Anda di halaman 1dari 24

MODUL PRAKTIKUM

KEPERAWATAN KOMUNITAS 2

KOORDINATOR

NS. YENI ISNAENI, S. Kep., M.Kep

PENYUSUN :

NS. YENI ISNAENI, S. Kep., M. Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Buku Panduan dan Petunjuk
Praktikum Komunitas 2 telah tersusun. Buku ini disusun dan diterbitkan untuk
memenuhi kebutuhan praktikum Keperawatan Komunitas 2 bagi mahasiswa
Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta.

Semoga buku Panduan dan Petunjuk Praktikum Keperawatan Komunitas 2 ini


dapat bermanfaat bagi Mahasiswa Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Surya Global Yogyakarta.

Kepada berbagai pihak yang telah membantu terealisasinya buku Panduan dan
Petunjuk Praktikum Keperawatan Komunitas 2 ini kami ucapkan terima kasih.
Tentu saja buku ini masih banyak kelemahan dan kekurangannya, oleh karena
itu mahasiswa diharapkan dapat memberikan saran/kritik membangun guna
perbaikan kualitas.

Alhamdulillahirrobbil’alamin.

Yogyakarta, Januari 2021

Penyusun
VISI DAN MISI
STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
A. Visi
STIKES Surya Global mempunyai visi menjadi institusi Pendidikan
Tinggi Kesehatan yang menghasilkan tenaga kesehatan berkarakter
Agamis, Humanis dan Kompeten di bidangnya dengan mengembangkan
dan menerapkan ilmu kesehatan untuk kesejahteraan dan kemuliaan
peradaban manusia pada tahun 2025.
B. Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi kesehatan yang berlandaskan
pada keimanan, ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan akhlak
mulia.
2. Mengembangkan perilaku agamis, sikap humanis dan kompeten di
bidangnya bagi seluruh civitas akademika STIKES Surya Global.
3. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang mampu mendukung
kemajuan pendidikan kesehatan Nasional sehingga terwujud sistem
kesehatan Nasional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
4. Menyelenggarakan penelitian dalam bidang kesehatan yang kontektual
untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemuliaan peradaban bangsa
dan Negara Indonesia.
5. Mengembangkan dan memanfaatkan Ilmu Kesehatan untuk
peningkatan kesejahteraan dan kemuliaan peradaban bangsa dalam
rangka pengabdian kepada masyarakat.
6. Menyelenggarakan pendidikan tinggi dengan prinsip good
governance.
VISI, MISI, DAN TUJUAN PROGRAM STUDI

A. Visi

Menjadi program studi yang menghasilkan Ners berkarakter agamis,


humanis dan berwawasan global ditingkat nasional pada tahun 2021.
B. Misi

Misi utama program studi Ners STIKes Surya Global Yogyakarta


adalah sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan keperawatan yang
berkualitas ber landaskan pada keimanan, ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan akhlak mulia untuk membentuk Ners
yang berkarakter agamis dan humanis.
2. Menyelenggarakan penelitian keperawatan dengan mengangkat
isu terkini dan tepat guna yang bermanfaat bagi masyarakat
berdasarkan Evidence Based Nursing Practice.
3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat yang bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat berdasarkan
hasil-hasil penelitian.
4. Menjalin dan mengembangkan kerjasama dengan institusi dalam
dan luar negeri dalam meningkatkan mutu pendidikan, penelitian
dan pengabdian masyarakat.
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Kehadiran Praktikum 100 %


2. Sepuluh menit sebelum jam praktikum, mahasiswa harus sudah siap
didepan laboratorium
3. Toleransi waktu keterlambatan 10 menit
 Jika mahasiswa terlambat lebih dari 10 menit tanpa alasan yang rasional
maka tidak dapat mengikuti praktikum
 Jika mahasiswa terlambat lebih dari 10 menit dengan alasan yang rasional
maka dapat mengikuti praktikum namun tidak dapat mendapatkan
kesempatan pretest, jika pretest telah selesai.
4. Setiap kali akan praktikum mahasiswa wajib menggunakan pakaian
seragam dan jas praktikum, sepatu pantofel warna hitam (tidak
boleh menggunakan sepatu kets/olah raga/sepatu berhak tinggi kaos
oblong, baju ketat, anting-anting, dan rambut gondrong), bagi
mahasiswi yang berjilbab wajib menggunakan jilbab putih bersih
seragam dari institusi, bagi yang tidak berjilbab rambut wajib diikat
rapi ( menggunakan pita rambut dan kap ). Kuku harus pendek dan
tidak menggunakan cat kuku/kutek, dan pewarna kuku lainnya.
5. Mahasiswa wajib untuk mendemonstrasikan skill yang di pelajari
pada saat itu dan memberikan feed back bagi teman yang mencoba
6. Bagi mahasiswa yang menghilngkan dan merusak alat laboratorium
maka wajib mengganti alat tersebut sesuai batas waktu yang
dkesepakatan dengan Kepala Minihospital.
7. Mahasiswa wajib membeersihkan dan mengecek alat bahan setelah
selesai digunakan.
8. Pada saat praktikum, mahasiswa tidak boleh meninggalkan
laboratorium tanpa seijin Instruktur lab atau assisten lab
9. Pada saat praktikum mahasiswa tidak di perbolehkan bermain
gadget/HP Tanpa seijin instruktur
10. Mahasiswa wajib memiliki kartu praktikum untuk disahkan sebelum
praktikum dan sebelum OSCE
11. Apabila mahasiswa tidak mengikuti praktikum maka tidak di
perkenankan mengikuti praktikum di kelompok lain dan mahasiswa
wajib mengganti di minggu inhal sesuai jadwal yang sudah di
tentukan
12. Mahasiswa boleh mengganti praktikum yang di tinggalkan maksimal
3x ketidakhadiran baik sakit/ijin dan melampirkan surat resmi dari
dokter (ijin kegiatan institusi melampirkan surat keterangan yang
sah).
13. Tidak ada perbaikan nilai pre-post test.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL Halaman


