakwa kepada Allah atas kenikmatan yang telah
diberikan. Pada orang yang sudah menikah, akan disempurnakan agamanya dan ibadahnya. “Dua
rakaat shalat yang didirikan oleh orang yang kawin lebih baik daripada keterjagaan (ibadah) di
malam hari dan puasa (disiang hari) orang yang tidak kawin.” (HR. al-Thabrani) Islam memahmi
bahwa kegiatan reproduksi berkaitan dengan proses penciptaan manusia. Manusia sesuai dengan
fitrahnya dibekali kemampuan untuk berkembang biak meninggikan dan menyebarkan agama
Allah. Reproduksi pada manusia mengahantarkan terbentuknya individu baru, keluarga baru, dan

9
kelompok masyarakat baru. Dan Proses reproduksi pada manusia adalah sebaik-baik penciptaan.
”Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan
manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani).
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”
(QS. alSajdah: 7-9) “Bukahkah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (kedalam rahim),
kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya,
lalu Allah menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan” (QS. al-Qiyamah: 37-39)
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang
kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari
tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging
yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami
tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian
Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada
kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya
telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di
atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang indah.” (QS. al-Hajj: 5) Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Allah menganugerahkan
kemampuan reproduksi pada manusia sebagai bentuk bukti kasih sayang, bentu ketakwaan.
Melahirkan keturunan untuk mengelola bumi dan menjadi khalifah di dunia. Kesehatan reproduksi
dalam islam juga berkaitan dengan mekanisme system reproduksi itu sendiri yaitu masa kehamilan
dan menstruasi atau haid. Menstruasi atau haid dialami oleh perempuan yang sehat. Perempuan
yang ada pada masa haid menunjukkan bahwa organ reproduksinya berjalan sesuai dengan
fungsinya, dan menjadi pertanda perempuan memasuki masa subur.19 Perempuan yang sedang
menngalami haid, berarti tidak sedang hamil. Islam member batasan yang tegas pada aktivitas
seksual yang akan dilakukan pada masa haid. Laki-laki maupun perempuan mendapat batasan
mengenai aktivitas seksual pada masa haid, karena memiliki dampak negatif seperti QS. al-Baqarah
222-223. ”Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, ”haid itu adalah kotoran. Oleh
karena itu hendaklah kamu menjauhi diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati

10
mereka sebelu mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu ditempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu
bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu sebagaimana saja kamu
kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertaqwalah kepada Alah dan
ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang
beriman” (QS al-Baqarah: 222-223) Haid merupakan darah kotor. Bagi Allah memerintahkan pada
setiap suami untuk menjauhkan diri dari istri mereka, memiliki arti tidak melakukan hubungan
suami istri. Ayat tersebut memberikan batasan secara jelas, mengandung makna bahwa haid suatu
proses reproduksi yang dialami setiap wanita. Melakukan hubungan dengan perempuan yang
sedang dalam masa haid, berdampak kepada gangguan kesehatan reproduksi (baik laki-laki maupun
perempuan). Apabila dalam hubungan tersebut terjadi pembuahan, maka anak yang akan dilahirkan
dapat menjadi cacat. Kesehatan reproduksi berkaitan dengan kehidupan keluarga yang sehat dan
bertanggung jawab, bahagia dan sejahtera. Masing-masing pihak berusaha memberikan yang
terbaik untuk keberlangsungan kehidupannya. Kehidupan yang baik dan bertanggung jawab harus
dimulai dari ikatan perkawinan yang sah sesuai dengan ajaran agama. ”Maka hendaklah manusia
memperhatikan dari apakah dia diciptakan, Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari
antara tulang sulbi dan tulang dada” (QS al-Thariq: 5-7) Perkawinan atau pernikahan adalah satu-
satunya sarana yang sah, halal, bagi pemenuhan kebutuhan seksual dan reproduksi. Islam memiliki
pandangan yang sangat hati-hati mengenai penyaluran hasrat seksualitas. Hasrat seksual merupakan
kebutuhan dasar (basic need) seorang manusia yang kedudukannya sama seperti kebutuhan makan
dan minum seperti firman Allah dalam QS Ali Imran ayat 14. “Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apaapa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak20 dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran:
14) Penyaluran seksual harus sesuai aturan agama yaitu melalui ikatan pernikahan, dengan
hubungan heteroseks, tidak dengan hewan dan mayat. ”Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki
untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita, kalian adalah kaum yang
melampaui batas”(QS. Al-A’raf: 81). Memenuhi kebutuhan seksual diluar ikatan perkawinan adalah
dosa. Seksualitas dalam Islam dapat menjadi hal yang tercela jika hubungan dilakukan di luar
pernikahan, antara pasangan sejenis, atau dengan binatang. Kekhawatiran Islam tentang hal ini
sangat beralasan mengingat banyak ditemukan penyimpangan-penyimppangan di masyarakat yang
berakibat pada timbulnya penyakit-penyakit menular seksual dan desakralisasi hubungan

11
pernikahan dimana hanya mementingkan syahwat. ”Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang beriman
dan tidak (pula) bagi perempuan yang beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa
yang mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah sesat, sesat yang nyata (QS.
al-Ahzab: 36) Dalam Islam, bukan hanya perzinahan yang harus dihindari, segala sesuatu yang
mendekati (berpotensi) menggiring kepada perzinahan juga harus dihindari. ”Dan janganlah kamu
mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang
buruk” QS. al-Isra’: 32). Berzina memiliki dampak yang begitu luarbiasa. Tidak hanya dampak
personal, menainkan dampak sosial, ekonomi, dan moral. Dampak personal menjadikan pezina
menjadi pribadi yang liar, tidak terkendali, memiliki kkarakter seperti hewan. Dampak secara sosial
dapat merusak struktur tatanan sosial, menimbulkan keresahan, kekacauan, dan rasa tidak aman.
Dampak psikologis berupa rasa penyesalan, rasa bersalah, dan berdosa, sikap mental yang
terganggu. Dampak material berupa kemelaratan, kemiskinan, dan kerugian. Dampak secara moral
berupa sangsi moral masyarakat, dikucilkan, dipinggirkan, dan diisolasi dari kehidupan sosial.
Islam memberi banyak ruang dan dukungan akses kesehatan reproduksi terutama pada bagi
perempuan. Islam sangat memuliakan kaum perempuan terutama ibu. Posisi perempuan harus
dijaga lewat normanorma sosial. Pemahaman yang benar mengenai kesehatan reproduksi
merupakan salah satu bentuk dukungan Islam agar kaum perempuan dapat menjadi ibu yang sehat
dan bertanggung jawab. Umat Islam, baik laki-laki maupun wanita, sebaiknya mau belajar lebih
banyak mengenai kesehatan reproduksi agar norma-norma sosial dalam Islam bisa ditegakkan dan
dijalankan secara harmonis dengan ajaran-ajaran Islam lainnya. Kesehatan reproduksi adalah
amanah kehidupan. Allah menciptakan manusia melalui kehamilan, yang dalam proses menjadi
manusia utuh harus dijaga dengan baik.

III. Lembar Kerja

1. Jelaskan konsep kesehatan reproduksi!

2. Jelaskan konsep gender dalam kesehatan reproduksi!

3. Bagaimana pandangan islam mengenai kesehatan reproduksi?

12
MATERI/BAHAN MATA KULIAH

Program Studi Diploma III Kebidanan Pertemuan ke Ke dua


Kode Mata BDM.04.003/4 SKS (2T – 2P) Modul ke 2
Kuliah/SKS
Nama Mata Kuliah Kesehatan Perempuan Dan Jumlah halaman 15
Perencanaan Keluarga
Dosen Mulai Berlaku 2018

I. Petunjuk Umum
Petunjuk umum ini, memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam
perkuliahan, sebagai berikut :
1. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami isu- isu kesehatan perempuan
2. Materi
Isu-isu kesehatan perempuan
3 Indikator Pencapaian
Pemahaman mengenai Isu-isu kesehatan perempuan
4. Referensi
a. --------.Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi, Materi Fasilitasi Kanker Alat
Reproduksi. BKKBN. Jakarta. 2008. Hal 13-23.
b. --------.Pendidikan Kesehatan pada Wanita Usia Produktif.
http://dwilsonwilson.blogspot.com/2011/10/pendidikan-kesehatan-pada-wanita-usia.html.
diakses tanggal 5 Pebruari 2012.

c. Emilia, Ova. Promosi Kesehatan dalam Lingkup Kesehatan Reproduksi. Pustaka Cendekia

5. Strategi Pembelajaran
Strategi pembalajaran yang digunakan adalah contextual instruction, scenario kelas dengan waktu
100 menit, langkah-langkah yang dilakukan, sebagai berikut :
a. Materi kuliah telah diberikan kepada mahasiswa 1 (satu) minggu sebelum perkuliahan,
mahasiswa diharuskan untuk membaca dan memahami materi tersebut agar dapat lebih
mudah mengungkap kasus-kasus terbaru yang terjadi.
b. Dosen memberikan penjelasan materi yang didasari pada kondisi kekinian

13
c. Setelah penjelasan secara konsep oleh dosen, mahasiswa dibagi dalam group diskusi
untuk membahas lebih dalam konsep yang dijelaskan.
d. Setelah selesai diskusi, mahasiswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi dan
kelompok lain memberikan sanggahan atau bantahan.
e. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menjelaskan hasil diskusi dan
mempertahankan pendapat mereka dengan argumentasi sesuai dengan konsep materi.
f. Pendekatan pembelajaran dapat berubah sesuai dengan perkembangan, materi dan
kesepakatan dengan mahasiswa.

6. Kegiatan Belajar
b. Pahami dan kuasai materi ini dengan baik, agar pada waktu berdiskusi dan mengerjekan
soal saudara tidak banyak mengalami kesulitan.
c. Mulailah motivasi diri untuk membaca, dari yang mudah, dan mulai membaca sekarang.
d. Bacalah scenario pada petunjunk umum, sehingga memudahkan mahasiswa dalam
aktivitas pembelajaran di kelas.

7. Evaluasi
a. Setelah kegiatan belajar berakhir, mahasiswa diminta mengerjakan test (post test),
sehingga dapat diketahui seberapa jauh Tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi
tersebut dapat dicapai.
b. Apabila mahasiswa dapat menjawab 70% dari soal-soal test dengan betul berarti
mahasiswa telah mencapai tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi yang
disampaikan dosen.

II. Materi

ISU-ISU KESEHATAN PEREMPUAN

A. PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi diartikan sebagai suatu kondisi yang menjamin bahwa fungsi reproduksi,
khususnya proses reproduksi, dapat berlangsung dalam keadaan sejahtera fisik, mental maupun
sosial dan bukan sekedar terbebas dari penyakit atau gangguan fungsi alat reproduksi. Berkaitan

14
dengan itu, WHO (2007) menyebutkan kesehatan reproduksi menyangkut proses, fungsi dan sistim
reproduksi pada seluruh tahap kehidupan. Dengan demikian kesehatan reproduksi merupakan unsur
yang penting dalam kesehatan umum, baik perempuan maupun laki-laki. Perempuan di masyarakat
luas maupun mereka yang berada di lapas.

Sebagaimana diketahui bahwa Sistem Pemasyarakatan yang berlaku dewasa ini, secara
konseptual dan historis sangatlah berbeda dengan apa yang berlaku dalam sistem Kepenjaraan. Asas
yang dianut sistem Pemasyarakatan dewasa ini menempatkan tahanan, narapidana, anak negara dan
klien pemasyarakatan sebagai subyek dan dipandang sebagai pribadi dan warganegara biasa serta
dihadapi bukan dengan latar belakang pembalasan tetapi dengan pembinaan dan bimbingan. Dasar
pemikiran pembinaan narapidana ini berpatokan pada "sepuluh prinsip pemasyarakatan” yang
tertuang dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia nomor: M.02-PK.04.10 tahun
1990.

Adalah sangat penting untuk mengakui bahwa warga lapas berhak atas perawatan kesehatan
tanpa diskriminasi, termasuk upaya-upaya pencegahan dengan standar yang setara dengan yang
tersedia di masyarakat luar lapas (WHO, 1993). Ini penting baik bagi napi maupun bagi masyarakat
di luar lapas, karena sebagian besar warga masyarakat yang masuk penjara pada suatu saat akan
kembali ke dalam masyarakat.

Secara global, narapidana perempuan mengambil porsi 5 persen dari seluruh populasi napi,
namun proporsi ini cenderung meningkat dengan cepat, khususnya di negara-negara di mana tingkat
penggunaan zat terlarang umumnya tinggi. Pada tahun 2005, di seluruh dunia, pernah terjadi bahwa
lebih dari setengah juta perempuan dan anak putri di tahan di lapas, baik untuk menunggu proses
pengadilan atau menjalani hukuman. Tiga kali jumlah ini (atau sekitar 1.5 juta orang) akan
dipenjarakan sepanjang tahun.

Narapidana perempuan menghadirkan tantangan tertentu bagi pihak yang berwenang atas
lapas, lantaran, atau mungkin karena mereka merupakan kelompok yang sangat kecil dalam
populasi lapas. Profil dan latar belakang perempuan dalam lapas dan alasan mengapa mereka
dipenjarakan berbeda dari narapidana laki-laki yang berada dalam situasi yang sama. Pengguna
Narkoba suntik dan pekerja seks, pada khususnya, lebih banyak jumlahnya. Sekali mereka berada
dalam lapas, kebutuhan psikologis, kebutuhan perawatan kesehatan dan kebutuhan sosial mereka
juga akan berbeda. Akibatnya, seluruh fasilitas, program, dan pelayanan lapas harus disesuaikan
untuk memenuhi kebutuhan khusus pelaku pelanggaran perempuan. Fasilitas, program dan

15
pelayanan lapas yang ada untuk napi perempuan pada mulanya dikembangkan untuk napi laki-laki,
yang secara historis merupakan proporsi terbesar dalam populasi lapas.

Sebagian besar perempuan di lapas berasal dari kelompok yang termarjinalkan secara sosial
dan lebih mungkin terlibat dalam kerja seks dan/atau pemakaian narkoba. Banyak juga yang
menjadi korban kekerasan berbasis jender atau memiliki sejarah perilaku seksual berisiko tinggi.
Kesemua faktor ini membuat perempuan menjadi rentan di dalam lapas. Pemakaian narkoba,
kekerasan, stigma dan diskriminasi, gizi buruk, kehamilan dini dan kehamilan yang tidak
diinginkan di mana perempuan mungkin dapat terpapar, akan memerlukan seperangkat pendekatan
psikologis, sosial dan perawatan kesehatan yang berbeda dengan yang dibutuhkan napi laki-laki.

Perempuan memiliki akses yang lebih sedikit terhadap pelayanan perawatan kesehatan di lapas
bila dibandingkan dengan napi laki-laki. Perawatan kesehatan reproduksi mungkin juga terbatas
atau tidak tersedia dan berbagai materi promosi kesehatan, informasi dan pengobatan (termasuk
untuk HIV dan ketergantungan obat) sering lebih terbatas di lapas perempuan di banding lapas
untuk laki-laki. Perempuan biasanya memiliki kerentanan yang khas terhadap HIV. Beberapa kajian
menunjukkan bahwa perempuan setidak-tidaknya dua kali lebih besar kemungkinannya untuk
tertular HIV melalui seks. Infeksi Menular Seksual (IMS) yang sebelumnya sudah ada dapat
meningkatkan risiko tertular HIV. Proporsi perempuan dalam lapas dengan IMS relatif tinggi.

B. KANKER LEHER RAHIM (KANKER SERVIKS)

Karsinoma sel skuamosa invasif mencakup 80% keganasan serviks. Tidak seperti kanker
saluran reproduksi lainnya, yang lebih banyak terjadi di negara industri, kanker serviks merupakan
pembunuh nomor satu pada wanita di dunia ketiga. Epidemiologi menunjukkan bahwa kanker ini
merupakan penyakit menular seksual. Kanker skuamosa serviks bersifat
  unik karena kanker ini dapat dicegah jika dilakukan skrining dan terapi yang tepat tersedia dan
dilakukan.

1. Pengertian

Kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim atau mulut rahim atau
serviks. Serviks merupakan bagian terendah/paling bawah dari rahim yang menonjol ke puncak
liang sanggama (vagina).

Berdasarkan hasil penelitian di beberapa kota di Indonesia dan data dari bagian Patologi
Anatomik di 13 Rumah Sakit di Indonesia (tahun 1988 – 2000), diketahui bahwa kanker leher rahim
16
paling sering dan terbanyak ditemukan pada perempuan dan presentasinya tinggi dibanding semua
jenis kanker lainnya.

2. Penyebab

Infeksi Human Papiloma Virus/HPV atau virus Papiloma Manusia biasa terjadi pada
perempuan usia subur. HPV ditularkan melalui hubungan seksual dan ditemukan pada 95% kasus
kanker leher rahim. Infeksi HPV dapat menetap dan berkembang menjadi displasia atau sembuh
secara sempurna.

Ada ratusan tipe HPV yang digolongkan menjadi dua, yaitu HPV risiko tinggi (onkogenik),
yang utamanya tipe 16, 18, dan 31, 33, 45, 52, 58; dan HPV risiko rendah (non onkogenik) yaitu
HPV tipe 6, 11, 32, dan sebagainya. Tipe 16 dan 18 sebagai penyebab kanker serviks.

Proses terjadinya kanker leher rahim berhubungan erat degan proses metaplasia. Masuknya
mutagen (bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik) pada saat fase aktif
metaplasia dapat berubah menjadi sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di zona
transformasi. Sel yang mengalami mutasi disebut sel displastik dan kelainan epitelnya disebut
displasia (Neoplasia Intra-epitrl Serviks/NIS).

Perkembangan kanker leher rahim dimulai dari displasia (ringan, sedang dan berat). Lesi
displasia sering disebut “lesi pra-kanker”, yaitu kelainan pertumbuhan sel yang perkembangannya
sangat lamban. Displasia kemudian berkembang menjadi karsinoma in-situ (kanker yang belum
menyebar), dan akhirnya menjadi karsinoma invasif (kanker yang dapat menyebar). Perkembangan
dari displasia menjadi kanker membutuhkan waktu bertahun-tahun (7-15 tahun).

3. Gejala

Kanker leher rahim pada staduim dini sering tidak menunjukkan gejala atau tandatanda yang
khas, bahkan kadang-kadang tidak ada gejala sama sekali. Gejala yang mungkin timbul antara lain;

a. Nyeri pada saat sanggama dan pendarahan sesudah sanggama;

b. Keluar keputihan atau cairan encer dari vagina;

c. Pendarahan sesudah mati haid;

17
d. Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan
darah.

Apabila gejala-gejala tersebut sudah muncul, biasanya kanker sudah dalam stadium lanjut.
Untuk itu perlu segera diperiksakan ke dokter karena makin dini penyakit didiagnosis dan diobati,
makin besar kemungkinan untuk disembuhkan.

4. Faktor Risiko

Faktor risiko menyebabkan perempuan terpapar HPV (sebagai etiologi dari kanker leher
rahim) adalah:

a. Menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 21 tahun).

b. Berganti-ganti pasangan seksual dan tanpa menggunakan kondom.

c. Berhubungan seks dengan laki-laki yang sering berganti pasangan.

d. Riwayat infeksi di daerah kelamin dan radang panggul. Infeksi Menular Seksual (IMS) dapat
menjadi peluang meningkatnya risiko terkena kanker leher rahim.

e. Perempuan yang melahirkan banyak anak.

f. Perempuan perokok mempunyai risiko dua setengah kali lebih besar.

g. Perempuan yang menjadi perokok pasif mempunyai risiko 1,4 kali lebih besar daripada
perempuan yang hidup dengan udara bebas.

h. Defisiensi vitamin A, C, dan E.

i. Penggunaan pil KB dalam waktu lama (lebih dari 5 tahun). Namun menurut perhitungan
keuntungan pil KB lebih banyak daripada risikonya. Untuk itu bagi yang ada gen kanker sebaiknya
menggunakan alat kontrasepsi non-hormonal dan/atau minta petunjuk dokter.

5. Stadium

Tahapan kanker servikal diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap 1, sel kanker hanya terdapat dalam serviks.

18
b. Tahap 2, tumor menyebar kedalam struktur sekitar seperti bagian bawah vagina atau jaringan
yang bersebelahan dengan serviks.

c. Tahap 3, tumor menyebar ke struktur sekitar seperti bagian bawah vagina, kelenjar getah bening
yang berdekatan, atau jaringan yang terdapat bersebelahan di daerah panggul. Kadang-kadang
tumor yang telah menyebar ke panggul dapat menekan salah.

satu ureter (saluran yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih). Apabila tumor menekan
ureter, akan terjadi penumpukan urin di ginjal.

d. Tahap 2 dan 3 disebut kanker servikal lokal yang lanjut.

e. Tahap 4, tumor telah menyebar ke kandung kemih atau usus besar atau keluar daerah rongga
panggul. Tahap ini mencakup tumor yang telah menyebar ke paru, hati atau tulang, walaupun
keadaan ini tidak biasa.

Apabila kanker timbul kembali sesudah terapi, disebut sebagai ”recurrent cancer”.

5. Penapisan (Skrening) dan Deteksi Dini

Penapisan atau skrening kanker leher rahim ditujukan untuk menemukan lesi pra-kanker.

a. Kelompok sasaran penapisan :

1) Perempuan yang sudah menikah atau sudah melakukan sanggama, terutama yang berusia
antara 30-50 tahun.

2) Perempuan yang menjadi klien pada klinik IMS.

3) Perempuan yang tidak hamil (perempuan hamil tidak boleh menjalani pengobatan
krioterapi).

4) Perempuan yang mendatangi Puskesmas, klinik IMS atau klinik KB yang secara khusus
meminta penapisan kanker leher rahim.

b. Cara-cara melakukan deteksi dini adalah:

1) Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)

2) Pemeriksaan Pap Smear

7. Penatalaksanaan
19
Kanker Leher Rahim Penatalaksanaan kanker serviks dapat dilakukan dengan beberapa cara:

a. Dokter akan merencanakan penanganan atau pengobatan yang terbaik bagi seorang penderita
kanker, dengan mempertimbangkan beberapa faktor usia, kesehatan secara umum dan jenis, tahapan
dan tingkatan kanker.

