Anda di halaman 1dari 16

PSIKOLOGI DO’A

Disusun Oleh Kelompok XI:


A. Rapizur Rahman : 21.04.07091
Akhmad Mubarak : 21.04.07104
Gt Abdul Rahman : 21.04.07112

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Psikologi Agama”
Dosen Pengampu
Dr. Mahmud, M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


RASYIDIYAH KHALIDIYAH AMUNTAI
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam, yang telah memberikan
petunjuk kepada kita semua untuk mengenal kebenaran dan mengikuti-Nya agar
terhindar daripada cela dan siksa di dunia dan di akhirat. Sholawat dan salam selalu
kita curahkan keharibaan junjungan kita yaitu Nabi besar Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wasallam beserta keluarga, para sahabat, dan pengikut beliau hingga akhir
zaman.
Dalam Kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada bapak Dosen
pengampu mata kuliah “Psikologi Agama” yang mana telah memberikan
bimbingan dalam pembuatan makalah kami ini dengan judul ”Psikologi Do’a”
sehingga dapat terselesaikan tepat waktu. Disini kami pun sangat menyadari bahwa
dalam susunan makalah kami ini masih banyak terdapat kekurangan dan perlu
penyempurnaan.
Oleh karena itu kami selaku pemakalah mengharapkan kritik dan saran dari
bapak Dosen dan juga teman-teman semua guna menyempurnakan makalah kami
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami sebagai penyusun
dan umumnya bagi para pembaca, Amiin . .

Amuntai, 29 November 2023

Kelompok XI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2
A. Do’a Dalam Perspektif Islam .................................................................... 2
1. Definisi Do’a ......................................................................................... 2
2. Adab-Adab Dalam Berdo’a................................................................... 3
3. Waktu-Waktu Mustajab Untuk Berdo’a ............................................... 5
4. Syarat- Syarat Terkabulnya Do’a .......................................................... 6
5. Do’a-Do’a yang Tidak Akan Ditolak Oleh Allah ................................. 8
B. Do’a Dalam Perspektif Psikologi .............................................................. 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12
A. Simpulan.................................................................................................... 12
B. Saran.......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak akan terlepas dari penciptanya. Iman dan
kepercayaan yang diyakini, dipercaya sebagai salah satu kekuatan di dalam diri
yang dapat menjaga hubungan dengan Allah. Segala permasalahan yang terjadi
dalam kehidupan pun tak terlepas dari campur tangan Allah di dalamnya.
Masalah yang dihadapi diberikan oleh Allah dengan tujuannya masing-masing,
baik untuk menguji keimanan hambanya atau untuk meningkatkan kualitas iman
yang dimiliki. Setiap manusia pasti di dalam hidupnya menemukan masalah
yang beragam.
Dalam hubungan dengan Tuhan, manusia tidak bisa lepas dari berdo'a.
Umat Islam sudah tak asing dengan kata doa. Sebab kata doa sering diucap dan
didengar dalam kehidupan sehari-hari. Umat Islam diajarkan untuk berdoa
dalam keadaan apapun, baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan
sempit, baik dalam keadaan bahagia maupun dalam keadaan sedih, baik ketika
mendapatkan kemudahan maupun ketika mendapat kesulitan. Oleh karena itu,
umat Islam dituntut untuk selalu berdoa kapanpun dengan bahasa apapun.
Do'a mempunyai makna yang penting bagi kehidupan setiap insan. Makna
itu sebenarnya bukan hanya menyangkut spiritual manusia, tetapi juga
menyangkut fisik-biologis dan psikis (jiwa)-nya. Oleh karena itu do'a
mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan mental dan ilmu kedokteran.
Menurut Hawari. Dari semua cabang ilmu kedokteran, maka cabang ilmu
kedokteran jiwa (psikiatri) dan kesehatan mental (mental health) adalah yang
paling dekat dengan agama.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana do’a dalam perspektif Islam?
2. Bagaimana do’a dalam bingkai psikologi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana do’a dalam perspektif Islam.
2. Untuk mengetahui bagaimana do’a dalam bingkai psikologi.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Do’a dalam Perspektif Islam
1. Definisi do’a
Secara etimologi, doa itu berasal dari kata dasar/masdar do’aa atau da’
watan, yang mempunya bermacam-macam pengertian. Bisa berarti doa dalam
konteks per mohonan. Bisa juga berarti memanggil, mengundang, meminta
memohon, menamakan, menggugat, menyebabkan dan sebagainya.1 Adapun
secara terminologi, menurut Mohammad Saifullah Al-Aziz, dalam bukunya
"Risalah Memahami Ilmu Tasawuf" menyatakan bahwa doa adalah suatu
realisasi penghambaan dan merupakan media komunikasi antara makhluk
dengan Khaliknya, serta dicurahkan segala isi hati yang paling rahasia.
Doa juga didefinisikan sebagai tanda bahwa manusia sangat
membutuhkan Allah swt. untuk menjalani hidupnya dan sebagai media dalam
mendekatkan diri kepada Allah swt. Dengan berdoa, manusia merasa bertatap
muka dengan Khaliknya serta memohon petunjuk maupun perlindungan.
Jadi, doa itu pada prinsipnya merupakan kunci dari segala kebutuhan hidup
di dunia maupun di akhirat. Doa dapat diartikan sebagai kegiatan
menggunakan kata-kata baik secara terbuka bersama-sama atau secara pribadi
untuk mengajukan tuntutan-tuntutan kepada Tuhan. Ibnu Arabi memandang
doa sebagai bentuk komunikasi dengan Tuhan sebagai satu upaya untuk
membersihkan dan menghilangkan nilai-nilai kemusrikan dalam diri.2 Ahli
tasawuf menjelaskan bahwa doa ialah suatu upaya dalam mengabdikan diri
kepada Allah swt. dengan mengenali semua bentuk kelemahan,harapan dan
kemurahan hati serta memohon kepadanya adalah bentuk dari ketaatan
kepada Allah swt.3

