Anda di halaman 1dari 7

Melalui khutbah jumah ini marilah kita secara terus-menerus memperbaiki dan menyempurnakan amal ibadah yang sudah

kita lakukan. Dengan sungguh-


sungguh kita melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah. Baik perintah ini al wajibat yang memang harus kita lakukan maupun perintah yang bersifat
anjuran yang disebut al mandubat hal-hal yang dianjurkan.

Kita tinggalkan segala yang dilarang di dalam agama kita baik larangan itu yang berupa al muharramat yang memang harus kita tinggalkan maupun
larangan yang bersifat anjuran, sebaiknya kita tinggalkan disebut sebagai al makruhat.  Kesadaran untuk mematuhi apa yang diperintahkan dan
meninggalkan apa yang dilarang ini menjadi modal atau kapital yang paling berharga untuk mendapatkan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di
akhirat.
Tak jemu-jemu pada setiap khutbah, khatib mengingatkan, mengajak, dan menyerukan kepada seluruh jamaah dan umumnya kepada seluruh umat Islam
untuk senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kepada Allah swt. Selain menjadi rukun dalam khutbah yang wajib disampaikan oleh para
khatib di dalam khutbahnya, wasiat takwa ini menjadi sebuah peringatan dan ajakan penting untuk menjadikan kehidupan manusia di dunia terarah sesuai
dengan ketentuan Allah swt. Karena takwa itu sendiri adalah sebuah komitmen untuk menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang
oleh Allah.

Dengan ketakwaan, manusia akan senantiasa berada di jalan yang benar, di jalan lurus yang diridhoi Allah dan akan menjadikan perjalanan di jalan tersebut
lancar, aman, serta tidak ada gangguan yang dapat menggagalkan misi dalam mencapai tujuan. Manusia yang bertakwa juga akan senantiasa
menghindarkan diri dari keluar jalan yang telah ditentukan oleh Allah dengan memperhatikan rambu-rambu yang ada di sepanjang perjalanan sehingga
dapat terhindar dari terjerumus ke jurang larangan Allah swt.

 Ilmu Tasawuf dan Tazkiyatun Nafs maknanya sama. Dalam buku ini penulis menggunakan istilah Riyadhotun Nafs (Latihan Hati) artinya Sesuatu
yang dilakukan berulang-ulang dg disiplin untuk membersihkan hati (Nafs)
 Dalil RIyadhotun NAfs antara lain dalam Surat As Syams (91) : 9 - 10
Qad aflaha man zakkaahaa - Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa)
 Dan dalam As Syams : 10, disebutkan : Wa qad khaaba man dassaahaa - Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. Yang mengotori hati (nafs)
adalah karena menuruti Hawa Nafsu. Hati harus menjadi pemimpin Hawa (nafsu), bukan sebaliknya.
 Ibadah sholat dengan didahului oleh wudhu sebaiknya tidak hanya membersihkan Jasad fisik, namun kita perlu berniat membersihkan jiwa.
Sehingga tidak terjadi rasa was-was (surat An Naas) dalam sholat, namun kita bisa khusyu’.
 Nabi Muhammad adalah Khuluqin Adzim (Surat Al Qolam : 4) : Wa Innaka La’ala Khuluqin Adzim. Dengan akhlaknya ini, selama 11 tahun di
Madinah Rasulullah mampu menyatukan Muhajirin dan Anshar (termasuk suku-suku di Madinah Aus dan Khajraj yg sebelumnya bertikai), serta
mampu mengembangkan agama Islam keseluruh dunia. Apabila Rasulullah SAW kedudukannya akhlak tidak mulia, niscaya beliau tidak mampu
mengembangkan agama Islam selama 23 tahun ke seluruh dunia. Bandingkan dengan Nabi Nuh yg berdakwah ratusan tahun, Nabi Ibrahim yang
berdakwah puluhan tahun (usia 90 tahunan), Nabi Musa A.S, Nabi Isa A.S. yang berdakwah puluhan tahun.
 “Innama bu’itstu liutammima makarimal akhlaq” (HR. Al Baihaqi) ini menjadi kompas bagi kita bahwa pendidikan akhlak perlu dikedepankan dari
pendidikan keilmuan. Orang yang sudah berhijrah ke arah Islam yang kaffah, jangan menjadi orang yang mudah menyalah-nyalahkan atau
mengkafirkan orang lain. Bijaklah dalam menyikapi perbedaan yang sifatnya Furuiyah atau kesalahan dalam ibadah yang dilakukan orang lain.
 “Ittaqillah haitsuma kunta, wa atbi'issayyiatal hasanata tamhuha, wa kholiqinnasa bi khuluqin hasanin.” Artinya: Bertaqwalah kepada Allah
dimanapun kita berada, iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, dan pergaulilah manusia dengan adab yang baik. Hadist yang
diriwayatkan At-Tirmidzi ini derajatnya Hasan shahih mengajarkan syarat untuk bertaqwa adalah berakhlak baik dalam pergaulan dengan manusia.
 Abdullah bin Amr meriwatkan dalam salah satu hadist Rasulullah SAW : Yang paling pertama dicabut
adalah Khusyu’ dalam sholat  TBC riwayatnya
 Surat Al Imron : 134 Allażīna yunfiqụna fis-sarrā`i waḍ-ḍarrā`i wal-kāẓimīnal-gaiẓa wal-'āfīna 'anin- nās, wallāhu yufiibbul-mufisinīn Arti: (yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
 Arti sebenarnya dari Kadzim adalah menghalau. Karena rasa amarah dan hawa nafsu lainnya niscaya akan selalu datang mendekat mengajak kita
menurutinya, namun kita perlu senantiasa menghalau agar hawa nafsu tidak menguasai diri kita [lihat surat As Syams : 9-10 diatas]
 Khusnul Khuluq : Al Akhlak Hamidah, artinya Akhlak yang baik
 Caranya dengan membersihkan Qalbu (hati atau Nafs) dari dalam. Menghalau bibit-bibit hawa nafsu yang ada dalam diri kita
 Qalbu terdiri atas 3 macam :
1. Qalbu yang sehat (Qalbun Salim)
2. Qalbu yang Sakit (Qalbun Maridh)
3. Qalbu yang Mati (Qalbun Mayyit)
 Qalbu yang sehat bisa menikmati hidangan-hidangan Qalbu seperti sholat : sholat tepat waktu, menikmati bacaan-bacaan sholat yang
panjang,
 Qalbu yang sakit, yakni Nafsu sering menguasai Qalbu. Nafsu menjadi pemimpin dari Hati. Contohnya Al Kibr
 Surat Al Balad : 17 - ṡumma kāna minallażīna āmanụ wa tawāṣau biṣ-ṣabri wa tawāṣau bil-mar-ḥamah Terjemah Arti: Dan dia (tidak pula) termasuk
orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.
 Makna dari ayat ini, apabila kita memberikan nasehat (kritik) selain yang disampaikan benar (fakta) perlu disampaikan dengan kasih sayang. Kita
berdo’a dan mohon ampun kepada Allah SWT bahwa nasihat yang diberikan bukan untuk menjatuhkan namun untuk mengajak kebaikan. Lalu
maknatawassau dalam ayat tersebut artinya adanya ikatan emosional, jangan sampai kritik sifatnya personal namun sebatas perbaikan dan tidak
mengganggu hubungan emosional dan personal kita
 Apabila kita sudah memiliki Riyadhotun Nafs yang baik dan Qalbun salim, Ibadah yang kita lakukan bukan semata mengharap pahala dari Allah
SWT namun adalah Ridho Allah karena sayang dan cintanya kita kepada Allah SWT
 Contoh kasus pengalaman ustadz dalam mengajak orang berjilbab, ajak wanita tersebut untuk mengenali Allah SWT (cinta yang lebih besar dan
sayang kepada Allah SWT), di banding ketakutan pada adzab dan neraka. Sehingga ibadah berasa nikmat dan ikhlas, bukan terpaksa.