Adapun pengobatan atau tindakan yang dilakukan sesuai dengan stadium kanker leher rahim
adalah sebagai berikut:

b. Stadium 0 (karsinoma in-situ): terapi operasi berupa konisasi (jika pasien masih muda dan masih
menginginkan anak), atau operasi histerektomi simpel.

c. Stadium IA-IIA: operasi histerektomi simpel atau radiasi.

d. Stadium IIB-IIIB: radiasi atau kemoradiasi

e. Stadium IV: terapi paliatif, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita.

8. Vaksin HPV (Human Papilloma Virus)

Adalah suatu langkah maju yang patut dibanggakan bahwa dalam upaya kesehatan
perempuan saat ini telah ditemukan sebuah vaksin yang dapat mencegah kanker leher rahim.

Vaksin HPV ini bekerja dengan cara mencegah human papilloma virus (HPV) yang dapat
menyebabkan kanker serviks. Diharapkan vaksin ini akan mencegah sedikitnya 70% (7 dari 10)
jenis kanker serviks (squamous cell) yang paling sering terjadi.

Vaksin diberikan melalui suntikan ke dalam otot (lengan atas atau paha). Penyuntikan
vaksin sebanyak 3 dosis yang terpisah. Setelah dosis pertama, dosis kedua dan yang ketiga
diberikan 2 bulan dan 6 bulan kemudian. Harga vaksin ini cukup mahal yaitu ± US$ 100 = Rp.
950.000,- sekali suntik. Belum diketahui berapa lama vaksin bekerja, sehingga belum diketahui
apakah dibutuhkan vaksinasi ulangan (booster).

Dari fakta bahwa HPV ditularkan melalui hubungan seks, maka vaksin ini paling efektif
apabila diberikan pada anak perempuan sebelum mereka mulai melakukan hubungan seks.
Sementara ini diperkirakan bahwa vaksin akan diberikan pada anak perempuan berusia 11 tahun,
karena semua jenis vaksin bekerja paling baik apabila diberikan pada anak-anak sebelum mencapai
usia remaja.

20
Belum ada bukti bahwa vaksin ini efektif pada orang ynag telah terkena infeksi HPV atau
sudah mengalami perubahan sel yang abnormal pada serviks (CIN). Oleh karena itu perempuan usia
diatas 21 tahun atau yang sudah melakukan sanggama disarankan melakukan pemeriksaan pap
smear dulu sebelum diimunisasi dengan vaksi ini.

Sesudah vaksinasi, perempuan tetap perlu melakukan pemeriksaan pap smear secara rutin,
oleh karena ada beberapa tipe HPV lain yang dihubungkan dengan kejadian kanker serviks yang
tidak dapat dilawan oleh vaksin tersebut. Vaksin ini juga bukan pengganti screening servikal.

9. Pasca Pengobatan

a. Setelah pengobatan selesai, dibutuhkan pemeriksaan berkala dengan teratur dan mungkin
diperlukan pemeriksaan radiologis atau scan.

b. Bila terjadi masalah pada fisik atau efek samping pengobatan yang terus berlangsung, atau ada
gejala-gejala baru, beritahu dokter sesegera mungkin.

c. Perlu diberikan penyuluhan mengenai “penyesuaian kehidupan sesudah kanker” yang berisi
nasihat-nasihat untuk menjaga kesehatan dan lain sebagainya.

d. Pada tindakan histerektomi dan kedua indung telur diangkat, atau radioterapi di daerah panggul,
akan terjadi menopause dini.

e. Radioterapi daerah panggul dapat menyebabkan vagina menjadi lebih sempit sehingga ada
kesulitan dan ketidaknyamanan dalam hubungan seks. Untuk menjaga kelenturan otot-otot vagina
dapat digunakan krim hormon, dilator vagina atau melakukan hubungan seks secara teratur.

f. Hubungan seksual setelah terapi kanker sangat aman. Seks tidak akan membuat kanker timbul
kembali dan pasangan tidak akan tertular kanker. Namun demikian untuk beberapa minggu
pasangan perlu hati-hati dan serileks mungkin sebelum kembali ke kehidupan seksual yang normal.

C. SKRINING PAP SMEAR PADA NEOPLASMA SERVIKS

Smear serviks atau tes pap (dinamai sesuai nama penemu tes ini, Dr. George Papanicolaou,
yaitu nama seorang ahli yang mempelopori pemeriksaan leher rahim pada tahun 1943). Dasar
pemeriksaan ini adalah memeriksa secara mikroskopis sel-sel yang berasal dari selaput lendir rahim
atau neoplasma. Pap smear dilakukan sebagai tes skrining untuk mendeteksi kelainan sel skuamosa.

21
Keberhasilan tes ini berdasarkan pada fakta bahwa kelainan nukleus pada sel serviks displastik
ditemukan pada sampel yang dikerok atau dikelupas dari permukaan serviks. Pap smear juga dapat
mendeteksi kanker, namun terdeteksinya kanker sebenarnya merupakan suatu tanda dari kegagalan
program skrining, yang sebenarnya bertujuan untuk menemukan dan memungkinkan terapi
terhadap lesi intraepitel sebelum berlanjut menjadi kanker.

Skrining pap smear yang adekuat dapat menurunkan kemungkinan seorang wanita
meninggal akibat kanker serviks hingga 90%. Saat ini, direkomendasikan bahwa semua wanita yang
aktif secara seksual atau telah mencapai usia 18 tahun untuk melakukan skrining pap smear dan
melakukan pemeriksaaan pelvis setiap tahun. Jika dari tiga kali pemeriksaan pap smear memberikan
hasil normal, interval pemeriksaan dapat diperpanjang sesuai kebijaksanaan pemeriksa. Algoritma
diagnosis dan terapi terbaru meliputi pemeriksaan HPV pada sitologi serviks. Pendekatan ini
tampaknya bermanfaat ketika pemeriksaan sitologi menemukan kelainan yang tidak dapat
ditentukan signifikansinya. Adanya subtipe HPV risiko tinggi pada pasien mengindikasikan
perlunya intervensi diagnostik dan terapeutik yang lebih agresif.

1) Mengapa pemeriksaan pap smear dianjurkan?

• Pap smear mudah dilakukan, tidak menimbulkan rasa sakit dan dapat dilakukan berulang kali.

• Pemeriksaan pap smear dapat mengurangi risiko terkena kanker serviks, karena perubahan-
perubahan sel yang abnormal akan tampak pada pemeriksaan mikroskopis dan dapat diobati dan
disembuhkan sebelum berkembang menjadi kanker.

• Biaya pap smear relatif terjangkau dan jauh lebih murah jika dibandingkan dengan biaya
penanggulangan kanker leher rahim.

2) Kapan melakukan pap smear?

• Pemeriksaan pap smear dilakukan sekali setahun. Bila 3 kali hasil pemeriksaan normal,
pemeriksaan dapat dijarangkan, misalnya 2 tahun sekali.

• Pada perempuan kelompok risiko tinggi sebaiknya melakukan pemeriksaan pap smear setahun
sekali atau sesuai petunjuk dokter.

• Pap smear dapat dilakukan setiap saat kecuali pada masa haid. Dua hari sebelum pemeriksaan pap
smear sebaiknya tidak melakukan sanggama atau menggunakan obat-obatan yang dimasukkan ke
dalam vagina.

22
D. HASIL PEMERIKSAAN PAP SMEAR

Jumlah penghuni lapas kelas IIA Semarang sebanyak ......perempuan. Metode pengabdian
masyarakat yang dilakukan berupa upaya-upaya preventif terhadap permasalahan kesehatan
reproduksi perempuan, yaitu dengan pemberian pendidikan kesehatan tentang kanker serviks dan
pemeriksaan pap smear. Pendidikan kesehatan tentang kanker serviks diikuti oleh seluruh penghuni
lapas kelas IIA Semarang, sedangkan pemeriksaan pap smear diikuti oleh 64 penghuni lapas.
Adapun hasil yang diperoleh sebagai berikut:

1. Usia

Tabel 1. Distribusi usia yang dilakukan pemeriksaan pap smear

Usia Jumlah (orang) Persentase %


18-19 tahun 60 93,75
<49 tahun 3 4,69
Tidak diketahui 1 1,56
Total 64 100

Berdasarkan tabel 1. sebagian besar berada pada usia produktif yaitu 18-49 tahun sebanyak
93,75%. Menurut Depkes RI (1993), wanita usia produktif merupakan wanita yang berusia 15-49
tahun dan wanita pada usia ini masih berpotensi untuk mempunyai keturunan. Sedangkan menurut
BKKBN 2001, wanita usia subur (wanita usia produktif) adalah wanita yang berumur 18-49 tahun
yang berstatus belum kawin, kawin ataupun janda.

Kanker leher rahim atau kanker serviks merupakan jenis kanker yang bisa menyerang setiap
wanita tanpa memandang usia dan latar belakang. Penyebab utamanya adalah infeksi virus HPV
(Human Papiloma Virus), terutama HPV tipe 16 dan 18. Sebagian besar penderita kanker serviks
adalah wanita dalam usia produktif.

Secara manual yang dimaksud Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang keadaan
organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 18-49 tahun. Dimana dalam masa ini
petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan/pendidikan pada WUS yang memiliki masalah
mengenai organ reproduksinya. Petugas kesehatan harus menjelaskan mengenai personal hygiene
yaitu pemeliharaan keadaan alat kelaminnya dengan rajin membersihkan dan penyakit yang dapat
diakibatkan dari hal tersebut. WUS dianjurkan untuk menjaga diri agar tidak terikut menjadi WTS
(Wanita Tuna Susila).

23
Wanita Usia Subur (WUS) harus melakukan pemeriksaan kesehatan walaupun ia memiliki
siklus haid/menstruasi yang teratur. Hal ini bukan tanda bahwa wanita itu subur. Artinya WUS
harus sehat bebas dari penyakit kelamin. Dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan amaka akan
mencegah penyakit alat kelamin.

2. Hasil pemeriksaan pap smear

jumlah diagnostik jumlah (orang) persentase %


Normal smear 4 6,25
Radang ringan 17 26,56
Radang ringan-sedang 2 3,13
Radang ringan, erotio portionis 1 1,56
Radang moderat 17 26,56
Radang moderat, displasia ringan 1 1,56
Radang moderat, erotio portionis 1 1,56
Radang difus/keras 14 21,88
Radang difus, erotio portionis 1 1,56
Radang difus disertai bakterial 1 1,56
vaginosis
Erotio portionis 3 3,13
Bakterial vaginosis 3 4,69
Total 64 100

Berdasarkan tabel 2. dapat dicermati bahwa dari 64 perempuan yang dilakukan pemeriksaan
pap smear hanya terdapat 6,25% dengan hasil normal sisanya 93,75% abnormal. Sebagian besar
hasil pemeriksaan adalah radang moderat sebanyak 26,56% diikuti radang difus/keras sebanyak
21,88%.

Pada diri seorang perempuan di masa reproduksi biasanya mengalami beberapa gejala
psikologik yang negatif atau gejala fisik. Sifat gejalanya bervariasi dan cenderung memburuk ketika
saat-saat menjelang dan selama terjadinya proses perdarahan haid pada tubuhnya. Keadaan ini tidak
selalu terjadi pada setiap siklus haidnya dan intensitasnya pun tidak sama. Beberapa wanita ada juga
yang mengalami gejala alam perasaan dan fisik yang berat, salah satunya adalah menyebabkan
terjadinya keputihan. Keluhan keputihan dari seorang wanita menjelang terjadinya haid secara
statistik cenderung dapat menyebabkan keadaan daerah kemaluan (terutama vagina, uterus, dan
vulva) menjadi mudah terjangkit suatu penyakit dan menularkannya ke tubuhnya sendiri atau ke
tubuh orang lain yang melakukan persetubuhan dengannya. Vagina dilindungi terhadap infeksi oleh
PH-nya yang normalnya rendah (3,54.5), yang dipertahankan oleh aksi basil Doderlain’s (bagian
dari flora normal vagina) dan hormon estrogen. Risiko infeksi meningkat jika daya tahan tubuh
24
wanita diturunkan oleh stres atau penyakit, PH terganggu, atau jumlah organisme yang masuk
meningkat.

Tingginya IMS pada perempuan dibandingkan laki-laki dikarenakan alat kelamin


perempuan berhubungan langsung dengan dunia luar melalui liang senggama, saluran mulut rahim,
rongga/ruang rahim, saluran telur (tuba fallopii) yang bermuara di dalam ruang perut. Hubungan
langsung ini memudahkan terjadi infeksi alat kelamin perempuan terutama melalui hubungan seks
yang tidak sehat, sehingga infeksi pada bagian luarnya secara berkelanjutan dapat berjalan menuju
ruang perut dalam bentuk infeksi selaput dinding perut (peritonitis).

Diketahui bahwa sistim pertahanan dari alat kelamin perempuan cukup baik yaitu mulai dari
sistim asam-basanya. Pertahanan lain dengan pengeluaran lendir yang selalu mengalir ke arah luar
menyebabkan bakteri dibuang dan dalam bentuk menstruasi. Sekalipun demikian sistim pertahanan
ini cukup lemah, sehingga infeksi sering tidak dapat dibendung dan menjalar ke segala arah,
menimbulkan infeksi mendadak dan menahun dengan berbagai keluhan. Salah satu keluhan klinis
dari infeksi atau keadaan abnormal alat kelamin adalah “leukorhea”.

Leukorhea (keputihan) yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan.
Keputihan ada 2 macam, yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan yang disebabkan oleh
suatu penyakit. Keputihan normal ciri-cirinya ialah : warnanya bening, kadang-kadang putih kental,
tidak berbau, tanpa disertai keluhan (misalnya gatal, nyeri, rasa terbakar, dan sebagainya), keluar
pada saat menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16
menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual atau pada saat stress dan kelelahan. Sedangkan
keputihan yang tidak normal (abnormal) ialah keputihan dengan ciri-ciri: jumlahnya banyak, timbul
terus-menerus, warnanya berubah (misalnya kuning, hijau, abu-abu, menyerupai susu/yoghurt)
disertai adanya keluhan (seperti gatal, panas, nyeri) serta berbau (apek, amis, dan sebagainya).
Leukorhea abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang
senggama, mulut rahim, dan jaringan penyangganya, dan pada infeksi penyakit hubungan kelamin).

Leukorhea bukan penyakit tetapi gejala penyakit, sehingga sebab yang pasti perlu
ditetapkan. Oleh karena itu untuk menentukan penyakit dilakukan berbagai pemeriksaan cairan
yang keluar tersebut. Leukorhea sebagai gejala penyakit dapat ditentukan melalui berbagai
pertanyaan yang mencakup kapan dimulai, berapa jumlahnya, apa gejala penyertanya (gumpalan
atau encer, ada luka disekitar alat kelamin, pernah disertai darah, ada bau busuk, menggunakan
AKDR), adakah demam, rasa nyeri di daerah kemaluan. Dan untuk memastikannya perlu dilakukan

25
pemeriksaan yang mencakup pemeriksaan fisik umum dan khusus, pemeriksaan laboratorium rutin,
dan pemeriksaan terhadap leukorhea. Pemeriksaan terhadap leukorhea mencakup pewarnaan Gram
(untuk infeksi bakteri), preparat basah (infeksi trikomonas), preparat KOH (infeksi jamur),
kultur/pembiakan (menentukan jenis bakteri penyebab), dan Pap smear (untuk menentukan adanya
sel ganas).

E. SARAN

Pada perempuan disarankan untuk tidak menganggap remeh atau biasa adanya pengeluaran
cairan ”leukorhea”, sehingga dianjurkan untuk pemeriksaan khusus atau rutin sebagai upaya deteksi
dini adanya suatu kelainan yang abnormal.

III. Lembar Kerja

1. Bagaimana tanggapan perempuan terhadap isu-isu kesehatan reproduksi?

2. Apa saja isu-isu penyakit yang bahaya bagi kesehatan reproduksi perempuan?

3. Apa saja gejala kanker leher rahim atau kanker serviks?


 

MATERI/BAHAN MATA KULIAH

Program Studi Diploma III Kebidanan Pertemuan ke Ke 4-5


Kode Mata BDM.04.003/4 SKS (2T – 2P) Modul ke 3
Kuliah/SKS
Nama Mata Kuliah Kesehatan Perempuan Dan Jumlah halaman 16
Perencanaan Keluarga
Dosen Mulai Berlaku 2018
26
I. Petunjuk Umum
Petunjuk umum ini, memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam
perkuliahan, sebagai berikut :
1. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa melakukan dan memahami Deteksi dini gangguan kesehatan reproduksi.
2. Materi
Deteksi dini gangguan kesehatan reproduksi
3. Indikator Pencapaian
Pemahaman tentang deteksi dini gangguan kespro
4 Referensi
a. Joko Purwanto, D. “Deteksi Dini Kanker Payudara” diakses 10 agustus 2014 : http://www.omni-
hospitals.com/omni_alamsutera/blog_detail.php?id_post=5
b. Kumalasari. Intan, Andhyantoro. Iwan. 2012. Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan Dan
Keperawatan. Jakarta Selatan. Salemba Medika.
c. Lestari.Tri wiji, Ulfiana. Elisa, Suparmi.2011.Buku Ajar Kesehatan Reproduksi: Berbasis Kompetensi.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
d. Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
e. Maryanti.Dwi, Septikasari. Majestika. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Teori Dan Praktikum.
Yogyakarta. Nuha Medika.
f. Muhimatus. 2011. “Skrining Untuk Keganasan Dan Penyakit Sistemik” diakses 10 agustus 2014 :
http://muhimatus.wordpress.com/2011/04/13/skrining-untukkeganasan-dan-penyakit-sistemik/

5 Strategi Pembelajaran
Strategi pembalajaran yang digunakan adalah contextual instruction, scenario kelas dengan
waktu 100 menit, langkah-langkah yang dilakukan, sebagai berikut :
a. Materi kuliah telah diberikan kepada mahasiswa 1 (satu) minggu sebelum perkuliahan,
mahasiswa diharuskan untuk membaca dan memahami materi tersebut agar dapat lebih
mudah mengungkap kasus-kasus terbaru yang terjadi.
b. Dosen memberikan penjelasan materi yang didasari pada kondisi kekinian

27
c. Setelah penjelasan secara konsep oleh dosen, mahasiswa dibagi dalam group diskusi
untuk membahas lebih dalam konsep yang dijelaskan.
d. Setelah selesai diskusi, mahasiswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi dan
kelompok lain memberikan sanggahan atau bantahan.
e. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menjelaskan hasil diskusi dan
mempertahankan pendapat mereka dengan argumentasi sesuai dengan konsep materi.
f. Pendekatan pembelajaran dapat berubah sesuai dengan perkembangan, materi dan
kesepakatan dengan mahasiswa.

6 Kegiatan Belajar
a. Pahami dan kuasai materi ini dengan baik, agar pada waktu berdiskusi dan mengerjekan
soal saudara tidak banyak mengalami kesulitan.
b. Mulailah motivasi diri untuk membaca, dari yang mudah, dan mulai membaca sekarang.
c. Bacalah scenario pada petunjunk umum, sehingga memudahkan mahasiswa dalam
aktivitas pembelajaran di kelas.

7 Evaluasi
a. Setelah kegiatan belajar berakhir, mahasiswa diminta mengerjakan test (post test),
sehingga dapat diketahui seberapa jauh Tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi
tersebut dapat dicapai.
b. Apabila mahasiswa dapat menjawab 70% dari soal-soal test dengan betul berarti
mahasiswa telah mencapai tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi yang
disampaikan dosen.

II Materi

DETEKSI DINI GANGGUAN KESEHATAN REPRODUKSI

A. Pengantar

28
Masalah kesehatan reproduksi muncul dan terjadi akibat pengetahuan dan pemahaman serta
tanggung jawab yang rendah. Akses untuk mendapatkan informasi yang benar dan bertanggung
jawab mengenai alat-alat dan fungsi reproduksi juga tidak mudah didapatkan.
Secara garis besar periode daur kehidupan wanita meliputi beberapa tahap: pra konsepsi,
konsepsi, pra kelahiran, pra pubertas, pubertas, reproduksi, menopause/klimakterium, pasca
menopause dan senium/lansia. Setelah lahir kehidupan wanita dapat dibagi dalam beberapa masa
yaitu masa bayi, masa pubertas, masa reproduksi, masa klimakterium dan masa senium. Masing-
masing masa itu mempunyai kekhususan, karena itu gangguan dapat terjadi pada setiap masa
tersebut, misalnya munculnya penyakit.
Untuk mengurangi morbiditas dan mortilitas dari penyakit tersebut dapat dilakukan
skrining/deteksi dini. Skrining tersebut dapat dilakukan untuk penyakit yang berkaitan dengan
Kesehatan Reproduksi, seperti kanker payudara, kanker serviksd dan kanker endometrium.
Sehingga, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila
tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.

B. SKRINING UNTUK KEGANASAN DAN SISTEM REPRODUKSI

1. skrining
Skrining adalah deteksi dini atau pencegahan sekunder, mencakup pemeriksaan (tes) pada
orang-orang yang belum mempunyai simptom-simptom penyakit untuk menemukan penyakit yang
belum terlihat atau pada stadium praklinik. Test skrining dapat dilakukan dengan melalui
pertanyaan/ questioner, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan X-ray.
Tujuan dari skrining, antara lain :

 Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap
kasus-kasus yang ditentukan.
 Mengetahui diagnosis sedini mungkin agar cepat terapinya
 Mencegah meluasnya penyakit
 Mendidik masyarakat melakukan general check up
 Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang suatu penyakit (waspada mulai dini)
 Memperoleh data epidemiologis, untuk peneliti dan klinis
Jenis penyakit yang tepat untuk skrining adalah :
 Merupakan penyakit yang serius
29
 Pengobatan sebelum gejala muncul harus lebih untung dibandingkan dengan
 Setelah gejala muncul
 Prevalens penyakit preklinik harus tinggi pada populasi yang di skrening

Keuntungan dan kerugian dari skrining adalah :

Keuntungan: skrining dapat mendeteksi kondisi medis pada tahap awal sebelum gejala
menyajikan sedangkan pengobatan lebih efektif daripada untuk nanti deteksi. Dalam kasus terbaik
dari kehidupan diselamatkan.  