KATA PENGANTAR : …………………………………………...
VISI MISI PROGRAM STUDI :……………………………………………
TATA TERTIB :……………………………………………
DAFTAR ISI
1. Kelompok Rentan dan Beresiko dalam komunitas

2. Posbindu PTM
3. KMS PTM
4. Asuhan Keperawatan Anak Sekolah
Materi 1
Kelompok Rentan dan Beresiko dalam Komunitas
( Vulnerable And At-Risk Population In Community )
Capaian Pembelajaran :

- Mahasiswa mampu memahami Kelompok rentan dan beresiko dalam komunitas.


- Mahasiswa mampu melakukan pengkajian komunitas, menentukan diagnosa,
intervensi dan implementasi pada kelompok rentan dan beresiko.

Islamic Relation Knowledge :

Artinya:

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).” (QS: Ar-Rum Ayat: 41)

Definisi kelompok rentan dan Beresiko


1. Definisi Resiko
Resiko adalah ketidaktentuan yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian.
Resiko merupakan segala sesuatu yang dapat menyebabkan kerugian. Resiko
dalam lingkup epidemiologi memiliki arti bahwa beberapa orang memiliki
kemungkinan yang lebih tinggi untuk terkena penyakit daripada yang lain.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa resiko adalah kecenderungan atau
kemungkinan mengalami beberapa jenis bahaya atau kehilangan sesuatu yang
berharga.
Beresiko ( At Risk ) adalah kondisi yang mempengaruhi kondisi seseorang atau
populasi untuk menjadi sakit atau sehat. Secara umum at risk dikaitkan dengan
kondisi biologis dan usia, sosial ( sosiat at risk ), ekonomi ( economic risk ), gaya
hidup ( life-style risk ), dan peristiwa kehidupan ( life-event risk. Population at
risk adalah populasi yang melakukan aktifitas atau mempunyai karakteristik
tertentu yang meningkatkan potensi untuk menjadi sakit, cedera atau mendapatkan
masalah kesehatan.
2. Definisi Populasi Rentan
Kerentanan adalah keadaan atau sikap (perilaku) manusia atau masyarakat yang
menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman dari potensi
bencana untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan dan menanggapi
dampak bahaya tertentu. Kerentanan ini mencakup :
1) Kerentanan Fisik : Kerentanan yang dihadapi masyarakat dalam
menghadapi ancaman tertentu.
2) Kerentanan Ekonomi : Kemampuan ekonomi individu dalam
pengalokasian sumber daya untuk pencegahan dan mitidasi serta
penanggulangan bencana. Pada umumnya masyarakat miskin lebih rentan
terhadap bencana karena tidak memiliki kemampuan financial yang
memadai untuk melakukan pencegahan.
3) Kerentanan Sosial : Kondisi sosial masyarakat dilihat dari aspek
pendidikan, pengetahuan tentang ancaman dan resiko bencana, dan tingkat
kesehatan yang rendah yang berpotensi meningkatkan kerentanan.
4) Kerentanan Lingkungan : Keadaan lingkungan di sekitar tempat tinggal

