Anda di halaman 1dari 11

Nama : Indah Mayang Putri

Kelas : B/Kp/VI

NIM : 04184655

MATERI 1

1. Bagaimana cara agar hati senatiasa terjaga sehingga dapat terhindar dari kejahiliahan?

Jawab :

Hati juga ternyata juga bisa mengeras. Kerasnya hati tersebut bisa berwujud pada munculnya beberap
penyakit hati seperti sombong, keras kepala, dan penyakit hati lainnya.

Untuk menghindari penyakit qaswatul qolb, Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita setidaknya tiga
hal. Pertama, pandailah bersyukur.

ِ ‫ي صلَّى هللاُ عليه وسلَّم رج ٌل يشكو قسوةَ قلبِه قال‬


ِ ُ‫أتحبُّ أن يلينَ قلبُك وت‬
ُ ‫در‬
‫ك حاجتَك ار َح ِم اليتي َم وام َسحْ رأ َسه وأط ِعمه من طعا ِمك‬ َّ ‫أتَى النَّب‬
‫در ْك حاجتَك‬ُ
ِ ‫يلِ ْن قلبُك وت‬

Suatu hari, seorang sahabat datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, "Akhir-akhir ini aku merasakan
hatiku keras, Rasulullah SAW kemudian berkata, "Maukah engkau kuberi tahu cara untuk
melembutkannya dan keinginanmu terpenuhi? Sayangilah anak-anak yatim, usaplah kepalanya,
berikanlah mereka makanan dari makananmu, niscaya (hal demikian) akan melembutkan hati dan
melapangkan rezekimu." (HR Thabrani).

Kedua, seringlah berziarah kubur, tentu dengan niat yang benar. Rasulullah SAW berkata:

ِ ‫ َوتُ َذ ِّك ُر‬، َ‫ َوتَ ْد َم ُع ْال َع ْين‬،‫ب‬


َ‫اآلخ َرة‬ َ ‫ق ْالقَ ْل‬
ُّ ‫ فَإِنَّهُ يَ ِر‬،،‫ أَال فَ ُزورُوهَا‬،‫ُور‬
ِ ‫ت نَهَ ْيتُ ُك ْم ع َْن ِزيَا َر ِة ْالقُب‬
ُ ‫ُك ْن‬

"Aku pernah melarang kalian ziarah kubur. Sekarang berziarah. Sebab sesungguhnya ia akan
melembutkan hati, melelehkan air mata, dan mengingatkan akhirat."

Ziarah kubur dengan tujuan mengingat akhirat adalah hal yang dianjurkan. Dengan mengingat kematian,
tersadarlah kita bahwa tak ada yang abadi di muka bumi ini. Maka, tak ada lagi yang pantas kita
sombongkan.

Ketiga, bersegera melakukan kebaikan. Rasulullah SAW menganjur kan untuk bersegera dalam
melakukan setiap kebaikan, hin dari kemalasan. Nabi SAW bersabda: "Sebaik-baik sholat adalah di awal
waktunya".

Rasulullah SAW kemu dian mengajarkan kita untuk berdoa:


‫ك ِم ْن ْال َعجْ ِز َو ْال َك َس ِل‬
َ ‫اللَّهُ َّم إِنِّي أَعُو ُذ ِب‬

"Ya Allah, aku berlindung padamu dari kelemahan dan rasa malas."

Pepatah berkata, pemalas selalu menanti hari mujur. Padahal, bagi seorang yang rajin, tiap hari adalah
hari mujur! Lalu, jika kita tetap merasa banyak keinginan hati yang belum terpenuhi, berbaik sangkalah
pada Allah SWT. Barangkali, ada hak-hak orang lain yang belum kita tunaikan.

Bahkan, kata Ibnul Qayyim, "Apabila musibah yang engkau dapatkan panjang sekali, padahal tak pernah
berhenti engkau berdoa, yakinlah bahwa Allah tidak saja hendak menjawab doa-doamu itu. Namun,
Allah hendak memberimu karunia lain yang bahkan engkau tak memintanya". Semoga kita terhindar
dari hati yang keras dan membatu.