1
Basri Iba Asghary, Solusi Al-Qur’an Tentang Problema Sosial, Politik, Budaya, (Jakarta:
Renika Cipta, 1994), h. 174.
2
Dadang Ahmad Fajar, “Epistimologi Doa”, (Bandung: Nuansa Cendikia, 2011), h. 84.
3
Kurnia Muhajarah, “Konsep doa: studi komparasi konsep do’a menurut M.Quraish Shihab
dan Yunan Nasution dan relevansinya dengan tujuan pendidikan Islam”, Hikmatuna, Vol. 2 No. 2,
2016, h. 215.

2
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa doa
merupakan suatu bentuk komunikasi dengan Allah swt. di mana manusia
memohon, meminta, dan mengungkapkan atas semua yang diinginkan dan
diharapkan dalam rangka untuk mendekatkan diri kepada Allah swt,
mengabdi kepada Allah swt., menghilangkan kemusyrikan, serta sebagai
tanda bahwa ia sangat membutuhkan Allah swt. Dengan demikian, dengan
berdoa, manusia dapat terus berharap dan takut hanya kepada Allah swt.
2. Adab-adab dalam berdo’a
Seseorang yang beriman hanya akan dan terus berharap kepada Allah
swt. melalui doa-doa yang ia panjatkan kepada-Nya. Adapun dalam berdoa,
seseorang hendaklah menerapkan beberapa adab dalam berdoa seperti yang
dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali berikut ini4:
a. Berdoa ketika berada ditempat dan pada waktu yang mulia dan baik.
Misalnya, dibulan Ramadhan, pada hari Jumat, di sepertiga akhir malam,
saat sujud, saat turun hujan, saat berperang dan lain sebagainya.
b. Berdoa dengan penuh harap agar doanya dikabulkan oleh Allah swt. dan
khawatir jika tidak dikabulkan. Berdoa juga hendaknya dilakukan dengan
sangat khusu’, suara yang direndahkan, dan disertai dengan merasakan
keagungan dari Allah swt.
c. Mengulangi doa sebanyak dua atau tiga kali sebagai bukti bahwa hal
tersebut sangatlah diinginkan dan dibutuhkan.
d. Berdoa dengan susunan doa yang sederhana dan biasa, tidak bertele-tele,
sopan, serta tepat mengenai sesuatu yang diinginkan.
e. Diawal dan diakhir doa diiringi dengan pujian-pujian kepada Allah swt.
dan juga diiringi dengan shalawat kepada Rasulullah saw.
f. Sebelum berdoa dan menghadap kepada Allah saw., hendaknya seseorang
bertobat terlebih dahulu sehingga hatinya suci kembali.