Populasi rentan merupakan kelompok-kelompok sosial yang memiliki


peningkatan resiko yang relatif atau rawan untuk menerima pelayanan kesehatan
(Flaskerud & Winslow, 1994 ). Jika seseorang/kelompok dikatakan rentan apabila
mereka berhadapan dengan penyakit, bahaya, atau outcome negatif. Faktor
pencetus dapat berupa genetik, biologis atau psikososial.
Health Policy Center (2010) mendefinisikan populasi rentan sebagai berikut :
Populasi rentan adalah kelompok yang tidak terintegrasi dengan baik ke dalam
sistem pelayanan kesehatan karena etnis, budaya, ekonomi, geografi, atau
kesehatan karakteristik. Isolasi tersebut menempatkan anggota kelompok beresiko
untuk tidak mendapatkan perawatan medis yang diperlukan, dan dengan demikian
merupakan ancaman potensial terhadap kesehatan mereka.
Menurut WHO 2002 Kelompok populasi rawan adalah bagian dari kelompok
populasi yang memiliki kecenderungan lebih untuk mengalami masalah kesehatan
sebagai akibat dari terpajannya terhadap resiko atau memperoleh hasil dari
masalah kesehatan yang lebih buruk dari kelompok populasi lain secara
keseluruhan. Kerentanan adalah sejauh mana populasi, individu atau organisasi
tidak mampu mengantisipasi, mengatasi, menolak dan pulih dari dampak bencana.
Berikut ini beberapa contoh kelompok individu yang rentan ( WHO 2015 ) :
 Anak-anak
 Wanita Hamil
 Orang tua
 Orang-orang yang kekurangan Gizi
 Orang-orang yang sakit kerusakan imun ( immunocompromised )

Sedangkan keadaan yang berdampak memperparah keadaan rentan seseorang adalah :

 Terjadi bencana
 Beban penyakit yang berhubungan dengan keadaan darurat
 Kemiskinan
 Tunawisma
 Keadaan tempat tinggal yang buruk
Anak-anak masuk dalam kategori rentan karena :

 Fisik yang masih lemah


 Psikis yang masih labil
 Pengetahuan yang masih terbatas
 Pengalaman hidup yang kurang

Faktor yang mempengaruhi kelompok rentan :

 Budaya
 Ekonomi
 Pendidikan
 Lingkungan
 Usia

Dampak kelompok rentan :

 Menurunnya status kesehatan


 Membuat stress
 Keluarga tersebut menjadi putus asa
 Bertambahnya penyakit kronis
 Kurangnya komunikasi sosial dengan lingkungan

Faktor Penyebab :

 Perceraian
 Keterbatasan mental
 Lingkungan kumuh
 Kebutuhan makan tidak terpenuhi
 Penghasilan tidak tetap
 Tidak mengerti kesehatan
 Usia
 Penyalahgunaan Obat
 Kehamilan

Tidak hanya individu namun keluarga juga dapat menjadi kelompok rentan. Vulnerable
Family = Keluarga yang berkemungkinan besar mengembangkan masalah kesehatan sebagai
hasil dari paparan resiko atau memiliki outcome yang buruk dari masalah kesehatan tersebut
daripada populasi lainnya. Vulnerable group sering mengalami akumulasi faktor resiko yang
membuat mereka lebih sensitif pada efek yang merugikan dari faktor resiko individual lain
mungkin dapat teratasi.

Prioritas Vulnerable Family

 Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan :


 Ibu hamil tertentu yang belum ANC
 Ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun
 Balita tertentu
 Penyakit kronis menular yang tidak bisa di intervensi oleh program
 Penyakit endemis
 Penyakit kronis menular
 Kecacatan tertentu (mental maupun fisik)
 Kelompok yang rawan dan rentan terhadap masalah keperawatan :
 Terikat dalam institusi, misal :
 Panti
 Rutan/ lapas
 Pondok pesantren
 Lokalisasi
 Tidak terikat dalam institusi, misalnya :
 Karang wreda
 Karang balita
 Kelompok pekerja informal
 Yayasan penyandang penyakit tertentu ( Jantung, Asma, DM, dll)
 Kelompok remaja
 Penanggulangan kelompok rentan :
 Pembinaan (Konseling)
 Promosi kesehatan
Materi 2
Posbindu PTM
( Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular )

Capaian Pembelajaran :

- Mahasiswa mampu memahami tentang posbindu PTM


- Mahasiswa mampu melakukan atau mengikuti posbindu PTM

Islamic Relation Knowledge :

‫ين‬ ِ َّ‫السمآء واْﻷَرض وما ب ي ن هما َب ِط اًل َذلِك ظَ ُّن الَّ ِذين َك َفروا فَويل لِل‬
‫ذ‬
َ ُ َْ ُ َ ْ َ َ َ ُ َ َْ َ َ َ ْ َ َ َ َّ ‫َوَما َخلَ ْقنَا‬
﴾72﴿ ‫َك َفُروا ِم َن النَّا ِر‬
27. Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa
hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-
orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.( Q.S Sad ; 27)

A. Pengertian
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular merupakan salah satu upaya
kesehatan berbasis masyarakat yang bersifat promotif dan preventif dalam
rangka deteksi dini dan pemantauan faktor resiko PTM utama yang
dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor resiko penyakit tidak
menular meliputi : merokok, konsumsi alkohol, pola makan tidak sehat,
kurang aktivitas fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol
serta menindak lanjuti secara dini faktor resiko yang ditemukan melalui
konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
dasar.
Kelompok PTM utama adalah diabetes mellitus ( DM ), Kanker, Penyakit
jantung dan pembuluh darah ( PJPD ), Penyakit paru obstruktif kronis ( PJOK
), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.