2. Apakah dakwah pasca kampus itu?

Jawab :

Dakwah kampus didefinisikan sebagai dakwah umum dan terbuka dalam lingkup perguruan tinggi.
Adapun munculnya beberapa aspek/bidang dalam dakwah kampus adalah upaya untuk mendefinisikan
keumuman tersebut sekaligus kebutuhan dakwah di kampus. Terbuka berarti gerakan yang terbuka,
gamblang, terlihat, dan tampak di permukaan. Definisi keterbukaan ini yang selalu mengalami dinamika,
karena batasan-batasannya cenderung merupakan ketentuan masing-masing pemimpin di masanya.
Selain itu, medan dakwah kampus adalah lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap
dakwah kampus, meliputi personal, sarana, dan aturan main yang berlaku. Dakwah kampus terdiri dari
tiga elemen dalam fiqih dakwah: landasan, sarana, dan tujuan. Landasan dakwah ini jelas, yaitu manhaj
kenabian yang bersumber langsung dari Al-Quran dan sunnah. Sementara itu, tujuan dakwah dibagi
menjadi dua: tujuan pribadi dan tujuan gerakan. Tujuan pribadi berdakwah adalah keridhaan Allah swt
dan surga-Nya yang telah dijanjikan.

Tujuan gerakan dakwah, mengutip tingkatan amal Imam Al-Banna, adalah Islam sebagai ustadziatul
‘alam. Di antara landasan dan tujuan, terdapat sarana yang menjadi penghubung antar keduanya. Jika
landasan dan tujuan adalah sesuatu yang baku, maka sarana sebagai jalannya tidak pernah baku; ia
selalu dinamis dan sangat mungkin mengalami perubahan dari waktu ke waktu

MATERI 2

1. Sebutkan urgensi kepemimpinan!

Jawab :

Ada beberapa istilah yang merujuk pada pemimpin dalam Islam, yakni:

1. Khalifah.
Kata khalifah berakar dari kata yang pada mulanya berarti di belakang. Dari sini kata tersebut seringkali
diartikan pengganti, karena yang menggantikan selalu atau datang di belakang/sesudah yang
digantikannya. Dari satu sisi kata ini menegaskan kedudukan pemimpin yang hendaknya berada di
belakang, untuk mengawasi dan membimbing yang dipimpinnya bagaikan pengembala. Tujuan
pengawasan dan bimbingan itu adalah memelihara serta mengantar gembalaannya menuju arah dan
tujuan penciptaannya..
2. Imam.

Kata imam berakar dari huruf hamzah dan mim, kedua huruf tersebut mempunyai banyak arti,
diantaranya ialah pokok, tempat kembali, jamaah, waktu, dan maksud. Para ulama mendefinisikan kata
imam itu sebagai setiap orang yang dapat diikuti dan ditampilkan ke depan dalam berbagai
permasalahan. (Mardiyah: 2015)

Kata imam, terambil dari kata amma-yaummu, dalam arti menuju, menumpu, dan meneladani. Ibu,
dinamai umm karena anak selalu menuju kepadanya; depan dinamai amam karena mata tertuju
kepadanya sebab ia berada di depan. Seorang imam dalam sholat adalah dia yang diteladani gerak
geriknya oleh para makmum, sedang imam dalam arti pemimpin (secara umum) adalah yang diteladani
oleh masyarakatnya sekaligus selalu di depan. Dengan demikian, seorang pemimpin bukan saja harus
mampu menunjukkan jalan meraih cita-cita masyarakatnya, tetapi juga yang dapat mengantar mereka
ke pintu gerbang kebahagiaan; seorang pemimpin tidak sekedar menunjukkan, tetapi juga memberi
contoh aktualisasi, sama halnya dengan imam dalam sholat memberi contoh agar diteladani oleh
makmumnya.Dengan kedua kata tersebut (khalifah dan imam), tergambar ciri seorang pemimpin. Sekali
di depan menjadi panutan, Ing Ngarso Sung Tulodo, dan pada kali lain di belakang untuk mendorong
sekaligus menuntun ke arah yang dituju oleh yang dipimpinnya, Tut Wuri Handayani.

