Disusun oleh:
Kelompok VII
Firmawansah (30100119005)
Randi (30100119030)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Mujahadah An-
Nafs”Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan
dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-
sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan
ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
semua pihak yang membaca…
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan....................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 2
A. Pengertian................................................................................................................ 2
A. Kesimpulan................................................................................................................ 7
DAFTARPUSTAKA.......................................................................................................... 8
ii
BAB I
PENDAHUAN
A. Latar Belakang
Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam Kata islam berarti damai, selamat, sejahtera,
penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah
agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan
hidup umat manusia pada khususnya dan seluruh alam pada umumnya. Agama islam adalah agama
yang Allah turunkan sejak manusia pertama, Nabi pertama, yaitu Nabi Adam AS. Agama itu
kemudian Allah turunkan secara berkesinambungan kepada para Nabi dan Rasul-rasul berikutnya.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama yang
sejati, harus tercipta satu konsep hidup bernegara yang mengikat semua anggota kelompok sosial
yang berbeda agama guna menghindari ”ledakan konflik antarumat beragama yang terjadi tiba-
tiba”.
Makalah ini akan membahas tentang Mujahadah Nafs tentang kontrol diri yang perlu
dimiliki setiap umat muslim.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian MuzahadahNafs?
2. Apa Perilaku yang Mencerminkan Sikap Mujahadah an-Nafs?
3. Hikmah atau Manfaat dari Sikap Mujahadah an-Nafs?
4. Apa Hikmah atau Manfaat dari Sikap Mujahadah an-Nafs?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
2. Menambah pengetahuan tentang akhlaqul karimah yaitu Mujahadah
3. Dapat menerapkan Mujahadah dalam kehidupan sehari-hari
4. Menjadi pribadi yang lebih Islami
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Mujahadah an-Nafs berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas dua kata, yakni
mujahadah yang artinya kesungguhan dalam mengendalikan sesuatu dan an-Nafs yang artinya diri
pribadi. Jadi, mujahadahan-Nafs adalah kesungguhan dalam mengendalikan diri pribadi atau sikap
kontrol diri.
Sikap kontrol diri atau mujahadahan-Nafs adalah satu sikap yang diajarkan Islam agar
manusia mampu menjadi pribadi yang tidak selalu mengedepankan hawa nafsu dan emosinya dalam
menjalani kehidupan. Akan tetapi, mampu mengendalikan emosi dan hawa nafsunya dengan selalu
mengedepankan kejernihan hati dan pikiran serta perilaku mulia yang dapat meninggikan derajatnya
di hadapan Allah swt.
“Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dan beramal untuk
kehidupan setelah mati”(H.R. Tarmidzi: 2383)
Diantara tanda kecintaan seorang hamba kepada Allah swt., yaitu dia yang
mengutamakan perkara yang disukai-Nya daripada mengutamakan kehendak nafsu pribadinya.
Orang-orang yang sanggup melawan hawa nafsu adalah mereka yang beriman kepada Allah swt. dan
hari akhir, inilah kekuatan yang ada dalam diri umat Islam.
“Dan saya juga mendengar Rasulullah saw. Bersabda, “Mujahid adalah orang yang berjihad
terhadap jiwanya”(H.R. Ahmad)
Perang melawan hawa nafsu merupakan jihad akbar, yang nilainya lebih utama
dibanding jihad memerangi orang-orang kafir, yang sering disebut jihad kecil (al jihad alasghar) oleh
Rasulullah saw.
“Nabi Muhammad saw. Bersabda: Telah kembalilah kita dari sebuah perlawanan yang kecil (perang
Badar dengan orang Kaum Kafir Quraisy waktu itu), menuju peperangan yang agung, bertanyalah
para sahabat: Ya Rasulullah, apa yang engkau maksudkan peperangan yang besar? Rasul
menjawab: Perang melawan hawa nafsu”
1. Berpikir positif
Selalu berpikir positif dalam segala hal, tidak pernah mempunyai prasangka buruk
terhadap apa pun dan siapa pun, tidak memiliki perasaan untuk merendahkan, atau
bahkan menghina siapa pun yang ditemuinya. Ketika seseorang memiliki perilaku
berpikir positif, dia akan selalu mempertimbangkan setiap ucapan dan perilakunya
untuk memberikan manfaat kepada orang lain.
2
Rasulullah saw. Bersabda yang artinya :“Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a.