B. Tujuan
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini
faktor resiko PTM
C. Sasaran Kegiatan
Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, beresiko dan penyandang
PTM berusia 15 tahun ke atas
D. Wadah Kegiatan
Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya keseshatan
bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau klinik perusahaan,
di lembaga pendidikan, tempat lain di mana masyarakat dalam jumlah tertentu
berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya masjid, gereja, klub olahraga,
pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan.
Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan posbindu
PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan
tempat serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang ada.
E. Pelaku Kegiatan
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah ada
atau beberapa orang dari masing-masing kelompok/organisasi/lembaga/tempat
kerja yang bersedia menyelenggarakan posbindu PTM, yang dilatih secara
khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko
PTM di masing-masing kelompok atau organisasinya. Kriteria Kader
Posbindu PTM antara lain berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu
melakukan kegiatan berkaitan dengan Posbindu PTM.
F. Bentuk Kegiatan
Posbindu PTM meliputi 10 kegiatan yaitu :
1. Kegiatan penggalian informasi faktor resiko dengan wawancara sederhana
tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktivitas fisik,
merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan
kekerasan dalam rumah tangga, serta informasi lainnya yang dibutuhkan
untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM.
Aktivitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan
sekali.
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh
(IMT), lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya
diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat
dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran tekanan
darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran lengan atas.
3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun
sekali bagi yang sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan
penderita gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan
Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter pada anak dimulai usia 13
tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang telah terlatih.
4. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit
diselenggarakan 3 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor
risiko PTM atau penyandang diabetes melitus paling sedikit 1 tahun sekali.
Untuk pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat
disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko
PTM 6 bulan sekali dan penderita dislipidemia/gangguan lemak dalam
darah minimal 3 bulan sekali. Untuk pemeriksaan Gula darah dan
Kolesterol darah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan
kelompok masyarakat tersebut.
6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan
sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA
positif, dilakukan tindakan pengobatan krioterapi, diulangi setelah 6 bulan,
jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila
hasil IVA positif dilakukan tindakan pengobatan krioterapi kembali.
Pemeriksaan IVA dilakukan oleh bidan/dokter yang telah terlatih dan
tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter terlatih di Puskesmas.
7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin bagi
kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
8. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan
Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko
kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.
9. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya
dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan
rutin setiap minggu.
10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya
dengan pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat
sederhana dalam penanganan pra-rujukan.
G. Pengelompokkan tipe Posbindu
Berdasarkan jenis kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut yang
dapat dilakukan oleh Posbindu PTM, maka dapat dibagi menjadi 2 kelompok
Tipe Posbindu PTM, yaitu :
a. Posbindu PTM Dasar meliputi pelayanan deteksi dini faktor risiko
sederhana, yang dilakukan dengan wawancara terarah melalui penggunaan
instrumen untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular dalam
keluarga dan yang telah dideritasebelumnya, perilaku berisiko, potensi
terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, pengukuran berat
badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks massa tubuh (IMT), alat analisa
lemak tubuh, pengukuran tekanan dara, paru sederhana serta penyuluhan
mengenai pemeriksaan payudara sendiri.
b. Posbindu PTM Utama yang meliputi pelayanan Posbindu PTM Dasar
ditambah pemeriksaan gula darah, kolesterol total dan trigliserida,
pemeriksaan klinis payudara, pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam
Asetat), pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin
bagi kelompok pengemudi umum, dengan pelaksana tenaga kesehatan
terlatih (Dokter, Bidan, perawat kesehatan/tenaga analis
laboratorium/lainnya) di desa/kelurahan, kelompok masyarakat,
lembaga/institusi. Untuk penyelenggaraan Posbindu PTM Utama dapat
dipadukan dengan Pos Kesehatan Desa atau Kelurahan siaga aktif, maupun
di kelompok masyarakat/lembaga/institusi yang tersedia tenaga kesehatan
tersebut sesuai dengan kompetensinya.
Materi 3

KMS Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular

(KMS FR-PTM )
Capaian Pembelajaran :

- Mahasiswa mampu memahami tentang pengisian KMS FR-PTM

Islamic Relation Knowledge :

Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan salat,
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka ( Q.S Asy-Syura : 38)

