Anda di halaman 1dari 19

MODUL PEMBELAJARAN

II

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT I


Anna Mariance Taeteti, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI


KESEHATAN NUSANTARA
KUPANG
VISI DAN MISI STIKES NUSANTARA KUPANG

V I S I
Menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Unggulan yang bertaraf
Nasional dalam waktu 5 tahun dan bertaraf Internasional dalam waktu 15
Tahun.

M I S I
1. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran melalui penggunaan
berbagai teknologi pendidikan sesuai dengan standar yang dapat
dilaksanakan dengan pendekatan keilmuan secara Komprehensif
berdasarkan kebutuhan dan Kompetensi pendidikan.
2. Meningkatkan Kemampuan Sumber Daya Manusia yang mempunyai
kemampuan Profesional dalam mengelola pendidikan dan pengajaran
3. Meningkatkan Sarana dan prasarana fisik pendidikan dan pengajaran sesuai
dengan standar mutu nasional dan internasional
4. Menyelenggarakan dan berperan aktif dalam penelitian bidang kesehatan
untuk meningkatkan IPTEK
5. Mendidik tenaga kesehatan Profesional yang berkualitas prima berstandar
nasional dan internasional sesuai dengan tuntutan dan perkembangan
masyarakat
6. Menjalin kerja sama Multi sektor dalam menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran untuk memenuhi permintaan tenaga kesehatan didalam dan luar
negeri
7. Mencetak sumber daya manusia yang Profesional, Unggul dan Berjiwa
entrepreneurship.

KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT 1
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

V I S I
Menjadi program studi yang unggul di tingkat Nusa Tenggara Timur, nasional,
dan internasional, berorientasi pada kebutuhan masyarakat dan perkembangan
IPTEK berdasar pada ilmu, moral, dan etika keperawatan pada tahun 2024.

M I S I
1. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran Keperawatan dengan
kekhasan kegawatdaruratan melalui penggunaan berbagai teknologi
pendidikan sesuai dengan standar yang dapat dilaksanakan dengan
pendekatan keilmuan secara comprehensive berdasarkan moral, etik,
kebutuhan, dan kompetensi pendidikan Keperawatan
2. Menyelenggarakan dan berperan aktif dalam penelitian dan menggunakan
hasil penelitian dalam pengembangan institusi.
3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan di masyarakat dan
memanfaatkan serta mengelola sumber daya untuk membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat;
4. Terciptanya sistem manajemen SDM prodi S1 Keperawatan yang bersih,
bertanggung jawab dan transparan;
5. Meningkatkan dan memperluas jalinan kerjasama yang berkelanjutan dalam
upaya peningkatan mutu tri dharma perguruan tinggi dalam pelayanan
Keperawatan.

KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT 1
PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

a) Care Provider (Pemberi asuhan keperawatan Perawat sebagai individu maupun tim memberikan
pelayanan keperawatan/ kesehatan kepada klien (individu, keluarga, dan komunitas)
berdasarkan keilmuan yang dimiliki dengan senantiasa mempertimbangkan aspek legal
dan etis.
b) Communicator (Interaksi dan transaksi dengan klien, keluarga,dan tim kesehatan) Perawat sebagai
pemberi pelayanan kesehatan mampu menampilkan kemampuan berinteraksi dan
berkomunikasi secara efektif-terapeutik terhadap klien (individu, keluarga, dan komunitas serta
kemampuan membangun komunikasi dengan rekan sejawat dan tim pelayanan
kesehatan lain
c) Educator dan health promoter (Pendidikan dan promosi kesehatan bagi klien, keluarga dan
masyarakat) Perawat sebagai Pemberi pelayanan kesehatan mampu menyediakan dan
mengimplementasikan program promosi kesehatan bagi klien (individu, keluarga, dan
d) komunitas), untuk mengurangi angka kesakitan, meningkatkan gaya hidup dan
lingkungan yang] sehat
e) Manager dan leader (Manajemen praktik/ruangan pada tatanan rumah sakit maupun
masyarakat) Perawat sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan harus
mampu mengelola sistem pelayanan keperawatan dalam satu unit ruang
rawat rumah sakit maupun masyarakat dalam lingkup tanggungjawabnya;
f) Researcher (Peneliti ) Perawat sebagai profesional harus mampu menerapkan pemikiran
logis, kritis, sistematis, dan inovatif berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmia dalam
konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya
CAPAIAN LULUSAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