bahwasanya Nabi Muhammad saw. Bersabda, “Demi Zat (Allah) yang jiwaku berada
dalam genggaman-Nya, tidaklah beriman seorang hamba dengan sempurna sehingga
dia mencintai tetangganya atau saudaranya seperti halnya mereka mencintai dirinya
sendiri” (H.R. Muslim: 65)
2. Bekerja keras, tuntas, dan ikhlas
3. Optimis dalam segala hal
Sikap optimis artinya keyakinan yang kuat bahwa kesungguhan dan kerja keras yang
kita lakukan akan mendapatkan petunjuk dan pertolongan dari Allah swt. dengan
berbagai macam kemudahan. Allah swt. berfirman :
َو اَّلِذ يَن َج اَه ُد واِفيَن اَلَن ْه ِدَي َّن ُهْم ُسُب َلَن ۚا َو ِإَّن الَّلَه َلَمَع اْلُمْح ِس ِني
Artinya ;“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang
yang berbuat baik” (Q.S. Al-Ankabut (29): 69)
Seseorang yang memiliki sikap kontrol diri akan bersabar dan menganggap bahwa
setiap kegagalan dalam usahanya adalah ujian baginya untuk meningkatkan usaha dan
doanya lebih maksimal lagi di kemudian hari. Allah swt. berfirman :
Artinya :“Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang
berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.” (Q.S. Yusuf (12):
87)
3
D. Dapat Melakukan Mujahadah An Nafs Hanya Karena Hidayah Allah
Mujahadah al-nafs merupakan perbuatan yang berat. Meskipun berat Allah menjanjikan
jalan keluar bagi orang beriman yang bersungguh-sungguh berjuang mengendalikan nafsunya.
Sebagaimana firman Allah : “Orang-orang yang berjihad di jalan Kami, pasti akan kami tunjukkan
kepadanya jalan-jalan Kami…” (QS al-Ankabut: 69). Imam Ibnal-Qayyim berkata: “Allah
menggantungkan hidayah dengan laku jihad. Maka orang yang paling sempurna hidayah (yang
diperoleh)-nya adalah dia yang paling besar laku jihadnya.
Jihad yang paling fardu adalah jihad melawan nafsu, melawan syahwat, melawan syetan,
melawan rayuan duniawi. Siapa yang bersungguh-sungguh dalam jihad melawan keempat hal
tersebut, Allah akan menunjukkan padanya jalan ridha-Nya, yang akan mengantarkannya ke pintu
surga-Nya. Sebaliknya, siapa yang meninggalkan jihad, maka ia akan sepi dari hidayah…” Di ayat lain,
Allah menjelaskan bahwa membebaskan nafsu merupakan karunia Allah, sebagaimana firmannya:
“Dan aku tidak membebaskan nafs-ku, karena sesungguhnya nafs itu selalu sangat menyuruh
kepada keburukan, kecuali nafs yang dirahmati Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun
lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf/12: 53). Kalimat yang bergaris bawah menunjukkan bahwa kita
tidak akan sanggup mengendalikan diri, kecuali mendapatkan rahmat dan kasih sayang Allah
1. Bersabar atau menyisihkan waktu yang lebih lama untuk mengambil keputusan
dari perbuatan yang akan dilakukan. Ketika seseorang atau umat Islam
dihadapkan kepada banyak tantangan dan kesulitan atau berposisi minoritas,
hendaklah bersabar. Sikap sabar akan membuka pikiran jernih yang menjadi
pembuka ide-ide brilian yang mengambil keputusan.
2. Memikirkan akibat dari perbuatan yang kita lakukan.Berpikir tentang akibat
perbuatan yang akan dilakukan dapat meminimalisasi hal-hal negatif dan
penyesalan yang akan ditimbulkan dari perbuatan tersebut. Bukankah setiap
perbuatan sebenarnya akan kembali kepada pelakunya sendiri? Allah Swt
berfirman: “Jika kamu berbuat baik, maka kamu berbuat baik kepada dirimu
sendiri. Jika kamu berlaku jahat, maka kamu berbuat jahat pada dirimu sendiri.”
(QS Al-Isra: 7).Sebagian ulama salaf menafsirkan ayat ini dengan berkata:
“Sesungguhnya amal kebaikan melahirkan cahaya di dalam kalbu, kesehatan
pada badan, kecerahan pada wajah, keluasan pada rizki, serta kecintaan dari
segala makhluk. Sedangkan kejahatan, sebaliknya, menciptakan kegelapan di
hati, keringkihan di badan, kesuraman di wajah, kesempitan pada rizki, serta
kebencian dari hati segala makhluk.”
3. Berdzikir kepada Allah, merupakan cara untuk menyadarkan diri bahwa segala
perbuatan kita dilihat dan dicatat oleh Allah untuk dipertanggungjawabkan di
akhirat. Dengan berdzikir iman akan bertambah, membentengi godaan setan dan
menjadi penyelamat dari neraka. Sebagaimana sabda Nabi saw:
ِذ ْك ُراللِه ِع ْلُماإليَم اِنَو َبَر اِئِه ِم َن الِّن َفاِقَو ُحِص َن ِم َن الَّش ْي َط اِنَو ُح ِر َز ِم َن الِّن ْي َر اِن
“Dzikirullah itu (dapat membuka) pengetahuan tentang keimanan, pembebasan
dari kemuafikan, benteng dari syetan, dan penyelamat dari neraka.” (Miftah al-
Shudur). Ibnu Atha’illahal-Sakandari dalam al-Hikam-nya memberikan nasehat:
“Janganlah engkau meninggalkan zikir karena engkau tidak hadir bersama Allah
4
(tidak khusyuk), karena kelalaianmu sambil tidak berzikir itu lebih dahsyat
daripada kelalaianmu sambil zikir kepada-Nya.”