A. Definisi KMS Faktor Resiko PTM


KMS Faktor Resiko PTM ( KMS FR-PTM ) atau disebut dengan buku monitoring
faktor resiko penyakit tidak menular ( BM FR-PTM), Instrumen ini berfungsi sebagai
alat bantu mawas diri bagi petugas posbindu dengan mencatat semua faktor resiko
PTM dari setiap peserta posbindu. Instrumen ini bisa juga dijadikan sebagai bahan
dasar evaluasi secara berkala. Data-data peserta posbindu, hasil pemeriksaan fisik
baik melalui wawancara maupun pemeriksaan faktor resiko PTM, dicatat ke dalam
KMS atau buku monitoring faktor resiko PTM. KMS atau buku monitoring ini
merupakan buku peserta posbindu yang dibawa pulang dan dibawa kembali pada saat
pemeriksaan berikutnya.
B. Cara Pengisian KMS FR-PTM
1. Identitas pribadi
 No Urut Pendaftaran
Di isi berdasarkan nomor urut pendaftaran pada kunjungan anggota
posbindu PTM pertama kali, ditulis 3 digit. Nomor diurut sampai 2 tahun,
sehingga seorang klien akan mendapat no urut baru setelah 2 tahun.
Setelah no urut dapat dituliskan nama posbindu PTM
Misal : 003 Posbindu PTM Teratai
 Tanggal kunjungan pertama
Diisi dengan tanggal anggota Posbindu PTM berkunjung pertama kali.
Ditulis dengan hari-bulan-tahun.
Misal 8 Januari 2016.
 No Kartu Identitas (KTP)
Bagi penduduk yang telah berusia 17 tahun maka yang bersangkutan telah
memiliki KTP/.SIM, data
lebih baik diisi dengan identitas KTP. Untuk penduduk yang berusia
kurang dari 17 tahun maka no
identitas tidak diisi atau diisi apabila ada no identitas lain seperti No
passport, kartu pelajar, dsb.
 Nama lengkap
Diisi dengan nama lengkap anggota posbindu PTM
 Tanggal lahir/umur (tahun)
Tanggal lahir diisi sesuai dengan tempat tanggal lahir di KTP/surat tanda
lahir/akte kelahiran, ditulis
hari-bulan-tahun. Umur ditulis dengan umur ulang tahun yang terakhir.
 Jenis kelamin
Diisi sesuai dengan jenis kelamin peserta, coret yang tidak perlu.
 Alamat
Diisi dengan alamat lengkap peserta
 Suku
Diisi dengan suku asal peserta posbindu PTM
 Agama
Diisi dengan agama yang dianut peserta posbindu PTM
 Pendidikan terakhir
Diisi dengan pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh peserta (Tidak
sekolah, SD, SMP, SMA, Perguruan tinggi)
 Pekerjaan
Adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh peserta, bukan status (misal
PNS berbeda-beda jenis pekerjaannya). Diisi antara lain dengan staff
kantor, petani, buruh pabrik, militer/polisi, ibu rumah tangga/tidak bekerja,
guru, pedangang.
 Status perkawinan
Diisi dengan status perkawinan pada saat berkunjung, coret yang tidak
perlu.
 Golongan darah
Diisi dengan golongan darah.
2. Kunjungan Pertama
 Riwayat penyakit tidak menular pada keluarga
Diisi dengan memilih ya atau tidak adanya riwayat keluarga dengan PTM,
yaitu ayah/ibu, paman/bibi, atau kakek/nenek. Dipilih dengan mencoret
yang tidak sesuai.
 Riwayat penyakit tidak menular pada diri sendiri
Diisi dengan memilih ya atau tidak adanya riwayat PTM pada diri sendiri
sebelum berkunjung ke posbindu PTM, dipilih dengan mencoret yang
tidak sesuai.
3. Kunjungan Berkala
 Merokok
Diisi dengan memberi tanda V pada kotak jika merokok atau pada kotak
dengan tanda (-) jika tidak merokok pada bulan dan tahun dilakukan
pemeriksaan.
 Makan sayur dan buah <5 porsi sehari
Diisi dengan memberi tanda V pada kotak jika tidak mengkonsumsi buah
dan sayur 5 porsi dalam sehari. Berikan tanda (-) pada kotak jika
mengkonsumsi buah dan sayur 5 porsi atau lebih dalam sehari.
Ukuran 1 porsi sayur adalah 1 mangkuk kecil (100 gram) dan buah adalah
70 gram (satu pisang ambon kecil). Buah dan sayur dihitung sama, misal
tidak makan buah tapi makan sayur 5 mangkuk sehari berarti disebut
mengkonsumsi buah dan sayur 5 porsi.
 Kurang aktifitas fisik
Diisi dengan memberi tanda V pada kotak jika tidak biasa melakukan
