Anda di halaman 1dari 18

MODUL 3 KEPERAWATAN

MATERNITAS II
PRODI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NUSANTARA KUPANG

Nadraeni Pratami Yakub, S.Kep.,Ns.,M.Kes


KUPANG | GENAP
VISI DAN MISI STIKES NUSANTARA KUPANG

V I S I
Menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Unggulan yang bertaraf Nasional
dalam waktu 5 tahun dan bertaraf Internasional dalam waktu 15 Tahun .

M I S I
1. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran melalui penggunaan
berbagai teknologi pendidikan sesuai dengan standar yang dapat
dilaksanakan dengan pendekatan keilmuan secara Komprehensif
berdasarkan kebutuhan dan Kompetensi pendidikan.
2. Meningkatkan Kemampuan Sumber Daya Manusia yang mempunyai
kemampuan Profesional dalam mengelola pendidikan dan pengajaran
3. Meningkatkan Sarana dan prasarana fisik pendidikan dan pengajaran sesuai
dengan standar mutu nasional dan internasional
4. Menyelenggarakan dan berperan aktif dalam penelitian bidang kesehatan
untuk meningkatkan IPTEK
5. Mendidik tenaga kesehatan Profesional yang berkualitas prima berstandar
nasional dan internasional sesuai dengan tuntutan dan perkembangan
masyarakat
6. Menjalin kerja sama Multi sektor dalam menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran untuk memenuhi permintaan tenaga kesehatan didalam dan luar
negeri
7. Mencetak sumber daya manusia yang Profesional, Unggul dan Berjiwa
entrepreneurship.

1
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

V I S I
Menjadi program studi yang unggul di tingkat Nusa Tenggara Timur, nasional,
dan internasional, berorientasi pada kebutuhan masyarakat dan perkembangan
IPTEK berdasar pada ilmu, moral, dan etika keperawatan pada tahun 2024 .

M I S I
1. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran Keperawatan dengan
kekhasan kegawatdaruratan melalui penggunaan berbagai teknologi
pendidikan sesuai dengan standar yang dapat dilaksanakan dengan
pendekatan keilmuan secara comprehensive berdasarkan moral, etik,
kebutuhan, dan kompetensi pendidikan Keperawatan
2. Menyelenggarakan dan berperan aktif dalam penelitian dan menggunakan
hasil penelitian dalam pengembangan institusi.
3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan di masyarakat dan
memanfaatkan serta mengelola sumber daya untuk membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat;
4. Terciptanya sistem manajemen SDM prodi S1 Keperawatan yang bersih,
bertanggung jawab dan transparan;
5. Meningkatkan dan memperluas jalinan kerjasama yang berkelanjutan dalam
upaya peningkatan mutu tri dharma perguruan tinggi dalam pelayanan
Keperawatan. PROFIL LULUSAN PRODI S1 KEPERAWATAN

2
PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

a) Care Provider (Pemberi asuhan keperawatan Perawat sebagai individu maupun tim memberikan
pelayanan keperawatan/ kesehatan kepada klien (individu, keluarga, dan komunitas)
berdasarkan keilmuan yang dimiliki dengan senantiasa mempertimbangkan aspek legal
dan etis.
b) Communicator (Interaksi dan transaksi dengan klien, keluarga,dan tim kesehatan) Perawat sebagai
pemberi pelayanan kesehatan mampu menampilkan kemampuan berinteraksi dan
berkomunikasi secara efektif-terapeutik terhadap klien (individu, keluarga, dan komunitas serta
kemampuan membangun komunikasi dengan rekan sejawat dan tim pelayanan
kesehatan lain
c) Educator dan health promoter (Pendidikan dan promosi kesehatan bagi klien, keluarga dan
masyarakat) Perawat sebagai Pemberi pelayanan kesehatan mampu menyediakan dan
mengimplementasikan program promosi kesehatanbagi klien (individu, keluarga, dan
d) komunitas), untuk mengurangi angka kesakitan, meningkatkan gaya hidup dan
lingkungan yang] sehat
e) Manager dan leader (Manajemen praktik/ruangan pada tatanan rumah sakit maupun
masyarakat) Perawat sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan harus
mampu mengelola sistem pelayanan keperawatan dalam satu unit ruang
rawat rumah sakit maupunmasyarakat dalam lingkup tanggungjawabnya;
f) Researcher (Peneliti ) Perawat sebagai profesional harus mampu menerapkan pemikiran
logis, kritis, sistematis, dan inovatif berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmia dalam
konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya

3
CAPAIAN LULUSAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

S I K A P
1. Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menunjukkan sikap religius.
3. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, norma dan etika akademik.
4. Menunjukkan sikap bertanggung jawab.
5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, kepercayaan, dan
pendapat orang lain.

PENGETAHUAN
1. Menguasai konsep teori dan praktik Keperawatan.
2. Menguasai konsep teori ilmu biomedik.
3. Menguasai metode penelitian ilmiah.

KETERAMPILAN UMUM
1. Membuat Keputusan.
2. Mengomunikasikan pemikiran/argumen yang bermanfaat.
3. Menggunakan teknologi informasi.
4. Bekerja sama dalam tim.
5. Meningkatkan kapasitas secara mandiri.

KETERAMPILAN KHUSUS
1. Menegakkan Diagnosis Keperawatan.
2. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan sesuai standar dan kode etik
perawat.
3. Mengaplikasikan intervensi keperawatan sesuai standar dan kode etik perawat.
4. Mengevaluasi asuhan keperawatan sesuai standar dan kode etik perawat.
5. Menguasai teknik keselamatan pasien.
6. Melaksanakan prosedur penanganan bantuan hidup dasar.

4
BAB I
Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Kehamilan
Nadraeni Pratami Yakub., S.Kep., Ns., M.Kes

PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita yang didalam rahimnya
terdapat embrio atau fetus. Kehamilan dimulai pada saat masa konsepsi hingga lahirnya janin,
dan lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi hingga partus yang diperkirakan sekitar 40 minggu
dan tidak melebihi 43 minggu (Kuswanti, 2014). Kondisi kesehatan calon ibu pada masa awal
kehamilan akan mempengaruhi tingkat keberhasilan kehamilan serta kondisi status kesehatan
calon bayi yang masih didalam rahim maupun yang sudah lahir, sehingga disarankan agar
calon ibu dapat menjaga perilaku hidup sehat dan menghindari faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kondisi calon ibu pada masa kehamilan (Johnson, 2016).
Kehamilan merupakan suatu kondisi fisiologis, namun kehamilan normal juga dapat
berubah menjadi kehamilan patologis (Walyani, 2015). Patologi pada kehamilan merupakan
suatu gangguan komplikasi atau penyulit yang menyertai ibu saat kondisi hamil (Sukarni &
Wahyu, 2013). Ibu dengan memiliki gangguan pada kehamilan maka perlu sangat diperhatikan
kondisinya, diantaranya dengan masalah kehamilan ektopik, Anemia, Pre-eklampsia,
Eklampsia, TB Paru, Penyakit Jantung, dan ibu hamil dengan Anemia disertai dengan Asma.
Komplikasi dalam kehamilan dapat terjadi pada tahap kehamilan trimester manapun,
mulai dari fertilisasi hingga persalinan. Diagnosis dini faktor risiko terhadap komplikasi akan
mengarah pada pengobatan dan mencegah timbulnya bahaya terhadap ibu maupun janin
(Johnson, 2016). Rencana asuhan keperawatan akan sangat penting dilakukan terhadap ibu
hamil yang memiliki risiko tinggi dalam kehamilan, sehingga perlu dilakukan pembelajaran dan
pemahan masalah kehamilan tersebut.
Proses pembelajaran dalam Bab 1 ini dapat berjalan dengan baik apabila Anda
mengikuti langkah-langkah belajar sebagai berikut:
1. Berusaha membaca buku-buku sumber terlebih dahulu yang berkaitan dengan
pemberian asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan kehamilan, karena
merupakan dasar bagi Anda untuk memahami masalah kesehatan yang akan di bahas
dalam keperawatan maternitas.
2. Berusahalah untuk konsentrasi dalam membaca setiap materi yang terdapat di dalam
bab ini sehingga Anda dapat memahami apa yang dimaksud.
3. Belajarlah secara berurutan mulai dari Topik 1 sampai selesai kemudian baru dilanjutkan
ke Topik 2. Hal ini penting untuk menyusun pola pikir Anda sehingga menjadi terstruktur.