Kekurangan:

1. Seperti tes medis, tes yang digunakan dalam penyaringan tidak sempurna. Hasil pengujian tidak
tepat dapat menunjukkan positif untuk mereka yang tanpa penyakit (positif palsu), atau negatif
bagi orang yang memiliki kondisi (negatif palsu).
2. Penyaringan melibatkan biaya dan penggunaan sumber daya medis pada sebagian besar orang
yang tidak membutuhkan pengobatan.
3. Dampak buruk dari prosedur penyaringan (misalnya stres dan kecemasan, ketidaknyamanan,
paparan radiasi, paparan kimia).  
4. Stres dan kecemasan yang disebabkan oleh hasil skrining positif palsu. 
5. Tidak perlu investigasi dan pengobatan hasil positif palsu.
6. Rasa aman palsu yang disebabkan oleh negatif palsu, yang dapat menunda diagnosis akhir.
Bentuk pelaksanaan skrining, yaitu :
7. Mass screening adalah screening secara masal pada masyarakat tertentu.
8. Selective screening adalah screening secara selektif berdasarkan kriteria tertentu, contoh
pemeriksaan ca paru pada perokok; pemeriksaan ca serviks pada wanita yang sudah menikah.
9. Single disease screening adalah screening yang dilakukan untuk satu jenis penyakit.
10. Multiphasic screening adalah screening yang dilakukan untuk lebih dari satu jenis penyakit
contoh pemeriksaan IMS; penyakit sesak nafas.
Syarat-syarat untuk melakukan skrining adalah :
a. Penyakit harus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting.
b. Harus ada cara pengobatan yang efektif.
c. Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnostik.

30
d. Test harus cocok, hanya mengakibatkan sedikit ketidaknyamanan, dapat diterima oleh
masyarakat.
e. Telah dimengerti riwayat alamiah penyakit.
f. Biaya harus seimbang, biaya skrining harus sesuai dengan hilangnya konsekuensi kesehatan.

2. Kanker Serviks
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari
adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya.
Ciri-ciri dari kanker serviks adalah :

 Kontak bleeding yakni perdarahan pasca senggama. Perdarahan yang terjadi dikarenakan
kerapuhan dari jaringan serviks. Saat coitus, umumnya akan terjadi gesekan pada dinding
serviks. Karena jaringan yang kaya pembuluh darah tersebut sangat rapuh, maka perdarahan
mudah terjadi.
 Keputihan yang lama kelamaan akan berbau busuk karena adanya proses infeksi dan nekrosis
(kematian) jaringan akibat kanker tersebut.
 Rasa nyeri yang hebat di vagina dan sekitarnya atau pada perut bagian bawah.
 Anemia (karena perdarahan hebat pada vagina)
 yang timbul akibat adanya metastasis/penyebaran ke organ-organ lainnya misalnya:
- Paru : batuk lama, efusi pleura, pneumonitis
- Hati : ikterus (warna kuning pada tubuh), hepatomegali (pembesaran hati), acites (cairan
pada rongga perut)
- Otak : koma, kehilangan penglihatan
- Tulang : nyeri tulang, patah tulang
Adapun tanda dan gejala bahaya kanker serviks adalah:

 Perdarahan atau keluar lendir yang tak wajar dari dalam tubuh yakni berupa, batuk darah,
muntah darah, BAB darah, dan perdarahan vagina.
 Alat pencernaan terganggu atau ada kesukaran menelan yang semakin lama semakin berat (ca
esofagus, tyroid)
 Tumor pada payudara atau di tempat lain (testis, usus, otot, dll)
 Obstipasi/ sembelit atau perubahan kebiasaan BAB atau BAK
 Koreng atau borok yang tidak mau sembuh (gejala utama kanker kulit stadium lanjut) dimana
biasanya tanda yang paling khas adalah perdarahan erus menerus dari borok tersebut.
31
 Andeng-andeng (nevus) yang berubah, membesar dan makin menghitam (ditambah rasa gatal,
borok, berdarah, rambut yang semual ada menjadi rontok) ini mengacu pada kanker kulit.
 Nada suara jadi serak atau batuk yang tak kunjung sembuh.
Penyebab kanker serviks adalah :
1. Kelainan kongenial atau genetika (karena kerusakan gen dalam tubuh)
2. Karsinogen (zat atau bahan yang dapat menimbulkan kanker) seperti makanan yang
mengandung pengawet.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan seorang wanita memiliki risiko (predisposisi)
lebih tinggi dibandingkan wanita lainnya untuk terkena kanker serviks. Adapun faktor tersebut
yakni:

a) Gadis yang melakukan coitus pertama (coitarche) saat usianya kurang dari 17 tahun.
b) Wanita dengan riwayat paritas (persalinan) yang tinggi/banyak (umumnya lebih dari 5 kali
melahirkan) apalagi dengan jarak persalinan yang terlampau dekat (kurang dari 2 tahun)
c) Wanita yang sering berganti-ganti pasangan seksual (promiskuitas)
d) Hygine seksual yang jelek (tidak menjaga kebersihan alat genital)
e) Wanita yang mengalami infeksi virus Humman Papiloma Virus
f) Wanita yang merokok
Tingkat-tingkat dari kanker serviks ini, yaitu:
1. Tingkat 0 (carcinoma in situ) : Kanker hanya ditemukan pada lapisan atas dari sel-sel pada
jaringan yang melapisi leher rahim.
2. Tingkat I : Kanker telah menyerang leher rahim dibawah lapisan atas dari sel-sel. Itu ditemukan
hanya di leher rahim.
3. Tingkat II : Kanker meluas melewati leher rahim ke dalam jaringan-jaringan berdekatan dan
meluas ke bagian atas dari vagina. Kanker tidak menyerang ke bagian ketiga yang lebih rendah
dari vagina atau dinding pelvic (lapisan dari bagian tubuh antara pinggul).
4. Tingkat III : Kanker meluas ke bagian bawah dari vagina dan mungkin telah menyebar ke
dinding pelvic dan simpul-simpul getah bening yang berdekatan.
5. Tingkat IV : Kanker telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau bagian-bagian lain tubuh.
6. Terjadinya kembali kanker : Kanker telah dirawat, namun telah kembali setelah periode waktu
yang selama waktu ini tidak dapat terdeteksi. Kanker mungkin timbul kembali pada leher rahim
atau pada bagian-bagian lain tubuh.
Tes skrining kanker serviks dapat dilakukan untuk memeriksa perubahan leher rahim
sebelum adanya gejala-gejala dan mencari sel-sel abnormal sebelum kanker berkembang. Mencari
32
dan merawat sel-sel abnormal dapat mencegah kebanyakan kanker leher rahim. Juga, screening
dapat membantu mencari kanker dini, ketika perawatan kemungkinan menjadi efektif.
 Tes PAP smear
Direkomendasikan bahwa untuk membantu mengurangi risiko kanker serviks dapat dilakukan
tes Pap secara teratur. Tes ini adalah tes yang mudah untuk melihat sel-sel serviks dan tesnya tidak
menyakitkan. Tes-tes Pap dapat menemukan kanker leher rahim atau sel-sel abnormal yang dapat
menjurus pada kanker leher rahim. Untuk tes Pap Smear, sebaiknya dilakukan :

- Wanita mulai 3 tahun setelah pasangan sudah melakukan hubungan seksual atau ketika mereka
mencapai umur 21 tahun.
- Paling sedikit satu kali setiap 3 tahun.
- Wanita berumur 65 sampai 70 tahun melakukan tes Pap Smear paling sedikit 3 kali.
- Wanita telah melakukan histerektomi untuk mengangkat kandungan (uterus) dan leher rahim
(cervix), juga disebut total histerektomi, tidak perlu mempunyai screening kanker leher rahim.
 IVA Test
IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan
cara inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asam asetat (IVA). Dengan metode inspeksi visual
yang lebih mudah, lebih sederhana, lebih mampu laksana, maka skrining dapat dilakukan dengan
cakupan lebih luas, diharapkan temuan kanker serviks dini akan bisa lebih banyak. IVA test
bertujuan untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini
terhadap kasus-kasus yang ditemukan dan untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim.
Metode skrining IVA mempunyai kelebihan, diantaranya :

- Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.


- Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
- Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
- Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat dilakukan oleh bidan
di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih
- Alat-alat yang dibutuhkan dan teknik pemeriksaan sangat sederhana.
- Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
Syarat untuk melakukan IVA Test adalah :

- Sudah pernah melakukan hubungan seksual


- Tidak sedang datang bulan/haid dan tidak sedang hamil
- 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
33
IVA Test dilakukan dengan menggunakan speculum untuk melihat serviks yang dipulas dengan
asam asetat 3-5%. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto
white epithelum. Dengan tampilnya porsio dan bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA
positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi.
Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan untuk hasil IVA test yaitu :

- IVA negatif = serviks normal


- IVA radang = serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip serviks)
- IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi
sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada
diagnosis serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ)
- IVA - kanker serviks.

3. Kanker Payudara
Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah kanker pada jaringan payudara yang paling
umum diderita kaum wanita.

Pengobatan yang paling lazim adalah dengan pembedahan dan jika perlu dilanjutkan dengan
kemoterapi maupun radiasi. Faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
kanker payudara diantaranya:

 Faktor reproduksi: nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan
kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.
 Faktor hormon: hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.
 Penyakit fibrokistik: wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan
risiko terjadinya kanker payudara.
 Obesitas : Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker
payudara pada wanita pasca menopause.
 Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker
payudara.
 Radiasi : Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan
terjadinya risiko kanker payudara.
 Riwayat keluarga dan faktor genetik  ada 2 jenis gen (BRCA1dan BRCA2) yang sangat
mungkin sebagai resiko, riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat
penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.
34
 Pemakaian obat-obatan.
 Faktor lain yang diduga sebagai penyebab kanker payudara adalah tidak menikah, menikah tapi
tidak punya anak, melahirkan anak pertama sesudah usia 35 tahun dan tidak pernah menyusui
anak.
Pilihan skrining yang dapat dilakukan untuk kanker payudara :
 Skrining di rumah
Melakukan sendiri skrining dirumah lebih mudah, cepat, dan efektif. Sebaiknya ini dilakukan
satu minggu setelah masa menstruasi berakhir. Caranya adalah dengan berbaring dan menaruh
bantal pada sisi payudara yang akan diperiksa. Posisi lengan diletakkan di belakang kepala,
kemudian tekan gerakan memutar di sekitar payudara.

Jika ada dirasakan sesuatu yang tidak wajar, bisa jadi itu adalah kanker. Kelainan bisa berbentuk
benjolan yang agak keras dan tidak juga menghilang setelah 2 kalisiklus menstruasi. Jika benjolan
tumbuh semakin besar dan puting mengalami pendarahan, segera hubungi dokter untuk penanganan
yang lebih baik.

 Skrining dokter
Skrining dokter dilakukan oleh dokter sama seperti yang dilakukan di rumah. Hanya saja dokter
lebih mengetahui apa yang mereka cari dan segera mendiagnosis jika menemukan kelainan yang
terdapat pada payudara.

 Skrining mammogram
Skrining mammogram menggunakan sinar X untuk memeriksa payudara. Skrining ini
disarankan untuk dilakukan secara rutin oleh para wanita berusia di atas 40 tahun atau mereka yang
memiliki sejarah keluarga kanker payudara.

Adanya kanker payudara ini dapat menyebabkan perubahan pada payudara si penderita, antara
lain:

- Benjolan pada payudara


- Perubahan pada kulit payudara
- Perubahan pada puting payudara
- Perubahan ukuran dan bentuk payudara
- Keluar cairan dari puting payudara
- Nyeri

35
Terdapat beberapa cara deteksi dini kanker payudara dengan tingkat akurasi yang berbeda. Cara
deteksi dini kanker payudara adalah :

- Pemeriksaan payudara sendiri (Teknik Sadari)


- Pemeriksaan klinis payudara oleh dokter dapat mendeteksi sampai 85% kasus kanker payudara.
- Pemeriksaan radiologi (Mammografi dan/atau USG) dapat mendeteksi sampai 90% kasus
kanker payudara.
- Biopsi tanpa pembedahan (Fine Needle Aspiration Biopsy atau Core Biopsy) dapat mendeteksi
sampai 91% kanker payudara.
- Tetapi bila ketiga pemeriksaan dini dilakukan semuanya, maka kanker payudara dapat dideteksi
secara dini hingga 99,5%.
Pemeriksaan Payudara Sendiri (Teknik SADARI) merupakan suatu cara yang efektif untuk
mendeteksi sedini mungkin adanya benjolan pada payudara. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan
mulai usia remaja. Dilakukan sebulan sekali, pada hari ke-7 sampai hari ke-10 dihitung dari hari
pertama haid ketika payudara sedang mengendur dan terasa lebih lunak. Bila wanita telah
menopause, SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan, misalnya tanggal 10.

SADARI sangat penting karena dapat menemukan secara dini adanya benjolan yang
memungkinkan adanya kanker payudara. Bagi wanita yang sudah berpengalaman dalam melakukan
SADARI, mereka dapat meraba benjolan-benjolan kecil dengan garis tengah yang kurang dari 1
cm.

Dengan demikian bila ternyata benjolan itu ganas dapat diobati dalam stadium dini dan
kemungkinan sembuh juga lebih besar. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah bagian
penting dari perawatan kesehatan, yang dapat melindungi anda dari resiko kanker payudara.
SADARI dilakukan dalam 3 tahap yaitu:

 Melihat payudara
 Memijat payudara
 Meraba payudara
Yang dianjurkan untuk melakukan SADARI adalah, antara lain :

a. Wanita yang telah berusia 20 tahun


b. Wanita berusia diatas 40 tahun yang tidak mempunyai anak
c. Wanita yang memiliki anak pertama pada usia 35 tahun
d. Wanita yang tidak menikah
36
e. Wanita yang haid pertama dini (dibawah 10 tahun)
f. Wanita yang menopause lambat
g. Pernah mengalami trauma  pada payudara
h. Wanita di atas 25 tahun yang keluarganya pernah menderita kanker payudara
i. Wanita yang tidak menyusui
j. Pernah operasi payudara atau kandungan
k. Pernah mendapat obat hormonal  yang lama
l. Cenderung kelebihan berat badan

4. Kanker Endometrium

Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di luar rahim.
Tumbuhnya jaringan endometrium di luar rahim kemungkinan disebabkan oleh darah menstruasi
masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim sehingga
jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim. Kemungkinan lain adalah jaringan
endometrium terbawa ke luar rahim melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.Secara
epidemiologi faktor yang merupakan resiko terjadinya kanker endometrium, antara lain:

 Obesitas atau kegemukan.


Memiliki resiko terkena kanker endometrium 2 – 20 kali dibanding wanita dengan berat badan
normal. Obesitas merupakan faktor resiko yang dihubungkan dengan peningkatkan aromatisasi
estrogen di jaringan lemak.
 Haid pertama (menarche).
Menarche sebelum usia 12 tahun memiliki resiko 1,6 kali lebih tinggi dibanding menarche
setelah 12 tahun.
 Tidak pernah melahirkan.
Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik sudah menikah atau belum
dibanding wanita yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa 25% penderita
kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian lainnya juga
menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih berperan daripada jumlah
melahirkan (paritas).
 Penggunaan estrogen.

37
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan hormon ini
diikuti dengan meningkatnya resiko kanker endometrium.
 Hiperplasia endometrium.
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan selaput lendir
rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus
menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika hiperplasia endometrium disertai sel-
sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi kanker endometrium sebesar 23%.
 Diabetes mellitus (DM)
 Hipertensi
 Faktor lingkungan dan diet
 Riwayat keluarga
Ada kemungkinan terkena kanker endometrium, jika terdapat anggota keluarga yang  terkena
kanker ini, meskipun prosentasenya sangat kecil.
 Tumor memproduksi estrogen
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa, akan meningkatkan
angka kejadian kanker endometrium.
 Faktor lainnya adalah faktor keluarga, faktor ini terkait dengan HNPCC (lynch II syndroma).
Gejala-gejala yang timbul akibat kanker endometrium adalah :

1. Rasa sakit pada saat menstruasi.


2. Rasa sakit yang parah dan terus menerus pada perut bagian bawah, rasa sakit ini akan
bertambah pada saat berhubungan seks.
3. Sakit punggung pada bagian bawah.
4. Sulit buang air besar atau diare.
5. Keluar darah pada saat buang air kecil dan terasa sakit.
6. Keputihan bercampur darah dan nanah.
7. Terjadi pendarahan abnormal pada rahim.
8. Jika ditemukan gejala pendarahan yang abnormal, pendarahan setelah menopause atau
keputihan yang tak kunjung sembuh, segera lakukan pemeriksaan sitologi selaput lendir rahim
untuk mendeteksi adanya sel-sel atipik. Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah
USGtransvagina untuk melihat ketebalan endometrium.

38
Karena adanya gejala awal berupa perdarahan, maka umumnya penderita lebih awal
melakukan pemeriksaan sehingga sebagian besar penyakit ini diketahui pada stadium awal.
Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendeteksi kanker endometrium adalah:

 USG Vaginal
Deteksi kelainan endometrium berupa hiperplasia ataupun kanker endometrium dapat dilakukan
dengan pemeriksaan ultrasonografi. Pemeriksaan USG dilakukan untuk melihat ketebalan
dinding endometrium. Ketebalan endometrium dianggap normal pada wanita premenopause bila
kurang dari 15 mm dan pada post menopause kurang atau sama dengan 5 mm.
 Biopsi jaringan endometrium
Diagnosis karsinoma endometrium ditetapkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi jaringan
endometrium yang di ambil dengan cara biopsi endometrium atau dengan cara dilatasi atau
kuretase. Biopsi endometrium merupakan prosedur diagnostik di poliklinik, prosedur ini relatif
mudah dan murah. Tetapi tindakan ini harus disertai dengan kuret endoserviks. Bila hasil biopsi
meragukan maka dilakukan kuretase endometrium. Biopsi endometrium dapat dilakukan
dengan bantuan alat endoram, dll. Prosedur klasik untuk mendiagnosi kanker endometrium
adalah dengan dilatasi dan kuretase.
 Pemeriksaan ploiditas DNA
Pemeriksaan ploiditas DNA, reseptor estrogen ataupun pemeriksaan progesteron reseptor
sampai saat ini bukan bagian dari diagnosis karena belum memberi peranan yang penting dalam
menentukan pengobatan.
Untuk pengobatan kanker endometrium yang utama adalah lewat operasi; sederhana, besar,
khusus. Kerumitan operasi tergantung kepada tingkat stadium kanker tersebut. Selanjutnya ada juga
dengan radiasi atau penyinaran namun memiliki dampak yang beragam tergantung kepada kondisi
dan stamina penderita. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker yang paling mahal karena
memerlukan proses yang berulang untuk menuntaskannya.

Terapi

Dua pendekatan terapi kanker endometrium, yaitu pembedahan dan radioterapi ataupun
kombinasi, pemilihan jenis terapi dipengaruhi oleh stadium, jenis histologi, dan jenis
differensiasi.Pembedahan stadium 1 yaitu histerektomi total dan salpingo-ooveroktomi bilateral dan
limfadenektomi pelvis dan para-aorta.

39
Pembedahan laparoskopi mempunyai keuntungan perdarahan yang lebih sedikit, komplikasi
intra-post operatif yang lebih rendah serta masa perawatan yang lebih singkat dibandingkan dengan
laparotomi, tetapi mempunyai waktu pembedahan yang lebih lama.

a. Pengobatan stadium I
- Terapi pembedahan tanpa terapi adjuvant
Penderita kanker endometrium stadium < IB dengan derajat diferensiasi baik atau sedang, tidak
perlu diberikan terapi adjuvant. Terapi pembedahan saja tanpa adjuvant karena merupakan
kelompok risiko rendah, hanya dimungkinkan bila pengobatan primer adalah pembedahan.

- Radioterapi prabedah
Dua modal utama radioterapi prabedah yaitu radiasi eksterna dan brakhiterapi. Radioterapi
prabedah diberikan dengan tujuan untuk menurunkan kejadian kekambuhan dipuncak vagina, dan
mencegah metastastis saat atau akibat pembedahan.

- Pengobatan pembedahan
Pembedahan pada kanker endometrium bertujuan mendiagnosis/penepatan stadium dan tujuan
pengobatan. Berdasarkan spesimen, pembedahan akan dapat ditetapkan stadium pembedahan
kanker endometrium. Beberapa faktor prognosis kanker endometrium didapatkan dengan
pembedahan antara lain kedalaman invasi, keadaan kelenjar getah bening, sitologi cairan
peritoneum. Dengan demikian pembedahan yang tidak lengkap akan menyulitkan penepatan
stadium yang tentunya bedampak pada kesulitan pemilihan terapi.

b. Pengobatan stadium II
Stadium II berarti terdapat invasi tumor pada serviks, penatalaksanaan kanker endometrium
stadium II hampir sama dengan penatalaksanaan yang dilakukan pada kanker serviks, keadaan ini
karena metastatisnya tidak berbeda dengan pola metastatis pada kanker serviks uterus. Pembedahan
histerektomi radikal dengan limfadenektomi pelvis merupakan salah satu pilihan terapi
pembedahan.

Pembedahan histerektomi radikal dilakukan pada karsinoma endometrium karena 8-28 %


karsinoma endometrium stadium II telah bermetastatis ke parametrium dan 25 % mengalami
mestastatis ke kelenjar getah bening pelvis. Pembedahan dapat pula dilakukan dengan melakukan
pembedahan kanker endometrium standart, tetapi pasca bedah harus diberikan terapi adjuvant

40
radioterapi. Hasil pembedahan histerektomi radikal lebih baik dibandingkan dengan pembedahan
non-radikal.

c. Pengobatan stadium III


Sadium III sebagian masih memungkinkan pembedahan. Walaupun demikian sebagian besar
stadium III yang tidak memungkinkan pembedahan maka, terapi radioterapi merupakan pengobatan
terpilih. Perluasan ke parametrium yang mencapai panggul seringkali menyulitkan pembedahan,
pada keadaan demikian terapi radioterapi merupakan terapi pilihan. Pada keadaan tertentu, dengan
tumor yang perluasannya masih memungkinkan pembedahan, maka pembedahan dapat dilakukan
dan dilanjutkan dengan adjuvant radioterapi.

d. Pengobatan stadium IV
Sebagai terapi terhadap proses primer maka radioterapi merupakan pilihan, pemberian
radioterapi pelvis juga bertujuan untuk menghentikan perdarahan. Kemoterapi ataupun pemberian
terapi hormonal bila metastastis sudah meluas atau sistemik. Pemberian radioterapi lokal umumnya
diberikan pada metastatis ke tulang ataupun metastatis ke serebral.