aktivitas fisik 10 menit secara terus menerus atau 30 menit dalam sehari
ataupun dapat dalam hitungan 150 menit/minggu. Berikan tanda (-) jika
terbiasa melakukan aktivitas fisik 30 menit atau lebih dalam sehari.
Aktivitas fisik adalah kegiatan yang menggunakan otot dan tulang
(membakar kalori) pada setiap kegiatan, seperti berkebun, menyapu,
mengepel, berjalan kaki, bersepeda atau olah raga lainnya.
 Konsumsi minuman beralkohol
Diisi dengan memberi tanda V pada kotak jika dalam sebulan terakhir
mengkonsumsi alcohol minimal 1 sloki pada kotak. Berikan tanda (-) pada
kotak jika dalam sebulan terakhir tidak mengkonsumsi alcohol sama sekali
atau kurang dari 1 sloki.
 Kesulitan tidur di malam hari dan kehilangan nafsu makan
Diisi dengan memberi tanda V pada kotak jika dalam seminggu terakhir
tidak bisa tidur nyenyak dan tidak bisa berkonsentrasi akibat gangguan
psikologi/ mental atau mengalami kehilangan nafsu makan.
 Indeks Massa Tubuh (IMT)
Diisi dengan hasil perhitungan IMT, dengan rumus BB (kg) / TB2
(m) atau dengan melihat table IMT.
Berikan tanda V pada kolom sesuai dengan hasil pengukuran IMT.
 Lingkar perut.
Diisi dengan menuliskan nilai lingkar perut (cm) pada kotak. Jika lingkar
perut laki-laki 90 cm atau lebih dan pada perempuan 80 cm atau lebih,
diberikan tanda V pada kotak merah, hal ini menunjukkan obesitas sentral.
 Tekanan darah
Tulis nilai tekanan darah berdasarkan hasil pengukuran, jika tekanan darah
systole 140 mmHg atau lebih dan atau diastole 90 mmHg atau lebih,
diberikan tanda V pada kotak warna merah.
 Gula darah sewaktu
Diisi dengan hasil pengukuran kadar GDS sesuai dengan hasil pengukuran.
GDS >200 mg/dl mengindikasikan adanya hiperglikemia. Diberikan tanda
V pada kotak warna merah.
 Kolesterol total
Diisi dengan hasil penguruan kadar kolesterol. Kadar kolesterol >190
mg/dl menunjukkan adanya kelebihan kadar kolesterol dalam darah.
 Trigliserida
Tulis hasil pengukuran kadar trigliserida. Berikan tanda V pada kotak
merah, jika kadar trigliserida >150 mg/dl.
 Benjolan tidak normal pada payudara
Diisi dengan memberi tanda V pada kotak, jika pada pemeriksaan klinis
oleh petugas kesehatan terlatih ditemukan benjolan tidak normal, termasuk
kerutan seperti kulit jeruk, adanya keluar cairan
dari putting tetapi bukan ASI atau benjolan yang sebelumnya tidak ada.
 Arus Pernafasan Ekspirasi (APE)
Diisi dengan memberikan tanda (+) pada kotak merah jika pada
pemeriksaan arus puncak ekspirasi fungsi paru menggunakan Peak Flow
Meter, nilai APEnya sama atau kurang dari nilai prediksi (dalam
liter/menit). Jika nilai APE> nilai prediksi maka diberi tanda V pada kotak
hijau.
 Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
Diisi dengan memberikan tanda (+) pada kotak merah jika hasil
pemeriksaan IVA oleh petugas kesehatan terlatih dinyatakan positif.
Pemeriksaan IVA adalah pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim.
 Kadar alcohol pernafasan
Diisi dengan memberi tanda (+) pada kotak merah jika hasil pemeriksaan
alcohol pada pernapasan dinyatakan positip.
 Tes Amfetamin Urin
Diisi dengan memberi tanda (+) pada kotak merah jika hasil pemeriksaan
amfetamin dalam urin dinyatakan positif. Jika hasil pemeriksaan
amfetamin dalam urin dinyatakan negative ditulis dengan tanda (-).
4. Tindak Lanjut
Diisi dengan masalah kesehatan yang ditemukan saat pemeriksaan oleh tenaga
kesehatan, saran tindak lanjut atau konseling yang diberikan seperti penyuluhan
atau konseling berhenti merokok, diet sehat, potensi cedera dan penyuluhan hasil
pemeriksaan payudara klinis, IVA serta tindak lanjut pengobatan dari fasilitas
kesehatan atau dokter. Di bagian ini juga diisi dengan keterangan apabila pasien
dilakukan rujukan
dan alasan kenapa dilakukan rujukan.
Materi 4