5
Topik 1
Asuhan Keperawatan Pada Ibu dengan Abrupsio Plasenta

1. Definisi Abrupsio Plasenta


Ada beberapa definisi dari Abrupsio Plasenta, antara lain:
a) Abrupsio plasenta adalah pemisahan yang terlalu dini atau prematur dari plasenta yang tertanam
secara normal pada dinding uterus. Abrupsio plasenta atau persalinan yang terlalu dini dari plasenta
merupakan lepasannya sebagian atau seluruh plasenta dari tempat penanamannya. (Mitayani,
2009)
b) Abrupsio Plasenta atau persalinan yang terlalu dini dari plasenta merupakan lepasnya se bagian
atau seluruh plasenta dari tempat penanamannya. (Mosby, 1995)

2. Etiologi Abrupsio Plasenta


Mekanisme terjadinya abrupsio plasenta tidak diketahui, beberapa faktor resiko yang dapat
meningkatkan terjadinya abrupsio plasenta telah teridentifikasi, diataranya
 Wanita hamil yang mengkonsumsi makanan, minuman atau bahan lainnya yang merupakan
penyebab vasokonstriksi pada ateri endometrium, ini merupakan penyebab utama dari abrupsio
plasenta.
 Wanita hamil yang merokok, kehamilan kedua atau lebih, tali pusar yang pendek,serta trauma
abdominal.

3. Manifestasi Klinis
a. Tanda dan gejala Abrupsio Plasenta
a) Perdarahan pervaginam atau perdarahan yang tersembunyi dibelakang plasenta
b) Uterus menjadi lunak atau pendek
c) Aktivitas uterus menjadi berlebihan tanpa relaksasi diantara keduanya
d) Nyeri abdomen
b. Dua tipe utama Abrupsio Plasenta
1) Abrupsio Plasenta dengan perdarahan yang tertutup
Abrupsio plasenta dengan perdarahan tertutup, artinya perdarahan terjadi dibelakang plasenta,
tetapi memiliki batas tegas karena posisi hematom.
2) Abrupsio Plasenta dengan perdarahan terbuka
a. Abrupsio plasenta dengan perdarahan terbuka, yaitu perdarahan yang terlihat ketika
pemisah atau pemotongan membrane juga lapisan endometrium dan darah mengalir keluar
vagina
6
b. Perdarahan yang terlihat tidak selalu jumlahnya sama denga jumlah darah yang hilang
c. Tanda-tanda syok (takikardi, hipertensi, pucat, demam dan berkeringat) mungkin akan
timbul ketika sedikit atau tidak ada perdarahan luar yang muncul
d. Nyeri abdomen juga bisa dihubungkan dengan jenis pemisahan plasenta. Sifat nyerinya
bisa jadi tiba-tiba hebat ketika perdarahan muncul ke myometrium atau intermiten serta sulit
untuk membedakan dengan rasa sakit karena kontraksi.
e. Uterus mungkin sangat keras sehingga janin sulit untuk dipalpasi
f. Tes ultrasound akan membantu untuk menyingkirkan kemungkinan plasenta previa sebagai
penyebab perdarahan. Akan tetapi, ini tidak dapat digunakan sebagai diagnosis abrupsio
plasenta, karena pemisahan plasenta dan perdarahan kemungkinan tidak jelas pada
ultrasonografi (USG)