4
Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin Jilid 2, terj. dari bahasa Arab oleh M. Zuhri, Muqoffin
Mukhtar, dan M. Muqorrobin Misbah, (Semarang: Asy-Syifa, 2003), h. 396-409.

3
Selain itu, menurut pendapat Mursalim, orang yang berdoa juga harus
melakukan hal-hal berikut ini agar doanya dikabulkan oleh Allah swt:5
a. Menanggapi seruan Allah dan memiliki keyakinan penuh. Artinya, apabila
seseorang ingin agar doanya dikabulkan, maka orang tersebut hendaknya
mau menaggapi atau melaksanakan tugasnya sebagai hamba Allah swt.
Selain itu, seseorang juga harus memiliki keyakinan bahwa doanya akan
diterima oleh Allah swt. dengan cara mengakui akan keesaan Allah swt.
dan meyakini bahwa Allah swt. akan memilihkan semua yang terbaik
untuknya.
b. Berdoa hanya kepada Allah swt. Seseorang hendaknya tidak berdoa kecuali
hanya kepada Allah swt. Sebab, berdoa kepada selain Allah swt. tidak akan
memberikan pertolongan apapun bahkan ia akan mendapatkan siksa di
akhirat.
c. Merendahkan diri dengan suara yang lembut dan tidak berlebih-lebihan
Dalam berdoa, seseorang hendaknya melakukannya dengan ikhlas,
khusyu’, serta dengan suara yang lembut dan tidak bertele-tele.
d. Berdoa dengan perasaan takut dan penuh harap Seseorang hendaklah
berdoa dengan optimis dan penuh dengan harapan bahwa doa akan
dikabulkan oleh Allah swt. Selain itu, berdoa juga harus disertai dengan
rasa takut apabila doa tidak dikabulkan.
e. Berdoa diiringi dengan nama-nama Allah swt. Dalam berdoa, seseorang
juga harus menyebutkan asma Allah swt. seperti ya Rahman, ya Malik, ya
Salam dan lain sebagainya.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa terdapat adab-adab atau
etika di dalam berdoa kepada Allah swt. sehingga Allah swt. akan
mengabulkan doanya tersebut. Adab-adab berdoa tersebut hendaklah
dipahami dan diamalkan oleh seseorang yang berdoa agar Allah mengetahui
bahwa ia khusu’, tulus, dan bersungguh-sungguh dalam berdoa sehingga apa
yang ia inginkan dapat terkabul baik dengan jenis pengabulan yang terbaik