Asuhan Keperawatan Anak sekolah

Capaian Pembelajaran :

- Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan Anak Sekolah


- Mahasiswa mampu melakukan pengkajian komunitas, menentukan diagnosa,
intervensi dan implementasi di lingkungan sekolah.

Islamic Relation Knowledge :

A. Asuhan Keperawatan Anak Sekolah


Asuhan keperawatan anak sekolah adalah salah satu specialisasi dari keperawatan
komunitas atau Comunity Health Nursing (CHN) tujuannya meningkatkan kesehatan
masyarakat sekolah dengan keperawatan sebagai salurannya. Asuhan keperawatan sekolah
pada umumnya sama dengan asuhan keperawatan pada sasaran lainnya, yaitu :
1. Pengkajian ditujukan kepada :
a. Lingkungan sekolah dimulai :
1) ) Lingkungan Fisik (Halaman, kebun sekolah, bangunan sekolah : meja,
papan tulis, kursi, lantai, kebersihan, ventilasi, penerangan, kebisingan, papan
tuilis, kepadatan), Sumber air minum, Pembuangan Air Limbah (PAL),
Jamban Keluarga, Tempat cuci tangan, kebersihan kamar mandi dan
penampungan air, pembuangan sampah, pagar sekolah, dan lain-lain.
2) Lingkungan Psikologis : hubungan guru dengan murid baik, baik formal
maupun non formal terutama kenyamanan dalam belajar.
3) Lingkungan Sosial : hubungan Guru dengan orang tua murid, Persatuan Orang
Tua Murid dan Guru (POMG) dan masyarakat sekitar.
b. Keadaan /pelaksanaan UKS, dokter/perawat kecil
c. Pengetahuan anak sekolah tentang kesehatan (PHBS) dan pelaksanaan PHBS
d. Kondisi kesehatan/fisik anak sekolah terutama screening test (BB, TB,
tenggorokan, telinga/pendengaran, mata/penglihatan).
2. Diagnosa Keperawatan yang Dapat Dirumuskan pada Anak Sekolah :
a. Defisiensi aktivitas pengalihan anak sekolah yitu penurunan stimulasi dan atau
minat/keinginan untuk rekreasi atau melakukan aktivitas bermain faktor yang
berhubungan lingkungan sekolah yang sempit/fasilitas yang tidak
mendukung/kurang sumber daya.
b. Gaya hdup monoton anak sekolah yaitu menyatakan suatu kebiasaan hidup yang
dicirikan dengan tingkat aktivitas yang rendah berhungan dengan kurang pengetahuan
tentang keuntungan latihan fisik.
c. Perilaku kesehatan anak sekolah cenderung beresiko faktor yang berhubungan
merokok/mimun alkohol, stress menghadapi tugas atau ujian/kurang dukungan dan
lain-lain.
d. Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan anak sekolah faktor yang berhubungan
kurang ketrampilan motorik kasar/motorik/halus atau ketidak cukupan sumber daya.
e. Kesiapan meningkatkan status imunisasi anak sekolah batasan karakteristik
menunjukkan keinginan untuk meningkatkan status imunisasi/mengekspresikan
keinginan untuk meningkatkan status imunisasi
f. Ketidak efektifan perlindungan pada anak sekolah faktor yang berhubungan
penyalahgunaa zat/obat-obatan
g. Ketidak efektifan manajemen kesehatan masyrakat sekolah faktor yang
berhubungan kurang pengetahuan/kurang dukungan sosial/ketidakcukupan petunjuk
untuk bertindak.
3. Rencana Asuhan Keperawatan Anak Sekolah
Rencana asuhan keperawatan anak sekolah dibuat berdasarkan masalah
kesehatan/diagnosa keperawatan yang ditemukan, tetapi pada umumnya dilakukan
tindakan berikut ini :
a. Promosi Kesehatan tentang PHBS
b. Pelaksanaan Screening test
c. Imunisasi DT/TT
d. Pemberian makanan tambahan
e. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
f. Pelatihan dokter/perawat kecil
g. Pelaksanaan UKS di sekolah setiap hari oleh guru UKS dan dokter /perawat kecil
h. dan lain-lain