4. Penatalaksanaan
Beberapa cara penanganan klien yang mengalami abrupsio plasenta:
a. Wanita hamil yang menunjukkan tanda-tanda abrupsio plasenta harus dirawat di RS dan dievaluasi
pada waktu tertentu. Evaluasi wajib dilakukan utuk mengetahui keadaan kardiovaskular ibu hamil
dan kondisi janin
b. Jika kondisi sudah sedikit membaik, janin belum matur dan tidak menunjukkan tanda distress, maka
dianjurkan untuk melakukan manajemen konservatif. Hal ini termasuk bedrest dan pemberian
mokolitik untuk menurunkan aktivitas uterus
c. Kelahiran janin dengan segera penting dilakukan bila tanda kehidupan janin atau ibu hamil
menunjukkan adanya tanda perdarahan terlalu banyak, baik perdarahan yang terlihat maupun
perdarahan yang tersembunyi
d. Penanganan yang intesif terhadap ibu dan janin merupakan hal yang penting karena penurunan
kondisi yang cepat dari ibu dan janin dapat terjadi
e. Jika diperlukan maka siapkan transufi darah. Jumlah darah yang digunakan untuk penggantian
harus sesuai dengan kebutuhan
f. Wanita dengan pegalaman trauma abdomen akan meningkatkan risiko abrupsio plasenta, mereka
harus dipantau selama 24 jam setelah trauma.

5. Asuhan keperawatan pada ibu denganAbrupsio Plasenta


Asuhan keperawatan pada ibu dengan Abrupsio Plasenta sebagai berikut:
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan. Suatu proses kolaborasi melibatkan
perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan

7
fisik. Dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat,
sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisis untuk mengetahui masalah dan kebutuhan ibu
terhadap perawatan. Adapun pengkajian yang dilakukan pada ibu Abrupsio Plasenta, antara lain:
1) Identitas umum ibu
2) Jumlah dan sifat perdarahan
Jumlah dan sifat perdarahan meliputi waktu serangan, perkiraan kehilangan darah sebelum
datang ke rumah sakit, dan keterangan tentang jaringan yang terlepas. Wanita hamil harus
diajarkan untuk menyimpan linen jika dirumah, sehingga kehilangan darah dapat dideteksi
secara akurat.
3) Sakit
Jenis rasa sakit (tajam, menetap, intermiten, tumpul atau keras), serangannya (mendadak atau
berangsur-angsur) dan lokasinya (menyeluruh pada abdomen atau local)
4) Uterus (apakah uterus terasa lembut dengan melakukan palpasi lembut)
5) Cek tanda-tanda vital ibu hamil, hipertensi dan kondisi janin
6) Kontraksi uterus
7) Riwayat kehamilan
8) Lamanya usia kehamilan
9) Data laboratorium
10) Respon emosi
b. Diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada ibu Abrupsio Plasenta adalah:
- Penurunan kardiak output berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah berlebihan
- Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan akibat
implantasi plasenta yang abnormal, risiko pemisahan dengan dilatasi serviks
- Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipovolemi
- Risiko infeksi yang berhubungan dengan perdarahan
- Kurangnya pengetahuan berhubngan dengan regimen pengobatan
- Gangguan manajemen pemeliharaan tubuh yang berhubungan dengan berdrest dan
pembatasan aktivitas
- Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai efek perdarahan dan
penanganannya serta masalah kesehatan janin
- Risiko perubahan kasih sayang orang tua bayi yang berhubungan dengan kemungkinan
kebutuhan perawatan bayi
- Gangguan konsep diri yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan

8
- Harga diri rendah situsional berhubungan dengan ketidakmampuan sementara untuk
memberikan perawatan kepada keluarga

9
Topik 2
Asuhan Keperawatan Ibu dengan Hiperemesis Gravidarum

1. Definisi Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesi gravidarum adalah mual yang berlebihan, sehingga menggangu pekerjaan sehari-hari
dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui
pada kehamilan. Mual dan muntah dapat terjadi karena pengaruh hormon esterogen dan progesterone
yang menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan, bila terlampau sering mengakibatkan
gangguan kesehatan dan disebut hyperemesis gravidarum (Baskoro,2013)
Hyperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah yang berlebihan lebih
dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari -hari.
(Arief. B, 2009)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan Hiperemesis Gravidarum (HG) adalah suatu keadaan
pada awal kehamilan (sampai trimester II) yang ditandai dengan rasa mual dan muntah berlebihan
dalam relative waktu yang lama bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan berat
badan berkurang.