5
Mursalim,”Doa dalam perspektif al-qur’an”, Jurnal Al-Ulum, Vol. 11 No. 1, 2011, H. 69-
76.

4
menurut Allah swt. Sebab, hanya Allah swt. yang mengetahui semua yang
terbaik untuk hamba-hambanya sedangkan hamba-hambanya tidak
mengetahui apa yang terbaik untuk dirinya sehingga setiap manusia harus
berdoa dengan penuh adab.
3. Waktu-waktu mustajab untuk berdo’a
Selain cara berdoa yang tepat, penting juga bagi manusia untuk dapat
memahami apa saja saat-saat yang tepat dan terbaik untuk berdoa sehingga
doanya dapat dikabulkan oleh Allah swt. Adapun beberapa waktu yang
terbaik untuk berdoa bagi hamba Allah swt. yang ingin berdoa adalah seperti
berikut ini:6
a. Hari Arafah
b. Antara Adzan dan iqamah
c. Saat dikumandangkan azan
d. Saat iqomah
e. Bulan Ramadhan
f. Malam Lailatul Qadar
g. Pertengahan malam
h. Malam Jumat, hari Jumat atau waktu Jumat
i. Waktu sahur (yaitu pada bagian paling akhir malam)
j. Di penghujung shalat-shalat wajib
k. Saat membaca Al-qur’an (apalagi saat telah selesai mengkhatamkan 30 juz)
l. Pada waktu sujud
m. Saat meminum air zam-zam
n. Saat berada di dalam majelis ilmu
o. Saat imam mengucapkan “Waladh dhallin” dari surat al-Fatihah.
p. Saat hujan deras
Pada waktu-waktu yang telah dijelaskan di atas, terdapat keutamaan
berdoa yang mustajab. Oleh karena itu, seorang manusia hendaklah tidak
melewatkan waktu-waktu tersebut kecuali untuk berdoa kepada Allah swt.

6
Cek Khamsiatun, “Urgensi Doa dalam Kehidupan”, Serambi Tarbawi, Vol. 3 No. 1, 2015,
H. 116-117.

5
atas apa saja yang dinginkan sehingga doa-doanya dapat dikabulkan oleh
Allah swt. Jangan sampai, manusia lengah dan melewatkan waktu-waktu
utama untuk berdoa dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dan berpahala.
Dalam berdoa, sejatinya seorang manusia menginginkan agar doanya
segera dikabulkan oleh Allah swt. Namun, adakalanya doa-doa yang
dipanjatkan kepada Allah swt. akan dikabulkan oleh Allah swt. dengan
bentuk lainnya. Adapun tiga macam bentuk pelaksanaan pengabulan doa dari
Allah swt. adalah sebagai berikut:7
a. Doa dikabulkan oleh Allah swt. sesuai dengan permohonannya.
b. Doa dikabulkan oleh Allah swt. dengan cara menggantinya dengan sesuatu
yang lain yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang tersebut.
c. Doa dikabulkan oleh Allah swt. dengan cara ditangguhkan sampai pada
hari kemudian agar diberi pahala di sisi Allah swt.
Allah swt. maha mengetahui segela yang tidak mampu diketahui oleh
manusia. Dia tahu apa yang terbaik bagi masing-masing hamba-Nya dan
kapan waktu yang tepat untuk mengabulkan doanya. Dengan demikian,
apabila doa dari seseorang langsung dikabulkan oleh Allah swt., maka
hendaknya ia bersyukur dan memahami bahwa doanya adalah tepat apabila
dikabulkan sekarang. Namun, apabila doanya tidak dikabulkan, seseorang
harus yakin bahwa akan ada sesuatu yang lebih baik lagi sebagai pengabulan
doa dari Allah swt. atas doanya selama ini yang ternyata tidak lebih baik dari
sesuatu terebut. Dan yang terakhir, ada doa dari hamba Allah swt. yang
ditangguhkan sampai hari kemudian agar ia memperoleh pahala di sisi-Nya.
4. Syarat-syarat terkabulnya sebuah do’a
Jika Anda ingin doa Anda dikabulkan, ads empat syarat yang harus
Anda laksanakan:
a. Yakin. Anda harus yakin Allah akan mengabulkan doa Anda
b. Khusyu. Dalam topik ini, saya ingin mengutarakan sebuah kalimat indah
yang diambil dari salah seorang tabi'in, "Aku mengetahui kapan doaku

7
Zhila Jannati & Muhammad Randicha Hamandia, “Konsep Do’a Dalam Perspektif Islam”,
Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 6 No. 1, 2022, h. 45.