3. Amir/ulul amri
Kata amir menggunakan patron kata yang dapat berarti subyek dan juga obyek. Ini berarti
amir/pemimpin dalam kedudukannya sebagai subyek adalah pemilik wewenang memerintah,
sedangkan dalam kedudukannya sebagai obyek, maka dia adalah yang diperintah, dalam hal ini oleh
siapa yang dipimpinnya. Ini mengisyaratkan bahwa amir, tidak boleh bertindak sewenang-wenang,
tetapi harus memperhatikan “perintah”, yakni kehendak dan aspirasi siapa yang dipimpinnya. (M.
Quraish Shihab: 2006).

Dengan kedua makna kata amir ini dapat dipahami bahwa seorang pemimpin tidak saja bisa danpandai
memerintah, tetapi juga harus mau diperintah dengan merealisasikan aspirasi dan melayani
kepentingan rakyatnya. Islam mengajarkan,”Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.”

2. Bagaimana kepemimpinan dalam pandangan islam? Dan sebutkan sifat2 dari pemimpin itu sendiri!

Jawab :

Konsep Kepemimpinan dalam Islam


Ada tiga pendekatan untuk memahami dasar konseptual kepemimpinan Islam, yakni:
1. Pendekatan normatif

Bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits. Keduanya merupakan amanat utama Nabi Muhammad-bahkan
disampaikannya pada detik-detik kewafatannya-kepada umatnya untuk terus dipegangteguhkan. Nabi
menjamin umatnya tidak akan tersesat selama berpegang teguh pada keduanya.

2. Pendekatan historis.

Al-Qur’an begitu kaya dengan kisah-kisah umat masa lalu sebagai pelajaran dan bahan renungan bagi
umat yang akan datang. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an, Hadits, sirah nabawiyah, sirah shahabah telah
memuat pesan-pesan moral yang tidak ternilai harganya.

3. Pendekatan teoritik.

Ideologi Islam adalah ideologi yang terbuka. Walaupun dasar-dasar konseptual yang ada dalam
bangunan ideologi Islam sendiri sudah sempurna, namun Islam tidak menutup kesempatan
mengomuniksikan ide-ide dan pemikiran-pemikiran dari luar Islam, selama tidak bertentangan dengan
Al-Qur’an dan Hadits.(Veithzal Rivai Zainal, dkk: 2014)
Sifat-Sifat Pemimpin
Selanjutnya, untuk mencapai kesuksesan dalam melaksanakan tugas, maka seorang pemimpin dituntut
memiliki sifat-sifat ideal yang bervariasi, antara lain:
1. Konsekuen dengan kebenaran dan tidak mengikuti hawa nafsu (QS. Shad: 26).
2. Menertibkan semua urusan dan membulatkan tekad untuk bertawakal kepada Allah (QS. Ali Imron:
159).
3. Bermuamalah dengan lembut dan kasih sayang terhadap bawahannya (QS. Ali Imron: 159).
4. Bersedia mendengar nasihat dan tidak sombong karena nasihat dari orang yang ikhlas jarang sekali
kita peroleh. (QS. al-Baqarah: 206)

MATERI 3

1. Apakah personal branding itu?

Jawab :

Merek (brand) dalam dunia usaha sering didefinisikan sebagai persepsi atau emosi yang dipertahankan
dan dipelihara yang menggambarkan sebuah pengalaman dari sebuah produk atau jasa pada
pelanggannya. Dalam konteks pribadi, sebuah merek merupakan cerminan dari siapa diri Anda
sebenarnya serta apa yang Anda yakini.