2. Gejala Hiperemesis Gravidarum


a) Tingkat I
 Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
- Dehidrasi : turgor kulit turun
- Nafsu makan berkurang
- Berat badan turun
- Mata cekung dan lidah kering
 Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esophagus
 Nadi meningkat dan tekanan darah turun
 Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
 Tampak lemah dan lemas
b) Tingkat II
o Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
- Turgor kulit makin turun
- Lidah kering dan kotor
- Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
o Kardiovaskuler
- Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit

10
- Nadi kecil karena volume darah turun
- Suhu badan meningkat
- Tekanan darah turun
o Liver
Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan icterus
o Ginjal Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :
- Oliguria
- Anuria
- Terdapat timbunan benda keton aseton. Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
o Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa
lambung pada sindrom mallory weiss.
c) Tingkat III
o Keadaan umum lebih parah
o Muntah berhenti
o Sindrom mallory Weiss
o Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma
o Terdapat ensefalopati werniche:
 Nistagmus
 Diplopia
 Gangguan mental
o Kardiovaskuler Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
o Gastrointestinal
- Ikterus semakin berat
- Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam
o Ginjal Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

3. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 2 per
1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan (Rustam Mochtar, 1998).
o Umumnya terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat
peningkatan kadar HCG
o Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-
perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap
janin.

11
o Faktor psikologi, faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan
sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai
ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup .
o Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.

4. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada trimester I.
Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan
alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpa kai
untuk keperluan energi. Karena okisidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik, dan aseton dalam darah. Kekurangan volume
cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan
jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah
frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit
dipatahkan.
Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput
lender esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan
transfusi atau tindakan operatif (Wiknjosastro, 2005).

5. Klasifikasi
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak
ada; tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis
gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 tingkatan:
a) Tingkatan I: Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. nadi
meningkat sekitar 100 kali/menit dan tekanan darah sistolik turun, turgor kulit mengurang, lidah
mongering dan mata cekung.
b) Tingkatan II: penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan
Nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterik. Berat badan

12
menurun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi oliguria dan konstipasi. Aseton
dapat tercium dalam hawa pernafasan, karena pempunyai aroma yang khas dan dapat pula
ditemukan dalam kencing.
c) Tingkatan III : Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran makin menurun hingga
mencapai somnollen atau koma, terdapat ensefalopati werniche yang ditandai dengan : nistagmus,
diplopia, gangguan mental, kardiovaskuler ditandai dengan: nadi kecil, tekanan darah menurun, dan
temperature meningkat, gastrointestinal ditandai dengan: ikterus makin berat, terdapat timbunan
aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam. Keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya
payah hati (Wiknjosastro, 2005).

6. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
o Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan
penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
o Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti
kering atau biskuit dengan teh hangat.
o Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
o Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
b. Obat-obatan
o Sedativa : Phenobarbital
o Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B – kompleks
o Anti histamine : dramamin, avomin
o Anti emetik (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin hidrokloride atau khlorpromasine.
o Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit
c. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah danperedaran udara yang baik, catat
cairan yang keluar masuk, hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita
sampai muntah berhenti pada penderita mau makan. Tidak diberikan m akanan atau minuman dan
selama 24 jam. Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akan berkurang atau hilang
tanpa pengobatan.

13
d. Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar,normal dan fisiologik. Jadi tidak
perlu takur dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan
masalah atu konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
e. Cairan parenteral
Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2-
3 liter/hari), dapat ditambah kalium dan vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan
protein dapat diberiakan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah
dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair.
Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan keadaan akan
bertambah baik.
f. Menghentikan kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan m edik dan psikiatrik, manifestasi komplikasi
organis adalah delirium, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur
kandung diantaranya:
o Gangguan kejiwaan ditandai dengan: delirium, apatis, somnolen sampai koma, terjadi
gangguan jiwa.
o Gangguan penglihatan ditandai dengan: pendarahan retina, kemunduran penglihatan.
o Ganggguan faal ditandai dengan: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuri a, jantung
dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan darah menurun. (Wiknjosastro, 2005)
g. Diet
o Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa rod kering
dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya.
Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan
selama beberapa hari.
o Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai
diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan .
Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
o Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut
kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam
semua zat gizi kecuali Kalsium