 Salah satu penyakit hati (Qalbun atau Nafs) adalah Al Kibr. Al Kibr memiliki akar kata yang sama dengan Akbar (Besar). Makna KIBR : Sombong
dan merasa lebih besar dari orang lain.
 Dalam surat Al A’raf : 146 Allah SWT menegur orang yang Takabbur :
 Sa aṣrifu 'an āyātiyallażīna yatakabbarụna fil-arḍi bigairil- ḥaqq, wa iy yarau kulla āyatil lā yu`min ụ bihā, wa iy yarau sabīlar-rusydi lā yattakhiżụhu
sabīlā, wa iy yarau sabīlal-gayyi yattakhiżụhu sabīlā, żālika bi`annahum każżabụ bi`āyātinā wa kānụ 'an-hā gāfilīn Arti: Aku akan memalingkan
orang- orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap
ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya,
tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami
dan mereka selalu lalai dari padanya. Tafsir Quran Surat Al-A’raf
 Makna ayat diatas Allah SWT akan meninggalkan orang-orang yang takabbur dari rahmatnya/
 Orang yang Takabbur hatinya tertutup (Thoba’a), namun tidak terkunci mati (Khotama) seperti hatinya orang kafir :
1. Khatamallāhu 'alā qulụbihim wa 'alā sam'ihim, wa 'alā abṣārihim gisyāwatuw wa lahum 'ażābun 'aẓīm Terjemah Arti: Allah telah mengunci-
mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat (Surat Al Baqoroh : 7).
 Dalam sebuah hadist diriwayatkan dialog Nabi Musa AS dan Iblis. Iblis bertanya apakah ia masih bisa bertaubat. Nabi Musa menjawab tentu saja
masih bisa, dan memintanya bersujud didepan makam nabi Adam. Iblis menjawab : Saat nabi Adam masih hidup aku tidak mau bersujud
kepadanya, apalagi saat ini Nabi Adam AS telah wafat aku tidak akan mau bersujud di makamnya.
 Dalam sahih Bukhori dan sahih Muslim (hadist dari Ibnu Mas’ud)