Dalam paradigma Islam sebuah merek pribadi (personal brand) dibentuk oleh dua unsur penting. Yaitu

(1) dari cara dia berpikir untuk menyelesaikan berbagai hal dalam kehidupannya, dan (2) dari cara dia
memenuhi segala kebutuhan hidupnya dengan pemikiran yang dihasilkan dari cara dia berpikirnya. Cara
berpikir sering disebut dengan istilah aqliyah dan cara memenuhi kebutuhan hidup dikenal dengan
istilah nafsiyah. Konsep ini muncul dari kenyataan bahwasesungguhnya setiap perilaku seseorang dalam
memenuhi segala kebutuhan hidupnya—sesederhana apapun, sangat dipengaruhi oleh cara dia berpikir
dan kaidah dasar (paradigma) yang ia gunakan dalam proses berpikirnya.

2. Bagaimana brand yang dicontohkan Rasulullah SAW?

Jawab :

Belajar Branding dari Rasulullah SAW.

1. Personal Branding
Rasulullah SAW, memiliki banyak gelar, salah satunya gelar "Al Amin" atau terpercaya. Jika kita coba
kaitkan dengan paparan mengenai Branding diatas untuk dapat belajar dari beliau, Branding "Al Amin"
ini sangat melekat. Ini dapat dicapai karena beliau memiliki satu value yang sama dalam semua
perangkat Brandingnya. Sebagaimana sering kita baca dalam catatan sejarah mengenai beliau,
Rasulullah SAW memiliki ucapan, sikap, perbuatan, respon, kepedulian dan sebagainya yang tidak ada
yang keluar dari value "terpercaya". Gelar tersebut bukanlah klaim pribadi tetapi diberikan oleh
penduduk Mekah pada saat itu, bahkan nantinya tetap diakui oleh mereka yang memusuhi beliau
setelah periode kenabiannya dan hingga saat ini.

Personal Brand yang kuat tersebut, didapat karena adanya satu kesamaan visi antara hati, lisan dan
perbuatan. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam dalam mencapai iman yang sempurna, yaitu memenuhi
syarat Tashdiq bil Qalbi (dibenarkan oleh hati), Iqrar bil Lisan (diucapkan dengan lisan) dan Amal bil
Arkan (diwujudkan dalam perbuatan).

2. Produk Branding
Jika AlQur'an adalah produk dan Rasulullah SAW adalah personal yang mewakili produk, sebagaimana
yang kita tahu, Rasulullah SAW disebut sebagai Al Qur'an berjalan. Rasulullah hafal dan membuat
banyak orang ikut menghafalkannya, Rasulullah membacanya berkali-kali sampai khatam dan membuat
orang-orang juga berkali-kali mengkhatamkan, Rasulullah mengajarkan semua hal dalam Al Qur'an mulai
dari cara membacanya, melagukannya, menjelaskan isi kandungannya, memberi tahu manfaatnya dan
membuat banyak orang melakukan hal-hal tersebut. Bahkan segala detik kehidupan Rasullullah adalah
penerapan Alqur'an dimana hanya Rasulullah SAW sendirilah yang mampu melakukannya. Sehingga
segala perkataannya, perbuatan bahkan diamnya Rasulullah menjadi dasar hukum dalam Islam, yang
kita kenal sebagai Hadist.JIka Rasulullah bicara tentang sholat malam, beliau lah yang melakukan sholat
malam hingga diriwayatkan kakinya pun bengkak, Saat Rasulullah bicara tentang sedekah, beliau pula
yang menjadi orang yang bersedekah paling banyak.

3. Menjaga Value dari Brand Islam

Islam sebagaimana yang kita yakini pastinya memiliki value yang baik. Jika Islam adalah sebuah Brand,
maka pendakwah-pendakwah Islam adalah pemegang peranan fungsi Marketing dan Public Relation.
Bila terjadi pergeseran persepsi mengenai Islam yang melenceng dari value Islam yang sesungguhnya,
maka saatnya kita koreksi diri dan kembali kepada value dan cara memasarkan (dakwah) seperti yang
diajarkan Rasulullah.Diantara value-value Islam yang kita kenal, adalah Islam sebagai agama Rahmatan
Lil Alamin (Agama yang membawa rahmat untuk alam semesta). Apakah value itu kini masih dirasakan
oleh seluruh manusia? termasuk non muslim? karena kata "Alam semesta" itu menggambarkan bahwa
target audiens dari rahmat itu adalah untuk seluruh manusia bahkan alam semesta. Jika ternyata hasil
survey menyatakan value yang sebaliknya, jangan-jangan para ujung tombak marketing dan PR kita telah
keluar dari kaidah pemasaran (dakwah) yang diajarkan Rasulullah SAW