6
akan terkabulkan". Orang-orang pun terkejut mendengar perkataannya itu.
Mereka bertanya kepadanya, "Kapan?" la menjawab, "Saat hatiku khusyu',
air mataku mengalir dan tubuhku dalam keadaan tenang" Makna itu
terdapat juga dalan hadist Nabi saw yang berbunyi, "Ketahuilah, Allah
tidak akan mengabulkan doa yang keluar dari hati yang lengah dan lupa."
(HR. Imam Ahmad dan Tirmidzi). Misalnya, Anda berkata, "Ya Allah aku
menginginkan sebuah mobil". "Ya Allah masukkan aku kelak ke dalam
surga-Mu". Pada saat yang sama hati Anda dalam keadaan lengah.
Bagaimana mungkin Anda menginginkan doa Anda dikabulkan oleh-Nya?
Tidak mungkin doa Anda dikabulkan. Hati Anda harus khusyu dan tunduk
kepada Allah terlebih dahulu.
Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Bagiku perumpaan seorang
muslim yang sedang berdoa dan Allah mengabulkan doanya adalah seperti
seorang yang bergelayut di atas kayu di tengah-tengah lautan yang sedang
berliku, hingga ia berpikir akan tenggelam”. Jadi, jika Anda pasrah serta
khusyu kepada Allah dan berkata kepada-Nya, "Engkau mengetahui diriku
sendiri, wahai Tuhan; karena itu, selamatkanlah Aku"; niscaya Allah akan
mengabulkan permintaan itu. Sebab itu Allah swt berfirman kepada diri-
Nya, Siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan
apabila ia berdoa kepada-Nya, Yang menghilangkan kesusahan,
menjadikan kamu (manusia) khalifah di muka bumi ini? Apakah di
samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingat-
Nya. (an-Naml [27]: 62) Mengapa Allah menyebutkan "Orang yang dalam
kesulitan?" Karena orang yang dalam kesulitan dalam keadaan khusyu
kepada Allah.
c. Tidak Cepat-cepat dan tidak memakan harta yang haram. Hendaknya Anda
berhati-hati dalam hal ini. Nabi saw telah bersabda, "Doa kamu dikabulkan
bila kamu tidak berkata 'Aku telah berdoa, dan doaku tidak dikabulkan."
(HR. Bukhari dan Muslim, dari Abi Hurairah). Orang yang berkata, "Aku
telah berdoa, aku telah berdoa, dan doaku tidak dikabulkan", kemudian ia

7
tidak pernah berdoa lagi. Dari sini, jelaslah mengapa Allah menunda
terkabulnya doa.
Selain itu bisa kita lihat bagaimana Rasulullah menggambarkan
seorang fakir yang rindu kepada Allah, lalu ia mengangkat kedua
tangannya dengan khusyu' dan berkata, "Ya Rabb, Ya Rabb!"" Kita lihat
ia telah benar-benar khusyu". Namun, makanannya adalah makanan yang
haram, minumannya juga minuman haram, pakaiannya juga pakaiaı
haram. Maka orang tersebut do’a nya tertolak dan tidak akan dikabulkan
disebabkan ada hal-hal haram didalam tubuhnya.8
5. Do’a-do’a yang tidak akan di tolak oleh Allah
Berikut ini ada beberapa doa yang tidak akan ditolak Allah, dalam arti
bahwa doa-doa yang dalam ke- adaan seperti ini akan dikabulkan Allah,
sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis Rasulullah saw. Silakan Anda
perhatikan baik-baik, apakah Anda termasuk salah seorang di antara mereka?
Jika iya, maka tunggu- lah jawaban doa Anda!
a. Doa Orang yang Sedang Berpuasa
Dari Abu Hurairah ra., bahwasannya Rasulullah saw. bersabda
Barangsiapa yang berdoa kepada Allah sedang ia dalam keadaan berpuasa,
maka doanya tidak akan ditolak (eich Allah).” (HR. Ahmad, Ibnu Majah,
dishihihkan oleh Albani.
b. Doa Imam yang Adil dan Orang yang Terzalimi
Rasulullah saw. telah bersabda, Ada tiga orang yang tidak ditolak doa
mereka, yaitu orang yang berpuasa sampai dia berbuka, seorang penguasa
yang adil, dan doa orang yang dizalimi (terani-aya). Doa mereka diangkat
oleh Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan Allah
bertitah, "Demi kemuliaan-Ku, Aku akan memenangkanmu
(menolongmu) meskipun tidak segera." (HR. Tirmidzi).
c. Doa Seorang Muslim untuk Saudaranya Sesa ma Muslim

8
Amru Muhammad Hilmi Khalid, Dengarkan Suara Hati, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,
2005), h. 72-73.