 “Laa Yadkhulul Jannata man Kana Fii Qolbiji Mitsqoolu Dzarrotin Min Kibr” "Tidak akan masuk surga bagi seseorang yang di dalam hatinya terdapat
sifat sombong meskipun hanya sebesar biji dzarrah . Dan tidak akan pula masuk neraka, yaitu seorang yang di dalam hatinya terdapat keimanan
meskipun hanya sebesar biji dzarrah."
 Iblis dulunya bernama Azazil artinya PERKASA. Dulunya sebelum diusir dari surga, Iblis (Azazil) memiliki kedudukan yang mulia di surga
bertanggungjawab atas 2 hal :
1. HArits : Penjaga Surga
2. Hazin : Penjaga Hazanah, perbendaharaan surga
Iblis diusir dari surga karena ada bibit-bibit kesombongan dalam hatinya. Sehingga Iblis berani menolak bersujud kepada nabi Adam AS
sekalipun perintah tersebut datang dari Allah Azza wa jalla.
 Hadist Qudsi : Kebesaran atau kesombongan adalah Ridhaku (sejenis selendang yang biasa digunakan di Arab menutup leher/ bahu) dan
Keagungan itu adalah Zihar (Sarungku).
1. Hadist Qudsi ini sebagai satu informasi bahwa Iblis (Azazil) memiliki bibit-bibit Kibr dalam hatinya.
2. Dalam hadist ini menjelaskan bahwa yang boleh SOMBONG hanyalah Allah SWT. Manusia tidak boleh sedikitpun sombong, karena
semua kelebihan yang dimilikinya dari Allah SWT
 Allah SWT melarang sarung yang panjang : Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:
 “Barangsiapa menjulurkan pakaiannya karena sombong, tidak akan dilihat oleh Allah pada hari kiamat. Abu Bakar lalu berkata: ‘Salah satu sisi
pakaianku akan melorot kecuali aku ikat dengan benar’. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Engkau tidak melakukan itu karena
sombong’.Musa bertanya kepada Salim, apakah Abdullah bin Umar menyebutkan lafadz ‘barangsiapa menjulurkan kainnya’? Salim menjawab, yang
saya dengan hanya ‘barangsiapa menjulurkan pakaiannya’. ”. (HR. Bukhari 3665, Muslim 2085)
 Hakikat dilarangnya mengenakan sarung atau gamis yang panjang karena saat itu di Makkah banyak pria seperti Abdulllah bin Ubay dan Abu lahab
yang meniru pakaian orang Romawi yang menjulur ke tanah untuk menunjukkan kekayaannya. Dia beranggapan pakaian yang dikenakannya lebih
baik dari orang lain. Namun hal yang sama buruknya apabila kita bercelana cingkrang dan merasa diri kita lebih sholeh dari orang lain. Rasulullah
SAW membiarkan Abu Bakar yang bercelana panjang menjulur karena beliau yakin Abu Bakar tidak bermaksud menyombongkan diri.
 Hakikat Kesombongan (Kibr)
 Secara Lahir/ Zahir orang yang sombong merasa kuat
 Namun secara batin, Imam Ghazali menyebutnya orang yang lemah karena :
1. Tidak sanggup mencintai orang
2. Tidak punya kekuatan untuk Tawadhu (rendah hati), padahal Tawadhu kekuatan orang-orang yang bertakwa
3. Tidak sanggup menahan Iri
4. Tidak sanggup menahan marah padahal bisa/ pantas (karena merasa dirinya besar, dan dilecehkan dg tindakan orang lain)
5. Tidak sanggup untuk berkata lembut

6. Tidak sanggup mendengar nasehat atau kritik


 Penyebab SOMBONG (KIBR), secara umum ada 2 : DINIYUN (Agama) dan DUNYAWUN (Dunia).
1. Ilmu : Senang berdebat, menyalahkan orang-orang lain dengan ilmu yang dimilikinya. Meghujat orang lain, mengkafirkan sesama muslim
2. Amal : Senang dipuji dengan amal ibadahnya, misalnya ahli sholat, pak Haji. Dan marah jika orang tidak memanggilnya pak atau bu haji
3. Nasab (Keturunan), suku-suku : misalnya orang Minang merasa lebih baik dari suku jawa. Karena memiliki ayah ibu keturunan kerajaan
merasa lebih baik dan lebih tinggi dari orang lain

4. Al Jamalu (Kecantikan, ketampanan). Orang tidak ragu mengeluarkan biaya besar untuk perawatan wajah dan badannya, agar mendapat
pujian dari orang lain
5. Kekuatan (baik kekuatan fisik maupun kekuatan politik/ militer), misalnya keluarga tentara yang tidak takut melanggar lalu lintas karena
memilki background militer (TNI), anggota DPR yang berani marah-marah saat ditilang, pejabat yang semena-mena terhadap karyawan
dibawahnya atau karyawan rendahan lainnya (bukan timnya)
6. Maal (Harta). Cirinya merasa iri atau cemburu melihat kelebihan harta orang lain.
7. Anshor (Pengikut). Merasa bangga/ sombong karena banyaknya pengikut/ follower. DIa sangat takut apabila kehilangan follower, sehingga
akan mengikuti selera followernya. Ia akan mengikuti trend, dan bukan menjadi Trend setter.
 Kabiiru al Mutakabbir artinya Sombonglah terhadap Orang yang sombong. Ini bukanlah hadist nabi namun atsar sahabat. Makna sebenarnya :
Berpura-puralah sombong menonjolkan kelebihan kita. Tujuannya agar menarik simpati orang tersebut (atensi), dan tujuannya adalah menyadarkan
orang yang sombong agar menyadari kesombongannya dan takut pada Allah. Menurut ustadz hanya ada 2 orang yang boleh melakukan ini :
1. Seorang Sahabat yang ingin menasehari temannya yang sombong
2. Seorang Guru yang ingin meluruskan muridnya