Memang bisa saja terjadi karena serangan persepsi dari luar dimana musuh-musuh Islam memang
memiliki corong pembuat persepsi (media) yang kuat, ini harus dibenahi dengan kita juga memiliki
memiliki media yang kuat, tetapi akan sama saja jika media kuat milik kita juga melakukan hal-hal yang
kontra produktif sehingga memunculkan pergeseran value tadi? Padahal bukan pernyataan kebencian,
fitnah, permusuhan dari Rasulullah SAW yang menyebabkan Umar Bin Khattab RA, Khalid Bin Walid, Abu
Sufyan hingga pengemis yahudi buta dan lain-lain yang membawa mereka masuk islam. Betapa Doa
Rasulullah SAW dan bacaan Al Qur'an yang membuat manusia sekeras Umar Bin Khattab tersungkur,
menangis minta diantar ke Rasulullah SAW untuk masuk Islam. Betapa kesejukkan hati Rasulullah SAW
yang membuka mata Kaum Kafir Mekah untuk berbondong-bondong masuk Islam, saat peristiwa
kemenangan penaklukkan Mekah, pengikut muslim berkata, "ini adalah hari balas dendam." beliau
malah berkata, "Bukan, Ini adalah hari kasih sayang." Betapa suapan-suapan makanan dengan lemah
lembut dari Rasulullah SAW kepada seorang
Yahudi buta yang selalu mencaci-makinya saat disuapi karena tidak tahu bahwa yang menyuapi adalah
Rasulullah SAW, yang membawa Yahudi buta tersebut masuk islam.

MATERI 4

1. Apa itu keluarga islami?

Jawab :

1. Keluarga Sakinah sebagai Miniatur Masyarakat Madani Islam menghendaki agar penghambaan
manusia dikembalikan hanya kepada Allah swt. Islam menghendaki agar pilar-pilarnya dibangun
pertama kali di dalam dada individu yang setelah itu tertanam dalam sebuah rumah tangga, sebuah
masyarakat, sebuah negara, sebuah pemerintahan hingga diatas seluruh permukaan bumi.Keluarga
merupakan salah satu elemen yang akan membangun sebuah masyarakat. Menegakkan Islam dalam
keluarga merupakan salah satu tahapan dalam mewujudkan cita-cita Islam. Dengan pemahaman ini,
dapat disimpulkan bahwa keluarga sakinah adalah cerminan sebuah masyarakat madani. Sedangkan
masyarakat madani sendiri merupakan standar Islami tentang sebuah masyarakat yang ‘makmur, aman,
tenteram dan damai’.

2. Keluarga Rabbani

Salah satu ciri masyarakat madani adalah bersifat Rabbani, maka keluarga sakinah juga berciri Rabbani.
Artinya, dalam keluarga atau masyarakat tersebut, setiap anggotanya berusaha untuk berlomba dalam
upaya mendekatkan diri kepada Allah swt. sebagai perekat utama keluarga atau masyarakat. Dalam
keluarga tersebut, menyadari bahwa hanya Allah sajalah yang pantas dijadikan temat meminta bagi
terwujudnya kebahagiaan bersama. Sebab mereka meyakini firman Allah, “Dan bertaqwalah kepada
Allahyang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim.” (QS. An-Nisa’:1)
Sebuah keluarga sakinah tidak pernah menjadikan variabel keduniaan sebagai factor butama munculnya
solidaritas internal keluarga. Mereka juga percaya bahwa hanya dengan bertaqorrub ila Allah
(mendekatkan diri pada Allah) dan menegakkan aturan Allah sajalah kebahagiaan, kasih saying dan
kecintaan sejati akan dirasakan di dalam keluarga. Suatu bentuk kebahagiaan tidak berbatas hanya
hidup di dunia saja, melainkan hingga berkumpul kembali di akhirat