14
7. Asuhan keperawatan
Dikutip dari doengoes, pengkajian keperawatan pada pasien dengan hyperemesis gravidarum meliputi:
a) Aktifitas istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (>100 kali per menit)
b) Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang
kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
c) Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urin alis
;peningkatan konsistensi urine.
d) Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu), nyeri epigastrium, pengurangan
berat badan (5-10 kg), membrane mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau
aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
e) Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat.
f) Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh dalam koma
g) Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus
terapeutik.
h) Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota
keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospotalisasi dan sakit, system pendukung yang kurang.
i) Pembelajaran dan penyuluhan; segala yang dimakan dan diminum di muntahkan, apalagi kalau
berlangsung lama, berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badab normal, turgor kulit, lidah
kering, adanya aseton dalam urine

1) Pengkajian Data Subjektif


Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya
sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
o Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan
alamat.
o Keluhan utama : mual muntah yg hebat pada pagi hari atau setelah makan, nyeri epigastrik,
tidak nafsu makan, merasa haus
o Riwayat kehamilan, yang terdiri atas :
Riwayat kehamilan saat ini yaitu meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan
antenatal, dan komplikasi
Riwayat kesehatan sekarang meliputi awal kejadian dan lamanya mual dan muntah, kaji
warna volume, frekuensi dan kualitasnya. Kaji juga factor yg memperberat dan
memperingan keadaan, serta pengobatan apa yang pernah dilakukan

15
Riwayat medis sebelumnya: seperti riwayat penyakit obstetric dan ginekologi, kolelithiasis,
gangguan tiroid, dan gangguan abdomen lainnya
Riwayat sosial: seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapar dengan
lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab, pekerjaan, dll
Riwayat diet: khususnya intake cairan
Riwayat pembedahan: khususnya pada abdomen
Integritas Ego: seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, dll
Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan
BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan
BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
2) Pengkajian Data Objektif
o TTV: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi nafas meningkat, adanya nafas bau
aseton
o Status Gizi: Berat Badan meningkat/menurun
o Status Kardiovaskuler: kualitas nadi, takikardi, hipotensi
o Status Hidrasi: Turgor kulit, keadaan membrane mukosa, oliguria
o Keadaan Abdomen: Suara Abdomen, adanya nyeri lepas/tekan, adanya distensi, adanya
hepatosplenomegali, tanda Murpy.
o Genitourinaria: nyeri kostovertebral dan suprapubik
o Status Eliminasi: Perubahan konsistensi feses, konstipasi dan perubahan frekuensi berkemih
o Keadaan janin: Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia
kehamilan

8. Diagnosa Keperawatan
Beberapa kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul, antara lain:
o Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d nausea dan vomitus yang menetap.
o Defisit volume cairan b.d kehilangan cairan akibat vomitus dan asupan cairan yang tidak adequat.
o Ketakutan b.d efek hiperemesis pada kesejahteraan janin.
o Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) b.d muntah yang berlebihan, peningkatan asam lambung.
o Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan b.d keterbatasan informasi.
o Resiko perubahan integritas kulit b.d penurunan darah dan nutrisi kejaringan-jaringan sekunder
akibat dehidrasi

16
REFERENSI
Ary Widayana, I Wayan Megadhana, dan Ketut Putera Kemara : DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM. Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Doenges, Marylinn E., dan Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Keperawatan Maternitas Bayi
Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien. Jakarta: EGC

Leveno, Kenneth J. 2016. Manula Williams Komplikasi Kehamilan Ed 23. Jakarta: EGC

Cuningham, F.G., MacDonald P.C., Gant, N.F. 1995 Obstetri Williams. Jakarta:EGG

Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Tiran, Denise. 2009. Seri Asuhan Kebidanan Mual & Muntah Kehamilan Denise Tiren. Jakarta: EGC

17

Anda mungkin juga menyukai