Pembedahan pada kanker endometrium dapat dilakukan, pembedahan yang dilakukan adalah
pembedahan sitoreduksi, setelah pebedahan dilanjutkan dengan terapi adjuvant radiasi. Radiasi
adjuvant yang diberikan dapat berupa radiasi saja, kemoradiasi. Survival 5 tahun kanker
endometrium yang mendapat terapi radiasi antara 10-20 %. Pembedahan sitoreduksi yang optimal
(residu_< 1 cm), survival 5 tahun pada pembedahan yang optimal dapat mencapai 68-70 %. Median
survival sitoreduksi optimal mencapai 48 bulan, sedangkan yang sub-optimal mencapai 25 bulan.
Adjuvant kemoradiasi memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan radiasi saja. Median
survival dengan terapi adjuvant radiasi saja 15 bulan, kemoterapi saja 13 bulan sedangkan
kemoradiasi (cis-platinum) median survivalnya 54 bulan, hasil ini bermakna.

5. Hubungan Skrining Untuk Keganasan Penyakit Dengan Keganasan Reproduksi

Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit dalam masyarakat melalui deteksi dini dan
pengobatan pada keadaan belum terdapat symptom/gejala. Skrining merupakan upaya untuk
meningkatkankesehatan reproduksi wanita sepanjang daur kehidupannya meliputisejarah,
perkembangan wanita dalam aspek biologis, psikososial dansosial spiritual, kesehatan reproduksi
dalam perspektif gender, permasalahannya serta indikator status kesehatan wanita.

41
6. Peran Bidan Dalam Skrining Untuk Keganasan Dan Penyakit

 Memberikan motivasi pada para wanita untuk melakukan pentingnya melakukan langkah
skrining.
 Membantu dalam mengidentifikasi orang-orang yang berisikoterkena penyakit atau masalah
kesehatan tertentu. Penegakan diagnosis pasti ditindak lanjuti di fasilitas kesehatan
 Membantu mengidentifikasi penyakit pada stadium dini,sehingga terapi dapat dimulai
secepatnya dan prognosa penyakit dapat diperbaiki
 Membantu melindungi kesehatan individual
 Membantu dalam pengendalian penyakit infeksi melalui proses identifikasi carrier penyakit di
komunitas
 Memberikan penyuluhan dalam pemilihan alat kontrasepsi dengan metode barrier (pelindung)
seperti diafragma dan kondom karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker serviks
 Memberikan fasilitas skrining kanker serviks dengan metodepap smear kemudian membantu
dalam pengiriman hasil pemeriksaan ke laboratorium.A
T

III. Lembar Kerja


1. Sebutkan syarat-syarat untuk melakukan skrining!
2. Apa saja tes skrining/deteksi dini yang dapat dilakukan untuk kanker serviks?
3. Bagaimana peran bidan dalam skrining untuk keganasan dan sistem kesehatan reproduksi?
4. Sebutkan faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker
payudara!
5. Sebutkan pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendeteksi kanker endometrium!

MATERI/BAHAN MATA KULIAH

42
Program Studi Diploma III Kebidanan Pertemuan ke 7
Kode Mata BDM.04.003/4 SKS (2T – 2P) Modul ke 4
Kuliah/SKS
Nama Mata Kuliah Kesehatan Perempuan Dan Jumlah halaman 12
Perencanaan Keluarga
Dosen Mulai Berlaku 2018

I. Petunjuk Umum
Petunjuk umum ini, memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam
perkuliahan, sebagai berikut :
1. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada perempuan yang berkaitan dengan
sistem reproduksi dalam perspektif gender.

2. Materi
Asuhan kebidanan pada perempuan yang berkaitan dengan sistem reproduksi dalam perspektif
gender
3. Indikator Pencapaian

Pemahaman terhadap asuhan kebidanan pada perempuan yang berkaitan dengan sistem
reproduksi dalam perspektif gender

4 Referensi
4. Nining, R. 2009. Pengertian gender. www.google.com. Visited 22 april 2013
5. Surya, Adi. 2011. Kesehatan reproduksi dalam prespektif gender.www.google.com. Visited 22
april 2013
6. Yanti. 2011. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi (Bagi Mahasiswa DIII Kebidanan). Yogyakarta.
Pustaka Rihama
7. http://admpublik.fisip.undip.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/KONSEP-GENDER.pdf
8. http://nciez-k.blogspot.com/2013/08/makalah-tentang-kesetaraan-gender.html
9. Bowo, Tri. 2008. Isu gender dalam kesehatan reproduksi. www.google.com. Visited 22 april
2013 Iqbal, Moh. 2008. Diskriminasi gender. www.google.com. visited 22 april 2013

5 Strategi Pembelajaran
Strategi pembalajaran yang digunakan adalah contextual instruction, scenario kelas dengan
waktu 100 menit, langkah-langkah yang dilakukan, sebagai berikut :

43
a Materi kuliah telah diberikan kepada mahasiswa 1 (satu) minggu sebelum perkuliahan,
mahasiswa diharuskan untuk membaca dan memahami materi tersebut agar dapat lebih mudah
mengungkap kasus-kasus terbaru yang terjadi.
b. Dosen memberikan penjelasan materi yang didasari pada kondisi kekinian
c. Setelah penjelasan secara konsep oleh dosen, mahasiswa dibagi dalam group diskusi untuk
membahas lebih dalam konsep yang dijelaskan.
d. Setelah selesai diskusi, mahasiswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi dan kelompok lain
memberikan sanggahan atau bantahan.
e. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menjelaskan hasil diskusi dan mempertahankan
pendapat mereka dengan argumentasi sesuai dengan konsep materi.
f. Pendekatan pembelajaran dapat berubah sesuai dengan perkembangan, materi dan kesepakatan
dengan mahasiswa.

6 Kegiatan Belajar
a. Pahami dan kuasai materi ini dengan baik, agar pada waktu berdiskusi dan mengerjekan soal
saudara tidak banyak mengalami kesulitan.
b. Mulailah motivasi diri untuk membaca, dari yang mudah, dan mulai membaca sekarang.
c. Bacalah scenario pada petunjunk umum, sehingga memudahkan mahasiswa dalam aktivitas
pembelajaran di kelas.

7 Evaluasi
a. Setelah kegiatan belajar berakhir, mahasiswa diminta mengerjakan test (post test),
sehingga dapat diketahui seberapa jauh Tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi
tersebut dapat dicapai.
b. Apabila mahasiswa dapat menjawab 70% dari soal-soal test dengan betul berarti
mahasiswa telah mencapai tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi yang
disampaikan dosen.

II. Materi

ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN YANG BERKAITAN DENGAN

44
SISTEM REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER

A. Pengantar

Banyaknya perempuan tidak mendapat kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam
menjaga kesehatan mereka, termasuk dalam kesehatan reproduksi. Kondisi ini terjadi terutama
karena adanya (ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender) dalam pelayanan kesehatan.Saat ini
tenaga kesehatan makin sadar tentang pentingnya mempertimbangkan isu gender dalam pemberian
pelayanan kesehatan.Terutama untuk mengurangi kemungkinan ketidakadilan dan ketidaksetaraan
peran dan tanggungjawab dalam lingkungan tempat mereka bekerja.

Gender adalah peran yang dikonstruksikan oleh masyarakat karena seseorang tersebut
sebagai perempuan atau laki-laki. Perbedaan perempuan dan laki-laki berdasarkan jenis kelamin,
yang dibentuk oleh masyarakat dan lingkungan serta dipengaruhi oleh waktu, tempat, sosial budaya,
system kepercayaan dan situasi politik.Proses tersebut lama kelamaan menjadi budaya yang
berdampak menciptakan perlakuan diskriminatif terhadap kaum perempuan.
Perilaku diskriminasi terhadap perempuan dapat mengakibatkan berbagai permasalahan
terhadap perempuan dan yang akan metimbul perkosaan, pelecehan seksual, kehamilan tidak
diinginkan, aborsi dan sebagainya. Strategi untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender di kenal
dengan pengarusutamaan gender, yang merupakan konsep pendekatan baru untuk mengintegrasikan
perspektif gender dalam segala aspek sosial pembangunan.
Diskriminasi gender merupakan akibat dari adanya system (struktur) social dimana salah satu
jenis kelamin (laki-laki maupun perempuan) menjadi korban. Hal ini terjadi karena adanya
keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk
dan cara yang menimpa kedua bilah pihak, walaupun dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak
dialami oleh perempuan.
Dengan demikian, perlu adanya kesepakatan dalam hal pembagian peran, sehingga laki-laki dan
perempuan dapat menjadi mitra yang setara dan seimbang dalam kehidupan di keluarga,
masyarakat, dan pemerintah.

1. Seksualitas dan Gender

45
Seksualitas/jenis kelamin adalah karakteristik biologis-anatomis (khususnya sistem
reproduksi dan hormonal) diikuti dengan karakteristik fisiologis tubuh yang menentukan seseorang
adalah laki-laki atau perempuan. Seksualitas meliputi 5 area yaitu:

 Sensualitas, yaitu kenikmatan yang merupakan bentuk interaksi antara pikiran dan tubuh.
Umumnya sensualitas melibatkan panca indera (aroma, rasa, penglihatan, pendengaran,
sentuhan) dan otak (organ yang paling kuat terkait dengan seks dalam fungsi fantasi, antisipasi,
memori, dan pengalaman).
 Intimasi, yaitu ikatan emosional atau kedekatan dalam relasi interpersonal. Biasanya
mengandung unsur-unsur: kepercayaan, keterbukaan diri, kelekatan dengan orang lain,
kehangatan, kedekatan fisik, dan saling menghargai.
 Identitas, yaitu jenis kelamin yang mengandung persan-pesan gender perempuan dan laki-laki
serta mitos-mitos (feminimitas dan maskulinitas) serta orientasi seksual.
Hal ini juga menyangkut bagaimana seseorang menghayati peran jenis kelamin, hingga mampu
menerima diri dan mengembangkan diri sesuai dengan peran jenis kelaminnya.
 Lifecycle (lingkaran kehidupan), yaitu aspek biologis dari seksualitas yang terkait dengan
anatomi dan fisiologi organ seksual.
 Exploitation (eksploitasi), yaitu unsur kontrol dan manipulasi terhadap seksualitas, seperti:
kekerasan seksual, pornografi, pemerkosaan, dan pelecehan seksual.
Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan perempuan ditentukan perbedaan
fungsi,   peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai hasil konstruksi sosial yang
dapat berubah atau diubah sesuai perubahan zaman peran dan kedudukan sesorang yang
dikonstrusikan oleh masyarakat dan budayanya karena seseorang lahir sebagai laki-laki atau
perempuan.
Berkaitan dengan gender, dikenal ada tiga jenis peran gender sebagai berikut :
 Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut pekerjaan yang
menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan. Peran ini
sering pula disebut dengan peran di sektor publik.
 Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatann yang berkaitan
dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga, seperti
mengasuh anak, memasak, mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga, menyetrika,
membersihkan rumah, dan lain-lain. Peran reproduktif ini disebut juga peran di sektor domestik.

46
 Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk berpartisipasi di dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti gotong-royong dalam menyelesaikan beragam
pekerjaan yang menyangkut kepentingan bersama.
Perbedaan peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang ditentukan secara sosial.
Gender berhubungan dengan persepsi dan pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai
perempuan dan laki-laki yang dibentuk masyarakat, bukan karena biolologis. Ada 3 teori tentang
gender, yaitu sebagai berikut:

-Teori Nurture
Rumusan yang di bentuk oleh masyarakat mengakibatkan perbedaan antara laki-laki dan
perempuan. Kaum laki-laki dianggap sama dengan kaum kaum yang berkuasa/penindas,
sedangkan kaum perempuan sebagai kaum yang tertindas, terpedaya.

-Teori Nature
Paham ini memandang adanya perbedaan laki-laki dan perempuan merupakan takdir Tuhan
yang mesti diterima manusia sebagai mahluk ciptaan-Nya. Adanya perbedaan secara biologis
merupakan pertanda perbedaan tugas dan peran yang mana tugas dan peran tersebut ada yang
dapat diganti tetapi ada yang tidak karena takdir alamiah.

-Teori Equilibrium/ Keseimbangan


Hubungan antara laki-laki dan perempuan suatu kesatuan yang saling menyempurnakan,
karena setiap laki-laki dan perempuan memiliki kelemahan dan keutamaan masing-masing, harus
saling bekerja sama  dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga, masyarakat
dan Negara.

47
Perbedaan gender dan seksualitas

No Karakteristik Gender Seks

1. Sumber pembeda Manusia (masyarakat) Tuhan

2. Visi, Misi Kebiasaan Kesetaraan

3. Unsur pembeda Kebudayaan (tingkah laku) Biologis (alat reproduksi)

4. Sifat Harkat, martabat dapat Kodrat, tertentu tidak


dipertukarkan dapat dipertukarkan

5. Dampak Terciptanya norma/ketentuan Terciptanya nilai-nilai:


tentang “pantas” atau “tidak kesempurnaan,
pantas” laki-laki menjadi kenikmatan, kedamaian.
pemimpin, perempuan Sehingga menguntungkan
“pantas’ dipimpin. Sering kedua belah pihak.
merugikan salah satu pihak,
kebetulan adalah perempuan

6. Keberlakuan Dapat berubah, musiman dan Sepanjang masa dimana


berbeda antar kelas saja, tidak mengenal
pembedaan kelas.

48
Menurut Badan Pemberdayaan Masyarakat, perbedaan antara gender dan jenis
kelamin

Jenis Kelamin Gender

Tidak dapat berubah, contohnya alat Dapat berubah, contohnya peran dalam
kelamin laki-laki dan perempuan kegiatan sehari-hari

Tidak dapat dipertukarkan, contohnya Dapat dipertukarkan


jakun pada laki-laki dan payudara pada
perempuan

Berlaku sepanjang masa Tergantung budaya dan kebiasaan.

Berlaku dimana saja, seorang laki- Tergantung budaya setempat, contoh:


laki/perempuan tetap laki-laki dan pembatasan kesempatan di bidang
perempuan pekerjaan terhadap perempuan karena
budaya setempat, seperti diutamakan
untuk menjadi perawat, guru TK,
pengasuh anak

Merupakan kodrat Tuhan, contoh: laki- Bukan merupakan budaya setempat,


laki mempunyai ciri-ciri utama yang contohnya pengaturan jumlah anak
berbeda dengan perempuan yaitu jakun. dalam satu keluarga

Ciptaan Tuhan, contohnya perempuan Buatan manusia, contohnya laki-laki


bisa haid, hamil, melahirkan dan dan perempuan berhak menjadi calon
menyusui sedang laki-laki tidak. ketua RT, dan kepala desa bahkan
presiden.

B. Budaya Yang Berpengaruh Terhadap Gender

 Budaya patriarki, yaitu suatu budaya dimana yang dominan dan memegang kekuasaan dalam
keluarga berada di pihak ayah.
 Budaya gender dan perilaku seksual terjadi ekstramarital seks yang hal ini menimbulkan
perilaku seksual yang pada akhirnya berhubungan dengan transmisi dari penyakit seksual
seperti gonorhoe, syphilis, herpes genitalia, AIDS, kanker serviks, hepatitis B, dll.
49
 Sebagian besar masyarakat banyak dianut kepercayaan yang salah tentang apa arti menjadi
seorang wanita, dengan akibat yang berbahaya bagi kesehatan wanita.
 Setiap masyarakat mengharapkan wanita dan pria untuk berpikir, berperasaan dan bertindak
dengan pola-pola tertentu dengan alasan hanya karena mereka dilahirkan sebagai wanita/pria.
Contoh: wanita diharapkan untuk menyiapkan masakan, membawa air dan kayu bakar, merawat
anak-anak dan suami. Sedangkan pria bertugas memberikan kesejahteraan bagi keluarga di
masa tua serta melindungi keluarga dari ancaman.
 Gender dan kegiatan yang dihubungkan dengan jenis kelamin tersebut, semuanya adalah hasil
rekayasa masyarakat. Beberapa kegiatan seperti menyiapkan makanan dan merawat anak adalah
dianggap sebagai “kegiatan wanita”.
 Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain diseluruh dunia, tergantung pada
kebiasaan, hukum dan agama yang dianut oleh masyarakat tersebut.
 Peran jenis kelamin bahkan bisa tidak sama didalam suatu masyarakat, tergantung pada tingkat
pendidikan, suku dan umurnya, contohnya : di dalam suatu masyarakat, wanita dari suku
tertentu biasanya bekerja menjadi pembantu rumah tangga, sedang wanita lain mempunyai
pilihan yang lebih luas tentang pekerjaan yang bisa mereka pegang.
 Peran gender diajarkan secara turun temurun dari orang tua ke anaknya. Sejak anak berusia
muda, orang tua telah memberlakukan anak perempuan dan laki-laki berbeda, meskipun kadang
tanpa mereka sadari.
 Pengaruh teman sebaya.
 Pengaruh media.
 Pengaruh kognitif.

C. Diskriminasi Gender

Diskriminasi gender adalah ketidakadilan gender yang merupakan akibat dari adanya sistem
(struktur) sosial dimana salah satu jenis kelamin (laki-laki atau perempuan) menjadi korban. Hal ini
terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia
dalam berbagai bentuk dan cara yang menimpa kedua belah pihak, walaupun dalam kehidupan
sehari-hari lebih banyak dialami oleh perempuan.

Bentuk-bentuk diskriminasi gender, antara lain :

a. Marginalisasi (peminggiran)
50
Peminggiran banyak terjadi dalam bidang ekonomi. Misalnya banyak perempuan hanya
mendapatkan pekerjaan yang tidak terlalu bagus, baik dari segi gaji, jaminan kerja ataupun status
dari pekerjaan yang didapatkan. Hal ini terjadi karena sangat sedikit perempuan yang mendapatkan
peluang pendidikan. Peminggiran dapat terjadi di mana saja yang bersumber keyakinan,
tradisi/kebiasaan, kebijakan pemerintah, maupun asumsi-asumsi ilmu pengetahuan (teknologi).
b) Subordinasi (penomorduaan)
Anggapan bahwa perempuan lemah, tidak mampu memimpin, cengeng dan lain sebagainya,
mengakibatkan perempuan jadi nomor dua setelah laki-laki.
c) Stereotip (citra buruk)
Pandangan buruk terhadap perempuan. Misalnya perempuan yang pulang larut malam adalah
pelacur, jalang dan berbagai sebutan buruk lainnya.

d) Violence (kekerasan)
Serangan fisik dan psikis. Perempuan, pihak paling rentan mengalami kekerasan, dimana hal itu
terkait dengan marginalisasi, subordinasi maupun stereotip diatas. Perkosaan, pelecehan seksual
atau perampokan contoh kekerasan paling banyak dialami perempuan.

e) Beban kerja berlebihan


Tugas dan tanggung jawab perempuan yang berat dan terus menerus. Misalnya, seorang
perempuan selain melayani suami (seks), hamil, melahirkan, menyusui, juga harus menjaga rumah.
Disamping itu, kadang ia juga ikut mencari nafkah (di rumah), dimana hal tersebut tidak berarti
menghilangkan tugas dan tanggung jawab diatas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya diskriminasi gender adalah sebagai berikut :

a) Konstruksi biologis : berbeda ciri fisik perempuan dan laki-laki, serta tidak dapat dipertukarkan
karena produk alamiah (hormonal).
b) Konstruksi sosial : berbeda peran dan bertanggung jawab perempuan dan laki-laki dan dapat
dipertukarkan karena produk budaya (tata nilai).
c) Konstruksi agama :  berbeda posisi perempuan dan Laki-laki, dan tidak dapat dipertukarkan
karena ajaran agama (dogmastis).
Berbagai bentuk diskriminasi merupakan hambatan untuk tercapainya keadilan dan
kesetaraan gender atau kemitrasejajaran yang harmonis antara perempuan dan laki-laki, karena
dapat menimbulkan :

 Konflik
51
 Stres pada salah satu pihak
 Relasi gender yang kurang harmonis
Isu gender dapat terjadi dalam kesehatan reproduksi yang merupakan suatu kondisi yang
menunjukkan kesenjangan laki-laki dan perempuan yaitu adanya kesenjangan antara kondisi yang
dicita-citakan (normatif) dengan kondisi sebagaimana adanya (obyektif).

1. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (Safe motherhood)


Hal-hal yang sering dianggap sebagai isu gender sebagai berikut:
- Ketidakmampuan perempuan dalam mengambil keputusan dalam kaitannya dengan kesehatan
dirinya, misalnya dalam menentukan kapan hamil, dimana akan melahirkan dan sebagainya. Hal
ini berhubungan dengan perempuan yang kedudukannya yang lemah dan rendah di keluarga dan
masyarakat.
- Sikap dan perilaku keluarga yang cenderung mengutamakan laki-laki, contohnya dalam
mengkonsumsi makanan sehari-hari yang menempatkan bapak atau laki-laki pada posisi yang
diutamakan dari pada ibu dan anak perempuan. Hal ini sangat merugikan kesehatan perempuan,
terutama bila sedang hamil.
2. Keluarga Berencana
Hal-hal yang sering dianggap sebagai isu gender sebagai berikut:
- Kesertaan ber-KB, diketahui bahwa 98% akseptor KB adalah perempuan.partisipasi laki-laki
hanya 1,3%. Ini berarti bahwa dalam program KB perempuan selalu objek/target sasaran.
- Perempuan tidak mempunyai kekuatan untuk memutuskan metode kontrasepsi yang diinginkan,
antara lain karena ketergantungan kepada keputusan suami (laki-laki lebih dominan), informasi
yang kurang lengkap dari petugas kesehatan, penyediaan alat dan obat kontrasepsi yang tidak
memadai di tempat palayanan.
- Pengambilan keputusan  partisipasi kaum laki-laki dalam program KB sangat kecil dan kurang,
namun control terhadap perempuan dalam hal memutuskan untuk ber-KB sangat dominan.
3. Kesehatan Reproduksi Remaja
Hal-hal yang sering di anggap sebagai isu gender sebagai berikut:
- Ketidakadilan dalam mengambil tanggung jawab misalnya pada pergaulan yang terlalu bebas,
remajaputeri selalu menjadi korban dan menangguang segala akibatnya (misalnya kehamilan
yang tidak dikehendaki, putus sekolah, kekerasan terhadap perempuan, dan sebagainya).
- Ketidakadilan dalam aspek hokum, misalnya dalam tindakan aborsi illegal, yang diancam oleh
sanksi dan hukuman adalah perempuan yang menginginkan tindakan aborsi tersebut, sedangkan
laki-laki  yang menyebabkan kehamilan tidak tersentuh oleh hukum. 
52
4. Infeksi Menular Seksual
Hal yang sering dianggap sebagai isu gender sebagai berikut:
- Perempuan selalu dijadikan objek intervensi dalam program pemberantasan IMS, walaupun
laki-laki sebagai konsumen justru member konstribusi yang cuku besar dalam permasalahan
tersebut.
- Setiap upaya mengurangi praktek prostitusi,kaum wanita sebagai penjaja seks komersial selalu
menjadi objek dan tudingan sumber permasalahan, sementara kaum laki-laki yang mungkin
menjadi sumber penularan tidak pernah di intervensi dan dikoreksi.
- Perempuan (istri) tidak kuasa menawarkan kondom jika suami terserang IMS.