3. Keluarga yang Cinta Ilmu


Keluarga sakinah adalah keluarga yang cinta ilmu. Mereka saling belajar dan mengajarkan antara tua
kepada muda, maupun sebaliknya. Keluarga yang menghargai ilmu menempatkan ahli ilmu di tempat
yang dihormati, mencari ilmu dan mengajarkannya, kemudian bersyukur kepada Allah atas ilmu dan
menggunakannya di jalan Allah. Keluarga sakinah tidak bersikap jumud maupun liberal dalam menyikapi
ilmu. Seorang bapak menganjurkan anaknya untuk menuntut ilmu, membiayainya, kemudian juga
menghormati anaknya yang mau berbagi ilmu itu kepadanya dan siap menerima nasihat anaknya
dengan ilmu yang anaknya pelajari dari gurunya. Singkatnya, keluarga Rabbani terdiri atas anggota
keluarga yang telah menghayati sabda Rasulullah saw, “Barangsiapa ingin berhasil di dunia, tuntutlah
ilmu. Barangsiapa yang ingin berhasil di akhirat, tuntutlah ilmu. Dan barangsiapa ingin berhasil di dunia
dan di akhirat, tuntutlah ilmu.”

4. Keluarga yang Cinta Damai

Keluarga sakinah selalu berusaha tampil sebagai rahmat bagi sekelilingnya. Dalam lingkungan yang kecil
di dalam keluarga, suasana saling cinta mendasari hubungan antar mereka. Kakak dan adik saling cinta,
bapak dan ibu menjadi teladan anaknya. Bahkan dengan anggota keluarga temporer (misalnya
pembantu rumah tangga) juga disayangi seperti keluarga sendir, tidak direndahkan dan dianggap
sebagai orang suruhan belaka. Di lingkungan luar rumah (dengan tetangga), anggota keluarga sakinah
memperlihatkan sikap dan sifat yang sama, yaitu bersikap santun kepada siapapun dan di lingkungan
manapun. Singkatnya, mereka berusaha meneladani Rasulullah saw. dalam hal yang Allah sampaikan
dalam firman, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta
alam.” (QS. Al Anbiya’:107)

5. Keluarga yang Egaliter


Keluarga sakinah selalu berusaha mewujudkan suasana ‘sama tinggi sama rendah’ di dalam rumah.
Setiap anggota keluarga tidak hanya dikenalkan kewajiban yang harus dipenuhinya, melainkan juga
diberi kan hak-haknya. Baik ayah, ibu, suami, istri maupun anak-anak, bahkan pembantu. Pihak pertama
yang harus memastikan bahwa hak-hak mereka terpenuhi adalah kepala keluarga.
Bukanlah sebuuah miniatur masyarakat Islami atau madani bila yang memperoleh pemenuhan hak
hanyalah sang suami atau ayah, sedangkan anak dan istrinya hanya memiliki daftar kewajiban. Semisal
dalam hal saling menasihati, bukan hanya ayah kepada anak atau ibu kepada anak, melainkan
sebaliknya, anak pun boleh memberikan nasihat kepada orangtuanya atau istri boleh menasihati
suaminya.

6. Petunjuk Al Qur’an dalam Membangun Kekokohan Keluarga

Al Qur’an sangat peduli terhadap masalah keluarga guna memberi petunjuk rumah tangga yang benar
dan kokoh. Dalam QS. At-Tahrim yang hanya terdiri dari 12 ayat, semuanya berbicara seluruh sistem
rumah tangga yang ada. Ayat 1-5 berbicara tentang rumah tangga Nabi Muhammad saw, ayat 6-10
tentang rumah tangga kaum muslimin, ayat 11-12 tentang rumah tangga umat-umat terdahulu yang
diwakili dengan rumah tangga Nabi Nuh as., Nabi Luth as., kemudian rumah tangga Fir’aun dan Maryam.