S I K A P
1. Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menunjukkan sikap religius.
3. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, norma dan etika akademik.
4. Menunjukkan sikap bertanggung jawab.
5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, kepercayaan, dan
pendapat orang lain.

PENGETAHUAN
1. Menguasai konsep teori dan praktik Keperawatan.
2. Menguasai konsep teori ilmu biomedik.
3. Menguasai metode penelitian ilmiah.

KETERAMPILAN UMUM
1. Membuat Keputusan.
2. Mengomunikasikan pemikiran/argumen yang bermanfaat.
3. Menggunakan teknologi informasi.
4. Bekerja sama dalam tim.
5. Meningkatkan kapasitas secara mandiri.

KETERAMPILAN KHUSUS
1. Menegakkan Diagnosis Keperawatan.
2. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan sesuai standar dan kode etik
perawat.
3. Mengaplikasikan intervensi keperawatan sesuai standar dan kode etik
perawat.
4. Mengevaluasi asuhan keperawatan sesuai standar dan kode etik perawat.
5. Menguasai teknik keselamatan pasien.
6. Melaksanakan prosedur penanganan bantuan hidup dasar.

KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT 1
TOPIK I
BIOMEKANIKA TRAUMA

Cedera / trauma dapat dijelaskan sebagai interaksi penderita dan energi dalam lingkungan
tertentu. Penyerapan energi pada penderita menyebabkan suatu cedera atau trauma. Lima
bentuk dasar energi yang dapat menimbulkan cedera / trauma antara lain: mekanik atau kinetic,
panas atau suhu, kimia, listrik dan radiasi. Energi mekanik merupakan yang tersering sebagai
penyebab cedera/trauma yaitu pada tabrakan kendaraan, jatuh, luka tusuk, ledakan. Trauma
dengan energi tinggi akan menyebabkan pelepasan energi yang tidak terkontrol dan dapat
menyebabkan trauma berat. Tanpa mengetahui mekanisme cedera kita tidak dapat meramalkan
cedera apa yang terjadi. Mekanisme cedera/trauma juga merupakan sarana penting dalam
melakukan Triage.

1.1 Pengertian
Biomekanika trauma adalah ilmu yang mempelajarai kejadian cedera pada suatu jenis
kekerasan atau kecelakan. Tujuan mempelajari ilmu biomekanika trauma dapat membantu
tenaga kesehatan dalam penatalaksannan kejadian trauma. Biomekanika trauma penting
dipelajari karena akan membantu dalam mengerti akibat yang ditimbulkan trauma dan waspada
terhadap jenis perlukaan tertentu.

1.2 Mekanisme Trauma


Trauma timbul karena adanya gaya yang karena suatu sebab dicoba untuk dihentikan.
Mekanisme trauma dapat diklasifikan sebagai berikut: trauma tumpul, trauma kompresi.
trauma akibat ledakan dan trauma tembus.
1. Trauma Tumpul
Penyebab terbanyak trauma tumpul adalah benturan yang terjadi pada kasus kecelakaan
lalu lintas. Mekanisme cidera / trauma pada suatu kecelakaan, perlukaan organ dalam terjadi
melalui beberapa mekanisme:
a. Saat mobil direm maka gaya dari mobil yang melaju akan diubah menjadi panas dari
ban mobil yang bergesekkan dengan aspal
b. Saat mobil menghantam pohon, gaya akan dipindahkan ke seluruh mobil dengan bagian
depan mobil yang menerima gaya terbesar. Benturan mobil dengan pohon ini disebut
dengan car collision.

KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT 1
c. Setelah mobil menerima gaya, berikutnya pengendara mobil akan terlempar ke depan
dan apabila tanpa sabuk pengaman akan menabrak interior mobilnya sehingga disebut
body collision.

d. Setelah kranium pengendara mobil berhenti pada kaca depan atau tepi jendela, otak
dalam rongga kranium yang masih mempunyai gaya maju ini akan menabrak tulang
kraniumnya sendiri begitu juga dengan organ dalam lainnya. Kejadian ini disebut organ
collision.
Pada sebuah kasus kecelakaan lalulintas penderita akan mengalami beberapa benturan
(collision) sebagai berikut:
a. Primary collision
Terjadi pada saat mobil baru menabrak dan penderita masih berada pada posisi masing-
masing. Tabrakan dapat terjadi dengan cara: tabrakan depan (Frontal), tabrakan
samping (T-Bone), tabrakan dari belakang, tabrakan terbalik (Roll Over)
b. Secondary collision
Setelah terjadi tabrakan penderita menabrak bagian dalam mobil (tanpa sabuk
pengaman). Perlukaan yang terjadi pada penderita tergantung dari arah tabrakan.
c. Tertiary collision
Organ yang berada dalam rongga tubuh penderita akan melaju ke arah depan (pada
tabrakan frontal) dan mungkin akan mengalami perlukaan langsung ataupun terlepas
(robek) dari alat pengikatnya dalam rongga tubuh tersebut.
d. Subsidiary collision
Kejadian berikutnya adalah kemungkinan penumpang mobil yang mengalami tabrakan
terpental dan menambah cedera penderita.
2. Trauma kompresi
Trauma kompresi terjadi bila bagian depan badan berhenti bergerak, sedangkan bagian
dalam tetap bergerak kedepan. Fase – fase benturan pada trauma kecelakaan lalu lintas:
Fase 1 : bagian bawah penderita tergeser ke depan biasanya lutut akan menghantam dasboard.

KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT 1
Fase 2: bagian atas penderita turut bergeser ke depan. Pada fase ini dada atau perut akan
menghantam setir sehingga harus waspada terhadap kemungkinan perlukaan dada atau perut.

Fase 3: tubuh penderita akan naik, lalu kepela menhantam jendela. Pada fase ini harus hati-hati
terhadap kemungkinan patah tulang leher.

Fase 4: penderita terpental kemabali ke tempat duduk. Kemungkinan terparah pada fase ini
adalah apabila penderita terpenta;l keluar kendaraan.