Seperti yang telah dikemukakan di atas, diskriminasi gender mempunyai pengaruh besar
terhadap kesehatan laki-laki dan perempuan. Hal ini semakin dirasakan dalam ruang lingkup
kesehatan reproduksi antara lain karena hal-hal berikut:

1) Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus kehidupan manusia, misalnya 
masalah inses yang terjadi pada masa kanak-kanak di rumah, masalah pergaulan bebas pada
masa remaja, kehamilan remaja, aborsi yang tidak aman, kekurangan informasi tentang
kesehatan reproduksi dan masalah kesehatan reproduksi lainnya.
2) Perempuan lebih rentan dalam menghadapi resiko kesehatan reproduksi seperti kehamilan,
melahirkan, aborsi yang tidak aman dan pemakaian alat kontrasepsi.
3) Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dari hubungan laki-laki dan perempuan. Namun
terlibat, motivasi serta partisipasi laki-laki dalam kesehatan reproduksi dewasa ini  masih sangat
kurang.
4) Laki-laki juga mempunyai masalah kesehatan reproduksi. Khususnya yang berkaitan dengan
IMS, termasuk  HIV/AIDS.
5) Perempuan rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga (kekerasan domestik) Atau
perlakuan kasar, yang pada dasarnya bersumber gender yang tidak setara.
6) Kesehatan reproduksi lebih banyak dikaitkan dengan urusan perempuan, seperti bila menyebut
akseptor KB, aborsi, pemeriksaan kehamilan, kemandulan dan kematian ibu.

III. Lembar Kerja


1. Apa perbedaan seksualitas dan gender?
2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi adanya diskriminasi gender!
53
3. Bagaimana pengaruh budaya terhadap gender?
4. Apa yang ditimbulkan jika adanya diskriminasi gender?
MATERI/BAHAN MATA KULIAH

Program Studi Diploma III Kebidanan Pertemuan ke 9


Kode Mata BDM.04.003/4 SKS (2T – 2P) Modul ke 5
Kuliah/SKS
Nama Mata Kuliah Kesehatan Perempuan Dan Jumlah halaman 12
Perencanaan Keluarga
Dosen Mulai Berlaku 2018

I. Petunjuk Umum
Petunjuk umum ini, memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam
perkuliahan, sebagai berikut :
1. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami konsep pelayanan keluarga berencana

2. Materi
Konsep pelayanan KB, pengertian, tujuan, sasaran, ruang lingkup, strategi KB, dan dampak
program KB terhadap pencegahan kelahiran Kajian islam tentang keluarga berencana.
3. Indikator Pencapaian
Pemahaman mengenai konsep pelayanan KB dengan tepat dan benar

4. Referensi
a. Tim Penyusun, 25 Gerakan Keluarga Berencana, BKKBN. Jakarta 1995
b. BKKBN, 1996, Informasi Dasar Gerakan KB Pembangunan KEluarga Sejahtera; Jakarta:
BKKBN
c. BKKBN, 2011, Tonggak Baru KB Nasional, Jakarta: BKKBN
d. BKKBN, 2006, Profil Perkembangan Pelaksanaan Program KB di Indonesia, Jakarta:BKKBN
e. Website :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/program-kb-di
indonesia.html#ixzz3EmeraIFm
f. http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Berencana
g. http://bkkbn.go.id
h. Asy sya’rawi, M.M., 1995. Anda Bertanya Islam Menjawab Jilid 1-5. Gema Insani Press.Jakarta
http://www.stikesyarsi.ac.id/index.php/artikel-islam/102-pandangan-hukum-islam-tentang-
keluarga-berencana-.html
54
5. Strategi Pembelajaran
Strategi pembalajaran yang digunakan adalah contextual instruction, scenario kelas dengan waktu
100 menit, langkah-langkah yang dilakukan, sebagai berikut :
a. Materi kuliah telah diberikan kepada mahasiswa 1 (satu) minggu sebelum perkuliahan,
mahasiswa diharuskan untuk membaca dan memahami materi tersebut agar dapat lebih mudah
mengungkap kasus-kasus terbaru yang terjadi.
b. Dosen memberikan penjelasan materi yang didasari pada kondisi kekinian
c. Setelah penjelasan secara konsep oleh dosen, mahasiswa dibagi dalam group diskusi untuk
membahas lebih dalam konsep yang dijelaskan.
d. Setelah selesai diskusi, mahasiswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi dan kelompok lain
memberikan sanggahan atau bantahan.
e. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menjelaskan hasil diskusi dan mempertahankan
pendapat mereka dengan argumentasi sesuai dengan konsep materi.
f. Pendekatan pembelajaran dapat berubah sesuai dengan perkembangan, materi dan kesepakatan
dengan mahasiswa.

6. Kegiatan Belajar
a Pahami dan kuasai materi ini dengan baik, agar pada waktu berdiskusi dan mengerjekan soal
saudara tidak banyak mengalami kesulitan.
b Mulailah motivasi diri untuk membaca, dari yang mudah, dan mulai membaca sekarang.
c Bacalah scenario pada petunjunk umum, sehingga memudahkan mahasiswa dalam aktivitas
pembelajaran di kelas.

7. Evaluasi
a. Setelah kegiatan belajar berakhir, mahasiswa diminta mengerjakan test (post test), sehingga
dapat diketahui seberapa jauh Tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi tersebut dapat
dicapai.
b. Apabila mahasiswa dapat menjawab 70% dari soal-soal test dengan betul berarti mahasiswa
telah mencapai tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi yang disampaikan dosen.

55
II. Materi

KONSEP PELAYANAN KB, PENGERTIAN, TUJUAN, SASARAN,


RUANG LINGKUP, STRATEGI KB,
DAN DAMPAK PROGRAM KB TERHADAP PENCEGAHAN KELAHIRAN
KAJIAN ISLAM TENTANG KELUARGABERENCANA

A. KAJIAN TENTANG KELUARGA BERENCANA


1. Pengertian Keluarga Berencana
Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.
Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan
bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk
Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional
(Depkes,1999).

2. Tujuan Keluarga Berencana


2.1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera
dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk
2.2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
b. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
c. Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran

3. Sasaran Keluarga Berencana


Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung,
tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
56
yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara
berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan
tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu
dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.

4. Ruang Lingkup Keluarga Berencana


Ruang lingkup program KB meliputi :
1.      Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
2.      Konseling
3.      Pelayanan Kontrasepsi
4.      Pelayanan Infertilitas
5.      Pendidikan sex (sex education)
6.      Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
7.      Konsultasi genetik

5. Peran Laki-laki terhadap KB


Secara umum terdapat praduga bahwa laki-laki tidak begitu besar peranannya dalam keluarga
berencana. Laki-Laki dianggap kurang acuh dan keperduliannya perlu ditingkatkan. Di Amerika
Latin sikap tersebut dikaitkan dengan machismo, yakni nilai kejantanan yang amat tinggi dan
mempunyai anak banyak merupakan manifestasi dari machismo tersebut. Agaknya tuduhan bahwa
suami pada umumnya kurang bertanggung jawab dalam keluarga berencana juga kurang adil,
karena sebetulnya berbagai survei menunjukkan, bahwa keinginan akan jumlah anak berimbang
antara suami dan istri.

6. Strategi Pendekatan dan Cara Operasional KB


Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain :

1. Pendekatan kemasyarakatan (community approach)


Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat (kepedulian) yang
dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.

2. Pendekatan koordinasiaktif (active coordinative approach)

57
Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan keluarga sejahtera
sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai kekuatan yang sinergik dalam mencapai
tujuan dengan menerapkan kemitraan sejajar.
3. Pendekatan integrative (integrative approach)
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat mendorong dan menggerakkan
potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat sehingga dapat menguntungkan dan member
manfaat pada semua pihak.
4. Pendekatan kualitas (quality approach)
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan (provider) dan penerima
pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.
5. Pendekatan kemandirian (self rellant approach)
Memberikan peluang kepada sector pembangunan lainnya dan masyarakat yang telah mampu
untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB
nasional.
6. Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach)
Strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan program KB nasional, dimana program
tersebut atas dasar survey pasangan usia subur di Indonesia terhadap ajakan KIE yang terbagi
menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. 15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber-KB
b. 15-55% PUS merespon ragu-ragu“ untuk ber-KB
c. 30 % PUS merespon "tidak“ untuk ber-KB

Strategi tiga dimensi dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KB sebagai berikut :

a. Tahap perluasan jangkauan


Pola tahap ini penggarapan program lebih difokuskan lebih kepada sasaran:
1) Coverage wilayah
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih diutamakan pada penggarapan
wilayah potensial, seperti wilayah Jawa, Bali dengan kondisi jumlah penduduk dan laju
pertumbuhan yang besar.
2) Coverage khalayak
Mengarah kepada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya. Pada tahap ini pendekatan
pelayanan KB didasarkan pada pendekatan klinik.

58
b. Tahap Pelembagaan
Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap potensi yaitu tahap perluasan
jangkauan. Tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi luar Jawa Bali. Tahap ini
inkator kuantitatif kesertaan ber-KB pada kisaran 45-65 % dengan prioritas pelayanan
kontrasepsi dengan metode jangka panjang, dengan memanfaatkan momentum-momentum
besar.
c. Tahap Pembudayan

Pada tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi seluruh Indonesia. Sedangkan tahap
coverage khalayak diperluas jangkauan sisa PUS yang menolak, oleh sebab itu pendekatan
program KB dilengkapi dengan pendekatan Takesra dan Kukesra.

Adapun kegiatan / cara operasional pelayanan KB adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)

Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan memberikan penerangan


konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan) dan penerangan massa melalui media
cetak, elektronik.

Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi peningkatan


pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam berKB, melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)

2. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB

Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera.Para wanita baik sebagai calon ibu


atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentan mempunyai potensi yang besar untuk
mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang tepat dan benar dalam mempertahankan fungsi
reproduksi.

Reproduksi sehat sejahtera adalah suatu keadaan sehat baik fisik, mental
dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan system dan fungsi
serta proses reproduksi. Bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk
berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material,
bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota
dan antara keluarga  dengan lingkungan.
59
Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan
yaitu: pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga sehat sejahtera dan
gerakan keluarga sadar HIV/AIDS.

Pengayoman, melalui program ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana Indonesia), tujuan


agar merasa aman dan terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.

3. Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah

PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi pemerintah (Dinas


Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).

4. Pendidikan KB
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan, dokter  berupa
pelatihan konseling dan keterampilan.

7. Dampak Program KB terhadap Pencegahan Kelahiran


1. Untuk Ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka manfaatnya :

a. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka
waktu yang terlalu pendek
b. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang cuku
untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan
lainnya

2. Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya :


a. Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam keadaan sehat
b. Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup karena
kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan direncanakan
3. Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya :
a. Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih baik karena setiap anak
memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga
b. Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena pemeliharaan yang lebih baik dan
lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk setiap anak
c. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-sumber pendapatan
keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup semata-mata

60
4. Untuk ayah, memberikan kesempatan kepadanya agar dapat :
a. Memperbaiki kesehatan fisiknya
b. Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta lebih banyak
waktu terluang untuk keluarganya

5.  Untuk seluruh keluarga, manfaatnya :


Kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga tergantung dari kesehatan seluruh
keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk memperoleh
pendidikan.

B. KAJIAN ISLAM TENTANG KELUARGA BERENCANA

Dewasa ini banyak sekali masyarakat yang ingin memiliki keluarga yang sejahtera. Salah satu
cara yang mereka tempuh itu dengan memperkecil jumlah anak sehingga mereka merasa cukup dan
sejahtera dengan keluarga kecil mereka. Adapun faktor ekonomi yakni banyak masyarakat yang
merasa jika banyak anak maka kebutuhan ekonomi mereka meningkat sehingga mereka harus
bekerja keras lagi. Maka dari itu mulai muncul anggapan orang untuk melakukan program keluarga
berecana yang memang merupakan salah satu program pemerintah.

Keluarga berencana merupakan suatu proses pengaturan kehamilan agar terciptanya suatu
keluarga yang sejahtera. Adapun menurut Undang Nomor 52 Tahun 2009 pasal 1 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa Keluarga
Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan melalui promosi, perlindungan dan  bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga berkualitas.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 pasal 1 ayat 12


tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera menyebutkan bahwa
Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.

Namun dalam islam , keluarga berencana menjadi persoalan yang polemik  karena ada
beberapa ulama yang menyatakan bahwa keluarga berencana dilarang tetapi ada juga ayat al-qur’an
61
yang mendukung program keluarga berencana . Dalam al-qur’an dicantumkan beberapa ayat yang
berkaitan dengan keluarga berencana , diantaranya  :

‫ض َعافًا خَ افُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا هَّللا َ َو ْليَقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‬


ِ ً‫ش الَّ ِذينَ َلوْ تَ َر ُكوا ِم ْن خَ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar”.(Qs.An-Nisa : 9 )
ِ ‫ي ْال َم‬
‫صي ُر‬ َ ِ‫ص ْينَا اإْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍن َوف‬
َّ َ‫صالُهُ فِي عَا َمي ِْن أَ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َد ْيكَ إِل‬ َّ ‫َو َو‬

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.”(Qs.Lukman : 14)

ِ ْ‫ا َد فِي اأْل َر‬œ ‫غ ْالفَ َس‬œ


ُّ‫ض ۖ إِ َّن هَّللا َ اَل يُ ِحب‬ َ ‫ك ِمنَ ال ُّد ْنيَا ۖ َوأَحْ ِس ْن َك َما أَحْ َسنَ هَّللا ُ إِلَ ْي‬
ِ œ‫ك ۖ َواَل تَ ْب‬ َ ‫ك هَّللا ُ ال َّد‬
َ ‫ار اآْل ِخ َرةَ ۖ َواَل تَ ْن‬
ِ َ‫س ن‬
َ َ‫صيب‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَا‬
َ‫ْال ُم ْف ِس ِدين‬

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan”.(Qs.Al-Qashash: 77)
Ayat-ayat al-quran diatas menunjukan bahwa islam mendukung adanya keluarga berencana
karena dalam QS. An-Nissa ayat 9 dinyatakan bahwa “hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah”. Anak lemah yang
dimaksud adalah generasi penerus yang lemah agama , ilmu , pengetahuan sehingga KB menjadi
upaya agar mewujudkan keluarga yang sakinah.

Pandangan Hukum Islam tentang Keluarga Berencana, secara prinsipil dapat diterima oleh
Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan
keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan
kemaslahatan bagi umatnya. Selain itu, KB juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mencegah

62
timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan
kemaslahatan dan mencegah kemudlaratan maka tidak diragukan lagi kebolehan KB dalam Islam.

Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencan (KB) yang
dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan
kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi tertentu untuk
kepentingan (maslahat) keluarga. Dengan demikian KB disini mempunyai arti sama dengan tanzim
al nasl (pengaturan keturunan). Sejauh pengertiannya adalah tanzim al nasl (pengaturan keturunan),
bukan tahdid al nasl (pembatasan keturunan) dalam arti pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-
haml), maka KB tidak dilarang.Kebolehan KB dalam batas pengertian diatas sudah banyak
difatwakan , baik oleh individu ulama maupun lembaga-lembaga ke Islaman tingkat nasional dan
internasional, sehingga dapat disimpulkan bahwa kebolehan KB dengan pengertian batasan ini
sudah hampir menjadi Ijma`Ulama. MUI (Majelis Ulama Indonesia) juga telah mengeluarkan fatwa
serupa dalam Musyawarah Nasional Ulama tentang Kependudukan, Kesehatan dan Pembangunan
tahun 1983. Betapapun secara teoritis sudah banyak fatwa ulama yang membolehkan KB dalam arti
tanzim al-nasl, tetapi kita harus tetap memperhatikan jenis dan cara kerja alat/metode kontrasepsi
yang akan digunakan untuk ber-KB.

Selain hukum islam yang mendukung keluarga berencana , ada para ulama yang menafsirkan
larangan keluarga berencana seperti yang tercantum dalam QS. Al-An’am : 151

Untuk memperjelas lagi , berikut ada hadist nabi

ِ ‫ك تَ ْد ِر َو َرثَكَ اَ ْغنِيَا ٌء َخ ْي ٌر ِم ْن اَ ْن تَ ْد ِرهُ ْم ع‬


‫َال‬ َ َّ‫متفق عليه )ةً لِتَ ْكفَفُوْ نَ الن‬
َ َ‫اس اِن‬

“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan dari
pada meninggalkan mereka omenjadi beban atau tanggungan orang banyak.”
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah
tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban bagi orang
lain  (masyarakat). Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya direncanakan dan
amalkan sampai berhasil.

Terlepas dari larangan untuk ber-KB , kita harus mengetahui dan memperhatikan jenis dan
kerja alat kontrasepsi yang akan digunakan. Alat kontrasepsi yang diharamkan adalah yang sifatnya

63
pemandulan.Vasektomi (sterilisasi bagi lelaki) berbeda dengan khitan lelaki dimana sebagian dari
tubuhnya ada yang dipotong dan dihilangkan, yaitu kulup (qulfah bhs. Arab,praeputium bhs. Latin)
karena jika kulup yang menutupi kepala zakar (hasyafah/glans penis) tidak dipotong dan
dihilangkan justru bisa menjadi sarang penyakit kelamin (veneral disease). Karena itu, khitan untuk
laki-laki justru sangat dianjurkan.Tetapi kalau kondisi kesehatan isteri atau suami yang terpaksa
seperti untuk menghindari penurunan penyakit dari bapak/ibu terhadap anak keturunannya yang
bakal lahir atau terancamnya jiwa si ibu bila ia mengandung atau melahirkan bayi,maka sterilisasi
dibolehkan oleh Islam karena dianggap dharurat. Hal ini diisyaratkan dalam kaidah:

‫اﻟﻀﺮورة ﺗﺒﯿﺢ اﻟﻤﺤﻈﻮرات‬

“Keadaan darurat membolehkan melakukan hal-hal yang dilarang agama.”

Majlis Ulama Indonesia pun telah memfatwakan keharaman penggunaan KB sterilisasi ini
pada tahun 1983 dengan alasan sterilisasi bisa mengakibatkan kemandulan tetap.Menurut Masjfuk
Zuhdi bahwa hukum sterilisasi ini dibolehkan karena tidak membuat kemandulan selama-lamanya.
Karena teknologi kedokteran semakin canggih dapat melakukan operasi penyambungan saluran
telur wanita atau saluran pria yang telah disterilkan. Meskipun demikian, hendaknya dihindari bagi
umat Islam untuk melakukan sterilisasi ini, karena ada banyak cara untuk menjaga jarak kehamilan.

Cara pencegahan kehamilan yang  diperbolehkan oleh syara’ antara lain, menggunakan pil,
suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini diperbolehkan asal tidak
membahayakan nyawa sang ibu. Dan cara ini dapat dikategorikan kepada azl yang tidak
dipermasalahkan hukumnya. Sebagaimana hadits Nabi :

‫ه‬œœ‫صلى هللا علي‬- ِ ‫ُول هَّللا‬ ِ ‫ ُكنَّا نَع‬:‫ َو ْالقُرْ آنُ يُنَ َّز ُل – َوفِي لَ ْف ٍظ آخَ َر‬، ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
ِ ‫ْز ُل َعلَى َع ْه ِد َرس‬ َ ِ ‫ْز ُل َعلَى َع ْه ِد َرسُو ِل هَّللا‬
ِ ‫ُكنَّا نَع‬
.‫ فَلَ ْم يَ ْنهَنَا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ى هَّللا‬
َّ ِ‫ فَبَلَ َغ َذلِكَ نَب‬-‫وسلم‬

 “Kami pernah melakukan ‘azal (coitus interruptus) di masa Rasulullah s.a.w., sedangkan al-
Quran (ketika itu) masih (selalu) turun. (H.R. Bukhari-Muslim dari Jabir). Dan pada hadis lain:
Kami pernah melakukan ‘azl (yang ketika itu) nabi mengetahuinya, tetapi ia tidak pernah melarang
kami. (H.R. Muslim, yang bersumber dari ‘Jabir juga).

64
Hadis ini menerangkan bahwa seseorang diperkenankan untuk melakukan ‘azl’, sebuah cara
penggunaan kontrasepsi yang dalam istilah ilmu kesehatan disebut dengan istilah  coitus
interruptus, karena itu meskipun ada ayat yang melarangnya, padahal ketika itu ada sahabat yang
melakukannya, pada saat ayat-ayat al-Quran masih (selalu) turun, perbuatan tersebut
dinilai ‘mubâh’ (boleh). Dengan alasan, menurut para ulama, seandainya perbuatan tersebut
dilarang oleh Allah, maka pasti ada ayat yang turun untuk mencegah perbuatan itu. Begitu juga
halnya sikap Nabi s.a.w. ketika mengetahui, bahwa banyak di antara sahabat yang melakukan hal
tersebut, maka beliaupun tidak melarangnya; inilah pertanda bahwa melakukan ‘azl (coitus
interruptus) dibolehkan dalam Islam dalam rangka untuk ber-KB.

Pada intinya Keluarga berencana dalam pandangan islam diperbolehkan apabila dilakukan
dengan cara yang sesuai syariat islam , dilakukan dalam konteks pengaturan keturunan bukan
pembatasn keturunan dan dilakukan apabila dalam kondisi yang darurat yang dapat mengancam
keselamatan masyarakat itu sendiri.

III. Lembar Kerja

1. Apa pengertian dari KB?


2. Apa tujuan dari KB?
3. Apa saja dampak program KB terhadap pencegahan kelahiran?
4. Bagaimana kajian islam tentang keluarga berencana?