 Menurut kitab Ihya Ulumuddin, Ghodob (Marah) menempati urutan nomer 1, diikuti Hasad (dengki) dan Kibr diurutan ke-5
 Ghodob (marah) melahirkan sikap “menyerang”.
 Hasad maknanya : Tidak suka nikmat Allah SWT sampai kepada seseorang dan ingin nikmat itu hilang dari sesame mukmin atau ummat manusia.
Dalam Bahasa lain : Senang orang lain susah
Dalam hadist Abu Daud yang diriwayatkan Abu Hurairah : “ Hasad itu dapat melahap kebaikan seperti halnya api yang melahap kayu bakar. Sedekah dapat
menghapuskan
 kesalahan, seperti air yang mampu memadamkan api. Shalat adalah cahaya orang beriman, dan puasa merupakan perisai api neraka.
 Hasud itu ada ada 2 macam :
1. Iri hati yakni tidak suka melihat nikmat pada orang lain dan mengharap kenikmatan tersebut dapat segera hilang dari orang itu.
2. Tidak ingin kenikmata itu hilang dari orang lain namun ingin nikmat tersebut juga menjadi miliknya. Ini yang disebut Ghibthah.
 Orang hasad adalah seburuk-buruk makhluk sebagaimana disebut dalam surat al Alaq : Qul A’udzu Birobbil Falaq……Min Syarri hasidin idza hasad
(Katakanlah aku berlindung kepada Tuhan yang memiliki waktu Shubuh….Dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.”
 Hasad letaknya didalam Jiwa (Nafs)
 Mengenai hasad Allah menceritakan dalam surat Al Imron : : Jika kamu mendapat kebaikan mereka
merasa tersakiti”
In tamsaskum ḥasanatun tasu`hum wa in tuṣibkum sayyi`atuy yafraḥụ bihā, wa in taṣbirụ wa tattaqụ lā yaḍurrukum kaiduhum syai`ā,
innallāha bimā ya'malụna mufiīṭ
Terjemah Arti: Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira
karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan
 Imam Ghozali berkata setiap ada yang mendapat ikmat pasti akan ada orang yang hasad
 Hasad dizaman Nabi antara lain karena masalah ilmu karena ahli kitab hasad pada kemuliaan ilmu yang dimiliki Rasulullah SAW. Selain karena
masalah harta, karena dengan penyembahan pada Allah akan mematikan pencaharian para pembuat patung berhala
1. Dalam hadist Bukhori (63) dan Muslim (816) yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud, kita tidak boleh melakukan hasad (Ghibthah) kecuali
pada 2 hal :Pemuda yang mendapat ilmu dan belajar siang dan malam  Iri pada kesungguhan pemuda yang menuntut ilmu siang dan
malam
2. Seseorang yang diberikan Allah SWT harta lalu orang ini berinfaq siang dan malam - Iri pada semangat dan konsistensi saudara kita
yang berinfaq secara kuantitas/ jumlahnya, bukan iri pada harta yang dimilikinya
Makna Siang disini : Dilihat orang, makna malam hari : TIdak dilihat orang. Artinya perbuatan menuntut ilmu dan berinfaq tersebut dilakukan
dengan sungguh-sungguh baik disaksikan orang maupun diam-diam.
 Ada 4 sebab Hasad :
1. Permusuhan dan kebencian
2. Taadzuz : Merasa diri mulia, atau merasa diri pantas, sementara orang lain tidak pantas. Hal ini bisa terjadi juga dalam ibadah misalnya :
merasa diri lebih pantas menjadi imam di banding orang lain (kecuali alas an syari seperti bacaan AlQuran lebih baik), maupun dalam
kegiatan masyarakat : memilih ketua/pemimpin
3. Mencintai kepemimpinan (mencari kekuasaaan) dan mencari kemuliaan
Jangan mendengarkan pembisik, dengarkan kata hati. Dalam perkataan seorang tabiin : Ridho semua orang, adalah sesuatu yang
tidak mungkin terjadi. Mereka yang menjadi pejuang akan berjuang di satu bidang yang dia bisa dan tidak takut dicaci orang lain yang
mencaci.
4. Jiwa yang kotor dan kikir
Jalan pintas untuk membersihkan jiwa adalah Zikrullah. Dalam sebuah hadist yang
diriwayatkan Imam Baihaqi : “Tiap sesuatu ada cara membersihkan atau mengobati. Obat
hati adalah zikrullah.” Zikir bisa dilakukan secara zahar maupun sir (zikir qalbu)
 Hasad sangat buruk karena bersuudzon (berburuk sangka) kepada Allah SWT, misalnya menuduh Allah SWT salah mengirim
rezeki, salah memilihkan jodoh
 Cara menghilangkan sifat hasud melalui Tindakan, Tindakan yang paling ampuh untuk menghilangkan hasudadalah dengan
melakukan hal-hal yang berlawanan dengan dengan sifat hasud itu sendiri, misalnya dengan :
 bersikap tawadhu terhadap orang yang dihasud,
 memberikan pujian kepadanya
 menampakkan perasaan gembira atas kesenangan yang diterimanya
 saling mencintai satu sama lain (dengan orang yang kita hasad atasnya)
 keinginan kuat melakukan semua ini untuk mendapat pahala dan Ridho Allah SWT
 Rezeki Allah SWT tidak mungkin salah kirim, sebagaimana dikutip dalam Alquran :
“Waminarozaqnaahun yunfiquun” – Dan dari Rezeki yang diturunkan Allah SWT, maka Infaqkanlah”
 Dalam melakukan zikir, carilah pembimbing. Jangan belajar berzikir dari Youtube atau video tanpa pembimbing karena zikir tersebut tidak
bersanad atau memiliki sumber yang jelas. Zikir yang tdk dibimbing bisa membawa keburukan seperti halusinasi bahkan hilang akal (gila).
 Jiwa (Nafs) dan Hati (Qalbu) adalah dua hal yang berbeda. Demikian juga Ruh.
 Jiwa (nafs) banyak berhubungan dengan jasad dan akal.
 Hati (Qalbu) berhubungan dengan ruhaniah (pancaran cahaya ruh dari Allah). Namun alam Qalbu berbeda dengan alam Ruh.
 Alam Ruh adalah urusan Allah. Orang yang mati adalah jasad serta jiwanya. Qalbu pun akan ikut lenyap, namun Ruh akan tetap hidup sekalipun
orang tersebut wafat
 Zikir Qolbu harus masuk kedalam Ruh kita, agar bisa jadi penghalau Hasad, Ghodob, Riya, Ujub dan beberapa penyakit hati yang lain.
 Mengobati hati yang kotor selain dengan Zikrullah juga dengan menuntut ilmu.
 Topik : Riya dan Sum’ah (Pamer)
 Riya’ akar kata Ro’a, Ar Ru’yah, maknannya terlihat. Yakni Ingin terlihat oleh orang lain dirinya secara ilmu/ amal lebih baik atau lebih mulia
dibanding orang lain. Ingin mendapatkan kecintaan orang lain (popularitas) dan khawatir dibenci.
 Beda Kibr (sombong) dan Riya’ :
 Kibr/ sombong : Merasa lebih baik dari orang lain
 Riya : Merasa lebih tinggi ilmu dan amalnya disbanding orang lain dan merasa lebih mulia dimata manusia dan disisi Allah
 Riya’ susah dikenali karena letaknya didalam hati. Ibadah orang riya’ tidak ada bedanya dengan
ibadah orang lain secara kasat mata.
 Riya dibagi menjadi 2 :
1. Karena alasan Duniawi
2. Karena alasan Agama (Diin) atau Akhirat (ukhrowi)
 Riya karena alasan duniawi masih lebih ringan di banding riya karena alasan agama. Riya’ yang mubah adalah dalam urusan duniawi misalnya
mengenakan pakaian yang bagus untuk moment-moment tertentu missal pernikahan, mencat rumah menyambut Ramadhan
 Riya dalam urusan agama dan ukhrawi adalah haram
 Allah SWT menegur orang yang beramal akhirat untuk kepentingan duniawi (Riya’). Misalnya dalam
surat Al Ma’un ayat 4-7 :
4. Maka celakalah orang yang salat(yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya,yang berbuat ria
5. dan enggan (memberikan) bantuan.