B. Konsep Keperawatan Kesehatan Sekolah


Keperawatan kesehatan sekolah adalah Pelayanan keperawatan di tingkat sekolah,
pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks.
Pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan :
 Peningkatan kesehatan ( Promotif ) : Dilaksanakan melalui kegiatan intra
kulikuler dan penyuluhan kesehatan serta latihan dan ketrampilan oleh tenaga
kesehatan sekolah, Contohnya : kegiatan penyuluhan gizi, kesehatan pribadi,
penyakit menular, cara menggosok gigi yang benar.
 Pencegahan ( Preventif ) : Dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan daya tahan
tubuh, Contohnya : Imunisasi oleh petugas puskesmas, pemberantasan sarang
nyamuk, pengobatan sederhana oleh dokter kecil, kegiatan penjaringan kesehatan
bagi siswa kelas 1 yang baru masuk dan pemeriksaan berkala setiap 6 bulan bagi
seluruh siswa.
 Penyembuhan dan pemulihan ( Kuratif dan Rehabilitatif ) : Dilakukan melalui
kegiatan mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit dan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat
berfungsi normal, Contoh kegiatan : Pengobatan ringan untuk mengurangi derita
sakit, pertolongan pertama di sekolah serta rujukan medik ke puskesmas, Kasus
kecelakaan, keracunan atau kondisi lain yang membahayakan nyawa dan kasus
penyakit khusus.
C. Peran Perawat Kesehatan Sekolah
 Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah perawat mempunyai peran :
a. Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan
melakukan pengumpulan data, analisis data serta perumusan dan prioritas
masalah
b. Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama Tim Pembina Usaha
Kesehatan di Sekolah ( TPUKS )
c. Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan UKS
d. Menilai dan memantau kegiatan UKS
e. Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
 Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat kesehatan yang bertugas di puskesmas
menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS atau dapat juga ditunjuk sebagai
seorang koordinator UKS 1 tingkat puskesmas. Bila perawat kesehatan ditunujk
sebagai koordinator maka pengelolaan pelaksanaan UKS menjadi tanggung
jawabnya atau paling tidak ikut terlibat dalam tim pengelola UKS
 Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan, peranan perawat kesehatan dalam
memberikan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan secara langsung melalui
penyuluhan kesehatan yang bersifat umum dan klasikal atau tidak langsung
sewaktu melakukan pemeriksaan kesehatan peserta didik perseorangan.
D. Fungsi Perawat Sekolah
 Memberikan pelayanayan serta meningkatkan kesehatan individu dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada di sekolah
 Memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki lingkungan fisik
sekolah
 Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program kesehatan
masyarakat yang lain.
E. Menurut WHO ada 6 ciri utama sekolah yang dapat mempromosikan atau
meningkatkan kesehatan
1) Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah, yaitu
peserta didik, orangtua dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi
masyarakat
2) Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan sehat dan aman, meliputi : Sanitasi
dan air yang cukup, Bebas dari pengaruh negatif, Pekarangan sekolah yang aman,
Dukungan masyarakat yang sepenuhnya, Bebas dari segala macam bentuk
kekerasan, Suasana yang mendukung kesehatan fisik, mental dan sosial
3) Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan : Kurikulum yang mampu
meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif terhadap kesehatan
serta dapat mengembangkan berbagai ketrampilan hidup yang mendukung
kesehatan fisik, mental dan sosial serta memperhatikan pentingnya pendidikan dan
pelatihan untuk guru maupun orangtua
4) Memberikan akses untuk dilaksanakannya pelayanan kesehatan di sekolah, yaitu :
Kerjasama dengan puskesmas setempat, Penjaringan, diagnosa dini, imunisasi
serta pengobatan sederhana, Adanya program-program makanan bergizi dengan
memperhatikan keamanan makanan
5) Menerapkan kebijakan dan upaya di sekolah untuk mempromosikan dan
meningkatkan kesehatan, yaitu : Kebijakan yang di dukung oleh staf sekolah
termasuk mewujudkan proses belajar mengajar yang dapat menciptakan
lingkungan psikososial yang sehat bagi seluruh masyarakat, Kebijakan dalam
memberikan pelayanan yang adil untuk seluruh siswa, Kebijakan dalam
penggunaan rokok, penyalahgunakan narkoba termasuk alkohol serta pencegahan
segala bentuk kekerasan/pelecehan
6) Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan masyarakat,
dengan : Memperhatikan adanya masalah kesehatan masyarakat yang terjadi,
Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat
F. Tujuan dan Cara melaksanakan pendidikan kesehatan di sekolah
 Tujuan Pendkes
 Memiliki pengetahuan tentang isu kesehatan
 Memiliki nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat
 Memiliki ketrampilan dalam pemeliharaan, pertolongan dan perawatan
kesehatan
 Memiliki kebiasaan hidup sehat, mampu menularkan perilaku hidup
sehat, peserta didik tumbuh kembang secara harmonis
 Menerapkan prinsip-prinsip pencegahan penyakit
 Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar
 Memiliki kesegaran jasmani dan kesehatan yang optimal
 Cara melaksanakan pendkes di sekolah
 Cara penyajian : pendidikan lebih menekankan peran aktif peserta
didik melalui kegiatan ceramah, diskusi, demonstrasi, pembimbingan,
permainan dan penugasan.
 Cara penanaman kebiasaan : penugasan untuk melakukan cara hidup
sehat sehari-hari dan pengamatan terus menerus oleh guru dan kepala
sekolah.
Daftar Pustaka

1. Anderson, Elizabeth T & Mc. Farlane, Judith (2011). Community


as a partner: Theory and practice in nursing. 6th edition.
Lippincott: Williams & Wilkins

2. Allender, J.A Rector & Warner (2014). Community health nursing:


promoting and protecting the public health, 8th edition.
Philadelphia: Lippincott

3. Anderson, et, & McFarlene, J. (2011). Community As Partner :


Theory and practice in nursing, 6th ed. Philadelpia: JB. Lippincott
Williams & Wilkins

4. Edelman, C.L. & Mandle C.L. (1994). Health Promotion through


the lifespan, Philadelpia, Mosby

5. Freeman, and Heirinch, (1981). Community Nursing Practice,


Philadelpia, WB Sounders

6. Kaakinene, J.R., Coehlo, D.P, Duff, V,H & Hanson, S.M, (2010).
Family health care nursing : Theory, practice and research.
Philadelphia, F.A. Davis Company

7. Mc. Murray A. (2003). Community health and wellness:


asociological approach. Sydney: Mosby

8. Nies, M.A & Mc.Ewen,M (2015). Community/Public Health


nursing 6 th edition: Elsevier

9. Petunjuk Teknis kegiatan posbindu PTM (2012)

Anda mungkin juga menyukai