MATERI/BAHAN MATA KULIAH

65
Program Studi Diploma III Kebidanan Pertemuan ke 10
Kode Mata BDM.04.003/4 SKS (2T – 2P) Modul ke 6
Kuliah/SKS
Nama Mata Kuliah Kesehatan Perempuan Dan Jumlah halaman 11
Perencanaan Keluarga
Dosen Mulai Berlaku 2018

1. Petunjuk Umum
Petunjuk umum ini, memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam
perkuliahan, sebagai berikut :
1. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami konsep pelayanan keluarga berencana

2. Materi
Metode sederhana dan metode modern alat kontrasepsi, efek samping dan penangannya
Metode sederhana tanpa alat
Metode sederhana dengan alat
3. Indikator Pencapaian
Pemahaman dan pendemonstrasian penggunaan berbagai alat kontrasepsi sederhana

4. Referensi
a. Lawrence W. Green, Health Education Planninga Diagnostic
b. Approach Mayfield Publishing, California, 1980 dalam Notoatmodjo 2003
c. Hartanto Hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: CV.  Mulia Sari
d. Prawirohardjo, Sarwono. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP-SP
e. Saefuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Strategi Pembelajaran
Strategi pembalajaran yang digunakan adalah contextual instruction, scenario kelas dengan waktu
100 menit, langkah-langkah yang dilakukan, sebagai berikut :
a. Materi kuliah telah diberikan kepada mahasiswa 1 (satu) minggu sebelum perkuliahan,
mahasiswa diharuskan untuk membaca dan memahami materi tersebut agar dapat lebih mudah
mengungkap kasus-kasus terbaru yang terjadi.
b. Dosen memberikan penjelasan materi yang didasari pada kondisi kekinian
c. Setelah penjelasan secara konsep oleh dosen, mahasiswa dibagi dalam group diskusi untuk
membahas lebih dalam konsep yang dijelaskan.
66
d. Setelah selesai diskusi, mahasiswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi dan kelompok lain
memberikan sanggahan atau bantahan.
e Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menjelaskan hasil diskusi dan mempertahankan
pendapat mereka dengan argumentasi sesuai dengan konsep materi.
f. Pendekatan pembelajaran dapat berubah sesuai dengan perkembangan, materi dan kesepakatan
dengan mahasiswa.

6. Kegiatan Belajar
a. Pahami dan kuasai materi ini dengan baik, agar pada waktu berdiskusi dan mengerjekan soal
saudara tidak banyak mengalami kesulitan.
b. Mulailah motivasi diri untuk membaca, dari yang mudah, dan mulai membaca sekarang.
c. Bacalah scenario pada petunjunk umum, sehingga memudahkan mahasiswa dalam aktivitas
pembelajaran di kelas.

7. Evaluasi
a. Setelah kegiatan belajar berakhir, mahasiswa diminta mengerjakan test (post test), sehingga
dapat diketahui seberapa jauh Tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi tersebut dapat
dicapai.
b. Apabila mahasiswa dapat menjawab 70% dari soal-soal test dengan betul berarti mahasiswa
telah mencapai tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi yang disampaikan dosen.

II. Materi

67
METODE SEDERHANA DAN METODE MODERN ALAT KONTRASEPSI,
EFEK SAMPING DAN PENANGANNYA, METODE SEDERHANA TANPA ALAT
METODE SEDERHANA DENGAN ALAT

A. Pengertian Kontrasepsi
Pengertian kontrasepsi berasal dari kata kontra yang artinya mencegah dan konsepsi yang
berarti pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan dengan cara
mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma, (Wikjosastro, 2002).
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu
dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007).
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau
pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama,
2014).

- Tujuan Kontrasepsi
1. Untuk menunda kehamilan atau kesuburan
2. Untuk menjarangkan kehamilan
3. Untuk mencegah kehamilan dan kesuburan
- Syarat Kontrasepsi

Syarat-syarat kontrasepsi menurut Hartanto (2003, p. 36-37) antara lain adalah aman atau
tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana, dan dapat diterima oleh banyak orang.

- Sasaran Kontrasepsi
1. Pasangan usia subur dan ibu yang sudah mempunyai anak
2. Ibu yang mempunyai resiko tinggi terhadap kehamilan 8

B. Macam-macam Kontrasepsi
1. Metode Kontrasepsi

68
Sederhana Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu: metode kontrasepsi sederhana
tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
- Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain:
Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir
Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir
servik.
- Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu:

kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010).

2. Metode Kontrasepsi Hormonal

Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung
hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi
hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang
berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani, 2010).

3. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang mengandung
hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon (Handayani, 2010).

AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T
dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel (Hartanto, 2002).

Metode Kontrasepsi Mantap

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu: Metode Operatif Wanita (MOW) dan
Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini
adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara
ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu
memotong atau mengikat saluran vas deferens 14 sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau
ejakulasi (Handayani, 2010).

Macam-macam kontrasepsi Menurut Hartanto (2001, p. 42-45) macam kontrasepsi adalah sebagai
berikut :
A. Metode Sederhana
69
 Tanpa Alat
a. KB Alamiah terdiri dari metode kalender (ogino knaus), metode suhu badan basal (termal),
metode lendir serviks (billings), dan metode Simpto-Termal.
b. Coitus Interuptus
 Dengan Alat
a. Mekanis (barrier) yang terdiri dari kondom pria, barrier intra vaginal (diafragma, kap serviks,
spons, kondom wanita).
b. Kimiawi (spermisida) antara lain vaginal cream dan vaginal suppositoria.
B. Metode modern
 Kontrasepsi hormonal (pil oral, injeksi, implant)
 IUD
 Kontrasepsi mantap (MOW dan MOP)

Pil

Perubahan kontrasepsi hormonal pil telah mengalami penelitian panjang, sehingga sebagian
besar wanita dapat menerima tanpa kesulitan. Berbagai pabrik farmasi telah memasarkan pil KB
dengan kelebihan dan kekurangannya, sehingga dapat memilih sesuai keberadaan wanita itu. Pada
setiap pil terdapat perbandingan kekuatan progesteron (lebih progeste estrogen) atau
progesterogenik (progeste progesterone), (Manuaba, 1998).

1. Pil Oral Kombinasi


a) Pengertian
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sintesis estrogen dan progesteron.
b. Jenis
1. Monofasik :
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin,
dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif ; jumlah dan porsi hormonnya konstan
setiap hari.
2. Bifasik :
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin,
dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif ; dosis hormon bervariasi setiap hari.
3. Trifasik :

70
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin,
dengan tiga dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif ; dosis hormon bervariasi setiap hari.

c) Cara Kerja
1. Menekan ovulasi
2. Mencegah implantasi.
3. Mengentalkan lendir serviks.
4. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.
d) Efektifitas
Efektifitas tinggi, 1 kehamilan/1000 perempuan dalam tahun pertama penggunaan.
e) Keuntungan
1. Tidak mengganggu hubungan seksual.
2. Siklus haid menjadi teratur.
3. Dapat digunakan sebagai metode jangka panjang.
4. Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause.
5. Mudah dihentikan setiap saat.
6. Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
7. Membantu mencegah ; kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista
ovarium.
f) Kekurangan
1. Mahal dan membosankan karena digunakan setiap hari.
2. Mual, 3 bulan pertama.
3. Perdarahan bercak atau perdarahan, pada 3 bulan pertama.
4. Pusing.
5. Nyeri payudara.
6. Kenaikan berat badan.
7. Tidak mencegah PMS.
8. Tidak boleh untuk ibu yang menyusui.
9. Dapat meningkatkan tekanan darah sehingga resiko stroke.

g) Indikasi / yang boleh menggunakan pil seperti :


1. Usia reproduksi
71
2. Telah memilki anak ataupun belum
3. Gemuk atau kurus
4. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
5. Pasca keguguran.
6. Anemia karena haid berlebihan
7. Riwayat kehamilan ektopik.
8. Siklus haid tidak teratur.
9. Kelainan payudara jinak.
10. Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata, dan syaraf.
h) Kontra indikasi / yang tidak boleh menggunakan pil seperti :
1. Absolut
a. Trombophlebitis, serebro vaskuler ( pernah dan sedang ).
b. Jantung iskemik / arteri koroner.
c. Karsinoma payudara.
d. Kehamilan
e. Tumor hepar, ikterus / hepatitis.
f. Perdarahan abnormal dari genetalia tanpa sebab.
g. Neoplasma, hiperlipidemia
2. Relatif kuat
a. Sakit kepala hebat ( migraine ).
b. Hipertensi.
c. Diabetes mellitus.
d. Penyakit kantong empedu yang aktif.
e. Rencana operasi besar elektif dalam 4 minggu yang akan datang / memerlukan
immobilisasi.
f. Umur > 40 tahun disertai riwayat kardiovaskuler.
g. Umur 35 tahun perokok berat ( > 15 batang / hari ).
h. Myoma uteri.
i. Epilepsi.
i) Cara Penggunaan
1. Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik dalam waktu yang sama.
2. Pil pertama dimulai hari pertama siklus haid.

72
3. Bila paket 28 pil habis mulai minum dari paket yang baru. Paket 21 pil habis sebaiknya
tunggu 1 minggu baru minum pil dari paket yang baru.
4. Bila muntah dalam waktu 2 jam, minum pil lain. Atau gunakan kontrasepsi lain.
5. Pil oral bukan barier mekanis terhadap penularan PHS dan tidak melindungi akseptor
terhadap virus HIV.
6. Bila lupa minum 1 pil setelah ingat segera minum pil yang lupa dan minumlah pil untuk hari
ini seperti biasa.
7. Bila lupa 2 pil setelah ingat segera minum 2 pil hari itu dan 2 pil lagi hari berikutnya,
dampaknya spotting lebih besar, gunakan kondom / abstinens sampai terjadi haid.
8. Lupa minum 3 pil berturut-turut / lebih hentikan pemakaian, gunakan metode lain bila ingin
menggunakan pil lagi, tunggu menstruasi dan gunakan dari kemasan yang baru.
9. Waktu mulai minum pil :
- Setiap saat asalkan ibu tidak hamil.
- Hari pertama – hari ke-7 siklus haid.
- Boleh menggunakan pada hari ke-8, perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain
sampai hari ke-14 atau tidak melakukan hubungan seksual.
- Setelah melahirkan : setelah 6 bulan pemberian ASI ekslusif, setelah 3 bulan dan tidak
menyusui, pasca keguguran.
- Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin menggantikan dengan pil
kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid.

C. Efek Samping dan Penanganannya


1. Amenorhoe

Penanganan :

Periksa dalam atau tes kehamilan, bila tidak hamil dan minum pil dengan benar, tenanglah.
Berilah konseling bahwa tidak datang haid kemungkinan besar karena kurang adekuatnya efek
estrogen terhadap endometrium. Tidak perlu pengobatan khusus, coba berikan pil dengan dosis
estrogen 50 ig, atau dosis estrogen tetap, tetapi dosis progestin dikurangi. Bila klien hamil intra
uterin, hentikan pil, dan yakinkan pasien, bahwa pil yang diminumnya tidak punya efek pada janin.

4. Mual, pusing atau muntah

73
Penanganan :

Lakukan tes kehamilan, atau pemeriksaan ginekologik. Bila tidak hamil, sarankan minum pil
saat makan malam, atau sebelum tidur.

5. Perdarahan pervaginam
Penanganan :

Tes kehamilan, atau pemeriksaan ginekologik. Sarankan minum pil pada waktu yang sama.
Jelaskan bahwa perdarahan / spotting hal yang biasa terjadi pada 3 bulan pertama. Bila perdarahan /
spotting tetap terjadi, ganti pil dengan dosis estrogen lebih tinggi ( 50 ig ) sampai perdarahan
teratasi, lalu kembali ke dosis awal. Bila perdarahan timbul lagi, lanjutkan lagi dengan dosis 50 ig,
atau ganti dengan metode kontrasepsi yang lain.

2. Pil Progestin
a) Pengertian Pil progestin merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sintesis progesteron.
b) Jenis Kemasan dengan isi 35 pil : 300 ig levonorgestrel atau 350 ig noretindron. 16 Kemasan
dengan isi 28 pil : 75 ig norgestrel.
c) Cara Kerja
1. Menghambat ovulasi
2. Mencegah implantasi
3. Memperlambat transport gamet / ovum
4. Luteolysis
5. Mengentalkan lendir serviks
d) Efektifitas

Sangat efektif 98,5% pengguna jangan sampai lupa 1 atau 2 pil, jangan sampai muntah,
diare, karena kemungkinan terjadinya kehamilan sangat besar.

e) Keuntungan
1. Keuntungan kontraseptif :
a. Sangat efektif bila digunakan secara benar.
b. Tidak mengganggu hubungan seksual.
c. Tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI.
d. Segera bisa kembali ke kondisi kesuburan bila dihentikan.

74
e. Tidak mengganggu estrogen.
2. Keuntungan non kontraseptif :
a. Bisa mengurangi kram haid.
b. Bisa mengurangi perdarahan haid.
c. Bisa memperbaiki kondisi anemia.
d. Memberi perlindungan terhadap kanker endometrial.
e. Mengurangi keganasan penyakit payudara.
f. Mengurangi kehamilan ektopik.
g. Memberi perlindungan terhadap beberapa penyebab PID.
f) Kerugian / kekurangan
a. Menyebabkan perdarahan dalam pola perdarahan haid.
b. Sedikit pertambahan atau pengurangan berat badan bisa terjadi.
c. Bergantung pada pemakai (memerlukan motivasi terus menerus dan pemakaian setiap hari).
d. Harus dimakan pada waktu yang sama setiap hari.
e. Kebiasaan lupa akan menyebabkan kegagalan metoda.
f. Pasokan ulang harus selalu tersedia.
g. Berinteraksi dengan obat lain, contoh : obat-obatan epilepsy dan tuberculosa.
g) Indikasi
a. Tekanan darah tinggi < 180/110, masalah pembekuan darah atau penyakit sel silikel.
b. Dengan nyeri haid tingkat sedang sampai berat.
c. Perokok ( semua usia, seberapapun ).
d. Yang lebih menyukai tidak atau tidak boleh menggunakan estrogen.
e. Yang menginginkan kontrasepsi progestin-only, tetapi tidak mau injeksi atau susuk.
h) Kontra indikasi
a. Hamil diduga hamil.
b. Perdarahan pervaginam.
c. Menggunakan obat tuberculosis dan obat epilepsy.
d. Kanker payudara.
e. Miom uterus.
f. Riwayat stroke.
i) Cara Penggunaan
1. Minumlah pil pertama pada hari yang pertama masa haid.

75
2. Jika anda memulai minum pil oral progestin setelah hari pertama masa haid, tetapi sebelum
hari ke-7, gunakan metode penunjang untuk 48 jam berikutnya.
3. Habiskanlah semua pil dalam kemasan tersebut. Mulai dengan kemasan baru lagi pada hari
setelah minum pil terakhir dari kemasan terdahulu.
4. Apabila muntah dalam waktu 30 menit setelah minum pil, minumlah satu lagi atau gunakan
metode penunjang jika akan berhubungan seks selama 48 jam berikutnya.
5. Jika lupa minum 1 pil atau lebih, maka harus segera minum pil berikutnya bila ingat.
Gunakan metode penunjang apabila akan berhubungan seks selama 48 iam.
6. Apabila tidak mengalami haid sebanyak dua kali atau lebih, maka harus pergi ke klinik
untuk memeriksakan apakah hamil. Jangan berhenti minum pil kecuali jika sudah tahu bahwa
anda sudah hamil.
7. Waktu minum pil :
a. Setiap saat anda merasa yakin klien tidak sedang hamil.
b. Hari pertama sampai hari ke-5 siklus menstruasi.
c. Bila menggunakan setelah hari ke-5, gunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari, atau
tidak melakukan hubungan seksual selama 2 hari.
d. Postpartum : 6 minggu dan 6 bulan.
e. Pasca aborsi
f. Ganti cara
j) Efek samping dan Penanganannya
1. Amenorea
Singkirkan kehamilan jika hamil lakukan konseling-konseling. Bila tidak hamil,
sampaikan bahwa darah tidak berkumpul di rahim.
2. Spotting

Jelaskan bahwa spotting adalah hal yang biasa tapi juga bisa berlanjut, jika berlanjut maka
anjurkan ganti cara.

3. Perubahan berat badan

Informasikan bahwa perubahan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan
diet klien bila perubahan berat badan mencolok / berlebihan hentikan pemakaian dan anjurkan
metode kontrasepsi yang lain.

76
III. Lembar Kerja
1. Apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi?
2. Apa saja metode-metode kontrasepsi?
3. Bagaimana efek samping dan penanganannya?

77
MATERI/BAHAN MATA KULIAH

Program Studi Diploma III Kebidanan Pertemuan ke 11


Kode Mata 1. BDM.04.003/4 SKS (2T – 2P) Modul ke 7
Kuliah/SKS
Nama Mata Kuliah Kesehatan Perempuan Dan Jumlah halaman 9
Perencanaan Keluarga
Dosen Mulai Berlaku 2018

I. Petunjuk Umum
Petunjuk umum ini, memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam
perkuliahan, sebagai berikut :
1. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami masalah-masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi pada
siklus reproduksi perempuan.
2. Materi
Metode modern (pil)
Suntikan
3. Indikator Pencapaian
Pemahaman masalah-masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi pada siklus reproduksi
perempuan.
4. Referensi
a. Hartanto Hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: CV.  Mulia Sari
b. Prawirohardjo, Sarwono. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP-
SP
c. Saefuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

5 Strategi Pembelajaran

Strategi pembalajaran yang digunakan adalah contextual instruction, scenario kelas dengan
waktu 100 menit, langkah-langkah yang dilakukan, sebagai berikut :

a. Materi kuliah telah diberikan kepada mahasiswa 1 (satu) minggu sebelum perkuliahan,
mahasiswa diharuskan untuk membaca dan memahami materi tersebut agar dapat lebih mudah
mengungkap kasus-kasus terbaru yang terjadi.
78
b. Dosen memberikan penjelasan materi yang didasari pada kondisi kekinian
c. Setelah penjelasan secara konsep oleh dosen, mahasiswa dibagi dalam group diskusi untuk
membahas lebih dalam konsep yang dijelaskan.
d. Setelah selesai diskusi, mahasiswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi dan kelompok lain
memberikan sanggahan atau bantahan.
e. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menjelaskan hasil diskusi dan mempertahankan
pendapat mereka dengan argumentasi sesuai dengan konsep materi.
f. Pendekatan pembelajaran dapat berubah sesuai dengan perkembangan, materi dan kesepakatan
dengan mahasiswa.

6 Kegiatan Belajar
a. Pahami dan kuasai materi ini dengan baik, agar pada waktu berdiskusi dan mengerjekan soal
saudara tidak banyak mengalami kesulitan.
b. Mulailah motivasi diri untuk membaca, dari yang mudah, dan mulai membaca sekarang.
c. Bacalah scenario pada petunjunk umum, sehingga memudahkan mahasiswa dalam aktivitas
pembelajaran di kelas.

7 Evaluasi
c. Setelah kegiatan belajar berakhir, mahasiswa diminta mengerjakan test (post test),
sehingga dapat diketahui seberapa jauh Tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi
tersebut dapat dicapai.
d. Apabila mahasiswa dapat menjawab 70% dari soal-soal test dengan betul berarti
mahasiswa telah mencapai tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi yang
disampaikan dosen.

II. Materi
METODE MODERN PIL DAN SUNTIKAN

79
A. Pengantar
1.1 Keluarga Berencana
3. Definisi keluarga berencana
Pengertian keluarga berencana menurut UU NO.10 tahun 1992 adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usai
perkawinan (PUP), kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. (dyah novianti setya arum,2009).

4. Tujuan Keluarga Berencana


Tujuan utama program keluarga berencana adalah untuk memenuhi perintah
masyarakat akan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang
berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian ibu dan bayi serta mengurangi
masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkwalitas
(dyah novianti setya arum,2009) 2.2

1.2 Kontrasepsi
1. Definisi kontrasepsi Kontrasepsi
Definisi kontrasepsi Kontrasepsi dari kata kontra berarti mencegah atau melawan
sedangkan sepsi adalah pertemuan antara sel sperma 6 dengan sel telur yang
mengakibatkan proses kehamilan. sehingga kontrasepsi adalah mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma
(Manuaba,2002).

2. Macam-macam kontrasepsi
a. Metode Sederhana
Metode Sederhana adalah suatu cara yang dapat dikerjakan oleh peserta KB tanpa
melakukan pemeriksaan medis terlebih dahulu. Metode ini dibagi menjadi 2 yaitu
yang menggunakan alat atau obat contohnya: kondom, diafragma, cream, jelly dan
tablet (cairan berbusa), sedangkan yang tidak menggunakan alat atau obat contohnya:
senggama terputus dan pantang berskala (Baziad,2002)
b. Metode modern (hormonal)
Metode ini memiliki cara yaitu dengan menggunakan obat, suntikan, alat yang
mengakibatkan pencegahan efektif terhadap kemungkinan timbulnya kehamilan.