2. Bagaimana karakteristik dari keluarga islami?

Jawab :

Petunjuk Al Qur’an dalam membina kokohnya rumah tangga adalah:

a. Manajemen Rumah Tangga

Manajemen rumah tangga keluarga sakinah terdapat dalam Al Qur’an yang harus diketahui dan
dipahami olah maisng-masing keluarga tersebut. Diantaranya adalah:

1) Suami sebagai pemimpin yang melindungi dan mengayomi.

Allah telah menganugerahi laki-laki nilai lebih, yaitu fisik yang lebih kuat, menjadi saksi.

2) Istri menaati perintah suami selagi tidak berlepas dari syari’at Islam Ketika laki-laki diberi nilai lebih
oleh Allah, istri mempunyai peran yang tak kalah penting dalam program suami, yaitu menegakkan
syari’at Allah di dalam rumah tangga.

b. Ikatan yang Benar dalam Rumah Tangga

Ikatan yang benar dalam rumah tangga adalah ikatan iman dan taqwa. Maka di dalam Al Qu’an, kata
‘barokah’ sering dikaitkan dengan iman dan taqwa, termasuk dalam berbangsa dan
bernegara.Keberkahan suami istri atau sebuah rumah tangga adalah ketika diikat oleh iman dan taqwa,
maka ikatan tersebut harus diperkuat. Semakin kuat dan kokoh ikatan iman dan taqwa, maka semakin
kuat dan kokoh ikatan rumah tangganya. Sebaliknya, ketika iman dan taqwa dalam sebuah keluarga
menurun, maka akan ada masalah dalam keluarga.

c. Peduli dengan Pendidikan yang Preventif

Allah berfirman, “… Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahrim:6). Dalam keluarga
sakinah, perlu adanya kepedulian teerhadap pendidikan atau ilmu preventif, dimana hal tersebut dapat
membiasakan anggota keluarga untuk tidak terbiasa dengan hal yang haram dan menghindarkan
anggota keluarga dari melakukan dosa besar, seperti berzina, memakan harta anak yatim dan
semacamnya.
Suatu ketika Rasulullah saw. akan membagikan kurma kepada masyarakat. Begitu Nabi Muhammad saw.
hendak membagikan, cucu beliau, Hasan dan Husain kecil mengambil kurma tersebut satu buah. Nabi
Muhammad saw. menegur mereka, “Wahai cucu kesayangan, letakkan kembali kurma itu, nak.” Dari
kisah tersebut, disampaikan bahwa tidak halal cucu Nabi Muhammad saw. mengambil barang
shodaqoh.

d. Rumah Tangga yang Menghasilkan Pemimpin Bertaqwa

Menjadi pemimpin jangan dimaknai memiliki ambisi menadi pejabat, namun tujuannya adalah untuk
menjadi contoh bagi orang lain. Dari keluarga sakinah yang berdasar iman dan taqwa kepada Allah,
dapat menghasilkan pemimpin bertaqwa.

MATERI 5

1. Apakah itu mandiri financia?

Jawab :

Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri dalam segi keuangan
merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang Muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan.
Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang
memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang
telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi Muslim tidaklah
mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa
menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh
karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memilik
keutamaan yang sangat tinggi. Jika seseorang tidak dapat mengelola keuangannya dengan baik, uang
yang milikinya bisa saja digunakan untuk sesuatu yang negatif dan akhirnya merusak kehidupan orang
tersebut. Sebaliknya, jika keuangan dapat dikelola dengan baik, mencapai kesuksesan saat usia masih
muda bukan tidak mungkin terjadi.

Aplikasi dari mandiri dalam keuangan yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1. Bekerja dan berpenghasilan

2. Tidak berambisi menjadi pegawai negeri

3. Mengutamakan spesialisasi langka yang penting dan dinamis

4. Berusaha memiliki spesialisasi

5. Ekonomis dalam nafkah

6. Mengutamakan produk umat Islam

2. Bagaimana cara mengelola keuangan dengan baik?


Jawab :

Cara Mengelola Keuangan yang Baik


Berikut adalah beberapa cara mengelola keuangan untuk anak muda:
1. Membuat Anggaran Pembukuan Tertulis
Langkah pertama yang harus dilakukan ketika mendapat pemasukan adalah mengatur atau membuat
anggaran tertulis mengenai penggunaan uang tersebut. Sisihkan beberapa dari pemasukan yang
diterima untuk tabungan. Tabungan dapat menjadi pemasukan tambahan untuk masa yang akan datang
dan juga uang darurat apabila terjadi hal yang tidak terduga.