3. Trauma Ledakan (blast injury)


Ledakan terjadi sebagai hasil perubahan yang sangat cepat dari suatu bahan dengan volume
yang relatif kecil, baik padat, cairan atau gas. Trauma ledakan dapat diklasifikasikan dan tiga
mekanisme kejadian trauma yaitu:
a. Trauma ledakan primer
Trauma primer ledakan disebabkan oleh gelombang tekanan yang mengenai organ yang
berisi gas/udara seperti paru dan traktus intestinal.
b. Trauma sekunder
Trauma sekunder terjadi saat penderita mengenai kaca-kaca yang berterbangan, mortal
yang jatuh akibat ledakan
c. Trauma tertier
Trauma tertier terjadi bila orang disekitar ledakan terlempar, kemudian membentur
suatu objek atau benda lain. Trauma ledak sekunder dan tertier dapat mengakibatkan
trauma tembus ataupun trauma tumpul secara bersamaan,
4. Trauma tembus (penetrating injury)
Dua faktor dalam menentukkan tipe cedera dan penanggulangan trauma trauma tembus
antara lain:
KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT 1
 Daerah badan yang terkena cedera
 Transfer of energy
Prinsip yang harus diingat adalah :
Energi tidak dapat dihancurkan atau diciptakan, tetapi dapat berubah bentuk. Menurut hukum
Newton I tentang gerak, setelah gaya bekerja pada peluru, kecepatan dan gaya peluru tetap
hingga gaya tersebut bekerja pada obyek lain. Saat peluru mengenai obyek lain misalnya tubuh
manusia, peluru tersebut mengenai sel – sel jaringan. Energi (kecepatan dan massa) peluru
diubah menjadi energi yang menyebabkan sel-sel bergerak menjauh dari alur.
a. Pada luka tembak perlu diperhatikan :
 Jarak tembak
 Perubahan kecepatan peluru dalam tubuh
 Berputarnya peluru
 Fragmentasi dan deformasi peluru
 Kecepatan/velositas peluru
 Jenis jaringan tubuh (padat/berongga)
 Cari tempat keluarnya peluru
b. Ada 2 jenis senjata beerdasarkan energinya:
 Senjata energi rendah. Misalnya pisau
 Senjata energi tinggi. Misalnya pistol

1.3 Jenis – jenis perlukaan yang timbul akibat trauma


Perlukaan yang diakibatkan oleh trauma:
Jenis perlukaan bisa dibagi menjadi perlukaan yang tampak (kelihatan) misalnya luka bagian
luar, dan perlukaan yang tidak tampak (tidak dapat dilihat secara langsung) misalnya perlukaan
organ bagian dalam. Organ dalam tubuh dapat dibagi menjadi dua yaitu:
 Organ tidak berongga (padat/solid). Contoh: hepar, limpa, paru, otak
 Organ berongga. Contoh: usus

Perlukaan organ dalam dapat terjadi melalui beberapa mekanisme cedera, antara lain:
a. Cedera langsung
Misalnya kepala dipukul martil atau tertimpa tangga, kulit kepala bisa robek yang akan
menimbulkan perdarahan luar, tulang kepala dapat retak atau patah, dan dapat juga
mengakibatkan perdarahan pada otaknya.

KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT 1
b. Cedera perlambatan (Deselerasi)
Deselerasi adalah daya pengurangan kecepatan. Pada cedera deselerasi pada saat
benturan, organ dalam akan melaju ke depan (pada tabrakan frontal) dan robek dari
ikatan yang mengikatnya pada dinding tubuh bagian belakang. Deselerasi yang
mendadak, tubuh bergerak ke depan, bagian yang terfiksasi akan ikut bergerak ke
depan; sedangkan pergerakan yang tidak sama antara bagian yang terfiksasi dan bagian
organ lainnya menyebabkan ruptur.
c. Cedera percepatan (Akselerasi)
Akselerasi adalah proses mempercepat, peningkatan kecepatan, laju perubahan
kecepatan. Biasanya terjadi bila pengendara mobil ditabrak dari belakang.
d. Cedera kompresi (efek kantong kertas)
Misalnya mainan anak dimana kantong kertas atau balon yang di tiup, ditutup, lalu
dipukul untuk mendapatkan efek ledakan. Hal ini berbahaya pada organ berongga
menjadi pecah akibat tekanan berlebih.

Perlukaan yang timbul akibat pemakaian seat belt


Sabuk pengaman akan mengakibatkan cedera bila pemakaian sealt belt tidak sesuai petunjuk
pemakaian, yaitu komponen panggul harus berada tepat depan tulang panggul, jangan di bagian
perut. Perlukaan yang terjadi akibat kesalahan pemakaian seat belt: patah tulang selangka dan
iga, perlukaan dalam rongga abdomen.

Perlukaan yang timbul akibat air bag (kantong udara)


Air bag hanya akan terkembang pada tabrakan frontal. Air bag yang terkembang saat tabrakan
dapat menimbulkan perlukaan mata karena pengemudi berkaca mata.