 Riya dapat timbul dalam 3 bentuk :


 Perbuatan : beribadah lebih lama disbanding Ketika sendirian, shodaqoh yang banyak Ketika disaksikan orang banyak
 Perkataaan : sering menggunakan kosa kata misalnya berbahasa Arab Akhi, Antum dengan tujuan seperti orang yang sholeh. Padahal Islam
adalah agama Adab. Penggunaan istilah mas, pak secara makna lebih baik disbanding akhi atau antum apabila kita memanggil orang yang
lebih senior (baik usia, kedudukan misalnya guru)
 Penampilan : Menggunakan pakaian-pakaian atau atribut Islam dengan tujuan mendapatkan penghormatan dari manusia. Memanjangkan
jenggot dengan tujuan dihormati sebagai orang yang mengikuti sunnah bisa saja menjatuhkan kita pada riya’
 Tasbih oleh ulama sering juga disebut Qoidun = Kait, pengingat, selalu tersambung dengan Allah SWT (oleh imam Hasan Al Bashri). Mereka
menggunakan tasbih agar selalu mengingat Allah SWT, sekalipun mungkin ada orang yang mencap mereka berbuat riya’
 Banyak kaum Salafi yang membid’ahkan penyebutan Sayyidina sebagai pujian tambahan dalam Sholawat untuk Rasulullah SAW. Namun disisi
lain, mereka memanggil ustadz atau pemimpinnya dengan panggilan kemuliaan.
 Setiap kali kita di foto bersama orang, kita sering memperhatikan diri kita dalam foto. Ini adalah narsisme. Narsisme ini bagian dari Riya’. Sering
memposting foto diri di social media adalah contoh narsisme yang lain
 Riya’ adalah bagian dari kemunafikan
 Riya yang haram adalah dalam urusan agama/ ukhrawi.
 Makruh : menggunakan simbol-simbol Islam
 Haram : Beribadah lama karena ingin dilihat orang lain, sementara beribadah sendiri singkat
 Munafiq dalam Bahasa Arab artinya binatang dengan 2 karakter, atau binatang yang masuk dari 1 lubang (ditanah) dan keluar dari lubang yang lain
 Hati-hati karena ada 2 macam Riya dari sisi penampakannya :
1. Riya yang tampak : Beribadah lama karena ingin dilihat orang lain, sementara beribadah sendiri singkat
2. Riya yang tidak tampak : Meninggalkan suatu amalan (Sunnah) karena takut disebut Riya’.
 Beberapa contoh Riya’ :
 Terlihat lemas untuk menunjukkan sedang berpuasa.
 Saya kuat berpuasa walaupun tidak sahur. Nabi bersabda : “Bedanya puasa kita (muslim) dan ahli kitab adalah Sahur”
 Ustadz yang memposting tanah di socmed dan berdoa mudah-mudahan Allah SWT menurunkan rezeki untuk membangun pesantren.
 Beberapa ulama yang kasyaf (terbuka hijab di Qalbunya) terkadang mampu melihat orang yang riya’
seperti monyet (karena sering mencari muka), atau seperi kucing dan anjing
 Ada 5 sisi manusia :
1. Hewan ternak
2. Hewan buas
3. Syaithon
4. Malaikat
5. Ruh
6. Malamatiyah : Waliyullah yang berperilaku anti mainstream. Misalnya saat ada orang shalat berjamaah di masjid ia mengganggu mereka.
Maksudnya ingin menguji kekhusuan mereka sholat, karena orang yang sholatnya khusyu dan karena Allah niscaya tidak akan mudah terprovokasi.
Contoh perilaku Malamatiyah yakni perilaku Nabi Khidir vs Nabi Musa. Nabi Khidir membunuh seorang anak, padahal menurut Nabi Musa itu
adalah perilaku melanggar hukum
7. Riya’ lebih berbahaya dari penyakit-penyakit Zahir. Seperti kanker didalam badan, sehingga riya’
sering disebut juga syirik yang tersembunyi
8. Dalam sebuah hadist, Rasulullah menyebut 3 orang ini Riya :
1. Ulama : Yang mengajarkan ilmu untuk mendapatkan pujian manusia
2. Mujahid : Yang berjihad dan berniat mati syahid agar dikenang manusia sebagai mujahid bukan
lillahi ta’ala
3. Orang yang bershodaqoh besar dengan niat mendapat pujian/sanjungan
9. Semakin banyak ilmu dan harta yang kita shodaqohkan, potensi timbulnya Riya’ akan semakin besar. Ustadz mengajarkan minimal 2 kali sehari
(pagi dan sore) kita membersihkan Qalbu kita dari Riya’, Kibir dan perilaku buruk lainnya :