80
contoh metode ini adalah, pil ,kontrasepsi suntik, AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim),kontrasepsi susuk (Depkes RI,2005)
c. Metode Mantap/Menetap
Penggunaan kontrasepsi ini melalui suatu tindakan operasi kecil dengan cara
mengikat dan memotong saluran telur pada istri (tubekomi) atau mengikat dan
memotong saluran sperma pada http://repository.unimus.ac.id 7 suami (vasektomi)
sehingga mengakibatkan pasangan yang bersangkutan tidak mendapatkan keturunan
lagi.(Gasier,2005)

B. Kontrasepsi Pil
1. Definisi kontrasepsi Pil
Pil KB adalah alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan atau mencegah konsepsi
yang digunakan dengan cara per-oral atau kontrasepsi oral. Pil KB merupaka salah satu
jenis kontrasepsi yang banyak digunakan.Pil KB banyak disukai karena relatif mudah
didapat dan digunakan, serta harganya murah (Saifuddin, 2006).
Pil KB yang banyak dipakai pada umumnya berisi dua jenis hormon, yakni estrogen dan
progesterone.Ada juga yang berisi hanya salah satu hormon saja. Kedua hormon ini
bekerja menghambat terjadinya ovulasi.Oleh karena ovulasi atau keluarnya sel telur
matang tidak terjadi, maka kehamilan pun tidak berbuah.Angka keberhasilan memakai
pil bisa dibilang hampir selalu efektif dalam mencegah kehamilan. Namun, tidak semua
wanita boleh memilih pil jika mengidap tumor yang dipengaruhi oleh hormon estrogen,
seperti tumor kandungan dan payudara, mengidap penyakit hati aktif, penyakit
pembuluh balik atau varices thrombophlebitis, atau yang pernah terkena serangan stroke
dan mengidap penyakit kencing manis. Mereka mutlak tidak boleh memakai pil, dan
harus memilih cara kontrasepsi yang lain (Sastrawinata,2000).
Yang perlu dipertimbangkan tidak boleh memilih pil apabila mengidap darah tinggi,
migren, depresi, tumor jinak rahim (mioma uteri) dan haidnya jarang. Oleh karenaobat 8
dalam pil kurang lebih sama dengan obat suntik, maka memilih suntikan juga perlu
mempertimbangkan kondisi-kondisi akseptor. Pilihan pil KB sering ditinggalkan karena
faktor efek sampingnya.Efek samping estrogen sering menimbulkan mual, nyeri kepala
dan nyeri payudara. Sedangkan efek samping progesteron menjadikan perdarahan
vagina tidak teratur, nafsu makan bertambah sehingga bertambah gemuk, muncul
jerawat, haid jadi sedikit dan kemungkinan payudara mengecil (Nadesul,2007)

81
2. Jenis-jenis Pil KB
Jenis pil KB atau Kontrasepsi oral yang sering digunakan yaitu :
a. Pil KB atau kontrasepsi oral
tipe sekuensial Pil dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada
tiap siklus.Maka berdasarkan urutan hormon tersebut, estrogen hanya diberikan
selama 14-16 hari pertama diikuti oleh kombinasi progestron dan estrogen
selama 5-7 hari terakhir.Terdiri dari 14-15 pil KB/kontrasepsi oral yang berisi
derivat estrogen dan 7 pil berikutnya berisi kombinasi estrogen dan progestin.
Cara penggunaannya sama dengan tipe kombinasi. Efektivitasnya sedikit lebih
rendah dan lebih sering menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan. 9
b. Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill
Pil KB yang mengandung estrogen dan progesteron dan diminum sehari sekali.
Estrogen dalam pil oral kombinasi, terdiri dari etinil estradiol dan
mestranol.Dosis etinil estradiol 30 - 35 mcq. Dosis estrogen 35 mcq sama
efektifnya dengan estrogen 50 mcq dalam mencegah kehamilan. Progestin dalam
pil oral kombinasi, terdiri dari noretindron, etindiol diasetat, noretinodel,
norgestrel, levonogestrel, desogestrel dan gestoden.Terdiri dari 21-22 pil
KB/kontrasepsi oral dan setiap pilnya berisi derivate estrogen dan progestin
dosis kecil, untuk pengunaan satu siklus.Pil KB atau kontrasepsi oral pertama
mulai diminum pada hari pertama perdarahan haid, selanjutnya setiap hari 1 pil
selama 21 - 22 hari. Umumnya setelah 2 - 3 hari sesudah pil KB atau kontrasepsi
oral terakhir diminum, akan timbul perdarahan haid, yang sebenarnya
merupakan perdarahan putus obat. Penggunaan pada siklus selanjutnya, sama
seperti siklus sebelumnya, yaitu pil pertama ditelan pada hari pertama
perdarahan haid. Pil oral kombinasi mempunyai 2 kemasan,yaitu: 1. Kemasan
28 hari 7 pil (digunakan selama minggu terakhir pada setiap siklus) tidak
mengandung hormon wanita. Sebagai gantinya adalah zat besi atau zat inert. Pil-
pil ini 10 membantu pasien untuk membiasakan diri minum pil setiap hari. 2.
Kemasan 21 hari Seluruh pil dalam kemasan ini mengandung hormon. Interval 7
hari tanpa pil akan menyelesaikan 1 kemasan (mendahului permulaan kemasan
baru) pasien mungkin akan mengalami haid selama 7 hari tersebut tetapi pasien
harus memulai siklus pil barunya pada hari ke-7 setelah menyelesaikan siklus

82
sebelumnya walaupun haid datang atau tidak.,jika ada pasien yang merasa
hamil, ia harus memeriksakan diri. Jika pasien yakin minum pil dengan benar,
pasien dapat mengulangi pil tersebut sesuai jadwal walaupun haid tidak terjadi
c. Pil KB atau kontrasepsi oral tipe Pil mini
Pil mini kadang-kadang disebut pil masa menyusui.Pil mini yaitu pil KB yang
hanya mengandung progesteron saja dan diminum sehari sekali. Berisi derivat
progestin, noretindron atau norgestrel, dosis kecil, terdiri dari 21 - 22 pil. Cara
pemakaiannya sama dengan cara tipe kombinasi. Dosis progestin dalam pil mini
lebih rendah daripada pil kombinasi. Dosis progestin yang digunakan adalah 0,5
mg atau kurang. Karena dosisnya kecil maka pil mini diminum setiap hari pada
waktu yang sama selama siklus haid bahkan selama haid.
d. Once A Month Pill
Pil hormon yang mengandung estrogen yang ”longacting” yaitu pil yang
diberikan untuk wanita yang mempunyai Biological Half Life panjang. Adapun
jenis kontrasepsi oral yang lain dan sudah tersedia, namun masih terbatas antara
lain : 1. Mifepristone, yaitu alat kontrasepsi oral harian yang mengandung
antiprogesteron yang digunakan dalam uji klinis penelitian. 2. Ormeloxifene
(centchroman), yaitu alat kontrasepsi oral yang berupa modulator reseptor
estrogen yang digunakan 1 - 2 kali per minggu dan hanya tersedia di India
e. Pil KB atau kontrasepsi oral tipe pil pascasanggama (morning after pil )
Morning after pill merupakan pil yang mengandung hormon estrogen dosis
tinggi yang hanya diberikan untuk keadaan darurat saja, seperti kasus
pemerkosaan dan kondom bocor. Berisi dietilstilbestrol 25 mg, diminum 2 kali
sehari, dalam waktu kurang dari 72 jam pascasanggama, selama 5 hari berturut-
turut (Saifuddin, 2006).

3. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Pil KB


Efek pil kontrasepsi untuk dapat mencegah kehamilan adalah merupakan kerja aktif
dari komponen-komponen yang ada dalam pil tersebut. Pada pil kombinasi,
komponen estrogen dan komponen progesteron bekerja sama untuk menghambat
terjadinya ovulasi (Wiknjosastro, 2007).
Aktifitas tersebut terjadi pada tingkat hipotalamus, yaitu dengan menghambat GRH
(Gonadotropin Releasing Hormone), sehingga pelepasan FSH dan LH yang berasal

83
dari kelenjar hipofisa anterior akan terhambat dan hal tersebut akan menimbulkan
hambatan pada ovarium secara sekunder (Stubblefield,P.G.2007). Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi hormonal telah mempelajari bahwa estrogen dan
progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui
hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses
ovulasi. Dibawah pengaruh hipotalamus, hipofisis mengeluarkan Follicle
StimulatingHormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).Hormon-hormon ini
dapat merangsang ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron.Dua
hormon yang ini menumbuhkan endometrium pada waktu daur haid, dalam
keseimbangan tertentu yang menyebabkan ovulasi, dan akhirnya penurunan
kadarnya menyebabkan disintegrasi endometrium dan haid. Pengetahuan ini
menjadi dasar untuk menggunakan kombinasi estrogen dan progesteron sebagai cara
kontrasepsi dengan jalan mencegah terjadinyaovulasi. (Wiknjosastro,2007).
Estrogen dan progestin dapat mempengaruhi proses biokimia dan fungsi fisiologik
hepar yang merupakan organ penting dalam proses metabolisme, gangguan ini
mudah terjadi pada penggunaan jangka waktu lama. Salah satu gangguan pada 55
metabolisme yaitu gangguan pada metabolisme lemak dimana estrogen dapat
metabolisme yaitu gangguan pada metabolisme lemak dimana estrogen dapat
meningkatkan kolesterol, trigliserida, HDL dan LDL.Sedangkan progestin dapat
menurunkan HDL (Sastrawinata, 2000).

4. Efek Samping Pil KB


Efek samping yang paling ditakuti pada pemakaian pil kontrasepsi adalah timbulnya
penyakit pada sistem kardiovaskuler, terutama pada pemakai pil yang berumur lebih
dari 35 tahun dan perokok. Pemakaian pil kontrasepsi juga akan meningkatkan
risiko terkena penyakit-penyakit tromboemboli, penyakit jantung iskemik, penyakit
serebrovaskuler, serta hipertensi. Resiko yang lain adalah timbulnya tumor-tumor
ginekologik, yaitu tumor mammae dan serviks uteri, serta timbulnya tumor-tumor
ditempat lain, seperti tumor pada hati, melanoma dan tumor pada kelenjar hipofisa .
(Wiknjosastro, 2007).
Selain memungkinkan timbul efek samping yang berat, pada pemakai kontrasepsi
oral juga bisa timbul efek samping yang lebih ringan, yang disebabkan oleh
komponenkomponen dalam pil tersebut. Dari komponen estrogen, akan memberikan

84
efek samping ringan berupa rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada
payudara, dan keputihan. Sedangkan komponen progesteron akan menyebabkan
efek samping ringan berupa perdarahan yang tidak teratur, bertambahnya berat
badan, payudara mengecil, keputihan, jerawat dan kebotakan (Stubblefield, P. G.
2007).
Disamping itu masih banyak efek samping lain, yang timbul pada pemakai pil
kontrasepsi, seperti adanya gangguan penglihatan, gangguan metabolisme lemak,
gangguan metabolisme karbohidrat, gangguan pada sistem pembekuan darah, serta
gangguan metabolisme protein (Stubblefield, P. G. 2007).

C. Kontrasepsi Suntik
1. Efektivitas kontrasepsi Suntik.
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang
tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika penyuntikannya
dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN
sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami
kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun pemakain
NET EN (Hartanto, 2002).
2. Jenis kontrasepsi Suntik
Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya
mengandung progestin, yaitu : a) Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150
mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah
pantat). b) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg Noretindron
Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat
atau bokong).

3) Cara kerja kontrasepsi Suntik


Menurut Sulistyawati (2013) yaitu: a) Mencegah ovulasi 21 Mengentalkan lendir serviks
sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma c) Menjadikan selaput lendir rahim
tipis dan atrofi d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.

85
4) Keuntungan kontrasepsi Suntik
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan jangka
panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak mengandung estrogen sehingga
tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak
mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik,
dapat digunakan oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu
mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak
payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati, 2013).

5) Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a) Gangguan haid
b) Leukorhea atau Keputihan
c) Galaktorea
d) Jerawat
e) Rambut Rontok
f) Perubahan Berat Badan
g) Perubahan libido.

III. Lembar Kerja


1. Jelaskan pengertian kontrasepsi pil?
2. Jelaskan perbedaan kontrasepsi pil dan kontrasepsi suntik?
3. Jelaskan bagaimana mekanisme kerja kontrasepsi pil KB?

MATERI/BAHAN MATA KULIAH

Program Studi Diploma III Kebidanan Pertemuan ke 12


Kode Mata BDM.04.003/4 SKS (2T – 2P) Modul ke 8
Kuliah/SKS
86
Nama Mata Kuliah Kesehatan Perempuan Dan Jumlah halaman 18
Perencanaan Keluarga
Dosen Mulai Berlaku 2018

I. Petunjuk Umum
Petunjuk umum ini, memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam
perkuliahan, sebagai berikut :
1. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami konsep pelayanan keluarga berencana

2. Materi
IUD
3. Indikator Pencapaian
Pemahaman dan pendemonstrasian penggunaan berbagai alat kontrasepsi IUD

4. Referensi
a. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
b. Hartanto Hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: CV.  Mulia Sari
c. Prawirohardjo, Sarwono. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP-SP
d. Saefuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

5. Strategi Pembelajaran
Strategi pembalajaran yang digunakan adalah contextual instruction, scenario kelas dengan waktu
100 menit, langkah-langkah yang dilakukan, sebagai berikut :
b. Materi kuliah telah diberikan kepada mahasiswa 1 (satu) minggu sebelum perkuliahan,
mahasiswa diharuskan untuk membaca dan memahami materi tersebut agar dapat lebih
mudah mengungkap kasus-kasus terbaru yang terjadi.
c. Dosen memberikan penjelasan materi yang didasari pada kondisi kekinian
d. Setelah penjelasan secara konsep oleh dosen, mahasiswa dibagi dalam group diskusi
untuk membahas lebih dalam konsep yang dijelaskan.
e. Setelah selesai diskusi, mahasiswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi dan
kelompok lain memberikan sanggahan atau bantahan.
f. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menjelaskan hasil diskusi dan
mempertahankan pendapat mereka dengan argumentasi sesuai dengan konsep materi.
87
g. Pendekatan pembelajaran dapat berubah sesuai dengan perkembangan, materi dan
kesepakatan dengan mahasiswa.

6 Kegiatan Belajar
a. Pahami dan kuasai materi ini dengan baik, agar pada waktu berdiskusi dan mengerjekan
soal saudara tidak banyak mengalami kesulitan.
b. Mulailah motivasi diri untuk membaca, dari yang mudah, dan mulai membaca sekarang.
c. Bacalah scenario pada petunjunk umum, sehingga memudahkan mahasiswa dalam
aktivitas pembelajaran di kelas.

7. Evaluasi
d. Setelah kegiatan belajar berakhir, mahasiswa diminta mengerjakan test (post test), sehingga
dapat diketahui seberapa jauh Tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi tersebut dapat
dicapai.
e. Apabila mahasiswa dapat menjawab 70% dari soal-soal test dengan betul berarti mahasiswa
telah mencapai tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi yang disampaikan dosen.

II. Materi

IUD
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Intra Uterine Device (IUD)

1. Pengertian

88
a. Alat kontrasepsi yang teknik pemasangan di insersikan ke dalam rongga rahim, terbuat dari
plastik fleksibel khusus yang diberi benang pada ujungnya yang berguna untuk pemeriksaan atau
kontrol (Yuhedi dan Kurniawati, 2013). Beberapa jenis IUD dililit tembaga atau tembaga campur
perak yang dapat dipakai 5-10 tahun (Glasier dan Gebbie, 2005).

b. Suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan
berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif (Saefuddin, 2003)

c. AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung secarik kertas, diikat
dengan benang lalu dimasukkan ke dalam rongga rahim (Prawirohardjo, 2005)

d. AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur,
mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim melalui
vagina dan mempunyai benang (BKKBN,2003).

2. Syarat umum

Menurut Siswosudarmo dkk (2001), sebagaimana alat kontrasepsi pada umumnya, AKDR
harus memenuhi beberapa syarat yaitu:

a. Kemampuannya untuk mencegah kehamilan Kemampuan mencegah bagi AKDR yang inert
berbanding lurus dengan luas permukaan endometrium yang kontak dengan bahan.

b. Tidak mudah lepas spontan (ekspulsi) Salah satu masalah yang ada pada AKDR yang
menyebabkan angka kegagalan naik adalah ketidakmampuannya untuk tetap berada dalam rongga
rahim.

c. Kemudahannya untuk dipasang AKDR harus dapat dipasang tanpa anestesi dan tanpa
menimbulkan rasa sakit. Salah satu faktor yang menentukan mudah tidaknya AKDR dipasang
adalah lebarnya kanalis servikalis.

d. Mudah untuk dilepas Sebagaimana saat memasang, AKDR harus dapat dilepas dengan mudah
tanpa menimbulkan rasa sakit. Minimal efek samping, serta mudah untuk mendeteksi bahwa AKDR
masil terletak ditempatnya.

89
e. Bahan dasar Bahan dasar pembuatkan AKDR bersifat sangat fleksibel, bisa diregang,
dibengkokkan sedemikian rupa mengikuti insertor dan akan kembali ke bentuk semula setelah
menempati cavum uteri.

3. Cara kerja Menurut Syaifuddin dkk (2003), cara kerja AKDR adalah:

a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.

b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk
fertilisasi.

d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

4. Kelebihan - Kelebihan dari metode kontrasepsi AKDR yaitu:

(1) dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.

(2) Sangat efektif (0,6–0,8 kehamilan/100 perempuan dalam tahun pertama, atau 1 kegagalan
dalam 125 – 170 kehamilan) segera setelah pemasangan.

(3) Reversibel, berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun tidak perlu ganti).

(4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

(5) Meningkatkan hubungan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.

(6) Dengan AKDR CuT-380A, tidak ada efek samping hormonal.

(7) Tidak mempengaruhi produksi dan kualitas ASI.

(8) Dapat dipasang segera setelah abortus bila tidak ada infeksi.

(9) Membantu mencegah kehamilan ektopik.

(10) Dapat digunakan sampai menopause, 1 tahun atau lebih setelah haid terakhir (Pinem, 2009).

90
5. Kekurangan - Kerugian atau kekurangan metode kontrasepsi AKDR yaitu:

(1) Efek samping yang umum terjadi: perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan
setelah itu akan berkurang), haid lebih lama dan lebih banyak, perdarahan (spotting) antar
menstruasi, saat haid lebih sakit.

(2) Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS), termasuk HIV/AIDS.

(3) Tidak baik digunakan oleh perempuan yang sering berganti-ganti pasangan atau yang menderita
IMS.

(4) Penyakit Radang Panggul (PRP) terjadi sesudah perempuan dengan IMS menggunakan AKDR.

(5) Diperlukan prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik dalam pemasangan AKDR.

(6) Ada sedikit nyeri dan spotting terjadi segera setelah pemasangan AKDR, tetapi biasanya hilang
dalam 1-2 hari (Pinem, 2009).

6. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan IUD

1. Faktor internal

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Tingkat pengetahuan yang cukup tentang kontrasepsi merupakan dasar bagi pasangan
suami istri sehingga diharapkan semakin banyak yang memilih metode IUD (Nomleni dkk, 2014).
Hasil penelitian Putri dan Ratmawati (2015), menyimpulkan bahwa pengetahuan mempunyai
hubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di wilayah kerja
Puskesmas Pagentan 2 dan dibuktikan secara statistik (p = 0,004). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa responden dengan pengetahuan cukup lebih memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi
IUD daripada menggunakan kontrasepsi lain.

b. Pendidikan

91
Pendidikan merupakan proses perubahan dan peningkatan pengetahuan, pola pengetahuan,
pola pikir dan perilaku masyarakat. Adanya 22 dinamika berbagai aspek maka proses pendidikan
akan terus menerus dan berkesinambungan sehingga masyarakat mampu menerima gagasan invasif
secara rasional dan bertanggungjawab (BKKBN, 2008). Pendidikan seseorang mempengaruhi
perilaku sehari-hari, orang yang berpendidikan tinggi belum tentu menggunakan KB yang efektif.

c. Paritas

Menurut Subiyatun dkk (2009), jumlah anak mempengaruhi pemilihan kontrasepsi yang
akan digunakan. Semakin banyak anak yang dimiliki maka akan semakin besar kecenderungan
untuk menghentikan kesuburan sehingga lebih cenderung untuk memilih metode kontrasepsi jangka
panjang.

d. Usia

Usia seseorang memempengaruhi jenis kontrasepsi yang dipilih. Responden berusia di atas
20 tahun memilih AKDR karena secara fisik kesehatan reproduksinya lebih matang dan memiliki
tujuan yang berbeda dalam menggunakan kontrasepsi. Usia diatas 20 tahun merupakan masa
menjarangkan dan mencegah kehamilan sehingga pilihan kontrasepsi lebih ditujukan pada
kontrasepsi jangka panjang. Responden kurang dari 20 tahun lebih memilih Non AKDR karena usia
tersebut merupakan masa menunda kehamilan sehingga memilih kontrasepsi selain AKDR yaitu pil,
suntik, implan, dan kontrasepsi sederhana.

2. Faktor eksternal

a. Dukungan suami Lingkungan sosial mempengaruhi penggunaan dan pemilihan alat kontrasepsi
(BKKBN, 2008). Dorongan atau motivasi yang diberikan kepada istri dari suami, keluarga maupun
lingkungan sangat mempengaruhi ibu dalam menggunakan suatu metode kontrasepsi (Manuaba,
1998). Seorang wanita jika suaminya mendukung kontrasepsi, kemungkinan dia menggunakan
kontrasepsi meningkat, sebaliknya ketika wanita merasa gugup berkomunikasi dengan suaminya
tentang kontrasepsi atau suaminya membuat pilihan kontasepsi, kemungkinan dia menggunakan
metode kontrasepsi menurun (Widyawati dkk, 2012). Berdasarkan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Nuryati dan Fitria (2014), diketahui bahwa terdapat pengaruh dukungan suami
dalam menggukan MKJP (p = 0,0001). Hal tersebut menunjukkan bahwa dukungan suami sangat
berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi yang dipakai istrinya. Penelitian tersebut sejalan

92
dengan hasil penelitian yang dilakukan Nomleni dkk (2014) tentang faktorfaktor yang berhubungan
dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD yang dibuktikan secara statistik (p = 0,018).

b. Kenyamanan seksual Menurut Widyawati dkk (2012), penggunaan AKDR dapat berpengaruh
pada kenyamanan seksual karena menyebabkan nyeri dan pendarahan post coitus ini disebabkan
karena posisi benang AKDR yang mengesek mulut rahim atau dinding vagina sehingga
menimbulkan pendarahan dan keputihan. Akan tetapi, pendarahan yang muncul hanya dalam
jumlah yang sedikit. Pada beberapa kasus efek samping ini menjadi penyebab bagi akseptor untuk
melakukan drop out, terutama disebabkan dukungan yang salah dari suami.

c. Kepercayaan Meskipun program KB sudah mendapat dukungan departemen agama dalam


Memorandum of Understanding (MoU) nomor 1 tahun 2007 dan nomor 36/HK.101/FI/2007 setiap
agama mempunyai pandangan yang berbeda terhadap KB sesuai agamanya (Yanti dkk, 2012).
Kepercayaan yang positif disertai dengan pengetahuan yang baik akan meningkatkan probabilitas
individu untuk menggunakan IUD.

d. Budaya Budaya adalah pandangan serta pemahaman masyarakat tentang tubuh, seksualitas, dan
kesehatan perempuan berkontribusi terhadap kerentanan tubuh dan kesehatan reproduksi
perempuan. Akseptor yang budayanya mendukung menggunakan metode kontrasepsi IUD dan
sebaliknya.

e. Pemberian Informasi Salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah
pemberian informasi. Informasi yang memadai mengenai berbagai metode KB akan membantu
klien untuk menentukan pilihan alat kontrasepsi. Pemberian informasi yang memadai mengenai
efek samping alat kontrasepsi, selain akan membantu klien mengetahui alat yang cocok dengan
kondisi kesehatan tubuhnya, juga akan membantu klien menentukan pilihan metode yang sesuai
dengan kondisinya (Maika dan Kuntohadi, 2009).