1.4 Persiapan tindakan pasien trauma


1. Persiapan :
 Alat-alat
 Petugas
2. Triage
3. Survey Primer (ABC)
4. Survey Sekunder

KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT 1
TOPIK II
INITIAL ASSESMENT

2.1 Pengertian
Initial assesment adalah suatu cara atau langkah – langkah yang digunakan untuk menilai
hal-hal yang mengancam nyawa penderita pada kasus trauma dan bagaimana kita
menanganinya dengan cepat dan benar.

2.2 Tahapan – Tahapan dalam Pengelolaan Penderita Trauma


1. PERSIAPAN
Pada tahap ini dibagi dalam 2 keadaan yang berbeda: Fase pertama adalah tahap pra
rumah sakit (Pre – Hospital) dan yang ke dua adalah fase rumah sakit. (pelajari kembali Modul
Pembelajaran I).
Setiap tahapan berbeda pula dengan persiapannya, Pre – Hospital persiapannya
diarahkan untuk bagaimana petugas itu mampu menstabilisasi, fiksasi dan transportasi dengan
benar serta berkoordinasi dengan dokter atau perawat di rumah sakit yang akan dituju.
Termasuk persiapan dalam tahapan pre-hospital disertakan data-data yang dibutuhkan di rumah
sakit: waktu kejadian, sebab kejadian, riwayat penderita dan mekanisme kejadian.
Persiapan pada tahap rumah sakit, dimana dilakukan persiapan untuk menerima penderita
sehingga dapat dilakukan tindakan dan resusitasi dalam waktu yang cepat.

2. PRIMARY SURVEY
Sebelum kita melangkah ke penderita perlu diperhatikan terlebih dahulu alat pelindung
diri yang harus dipakai, karena pada prinsipnya dalam hal menangani penderita adalah aman
diri kita, aman lingkungan dan aman penderita.
Setelah kita menggunakan APD, kemudian kita cek respon penderita dengan memanggil
nama, menepuk bahu, rangsang nyeri, hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana respon
penderita pada rangsang suara dan rangsang nyeri atau bahkan tidak respon sama sekali.
AVPU :
A = Alert / Sadar
Penderita dikatakan sadar apabila pasien dapat berorientasi terhadap tempat, waktu dan
orang. Berorientasi terhadap tempat, waktu dan orang adalah penderita tahu atau mengerti apa

KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT 1
yang terjadi disekitarnya, atau dimana dia berada, atau waktu itu, atau bahkan siapa anda,
mengetahui semua orang.
V = Verbal / Respon terhadap suara
Penderita ini dalam keadaan disorientasi namun masih dapat diajak bicara. Bayangkan
anda berjalan menuju UGD dan ada pasien yang terbaring disana, dengan mata tertutup. Saat
anda masuk pasien tersebut tidak bergerak atau membuka matanya, sehingga anda mengatakan
“selamat pasi bapak/ibu, nama bapak/ibu siapa”?. Pada saat itu pasien membuka mata atau
berkata “huuuhhhh’. Inilah dikatakan respon terhadap suara
P = Pain / Respon terhadap Nyeri
Pasien hanya berespon terhadap rangsang nyeri (ketika anda menekan ujung jari/kuku
penderita, penderita akan merespon atau mencoba menarik jarinya menjauh dari cubitan anda).
U = Unresposive / tidak sadar
Penderita tidak memberikan respon terhadap semua stimulus yang diberikan

ABC (Airway, Breathing, Circulation)