1. Zikir La Ilaha Illallah dengan melafazkan niat agar Allah SWT menggugurkan sifat Riya, Kibr dan akhlak buruk hati lainnya. Minimal 3x la ilaha
illallah dengan melafadzkan permintaan dihilangkan 3 hal ini :
 Mohon ampun atas dosa Riya’
 Mohon ampun atas dosa Kibir/ sombong
 Mohon ampun atas penyakit hati lainnya
Selain dibaca pagi dan sore, ada baiknya memperbanyak bacaan ini saat sholat Tahajjud.
2. Zikir Qolbu : Pejamkan mati, kunci lidah, melafadzkan zikir dalam hati. Tujuan zikir qolbu menciptakan perisai dalam qalbu untuk melindungi sifat-
sifat Riya’,Kibir dll masuk dalam qolbu kita. Zikir qolbu juga menjadi pengharum akhlak kita

Selasa 8 Ramadhan 1442H (20 April 2021) [Day 5] Ustadz Buya Dr. Arrazy Hasyim, Lc, MA, Masjid Al Ihsan
Graha Cinere
 Topik : Al Maghrur (Yang Tertipu). Bagian 1 : Tertipunya Intelektual dan Ulama
 Ghurur maknanya cenderungnya diri kita kepada hawa nafsu yang mengarahkan kita pada syubhat (Syubhat = Sama-sama, mirip)
 Ghurur disebabkan oleh 2 hal : Hawa nafsu dan Syaithan. Sehingga orang yang berpuasa walaupun setan dibelenggu dibulan Ramadhan karena
dirinya dikuasai hawa nafsu, ia masih dapat berbuat maksiat sekalipun dibulan Ramadhan
 Al-Baqarah ayat 154 berbunyi: "Wa la taqulu liman yuqtalu fi sabilillahi amwatun. Bal ahya-un
walakin la tasy’urun." Yang artinya: “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati,
karena (sebenarnya) mereka itu hidup tetapi engkau tidak menyadarinya.”
 Imam Ghozali yang pernah mengalami dalam puncak keilmuannya dengan julukan Hujjatul Islam : menjadi rector sebuah universitas di Sudan,
hidup kaya berkecukupan, memiliki pengaruh dan dihormati orang banyak, memiliki istri yang cantik dan sholihah pernah merasakan kegalauan
hatinya karena timbulnya beberapa godaan penyakit hati didalam dirinya. Akhirnya beliau berkhalwat selama 10 tahun di atas Menara sebuah
masjid didaerah Syam.
 Dalam pengembaraan ruhaninya ini, Imam Ghazali menuliskan tentang kitab Ihya Ulumuddin salah satunya bab tentang Ghurur. Khusus tentang
Ghurur atau banyaknya orang yang tertipu terutama para alim ulama (baik ilmu duniawi maupun ulama agama) beliau menulis sebuah kitab
berjudul Al Maghrur.
 Beberapa kelompok orang yang disebut “tertipu (maghrur) antara lain :
1. Kaum intelektual yang sibuk Menyusun dalil Aqliyah dan tidak mampu melindungi mereka dari maksiat. Mereka menurutkan hawa
nafsunya dan terkadang mencari pembenaran dari ayat-ayat AlQuran dan hadist. Mereka menduga bahwa mereka memiliki derajat
tertentu di sisi Allah SWT dengan keilmuannya tersebut, sehingga orang-orang seperti mereka tidak akan disiksa. Contoh : ayat yang
mereka katakan tentang pembenaran homoseks “Zuyyina
linnasi hubbusyahawati minannasi”. Syahwat terhadap wanita didalam ayat ini diartikan
berlaku bagi pria maupun wanita (wanita terhadap wanita atau homoseks/LGBT).
musawwamati wal-an'āmi wal-ḥarṡ, żālika matā'ul- ḥayātid-dun-yā, wallāhu 'indahụ ḥusnul-ma`āb
Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta
benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia,
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.
 Ilmu fiqih untuk mengetahui halal dan haram. Ilmu agama yang lain untuk mengatur akhlak seperti muamalat dan tasawuf. Dalam surat
al Jumuah ayat 5 Allah SWT menegur orang yang tidak menjalankan isi Kitab suci Taurat (dan kitab suci lain seperti AlQuran)
 Maṡalullażīna ḥummilut-taurāta ṡumma lam yaḥmilụhā kamaṡalil-ḥimāri yaḥmilu asfārā, bi`sa maṡalul-qaumillażīna każżabụ bi`āyātillāh,
wallāhu lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn Arti: Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada
memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan
ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
 Al Ghozali berkata dalam pembukaan kitab Ihya Ulumuddin bahwa Ilmu itu milik Allah dan DIa akan menuntun kita Kembali kepada Allah
SWT sebagai pemilk segala Ilmu. Maknanya bisa jadi dalam menuntut ilmu agama kita akan tersesat pada hawa nafsu namun apabila kita
tetap menjalin silaturrahmi dengan para ulama, niscaya Allah SWT akan mengembalikan kita Kembali kepada jalan yang benar. Seperti
kisah hidup Al Ghazali sendiri yang dinukil dalam kitabnya. Dan “Al Ghazali” yang lain dengan kisah spiritual yang sama bisa jadi ada di
masyarakat kita dalam tingkat yang berbeda seperti seorang pemuda santri menantu dari seorang kyai besar di Jawa Tengah (Kyai Haji
Mustofa Bisyri/ Gus Mus) yang sempat menjadi seorang pendukung liberalisme namun beberapa tahun terakhir sudah mulai back to
pesantren dan mengkaji kitab Ihya Ulumuddin.
 Ada orang yang sudah mengamalkan ilmu secara Zahir namun belum diamalkan secara batin, Mereka meninggalkan maksiat
namun Qalbunya belum diurus sehingga sering
terjangkiti Kibir dan Riya’. Doyan popularitas

2. Seorang ulama yang melihat munculnya tokoh-tokoh intelektual atau ulama-ulama muda, namun dia memiliki hasad dan ingin
menjatuhkan orang tersebut karena alasan tidak ingin diambil alih pengaruhnya atau kepentingan duniawi seperti harta dan jabatan
Dimasa ini banyak ustadz yang dengan alasan berdakwah banyak posting di socmed namun lupa untuk membaca buku.
Muhaddatsi : Orang yang Allah SWT berbicara kepadanya dan diberikan ilham (Ilmu Laduni), dengan ilmu tersebut ia mengajarkan
seseorang suatu ilmu baru atau bisa memahami sesuatu bidang ilmu walaupun dia sendiri belum pernah membaca buku tentang topik
tersebu

Orang yang tertipu di gramatikal termasuk didalamnya makhraj membaca huruf arab (AlQuran) sehingga melupakan makna ayat-ayat AlQuran
maupun hadist.

3. Orang yang sibuk dengan hal-hal social dan meremehkan ilmu Agama
4. Orang yang sibuk belajar ilmu ceramah dan public speaking dan belajar tentang motivasi serta mengajarkan hal-hal ini, namun dia sendiri
belum memahami ilmu ini dengan baik dan belum melaksanakan atau meresapi ilmu ini dalam qalbunya.
 Asma’ul Husna : belum memahami seutuhnya makna satu Asma’ dan sudah mencoba mengajarkannya. Pesan Ghazali : Penuhi
Qalbumu dengan Asmaul Husna (mengamalkan zikir Asma’ul Husna dan memahami maknanya dengan baik) dan engkau akan
bisa dengan sendirinya untuk menyampaikan hal tersebut pada orang lain
 Jauhkan diri kita dari ulama yang membranding keilmuannya dengan simbol-simbol agama sehingga menjadi riya’, misalnya
memakai sorban, ridha (selendang/selempang di bahu) dll.
5. Ulama yang ingin selalu dipuji karena background keilmuannya seperti kampus tempatnya belajar (misalnya dari mesir, Makkah atau
Madinah). Ulama seperti ini semakin bertambah ilmu dan amalnya, maka akan makin bertambah riya’ dan sombong (kibir) nya
Pembersih Ghurur :
“Segala sesuatu ada pembersih dan obatnya. Pembersih Qalbu adalah Zikrullah (Atsar sahabat)”
 ZIkir yang paling dahsyat untuk membersihkan Ghurur adalah Zikir Qalbu (Zikir Khafi = Zikir tersembunyi), dengan memejamkan mata, mengunci
lidah dan menutup mulut tidak bicara. Melafalkan zikir tersebut didalam hati agar menghujam didalam qalbu dan membersihkan kerak- kerak Kibir
dan riya’ didalam hati kita.
 Zikir Qalbu apabila sudah mencapai tingkat yang tertinggi akan menjadi Zikir Ruh
 Ahlullah atau keluarga Allah SWT adalah julukan yang diberikan kepada Imam Ghazali.
 Al Wajiz adalah sebuah kitab ringkas tentang Fiqih yang disusun imam Ghazali. Kitab ini menjadi rujukan sesiapa saja yang ingin mempelajari fiqih
mazhab imam Syafii. Saya kutip dari laman “Irtaqi.net” : Al-Wajiz adalah bentuk mukhtashor dari Al-Wasith. Kitab Al-Wasith adalah bentuk
muktashor dari Al-Basith. Kitab Al-Basith adalah bentuk mukhtashor dari Nihayatu Al-Mathlab. Kitab Nihayatu Al-Mathlab adalah syarah dari
Mukhtashor Al-Muzani. Kitab Mukhtashor Al-Muzani bisa dianggap sebagai ringkasan dari kitab Al-Umm karya Asy-Syafi’i. Jadi, kitab Al-Wajiz
istimewa di sini karena memiliki “sanad bersambung” sampai pendiri madzhab.
 Al Ghazali secara ilmu fiqih adalah pengikut mazhab Imam Syafi’i. Secara ilmu tauhid adalah seorang Asy’ariyah.