2. Berinvestasilah
Gunakan pemasukan untuk berinvestasi. Sudah banyak orang-orang pada masa ini yang melakukan
investasi. Berbagai macam jenis investasi juga tersedia untuk orang-orang yang berada pada masa
dewasa awal, yang mungkin belum bisa mendapat pemasukan sendiri. Jenis investasi yang banyak
dilakukan yaitu berupa saham atau reksadana. Selain mendapat keuntungan, pengetahuan mengenai
investasi juga akan bertambah.
3. Beli Sesuai Kebutuhan

Kelola keuangan untuk sesuatu yang dibutuhkan bukan diinginkan. Orang yang berada pada masa ini
memiliki jiwa yang mudah berubah dan perasaan ingin memiliki banyak hal serta sulit mengontrol
keinginannya. Hal yang harus selalu diingat adalah “Penuhi terlebih dahulu kebutuhan, setelah itu baru
keinginan”. Karena pemasukan yang masih terbatas, besar kemungkinan tidak semua hal dapat tercapai.

Maka dari itu, gunakan uang terlebih dahulu untuk sesuatu yang menjadi kebutuhan. Apabila masih
tersisa, barulah digunakan untuk sesuatu yang menjadi keinginan. Jika memang ingin membeli sesuatu
yang diinginkan, menabung adalah solusi terbaik. Namun, tetap tidak boleh menghabiskan tabungan
hanya dalam satu waktu.

4. Beli Barang Berkualitas

Berusahalah untuk memilih sesuatu dengan kualitas dan harga terbaik. Banyak sekali pilihan dari produk
sejenis yang dapat membuat bingung. Ketika sedang mengalami kebingungan tersebut, pilih produk
yang worth it. Maksudnya adalah pilih produk dengan kualitas yang masih baik namun harga yang
murah. Biasanya para dewasa awal justru ingin membeli sesuatu dengan merek yang terkenal, padahal
adapula merek lain yang kualitasnya tetap bagus namun harga yang ditawarkan jauh lebih murah.

5. Berhematlah
Berhematlah sebisa mungkin. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan penghematan.
Biasanya hal ini dilakukan oleh seseorang yang tinggal sendiri dan jauh dari orang tua. Dan para dewasa
awal banyak pula yang melakukan hal itu, sehingga harus lebih pandai mengelola keuangan. Salah satu
cara berhemat misalnya dengan makan. Memasak makanan sendiri dapat menghemat pengeluaran dan
kualitas makanannya pun akan lebih terjamin. Jika tidak sempat memasak, belilah makanan di tempat
yang diperuntukkan bagi kalangan menengah ke bawah namun kualitasnya tetap terjamin. Walaupun
tidak terlihat elit, akan tetapi pengeluaran dapat dihemat dan uangnya bisa digunakan untuk kebutuhan
yang lainnya.

6. Terus Belajar
Hal lain yang harus diingat adalah dalam mengatur pengelolaan keuangan, tidak semuanya akan
berjalan sesuai dengan yang sudah dianggarkan sebelumnya. Penganggaran tersebut hanya patokan
supaya keuangan lebih terkontrol dengan baik. Kalaupun tidak sesuai dengan perencanaan, tentu hanya
berbeda sedikit saja. Ingat pula bahwa melakukan suatu kesalahan merupakan hal yang wajar.
Kesalahan dapat menjadikan seseorang menjadi lebih baik ke depannya. Dengan kesalahan kita dapat
terus belajar untuk memperbaikinya agar keuangan kita membaik.

7. Tidak membelanjakan harta kepada non muslim

8. Bersemangat untuk memperbaiki kualitas produk dengan harga sesuai

Anda mungkin juga menyukai