1) Airway
Prioritas pertama adalah airway, karena sumbatan airway adalah penyebab utama
kematian dibandingkan dengan breathing dan sirkulasi.(lihat kembali modul pembelajaran I)
Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus melindungi vertebra servikal, karena
kemungkinan patahnya tulang servikal harus selalu diperhitungkan. Adapun kemungkinan
patahnya tulang servikal diduga bila :
 Trauma dengan penurunan kesadaran
 Adanya luka/trauma tumpul diatas klavikula
 Multi trauma
 Biomekanik trauma yang mendukung
Pada prinsipnya apabila kita curiga fraktur servikal maka tidak boleh dilakukan ekstensi,
fleksi, head tilt – chin lift ataupun rotasi. Langkah – langkah dalam pemasangan neck collar
adalah :
 Penolong pertama melakukan imobilisasi manual pada kepala dan leher.
 Penolong kedua mengukur leher dengan cara membuat garis khayal dari dagu ke
arah sudut rahang (angulus mandibula) lalu tempatkan jari sampai pangkal leher
(klavikula).

KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT 1
 Tempatkan jari di tempat untuk mengukur pada neck collar. Lalu ganti ukuran
pada neck collar.
 Masukkan neck collar di bawah leher dengan perlahan, jangan sampai posisi leher
berubah.
 Lakukan sapuan dada lalu posisikan pada dagu sehingga neck collar mengelilingi
leher.
 Setelah itu amankan neck collar dengan velcro
 Pasyikan collar pada posisi nyaman.
 Jaga posisi leher dan kepala selama proses pemasangan.
Tindakan pada gangguan airway :
Gurgling
 Miringkan (logroll)
 Suction
 Finger swap
Snorning
 Head tilt-chin lift
 Jaw trust
 OPA/NPA
Crowing
 Airway definitif
 Intubasi
 Needle cricothiroydectomi
2) Breathing
Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma.
Setiap komponen ini harus dievaluasi secara cepat. Ventilasi dikatakan baik apabila:
 Peranjakan dada simetris
 Penderita tidak sesak
 Tidak disertai suara, gurgling, snoring, crowing.
 Tidak sianosis
Pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui adanya gangguan breathing:
 Inspeksi : untuk melihat ekspansi pernafasan
 Auskultasi : untuk memastikan masuknya udara ke dalam paru-paru
 Perkusi : untuk menilai adanya udara atau darah dalam rongga pleura

KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT 1
 Palpasi : untuk melihat kelainan dinding dada yang mungkin menggangu ventilasi.
Kasus breathing yang mengancam nyawa:
 Tension pneumothorax
 Open pneumothorax
 Masif hematothorax
 Flail chest
 Tamponade jantung
3) Circulation
Volume darah dan curah jantung (cardiac output)
Perdarahan merupakan sebab utama kematian pasca bedah yang mungkin dapat diatasi
dengan terapi yang cepat dan tepat di rumah sakit. suatu keadaan hipotensi harus dianggap
disebabkan oleh hipovolemia, sampai terbukti sebaliknya. Dengan demikian diperlukan
penilaian yang cepat dan status hemodinamika penderita.
Ada 4 observasi yang dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai
keadaan hemodinamik yakni:
a. Tingkat kesadaran
Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang, yang akan mengakibatkan
penurunan kesadaran (walaupun demikian kehilangan darah berlebih belum tentu
mengakibatkan gangguan kesadaran)
b. Warna kulit
Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovolemia. Penderita trauma yang kulitnya
kemerahan terutama pada wajah dan ekstremitas, jarang mengalami hipovolemia.
Sebaliknya, wajah pucat keabu-abuan dan kulit ekstremitas yang pucat, merupakan
tanda hipovolemia. Jika hipovolemia terjadi, maka menandakan kehilangan darah
minimal 30% volume darah
c. Nadi
Nadi yang besar seperti arteri femoralis atau arteri carotis harus diperiksa bilateral,
untuk kekuatan nadi, kecepatan dan irama. Pada penderita syok nadi akan kecil dan
cepat. Nadi yang tidak cepat, kuat dan teratur biasanya merupakan tanda norvolemia.
Nadi yang tidak teratur biasanya merupakan tanda gangguan jantung. Tidak
ditemukannya pulsasi dan nadi sentral(nadi besar) merupakan pertanda
diperlukannya resusitasi.

KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT 1
d. Tekanan darah
Setiap kita menemukan penderita trauma dengan akral dingin dan takikardi, harus
kita anggap bahwa penderita dalam keadaan shock.

Perdarahan
Pada kasus trauma dikenal adanya perdarahan luar (eksternal) dan perdarahan dalam
(internal). Perdarahan luar adalah perdarahan yang terlihat, biasanya tidak begitu parah
tergantung luas dan dalamnya perlukaa. Sedangkan perdarahan dalam adalah perdarahan yang
tidak kelihatan dan sering kali membahayakan penderita. Adapun perdarahan dalam yang bisa
menyebabkan syok antara lain:rongga dada, rongga abdomen, rongga pelvis, tulang panjang,
retroperitoneal.
Penanganan awal perdarahan dengan meninggikan ekstremitas bawah ±450, kalau tidak
ada respon cari sumber perdarahan dan hentikan, tambah lagi cairan kristaloid. Apabila tidak
berhasil juga, kolaborasi pemberian transfusi darah tipe spesifik sesuai kondisi. Langkah –
langkah ini bisa dilakukan pada penderita dengan syock karena perdarahan internal. Sedangkan
pada perdarahan eksternal dapat kita lakukan dengan balut cepat/balut tekan, elevasi daerah
yang luka atau kombinasi dengan penekanan pada arteri besar.

Disability
Langkah selanjutnya setelah sirkulasi adalah disability (dievalusi keadaan neurologis
secara cepat, yakni di nilai tingkat kesadaran) menggunakan AVPU atau GCS, reaksi pupil
serta motorik dari masing – masing anggota gerak.
Penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh penurunan oksigenasi atau gangguan perfusi
otak oleh perlukaan pada otak itu sendiri. Perubahan kesadaran menuntut dilakukannya
pemeriksaan dan penanganan cepat terhadap keadaan ventilasi perfusi dan oksigenasi. Alkohol
dan obat-obatan dapat menganggu tingkat kesadaran penderita.

KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT 1
Tabel penilaian GCS (Glascow Coma Scale)
EYE
Buka mata spontan 4
Buka mata terhadap suara 3
Buka mata terhadap nyeri 2
Tidak buka mata 1
VERBAL
Biacara biasa 5
Biacara mengacau 4
Hanya kata-kata 3
Hanya suara 2
Tidak ada respon 1
MOTORIK
Mengikuti perintah 6
Melokalisir nyeri 5
Menjauh dari nyeri 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi abnormal 2
Tidak ada respon 1

Exposure
Exposure dilakukan di rumah sakit. prinsip exposure adalah membuka pakaian semua
pakaian penderita untuk mencari sumber perdarahan/luka yang lain. Penting agar penderita
tidak kedinginan. Harus dipakaikan selimut hangat dan diberikan cairan intravena yang sudah
dihangatkan.

Folley Catheher
Cateter urine dipasang untuk mengetahui keadaan hemodinamik penderita, apakah intake
dan output sudah seimbang atau belum. Sebelum pemasangan kateter perlu diperhatikan
apakah ada kontraindikasi: ada lunag di uretra, hematoma skrotum, RT prostat meninggi. Urine
normal :
 Dewasa : 0,5 – 1 cc/kgBB/Jam (30-50 cc/Jam)
 Anak : 1 – 2 cc/kgBB/Jam
 Bayi : 2 – 3 cc/kgBB/Jam

Gastric tube
Pada beberapa kasus pemasangan NGT dianjurkan untuk mencegah: Distensi lambung,
Mencegah muntah, Memudahkan untuk memasukkan obat dan makanan. Pada kasus fraktus
basis cranii, NGT dimasukkan melaui mulut.

KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT 1
Heart monitor
Monitor EKG dianjurkan dipasang pada setiap penderita trauma, untuk mengetahui
keadaan gangguan irama jantung.
Ingat : tindakan resusitasi dilakukan pada saat masalah dikenali, bukan setelah survey
primer selesai.

3. SECONDARY SURVEY
Survey sekunder dilakukan hanya setelah survey primer telah selsesai, resusitasi
dilakukan dan penderita stabil. Survey sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki (Head
To Toe Examination) secara sistemik termasuk pemeriksaan TTV, serta periksa tiap lubang
tubuh (finger in oriffice) serta tanda BTLS (bentuk, tumor, luka, sakit).
Pemeriksaan kepala meliputi tidak ada depresi tulang tengkorak, fraktur terbuka tulang
tengkorak, otorrhea atau rhinorhean (CSF keluar dari telinga atau hidung). Membran timpani
harus dievaluasi untuk mengetahui perdarahan. Mata harus diinspeksi untuk hematom
periorbital dan area mastoid harus diinspekai untuk melihat adanya ekimosis (battle sign), ini
semua mengindikasikan adanya fraktur tulang basis cranii.

Anamnesis
Setiap pemeriksaan yang lengkap meerlukan anamnesi, apabila anamnesis tidak bisa
dilakukan pada penderita maka namnesis bisa didapatkan melalui petugas lapangan atau
keluarga. Data riwayat yang bisa ditanyakan/didapatakn:
1) KOMPAK
K = Keluhan
O = Obat
M = Makanan (makan terakhir)
P = Penyakit
A = Alergi
K = Kejadian (bagaimana?)
2) SAMPLE
S = Sign and Symptom (tanda & gejala)
A = Alergi
M = Medikasi (obat yang di minum saat ini)
P = Past ilness (penyaklit penyerta) atau Pregnancy (kehamilan)

KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT 1
L = Last Meal (makan terakhir)
E = Even/Enviroment (lingkungan) yang berhubungan dengan kejadian perlukaan
3) AIUEO
A = Alkohol
I = Insulin
U = Uremia
E = Epilepsi
O = Over dosis

Pemeriksaan Penunjang Dan Laboratorium


Foto rongen
Pada fase rumah sakit, pemakaian foto rontgen harus selektif, dan jangan menggau proses
resusitasi. Pada penderita dengan trauma tumpul harus dilakuka 3 foto, antara lain : Servikal,
toraks (AP), pelvis (AP).
Laboratorium
Pada fase rumah sakit pemeriksaan laboratorium termasuk level creatine kinase,
elektrolit, serum, serta pemeriksaan urine.
Persiapan rujukan
1) Keputusan untuk merujuk pasien ke rumah sakit dilakukan secara profesional dari TKP
atau rumah sakit yang merujuk dan berkoordinasi dengan tim medis dari rumah sakit
rujukan, setelah petugas medis yang memeriksa pasien tersebut menentukkan indikasi
medis yang akan dijadikan bahan dasar merujuk
2) Melakukan konfirmasi dengan rumah sakit rujukan, dan melaporkan tindakan yang
telah dilakukan ke petugas rumah sakit rujukan
3) Mempersiapkan dokumen rujukan
4) Mempersiapkan pasien rujukan

KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT 1
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Associatun. Adult Basic Life Support. Aha J. 2010;


American Heart Associatun. Pediatric Basic Life Support. Aha J. 2010;
Kapita selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
Sartono, dkk. Basic Trauma Cardiac life support. Gadar Medik Indonesia
Solheim J. Emergency Nursing : The Profession / The Pathway / The Practice. Jeffers P, editor.
Indianapolis, USA: Dustin Sullivan; 2016.
Trauma Contemporary principles and therapy. Lippincot William & Wilkins
Group MT. Emergency Triage. 3th Editio. Jones KM, Marsden J, Windle J, editors. UK: Wiley
Blackwell; 2014.

KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT 1

Anda mungkin juga menyukai