8
Riwayat hadis Shafwan bin Abdullah bin Shafwan, ia berkata, "Aku
mengunjungi kota Syam dan bertandang ke rumah Abu Darda', tapi aku
tidak menda-patinya (di rumah), lalu aku berjumpa dengan Ummi Darda',
lalu ia bertanya Saya, "Apakah kamu ingin pergi haji tahun ini?" Aku
menjawab, "lya, Insya Allah la berkata kembali, doakan kebaikan untuk
kami, karena aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, Doa seorang
muslim untuk saudaranya sesama-ma muslim (yang tidak bersamanya)
akan dikabulkan Allah. Di kepalanya terdapat malaikat, setiap kali ia
berdoa untuk saudaranya maka sang malaikat akan meng- hampirinya dan
berkata, "Amin!" Dan bagimu adalah seperti apa yang kamu lakukan untuk
saudaramu!" "Lalu aku pergi keluar menuju pasar, di situ aku ber- jumpa
dengan Abu Darda', dan ia pun mengatakan hal yang sama kepadaku."
(HR. Muslim)
d. Doa Orang yang Pulang Haji, Orang yang Berjihad Fi Sabilillah, dan Orang
yang Sembuh dari Sakit
Sabda Rasulullah saw "Ada lima doa yang dikabulkan Allah: doa
orang yang terzalimi ketika ia menang (dari yang zalim), doa orang haji
ketika pulang, doa mujahid (orang yang berjihad) ketika berangkat
(perang), doa si sakit ketika sembuh, dan doa saudara (muslim) untuk
saudara lain- nya yang tidak bersamanya (jauh di mata). Kemudian beliau
melanjutkan sabdanya, "Dan doa yang paling cepat dikabulkan di antara
doa-doa tersebut adalah, doa seorang muslim untuk saudaranya yang jauh
di mata (tidak bersamanya)."
e. Doa yang Dibaca Secara Berjamaah (Bersa- ma-sama)
Rasulullah saw. bersabda, "Tidaklah berkumpul suatu kaum, di mana
sebagian mereka berdoa, sedangkan sebagian yang lain mengamini,
melainkan Allah mengabulkan doa mereka itu." (HR. Hakim)
f. Doa Orang Tua untuk Anaknya dan Doa Orang yang Sedang dalam
Perjalanan
Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah saw.
bersabda, “Ada tiga macam doa yang sangat cepat dikabulkan Allah, dan

9
tidak akan diragukan lagi; doa orang yang terza-limi, doa orang yang
sedang dalam perjalanan (musafir) dan doa orang tua untuk anaknya.”
(HR. Tirmidzi)
G. Doa Anak yang Berbakti kepada Kedua Orang Tuanya
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., bahwasannya Rasulullah saw. telah
bersabda, "Apabila salah seseorang dari Anak Adam meninggal dunia,
maka terputuslah semua amal ibadahnya kecuali tiga perkara: amal
jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang selalu mendoakan
kebaikan untuk kedua orang tuanya." (HR.Muslim. Tirmidzi dan Nasai).9
B. Do’a dalam Perspektif Psikologi
Dalam kaitannya dengan psikologi, doa merupakan sebuah kebutuhan
rohani untuk jiwa manusia, yang menggambarkan ketiadakberdayaan seseorang
tanpa adanya pertolongan dari sesama makhluk, terlebih dari Tuhannya.
Terdapat banyak kelebihan bagi seseorang yang melaksanakannya. