Anda di halaman 1dari 7

Makalah Mujahadah An-Nafs

Kelompok : 1

Disusun Oleh :

1. Defa Erlangga
2. Hanif Naufal Moko Putra
3. Mohammad Oxyderokcylon Maran
4. M Irvin Delewarkhan
5. Sukmadinata

Mata Pelajaran : Agama Islam

Guru Pengajar :

SMAN NEGERI 105 JAKARTA


BAB I
PENDAHUAN
A.       Latar Belakang
        Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam Kata islam berarti damai, selamat,
sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama
islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan,
dan kesejahteraan hidup umat manusia pada khususnya dan seluruh alam pada umumnya.
Agama islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama, Nabi pertama, yaitu
Nabi Adam AS. Agama itu kemudian Allah turunkan secara berkesinambungan kepada para
Nabi dan Rasul-rasul berikutnya.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beragam
agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman agama itu mempunyai
kecenderungan kuat terhadap identitas agama masing- masing dan berpotensi konflik.
Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural. Multikultural
masyarakat Indonesia tidak sauja kerena keanekaragaman suku, budaya,bahasa, ras tapi
juga dalam hal agama. Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama islam,
Katolik, protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu. Dari agama-agama tersebut terjadilah
perbedaan agama yang dianut masing-masing masyarakat Indonesia. Dengan perbedaan
tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik antar umat
beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri yang mengajarkan
kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling tolong menolong.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama yang
sejati, harus tercipta satu konsep hidup bernegara yang mengikat semua anggota kelompok
sosial yang berbeda agama guna menghindari ”ledakan konflik antarumat beragama yang
terjadi tiba-tiba”.
Makalah ini akan membahas tentang  Mujahadah Nafs tentang kontrol diri yang perlu
dimiliki setiap umat muslim.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian  Muzahadah Nafs?
2.      Apa Perilaku yang Mencerminkan Sikap Mujahadah an-Nafs?
3.      Hikmah atau Manfaat dari Sikap Mujahadah an-Nafs?
4.      Apa Hikmah atau Manfaat dari Sikap Mujahadah an-Nafs?

      C.    Tujuan
      Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah
1.      Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
2.      Menambah pengetahuan tentang akhlaqul karimah yaitu Mujahadah
3.      Dapat menerapkan Mujahadah dalam kehidupan sehari-hari
4.      Menjadi pribadi yang lebih Islami
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian
Mujahadah an-Nafs berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas dua kata, yakni
mujahadah yang artinya kesungguhan dalam mengendalikan sesuatu dan an-Nafs yang
artinya diri pribadi. Jadi, mujahadah an-Nafs adalah kesungguhan dalam mengendalikan diri
pribadi atau sikap kontrol diri.
Sikap kontrol diri atau mujahadah an-Nafs adalah satu sikap yang diajarkan Islam
agar manusia mampu menjadi pribadi yang tidak selalu mengedepankan hawa nafsu dan
emosinya dalam menjalani kehidupan. Akan tetapi, mampu mengendalikan emosi dan hawa
nafsunya dengan selalu mengedepankan kejernihan hati dan pikiran serta perilaku mulia
yang dapat meninggikan derajatnya di hadapan Allah swt.

Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :


“Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dan beramal untuk
kehidupan setelah mati”
(H.R. Tarmidzi: 2383)
Diantara tanda kecintaan seorang hamba kepada Allah swt., yaitu dia yang
mengutamakan perkara yang disukai-Nya daripada mengutamakan kehendak nafsu
pribadinya. Orang-orang yang sanggup melawan hawa nafsu adalah mereka yang beriman
kepada Allah swt. dan hari akhir, inilah kekuatan yang ada dalam diri umat Islam.

Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :


“Dan saya juga mendengar Rasulullah saw. Bersabda, “Mujahid adalah orang yang berjihad
terhadap jiwanya”
(H.R. Ahmad)
Perang melawan hawa nafsu merupakan jihad akbar, yang nilainya lebih utama
dibanding jihad memerangi orang-orang kafir, yang sering disebut jihad kecil (al jihad al
asghar) oleh Rasulullah saw.

Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :


“Nabi Muhammad saw. Bersabda: Telah kembalilah kita dari sebuah perlawanan yang kecil
(perang Badar dengan orang Kaum Kafir Quraisy waktu itu), menuju peperangan yang
agung, bertanyalah para sahabat: Ya Rasulullah, apa yang engkau maksudkan peperangan
yang besar? Rasul menjawab: Perang melawan hawa nafsu”

B.      Perilaku yang Mencerminkan Sikap Mujahadah an-Nafs


a.      Berpikir positif
Selalu berpikir positif dalam segala hal, tidak pernah mempunyai prasangka buruk
terhadap apa pun dan siapa pun, tidak memiliki perasaan untuk merendahkan, atau bahkan
menghina siapa pun yang ditemuinya. Ketika seseorang memiliki perilaku berpikir positif, dia
akan selalu mempertimbangkan setiap ucapan dan perilakunya untuk memberikan manfaat
kepada orang lain.

Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :


“Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwasanya Nabi Muhammad saw. Bersabda, “Demi
Zat (Allah) yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidaklah beriman seorang hamba
dengan sempurna sehingga dia mencintai tetangganya atau saudaranya seperti halnya
mereka mencintai dirinya sendiri”
(H.R. Muslim: 65)
b.    Bekerja keras, tuntas, dan ikhlas
c.   Optimis dalam segala hal
Sikap optimis artinya keyakinan yang kuat bahwa kesungguhan dan kerja keras yang kita
lakukan akan mendapatkan petunjuk dan pertolongan dari Allah swt. dengan berbagai
macam kemudahan.

         Allah swt. berfirman :


‫ْال ْمُحِسنِي َن‬ ‫َ َل َمع‬ ‫َهَّللا‬ ‫َ ِوإَّن‬ ۚ ‫َسُبُلنا‬ ‫َلن َهْدِيَّْنهُم‬ ‫َفِينا‬ ‫َج َ ُاهدوا‬ ‫َوالَّذ َِين‬

Artinya :
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat
baik” (Q.S. Al-Ankabut (29): 69)

d.      Bersyukur ketika mendapat keberhasilan


e.      Bersabar ketika mendapat kegagalan
Seseorang yang memiliki sikap kontrol diri akan bersabar dan menganggap bahwa
setiap kegagalan dalam usahanya adalah ujian baginya untuk meningkatkan usaha dan
doanya lebih maksimal lagi di kemudian hari.

Allah swt. berfirman :


ُ ‫َ َيْأ‬
‫س‬ ‫ِ ُإَّنه اَل‬ ۖ ‫َ ْرو ِح ِهَّللا‬ ‫ْمِن‬ ‫َ َتيْأسُوا‬ ‫َواَل‬ ‫َ َوأخ ِِيه‬ ‫يُوس َُف‬ ‫ْمِن‬ ‫َفتَحسَّسُوا‬ ‫ْا َذهبُوا‬ ‫ِي‬َّ ‫َبن‬ ‫َيا‬
َ
‫الكافُِرو َن‬ ْ ‫ْ َاْلق ُوم‬ ‫ِهَّللا ِإاَّل‬ ‫ْمِن َ ْرو ِح‬

Artinya :
“Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan
jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat
Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.” (Q.S. Yusuf (12): 87)

C.      Hikmah atau Manfaat dari Sikap Mujahadah an-Nafs


a.      Menambah ketentraman hati dan pikiran
Seseorang yang memiliki sikap kontrol diri, hatinya akan merasa tenteram dan nyaman,
tidak pernah berburuk sangka terhadap siapa pun yang ditemuinya, tidak mengucapkan
sesuatu yang dapat merugikan orang-orang yang ada di sekitarnya.

Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :


“Sesungguhnya dalam tubuh (manusia) itu terdapat segumpal daging, apabila segumpal
daging itu baik maka baik pula seluruh tubuhya, akan tetapi apabila rusak segumpal daging
itu maka rusak pulalah seluruh tubuhnya, ingatlah segumpal daging itu adalah hati.”
(H.R. Bukhari: 50 dan Muslim: 2996)

b.      Mendapatkan hasil yang memuaskan


Seseorang yang dapat mengontrol dirinya dari sifat malas dan menunda pekerjaan
menggantinya dengan kerja keras, tuntas, dan ikhlas tentu akan mendapatkan hasil yang
memuaskan.

Allah swt. berfirman :


‫ى‬
ٰ ‫سع‬
ََ ‫ِإاَّل َام‬ ‫ِِ ْلإْلن َا‬
‫س ِن‬ َ ‫ْ َيل‬
‫س‬ ‫ََأْون‬
Artinya :
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.” (Q.S. An-Najm
(53): 39)

c.      Memiliki kepercayaan diri yang tinggi


d.      Menambah ketawakalan kepada Allah swt. dalam menyerahkan semua  urusan

D.    Dapat Melakukan Mujahadah an Nafs hanya karena hidayah Allah


Mujahadah al-nafs merupakan perbuatan yang berat. Meskipun berat Allah
menjanjikan jalan keluar bagi orang beriman yang bersungguh-sungguh berjuang
mengendalikan nafsunya. Sebagaimana firman Allah : : “Orang-orang yang berjihad di jalan
Kami, pasti akan kami tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami…” (QS al-Ankabut: 69).
Imam Ibn al-Qayyim berkata: “Allah menggantungkan hidayah dengan laku jihad.
Maka orang yang paling sempurna hidayah (yang diperoleh)-nya adalah dia yang paling
besar laku jihadnya. Jihad yang paling fardu adalah jihad melawan nafsu, melawan syahwat,
melawan syetan, melawan rayuan duniawi. Siapa yang bersungguh-sungguh dalam jihad
melawan keempat hal tersebut, Allah akan menunjukkan padanya jalan ridha-Nya, yang
akan mengantarkannya ke pintu surga-Nya. Sebaliknya, siapa yang meninggalkan jihad,
maka ia akan sepi dari hidayah…”
Di ayat lain, Allah menjelaskan bahwa membebaskan nafsu merupakan karunia Allah,
sebagaimana frimannya: “Dan aku tidak membebaskan nafs-ku, karena sesungguhnya nafs
itu selalu sangat menyuruh kepada keburukan, kecuali nafs yang dirahmati Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf/12: 53).
Kalimat yang bergaris bawah menunjukkan bahwa kita tidak akan sanggup
mengendalikan diri, kecuali mendapatkan rahmat dan kasih sayang Allah

      E.  Akibat mengikuti nafsu


Para pelaku tindak kriminal di sekitar kita, seperti para koruptor, pemakai narkoba,
pembunuh, misalnya, adalah orang-orang yang gagal dalam laku mujahadah diri. Sebaliknya,
mereka justru menuruti segala keinginan dan syahwat diri, sehingga mereka tertawan dan
diperbudak olehnya. Mereka tidak pernah menyadari tentang buah kejahatan yang akan
datang menjelang, cepat atau lambat. Yang mereka pikirkan adalah bayangan semu tentang
kenikmatan sesaat dan instan. Na’udzu billah, semoga kita dihindarkan cara pandang
sedemikian.
F.          Hikmah mujahadah an nafs
Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari mujahadah an-nafs, yaitu:
a)        Dapat meminimalisasi akibat negatif dari perbuatan yang dilakukan, karena
dipertimbangkan dengan matang.
b)        Berusaha berbuat yang baik dan terbaik, sebaik perbuatan itu akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah
c)        Tidak cepat bereaksi terhadap berbagai permasalahan yang timbul.

G.           Cara Mujahadah an nafs


Ada empat cara melakukan mujahadah an-nafs dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
1)        Bersabar atau menyisihkan waktu yang lebih lama untuk mengambil keputusan dari
perbuatan yang akan dilakukan. 
Ketika seseorang atau umat Islam dihadapkan kepada banyak tantangan dan kesulitan atau
berposisi minoritas, hendaklah bersabar. Sikap sabar akan membuka pikiran jernih yang
menjadi pembuka ide-ide brilian yang mengambil keputusan.

2)        Memikirkan akibat dari perbuatan yang kita lakukan.


Berpikir tentang akibat perbuatan yang akan dilakukan dapat meminimalisasi hal-hal negatif
dan penyesalan yang akan ditimbulkan dari perbuatan tersebut. Bukankah setiap perbuatan
sebenarnya akan kembali kepada pelakunya sendiri? Allah Swt berfirman: “Jika kamu
berbuat baik, maka kamu berbuat baik kepada dirimu sendiri. Jika kamu berlaku jahat, maka
kamu berbuat jahat pada dirimu sendiri.” (QS Al-Isra: 7). Sebagian ulama salaf menafsirkan
ayat ini dengan berkata: “Sesungguhnya amal kebaikan melahirkan cahaya di dalam kalbu,
kesehatan pada badan, kecerahan pada wajah, keluasan pada rizki, serta kecintaan dari
segala makhluk. Sedangkan kejahatan, sebaliknya, menciptakan kegelapan di hati,
keringkihan di badan, kesuraman di wajah, kesempitan pada rizki, serta kebencian dari hati
segala makhluk.”

3)        Berdzikir kepada Allah


Berdzikir merupakan cara untuk menyadarkan diri bahwa segala perbuatan kita dilihat dan
dicatat oleh Allah untuk dipertanggungjawabkan di akhirat. Dengan berdzikir iman akan
bertambah, membentengi godaan setan dan menjadi penyelamat dari neraka. Sebagaimana
sabda Nabi saw:
ِ ‫اق َوحُصِ َن م َِن ال َّش ْي َط‬
ِ ‫ان َوح ُِر َز م َِن ال ِّني َْر‬
 ‫ان‬ ِ ‫هللا عِ ْل ُم اإلي َم‬
ِ ‫ان َو َب َرا ِئ ِه م َِن ال ِّن َف‬ ِ ‫ِذ ْك ُر‬
“Dzikirullah itu (dapat membuka) pengetahuan tentang keimanan, pembebasan dari
kemuafikan, benteng dari syetan, dan penyelamat dari neraka.” (Miftah al-Shudur).
Ibnu Atha’illah al-Sakandari dalam al-Hikam-nya memberikan nasehat:
‫ ألن غفلتك عن وجود ذكره أشد من غفلتك في وجود ذكره‬،‫ال تترك الذكر لعدم حضورك مع هللا فيه‬
“Janganlah engkau meninggalkan zikir karena engkau tidak hadir bersama Allah (tidak
khusyuk), karena kelalaianmu sambil tidak berzikir itu lebih dahsyat daripada kelalaianmu
sambil zikir kepada-Nya.”

4)        Berdoa kepada Allah


Doa menjadi modal spritual  ketika dalam kesulitan. Inilah yang dicontohkan Rasulullah, 
ketika beliau dilempari batu dan diusir dari Thaif, justru beliau mendoakan penduduk thaif
agar diberi hidayah oleh Allah.
BAB III
PENUTUP
Mujahadah artinya kesungguhan: merupakan yang sangat penting dalam unsur yang
di percayai sebagai kekuatan dan mencapai cita-cita.untukk mencapai kesuksesan orang
harus disiplin melaksanakan tugas yang sedang dilasanakannya.sejak awal ia harus brusaha
untuk beremujahadah mencapai keseluruhan tujuan.kalau kesungguhan ini dilakukannya
maka akn ditemukan hasilnya diantaranya adalah musyahabah
Demikian juga barang siapa yang tidak bersungguh-sunguh melawan hawa napsunya
yang selalu mernggang dirinya dan mengajak berbuat maksiat dan mentang  kebaikan,maka
tidak mungkin ia akan mendapat cahayatarikat yang dicaarinya.
Abu Qasim Al-Qusairy rahimatalla Ta’ala mengatakan barang siapa yang tidak
beermujahadah sejak awal,ia tidak akan mendapat keharuman sedikitpun dari cahaya
tarikat,dikatakan dari apa yang pernah di dengarnya dari Syeh Abu Ali Ad Daqaq: barang
siapa dari sejak awal tidak mempuunyai pendirian yang kuat,akhirnya ia tidak mempunyai
majelis musyawarah: sebagian Ulamak mengatakan hanya dengan ketekunan dan
kesungguhan serta disiplin yang teratur, akan mencapai tujuan yang tinggi.
Arti mujahadah menurut bahasa adalah perang, menurut aturan syara’ memerangi
nafsu amarah dan memberi beban kepadanya adalah perang melawan musuh-musuh Alloh,
dan menurut istilah ahli hakikat adalah untuk melakukan sesuatu yang berat baginya yang
sesuai dengan aturan syara’ (agama). Sebagian Ulama mengatakan . Mujahadah  adalah
tidak menuruti kehendak nafsu dan ada lagi yang mengatakan. Mujahadah adalah menahan
nafsu dari kesenangannya.

Anda mungkin juga menyukai