Rabu 9 Ramadhan 1442H (21 April 2021) [Day 6] Ustadz Buya Dr. Arrazy Hasyim, Lc, MA, Masjid Al Ihsan
Graha Cinere
 Topik : Tertipunya Ahli Ibadah (Ibad)
 Kelompok Ulama dan ilmuwan ternyata banyak yang tertipu. Masih pembahasan secara zahir, belum meresap kedalam Qalbu.
Penyakitnya kebanyakan adalah Kibir, ada juga Riya’

 Tipu daya Ahli Ibadah. Misalnya :


1. Orang yang Sholat.
 Saat wudhu diganggu syaithan Walhan yang menyebabkannya wudhu berulang-ulang. Jangan lupa membaca doa wudhu : Asyhadualla
Ilaha Illalloh, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah. Allohummaj’alni minattawwabin waj’alni minal mutatohhirin. Waj’alni min
Ibadikassholihin. Tambahkan doa ini : Waj’alni biismihi walhan.
 Saat takbir sering mengulang takbirnya. Saat membaca Al Fatihah sangat memperhatikan makhraj dan tajwidnya, sehingga kadang sering
melupakan maknanya. Tujuan belajar ilmu tajwid adalah agar bisa melafalkan kata dan kalimat Bahasa Arab (Alquran dan hadist) dengan
benar, sehingga tidak salah makna. Jangan sampai tujuan membaca AlQuran hanya sebatas memperbaiki bacaan, karena tujuan
utamanya memahami makna ayat-ayat yang dibaca
 Imam sholat harus mampu membawa jamaah yang dipimpinnya “bertemu” dengan Allah SWT
2. Tertipu dengan bacaan AlQuran.
 Banyak orang yang mengejar khatam Quran sebanyak-banyaknya di bulan Ramadhan dan setiap bulan (Imam Syafii khatam Alquran
2x setiap hari. 1 bulan khatam 60x). Sehingga orang membaca AlQur’an dengan terburu-buru (Yuhadrimun)
 Perumpamaan mereka seperti seperti seorang budak yang mendapat surat dari tuannya, didalam surat itu tuannya memberikan
perintah dan larangan, namun dia tidak memperhatikan dan melaksanakan perintah dan larangan tuannya itu, dia hanya sekedar
menghapalnya. Dia terus menyalahi perintah tuannya, namun dia terus membaca surat dari tuannya itu dengan alunan suaranya
dalam sehari serratus kali. Dia sangat pantas untuk mendapatkan hukuman dari tuannya. Apabila dia menyangka bahwa apa yang
dilakukannya itu merupakan yang dikehendaki tuannya, maka dia adalah orang yang tertipu
 Ada orang yang enak dan merdu membaca AlQuran. Dia tertipu dengan bacaannya itu, menduga bahwa itu merupakan kenikmatan
bermunajat kepada Allah SWT dan menyimak firman-Nya. Padahal itu merupakan kenikmatan yang dimunculkan suaranya. Oleh
karena itu hendaknya dia tetap mengontrol hati dan selalu merasa takut kepada Tuhannya.
 Tempat yang sering dibacakan AlQuran akan menjadi tempat yang mulia, namun kualitas pahala yang membaca tergantung
keikhlasan yang membaca dan niatnya untuk apa
 Allah SWT akan mengabulkan do’a kita apabila kita yakin Allah SWT mengabulkan do’a tersebut
3. Tertipu dengan puasa
 Puasa makan minum namun lisannya tidak berpuasa (marah, ghibah, mencela orang, dll), mata dan hatinya tidak dijaga, serta tidak
memelihara perutnya dari makanan haram Ketika berbuka. Dia merasa pede sudah baik puasanya.
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy)
 Berpuasa karena berharap dapat kenaikan jabatan, kesaktian atau diet. Dengan berpuasa seperti ini secara ruhani dia tidak mendapat
apa-apa
4. Tertipu karena haji dan umroh
 Berangkat haji dan umroh setiap tahun, sementara masih banyak sekelilingnya yang kelaparan
 Banyak mengeluh selama haji dan umroh karena fasilitas yang diterima : makanan, hotel dll.
 Mungkin dengan pandemic Covid 19 dimana Umroh dan Haji saat ini dibatasi adalah “teguran” Allah SWT untuk kita mengevaluasi
kualitas haji umroh kita serta memperhatikan sekeliling kita
 Adapula orang yang berhaji dan umroh dengan berhutang (misalnya : difasilitasi bank), memiliki dosa kepada orang tua yang belum
dimintakan maafnya dan hartanya berasal dari rezeki yang tidak halal
 Hajikan Qolbumu, Umrohkan qolbumu sebelum engkau berHaji dan Umroh. Thawaf dan Saikan Qolbumu sebelum thawaf, lontar dulu
syaithan di qalbumu sebelum melontar jumrah, wukuf dulu sebelum berwukuf di Arofah.
 Diantara orang-orang ahli ibadah lain yang tertipu al :
 Mereka memprioritaskan khalwat dan uzlah dan menganggap dirinya lebih mulia disisi Allah SWT dari orang yang tidak uzlah
 Mereka lebih memprioritaskan orang kaya dari orang miskin dalam taklim atau amalan ibadah lainnya, misalnya sebagai muthawwif
haji umroh
 Menekankan amalan lahiriah dari amalan hati yakni menjauhkan kibir, riya dan ujub dari hatinya
 Senang dipuji sebagai ahli ibadah ataupun merasa mulia karena orang menyebutnya ahli ibadah dan wali Allah
 Sangat antusias beribadah sunnah namun tdk menganggap besar ibadah fardhu. Mereka senang dg sholat dhuha, tahajjud dan ibadah
sunnah sejenis, namun tdk menemukan kenikmatan Ketika melaksanakan sholat fardhu dan tidak antusias melaksanakannya di awal
waktu. Mereka lupa sabda Rasulullah : Tidaklah orang-orang yang mendekatkan diri itu mendekatkan diri kepada-Ku, seperti mereka
melaksankan Ibadah yang aku Fardhukan atas mereka (HR Bukhari dari Abu Hurairah)

Anda mungkin juga menyukai