4. Berdoa kepada Allah, Doa menjadi modal spritual ketika dalam kesulitan. Inilah
yang dicontohkan Rasulullah, ketika beliau dilempari batu dan diusir dari Thaif,
justru beliau mendoakan penduduk thaif agar diberi hidayah oleh Allah.
Seperti kita ketahui bahwa dalam makalah ini itu menjelaskan tentang pengendalian diri
(mujahada an-nafs). Pemakah memandang bahwa pengendalian diri sangatlah perlu karna ketika
kita menghadapi permasalahan, perlu untuk mengendalikan diri dan berfikir dengan tenang supaya
kita bisa mendapatkan jalan keluar dari permasalahan tersebut. Dan pengendalian diri sangatlah
dianjurkan oleh Allah dan disukainya supaya kita tidak terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang
dapat merugikan orang lain dan diri kita sendiri.
Lalu bagaimana cara kita supaya kita bisa mengendalikan diri? Seperti yang telah dijelaskan di
atas bahwa ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk bisa mengendalikan diri kita yaitu
sebagai berikut;
1. Sabar,
2. Berfikir terhadap perbuatan yang kita akan lakukan
3. Berzikir kepada Allah
4. Berdo’a kepada Allah
PERTANYAAN DAN JAWABAN YANG DI AJUKAN TERHADAP KELOMPOK KAMI
1. Berikan contoh hadis tentang mujahada an-nafs dan apa keuntungan dan kerugian
memerangi hawa nafsunya?
JAWABAN; Hadis tentang mujahada an-nafs
Rasulullah saw bersabda; bukanlah orang kuat itu yang bisa menang saat bertarung
/bergulat, tetepi orang kuat itu adalah yang mampu mengendalikan nafsunya ketika
marah
Keuntungan
a. Terhidar dari perbuatan –perbuatan yang merusak diri sendiri maupun orang lain
b. Menumbuhkan sikap penyabar dan tasamuh
c. Lebih mendekatkan diri kepada Allah, sebab control diri identik dengan sabar
Kerugian
5
sangat sulit dilakukan dan sangat penting manfaatnya. Itulah mengapa mujahada an-nafs
disebut jihad akbar dan jihad dimedan perang disebut jihad kecil.
4. Bagaimana cara kita menanamkan dalam diri kita terhadap perilaku yang mencerminkan
sikap mujahada an-nafs?
JAWABAN; Yaitu dengan cara kita harus bisa sabar dalam belajar dan tidak memandang
orang dari luarnya saja dan tidak terlalu mencari tau apa yang orang itu lakukan dan
senantisalah belajar untuk iklas dan bersyukur
5. Bisaka anda memberikan beberapa contoh agaimana cara berjihad yang baik tanpa
menimbulkan kerugian pada diri sendiri?
JAWABAN; Jihad menuntut ilmu, jihad mengatakan kebenaran kepada penguasa yang
zhalim, jihad menjalankan ibadah kepada Allah.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mujahadah artinya kesungguhan: merupakan yang sangat penting dalam unsur yang di
percayai sebagai kekuatan dan mencapai cita-cita.untukk mencapai kesuksesan orang harus disiplin
melaksanakan tugas yang sedang dilasanakannya.sejak awal ia harus brusaha untuk beremujahadah
mencapai keseluruhan tujuan.kalau kesungguhan ini dilakukannya maka akn ditemukan hasilnya
diantaranya adalah musyahabah
Demikian juga barang siapa yang tidak bersungguh-sunguh melawan hawa napsunya
yang selalu mernggang dirinya dan mengajak berbuat maksiat dan mentang kebaikan,maka tidak
mungkin ia akan mendapat cahayatarikat yang dicaarinya. Abu Qasim Al-QusairyrahimatallaTa’ala
mengatakan barang siapa yang tidak beermujahadah sejak awal,ia tidak akan mendapat keharuman
sedikitpun dari cahaya tarikat,dikatakan dari apa yang pernah di dengarnya dari Syeh Abu Ali Ad
Daqaq: barang siapa dari sejak awal tidak mempuunyai pendirian yang kuat,akhirnya ia tidak
mempunyai majelis musyawarah: sebagian Ulamak mengatakan hanya dengan ketekunan dan
kesungguhan serta disiplin yang teratur, akan mencapai tujuan yang tinggi.
Arti mujahadah menurut bahasa adalah perang, menurut aturan syara’ memerangi nafsu
amarah dan memberi beban kepadanya adalah perang melawan musuh-musuh Alloh, dan menurut
istilah ahli hakikat adalah untuk melakukan sesuatu yang berat baginya yang sesuai dengan aturan
syara’ (agama). Sebagian Ulama mengatakan . Mujahadah adalah tidak menuruti kehendak nafsu
dan ada lagi yang mengatakan. Mujahadah adalah menahan nafsu dari kesenangannya.
7
DAFTAR PUSTAKA
Al Aziz, S., Moh. Saifulloh. 1998. Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya : Terbit Terang
Jaelani, A.F. 2000. Penyucian Jiwa (tazkiyatal-Nafs) dan Kesehatan Mental.Jakarta: Penerbit Amzah