7. Jenis - jenis AKDR

1.      AKDR Non-hormonal
93
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-puluh macam AKDR telah
dikembangkan. Mulai dari genersi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai
generasi plastik(polietilen) baik yang diambah obat maupun tidak.

a.       Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi

1)      Bentuk terbuka (oven device)

Misalnya: LippesLoop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload,Nova-T

2)      Bentuk tertutup (closed device)

Misalnya: Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.

b.      Menurut Tambahan atau Metal

1)      Medicated IUD

Misalnya: Cu T 200, Cu T 220, Cu T 300, Cu T 380 A, Cu-7, Nova T, ML-Cu 375

2)      Un Medicated IUD

Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.

IUD yng banyak dipakai di Indonesia dewasa ini arijenis Un Medicated yaitu Lippes Loop dan yang
dari jenisMedicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.

Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD menunjukkanluasnya kawat halus
tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 200mm2

2.      IUD yang mengandung hormonal

a.       Progestasert-T = Alza T

Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.Mengandung 38 mg
progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65mcg progesteron per hari. Tabung insersinya
berbentuk lengkung, Daya kerja :18 bulan. Teknik insersi: plunging. (modified withdrawal)

b.      LNG-20

      Mengandung 46-60mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20mcg per hari, Sedang diteliti di
Finlandia. Angka kegagalan /kehamilan sangat rendah: ‹0,5 per 100 wanita per tahun. Penghentian

94
pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD
lainnya, karena 25% mengalami amenore atau perdarahan hait yan sangat sedikit.

8. Mekanisme Kerja

1.      Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada yang berpendapat
bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebutan
lekorit yang dapat melarutkan blastosis atau seperma. Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat
tembaga mungkin berlainan. Tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke dalam rongga
uterus juga menghambat khasiatanhidrase karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang
mengeluarkanhormon juga menebalkan lender sehingga menghalangi pasasi sperma
(Prawirohardjo, 2005).

2.      Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti, kini pendapat yang
terbanyak ialah bahwa AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium
yang disertai dengan sebutan leokosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Sifat-
sifat dari cairan uterus mengalami perubahan – perubahan pada pemakaian AKDR yang
menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus. Walaupun sebelumnya terjadi nidasi,
penyelidik-penyelidik lain menemukan sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang
dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkanoleh meningkatnya kadar prostaglandindalam
uterus pada wanita (Wiknjoastro, 2005).

3.      Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi) AKDR mengubah
transportasi tuba dalam rahim danmempengaruhi sel elur dan sperma sehingga pembuahan tidak
terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan sexual terjadi) dalam beberapa
kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan mencegah terjadinya
implantasi atau penyerangan sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim

4.      Menurut Saefuddin (2003), mekanisme kerja IUD adalah:

a.       Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi

b.      Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

95
c.       AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun AKDR membuat
sperma sulit ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk
fertilisasi

d.      Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam uterus.

9. Efektivitas IUD

1.      Efektivitas IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuition rate) yaitu beberapa lama
IUD tetap tinggal dalam uteri tanpa:

a.       Ekspulsi

b.      Terjadinya kehamilan

c.       Pengangkatan/pengeluaran karena alasa-alasan medis atau pribadi.

2.      Efektivitas dari bermacam-macam IUD tegantung pada:

a.       IUD-nya: ukuran, bentuk kandungannya

b.      Akseptor: Umur, parietas, frekuensi senggama.

c.       Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan parietas diketahui :

1)      Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD

2)      Makin muda usia, terutama pada nulligravida makin tinggi angka ekspulsi dan
pengangkatan /pengeluaran IUD.

10. Keuntungan Dan Kerugian AKDR atau IUD

1.      Keuntungan

a.       Keuntungan AKDR Non hormonal (Cu T 380A):

1)      Sebagai kontrasepsi efektivitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan per 100
perempuan dalam 1 tahun pertama(1kegagalan dalan 125-170 kehamilan)

96
2)      AKDR dapat efektf segera setelah pemasangan

3)      Metode jangka panjang

4)      Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat

5)      Tidak mempengaruhi hubungan sexual

6)      Meningkatkan kenyamanan sexual karena tidak perlu takut untuk hamil

7)      Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR(Cu T-380A)

8)      Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

9)      Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

10)  Dapat digunakan sampai menopause

11)  Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

b.      Keuntungan IUD hormonal adalah:

1)      Mengurangi volume darah haid dan mengurangi disminorrhoe

2)      Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae(Asherman’s Syndrome)

2.      Kerugian

a.       Kerugian AKDR (Cu T-380A) Non hormonal:

1)      Perubahan siklus haid

2)      Haid lebih lama dan banyak

3)      Perdarahan(spotting) antarmenstruasi

4)      Disaat haid lebih sakit

5)      Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan

6)      Perforasi dinding uterus(sangat jarang apabila pemasangan benar)

7)      Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS


97
8)      Tidak baik digunaka pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti
pasangan

9)      Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri

10)  Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah
kehamilan normal.

b.      Kerugian IUD hormonal:

1)      Jauh lebih mahal dari pada Cu IUD

2)      Harus diganti setelah 18 bulan

3)      Lebih sering menimbulkan perdarahan mid-siklus dan perdarahan bercak(spotting)

4)      Insidens kehamilan ektopik lebih tinggi

5)      Efek samping dan komplikasi IUD hormonal dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

1)      Pada saat insersi

a)      Rasa sakit atau nyeri

b)      Muntah, keringat dingin

c)      Perforasi uterus

2)      Efek samping dan komplikasi IUD dikemudian hari:

a)      Rasa sakit dan perdarahan

b)      Infeksi

c)      Kehamilan intra-uterine

d)     Kehamilan ektopik

e)      Ekspulsi

98
11. Indikasi dan Pemakaian AKDR atau IUD

1)      Yang dapat menggunakan AKDR/IUD dan Progestasert

a.       Usia reproduktif

b.      Keadan nullipara

c.       Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

d.      Menyusui yang menginginkan menggunakan alat kontrasepsi

e.       Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

f.       Resiko rendah dari IMS

g.      Tidak menghendaki metode hormonal

h.      Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari

i.        Perokok

j.        Sedang memakai antibiotika atau antikejang

k.      Gemuk ataupun yang kurus

l.        Sedang menyusui

2)      Begitu juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini dapat menggunakan AKDR (Cu T-380A):

a.       Penderita tumor jinak payudara

b.      Epilepsi

c.       Malaria

d.      Tekanan darah tinggi

e.       Penyakit tiroid

f.       Setelah kehamilan ektopik

g.      Penderita DM

99
12. Kontraindikasi Pemakaian AKDR

1.      Sedang hamil

2.      Perdarahan vagina yang tidak diketaui

3.      Sedang menderita infeksi genetalia

4.      Penyakit trifoblas yang ganas

5.      Diketahui menderita TBC velvik

6.      Kanker alat genital

7.      Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm

13. Cara Pemasangan AKDR/IUD

1)      Persiapan alat yang digunakan dalam pemasangan AKDR/IUD

a.       Bivale speculum

b.      Tanekulum(penjepit portio)

c.       Sounde uterus(untuk mengukur kedalaman uterus)

d.      Forsep

e.       Gunting

f.       Bengkok larutan antiseptic

g.      Sarungtangan steril atau sarung tangan DTT

h.      Kasa atau kapas

i.        Cairan DTT

j.        Sumber cahaya yang cukup untuk penerangan servik

k.      AKDR(CuT-380A) atau Progestasert-T yang masih belum rusak dan terbuka

l.        Aligator(penjepit AKDR)
100
2)      Cara pemasangan AKDR atau Progestasert-T

Pemasangan AKDR sewaktu haid dan mengurangi rasa sakit dan memudahkan insersi melalui
servikalis.

a.     Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan bentuk, ukuran dan posisi uterus

b.      Singkirkan kemungkinan kehamilan dan infeksi velvik

c.      Servik dibersihkan beberapa kali dengan larutan antiseptik Iinspekulum, servik ditampilkan
dan bibir depan servik dijepit dengan cunan servik, penjepit dilakukan kira-kira 2cm dari osteum
uteri externum, dengan cunan bergerigi Saturday

d.     Sambil menarik servik dengan cunan servik, masukkanlah sounde uterus untuk menentukan
arah sumbukanalis dan uterus, panjang kavum uteri, dan posisi osteum uteri internum. Tentukan
arah ante atau retroversi uterus. Jika sounde masuk kurang dari 5 cm atau kavumuteri terlalu sempit,
insersi AKDR jangan dilakukan

e.     Tabung penyalur dengan AKDR di dalamnya dimasukkan melalui kanalis servikalis sesuai
dengan arah dan jarak yang didapat pada waktu pemasangan sounde. Kadang-kadang terdapat
tahanansebelum fundus uteri tercapai. Dalam hal demikian pemasangan diulangi

f.       AKDR dilepaskan dalam kavum uteri dengan cara menarik keluar tabung penyalur atau dapat
pula dengan mendorong penyalur ke dalamkavumuteri, cara pertama agaknya dapat mengurangi
perforasi oleh AKDR

g.      Tabung dan penyalur kemudian dikeluarkan, filamen AKDR ditinggalkan 2-3cm.

3) Cara pencabutan AKDR

a.    Mengeluarkan AKDR lebih mudah jika dilakukan sewaktu haid

b.    Inspikulo filamen ditarik perlahan-lahan,jangan sampai putus AKDR-nya akan ikut keluar
perlahan-lahan. Jika AKDR tidak ikut keluar dengan mudah, lakukan sounde uterus, sehingga
osteum uteri internum terbuka. Sounde diputus 900 perlahan-lahan. Selanjutnya AKDR dikeluarkan
seperti di atas

101
c.       Jika filamen tak tampak atau putus, AKDR dapat dikeluarkan dengan mikro kuret. Kadang-
kadang diperlukan anastesi paraservikal untuk mengurangi rasa nyeri

d.      Dilatasi kanalis servikalis dapat dilakukan dengan dilator atau tabung laminaria

e.       AKDR Lippes tidak perlu dikeluarkan seara berkala, jika posisinya baik, tidak ada efek
samping, dan pasien masih mau memakainya. AKDR tersebut dibiarkan saja intra uteri. Hanya
AKDR tembaga perlu dikeluarkan dan digant secara periodik(2-3tahun), sedang Progestasert-T 1-2
tahun.

14. Penanganan Efek Samping AKDR(Cu T-380A)

1.      Amenora

Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki
penyebab amenoreaapabila diketahui. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR
bila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat, atau
kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR jangan dilepas.Apabila klien sedang hamil dan ingin
mempertahankan kehamilannya tanpa melepas AKDR jelaskan ada resiko kemungkinan terjadinya
kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilanharus lebih diamati dan
diperhatikan

2.      Kejang

Pastikan dan tegaskanlah adanya PRP dan penyebab ain dari kekejangan. Tanggulangi penyebabnya
apabila ditemuka. Apabila tidak ditemukan penyebabnya beri analgesik untuk sedikt meringankan.
Apabila klien menglami kejang yang berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan metode
kontrasepsi yang lain.

3.      Perdarahan pervaginam yang hebat dan tidak teratur

Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan
potologis, perdarahan berkelanjutan serta prdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri
ibu profen(800mg, 3x sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet
besi(1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3bulan).

4.      Benang yang hilang pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR terlepas.
Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan kondom, periksa talinya di dalam saluran
endoservik dan kavum uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah
102
masa haid briutnya. Apabila tidak ditemukan rujk ke dokter, lakukan x-ray atau pemeriksaan
ultrasound. Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasanglah AKDR baru
atau bantulah klien menentukan metode lain.

5.      Adanya pengeluaran cairan dari vagina atau dicurigai adanya PRP

Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila ditemukan menderita atau sangat
dicurigai menderita gonorhoe atau infeksi klamidal, lakukan pengobatan yang memadai. Bila PRP,
obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam. ApabilaAKDR dikeluarkan beri metode lain sampai
masalahnya teratasi.

15. Kunjungan Ulang

1.      1 bulan pasca pemasangan

2.      3 bulan kemudian

3.      setiap 6 bulanberikutnya

4.      1 tahun sekali

5.      bila terlambat haid 1 minggu

6.      perdarahan banyak dan tidak teratur.

16. Angka Kegagalan IUD

1.      Belum ada IUD yang 100% efektif

2.      Angka kegagalan untuk:

a.       IUD pada umumnya: 1-3 kehamilan per 100 wanita per tahun

b.      Lippes Loop dan First Generation Cu IUD: 2 kehamilan per 100 wanita per tahun.

c.       Second Generation Cu IUD <1 kehamilan per 100 wanita per tahun dan 1,4 kehamilan per
100 wanita setelah 6 tahun pemakaian.

103
17. Informasi Umum

1.      AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan

2.      AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa bulan pertama.

3.      Kemungkinan terjadi perdarahan (spotting) beberapa hari setelah pemasangan.

4.      Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama dan lebih banyak

5.      AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak klien

III. Lembar Kerja


5. Apa yang dimaksud dengan IUD/AKDR?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan AKDR?
7. Bagaimana cara kerja IUD/AKDR?

104
MATERI/BAHAN MATA KULIAH

Program Studi Diploma III Kebidanan Pertemuan ke 14


Kode Mata Kuliah/SKS BDM.04.003/4 SKS (2T – 2P) Modul ke 9

Nama Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi Jumlah halaman 7


Dosen Mulai Berlaku 2018

I. Petunjuk Umum
Petunjuk umum ini, memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam
perkuliahan, sebagai berikut :
1. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami masalah-masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi
pada siklus reproduksi perempuan.
2. Materi
MOP dan MOW
3. Indikator Pencapaian
Pemahaman masalah-masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi pada siklus reproduksi
perempuan.
4. Referensi
a. Yanti. 2011. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi (Bagi Mahasiswa DIII Kebidanan). Yogyakarta.
Pustaka Rihama
b. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
c. Hartanto Hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: CV.  Mulia Sari
d. Prawirohardjo, Sarwono. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP-SP

5. Strategi Pembelajaran

Strategi pembalajaran yang digunakan adalah contextual instruction, scenario kelas dengan
waktu 100 menit, langkah-langkah yang dilakukan, sebagai berikut :

a. Materi kuliah telah diberikan kepada mahasiswa 1 (satu) minggu sebelum perkuliahan,
mahasiswa diharuskan untuk membaca dan memahami materi tersebut agar dapat lebih
mudah mengungkap kasus-kasus terbaru yang terjadi.
b. Dosen memberikan penjelasan materi yang didasari pada kondisi kekinian

105
c. Setelah penjelasan secara konsep oleh dosen, mahasiswa dibagi dalam group diskusi untuk
membahas lebih dalam konsep yang dijelaskan.
d. Setelah selesai diskusi, mahasiswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi dan kelompok
lain memberikan sanggahan atau bantahan.
e. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menjelaskan hasil diskusi dan
mempertahankan pendapat mereka dengan argumentasi sesuai dengan konsep materi.
f. Pendekatan pembelajaran dapat berubah sesuai dengan perkembangan, materi dan
kesepakatan dengan mahasiswa.

6. Kegiatan Belajar
a. Pahami dan kuasai materi ini dengan baik, agar pada waktu berdiskusi dan mengerjekan
soal saudara tidak banyak mengalami kesulitan.
b. Mulailah motivasi diri untuk membaca, dari yang mudah, dan mulai membaca sekarang.
c. Bacalah scenario pada petunjunk umum, sehingga memudahkan mahasiswa dalam
aktivitas pembelajaran di kelas.

7. Evaluasi
a. Setelah kegiatan belajar berakhir, mahasiswa diminta mengerjakan test (post test),
sehingga dapat diketahui seberapa jauh Tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi
tersebut dapat dicapai.
b. Apabila mahasiswa dapat menjawab 70% dari soal-soal test dengan betul berarti
mahasiswa telah mencapai tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi yang
disampaikan dosen.

II. Materi
MOP DAN MOW
106
A. MEDIS OPERATIF WANITA

a. Pengertian
Oklusi tuba fallopii sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu. (Hanafi, 2004,
hal 243)
Adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilisasi (kesuburan) seorang
wanita. (Saifuddin, dkk, 2006, Hal MK-82)

b. Efektifitas
- Sangat efektif ( 0,5 kehamilan per 100 prempuan selama tahun pertama penggunaan)
- Efektif 6 – 10 minggu setelah operasi.  (Hanafi, 2004, hal 322)

c. Jenis
- Minilaparotomi
- Laparoskopi

d. Mekanisme kerja
Dengan mengoklusi tuba fallopi ( mengikat dan memotong atau memasang cincin )
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.

e. Manfaat
1. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
2. Tidak bergantung pada factor senggama.
3. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius.
4. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal.
5. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
6. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormone
ovarium)
(Hanafi, 2004,

f. Keterbatasan

107
- Harus mempertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan
kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi.
- Klien dapat menyesal kemudian hari.
- Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum)
- Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
- Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter
spesialis bedah untuk proses laparoskopi)
- Tidak melindungi dari IMS termasuk HIV/AIDS
  (Hanafi, 2004)

g. Indikasi MOW
1. Usia > 26 tahun
2. Paritas > 2
3. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya.
4. Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
5. Pasca persalinan
6. Pasca keguguran
7. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.

e. Yang sebaiknya tidak menjalani MOW


1. hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
2. perdarahan pervaginal yang belum terjelaskan (hingga harus di evaluasi)
3. infesi sistemik atau pelvic yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol)
4. tidak boleh menjalani proses pembedahan.
5. kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan.
6. belum memberikan persetujuan tertulis.

i. Waktu dilakukan
- Setiap waktu selama silus haid apabila diyankini secara rasional klien tersebut tidak
hamil.
- Hari ke 6 hingga ke 13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
- Pascapersalinan
Minilap : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu.

108
Laparoskopi : tidak tepat untuk klien-klien pascapersalinan.
I. Pacsa keguguran
Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvic (minilap
atau laparoskopi)
Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvic (minilap
saja)

j. Komplikasi dan penanganan

KOMPLIKASI PENANGANAN
Infeksi luka. Apabila terlihat luka, obati dengan antibiotic.
Bila terdapat abses, lakukan drainase dan
obati seperti yang terindikasi.
Demam pasca Obati infeksi berdasarkan apa yang
ditemukan.
Luka pada kandung kemih, intestina (jarang Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat.
terjadi) Apabila kandung kemih atau usus luka dan
diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi
primer. Apabila ditemukan pascaoperasi,
dirujuk ke RS yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan) Gunakan packs yang hangat dan lembab tsb.
Amati : hal yang biasanya akan berhenti
dengan berjalannya waktu tetapi dapat
membutuhkan drainase bila ekstensif.
Emboli gas yang diakibatkan oleh Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan
laparoskopi (sangat jarang terjadi) mulailah resusitasi intensif, termasuk
Cairan intravena, resusitasi kardio pulmunar
dan tindakan penunjang kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi pembedahan. Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati
berdasarkan apa yang ditemukan.
Perdarahan superficial (tepi-tepi kulit atau Mengontrol perdarahan dan obati
subkutan) berdasarkan apa yang ditemukan.

II. MEDIS OPERATIF PRIA


a. Pengertian

109
Merupakan suatu metode kontrsepsi pada pria yang aman, sedrhana dan efektif, memakan
waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anestesi umum. (Hanafi, 2004, hal 307)
Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan
melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses
fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi. (saifuddin, 2006, Hal MK-85)
Adalah salah satu cara kontrasespsi pada pria. Merupakan kontrasepsi mantap (KONTAP)
pada pria yang bersifat ireversibel ( kesuburan praktis tidak dapat dikembalikan ) (BKKBN,
2002)

b. Efektifitas
- Sangat efektif
-  Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan. (saifuddin, dkk. 2006, Hal MK-85)

c. Jenis
- standar
-  VTP

d.  Mekanisme kerja
Dengan mengoklusi tuba fallopi ( mengikat dan memotong atau memasang cincin )
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.

e. Manfaat
1. Efektif
2. Aman, morbidibitas rendah dan hamper tidak ada mortalitas.
3. Sederhana
4. Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit
5. Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal saja.
6. Biaya rendah (hanafi, 2004, hal 308)

f.  Keterbatasan
- Diperlukan suatu tindakan operatif
-  Kadang-kadang menyebabkan kompilkasi seperti perdarahan atau infeksi

110
-   Kontap-pria belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa, yang
sudah ada di dalam system reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens dikeluarkan
- Problem psikologis yang berhubungan dengan prilaku seksual mungkin bertambah parah
setelah tindakan operatif yang menyangkut system reproduksi pria.

g. Indikasi MOP
MOP  merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas di mana fungsi reproduksi
merupakan ancaman atau ganguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta
melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.

h.  Kontra Indikasi MOP


1. Infeksi kulit lokal, missal scabies
2. Infeksi traktus genitalia
3. Kelainan scrotum dan sekitarnya ( varicocele, hydrocele besar, filariasis, hernia
inguinalis, orchiopexy, luka parut bekas operasi hernia, skrotum yang sangat tebal)
4. Penyakit sistemik
5. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.

i. Komplikasi dan penanganan


1. Komplikasi dapat  terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat setelah tindakan.
Komplikasi akibat reaksi mafilaksis yang disebabkan oleh pengguanaan lidokain atau
manipulasi berlebihan terhadap anyaman pembuluh darah di sekitar vasa deferensia.
2. Komplikasi pasca tindakan dapat berupa hematoma skrotalis, infeksi atau abses pada
testis, atrofi testis, epididimis kongestif atau peradangan kronik granuloma di tempat
insisi, penyulit jangka panjang yang dapat mengganggu upaya pemulihan
fungsi  reproduksi adalah terjadinya antibody sperma.

III. Lembar Kerja


1. Jelaskan pengertian MOW?
2. Jelaskan pengertian MOP?

111
3. Jelaskan manfaat dari MOW?

112

Anda mungkin juga menyukai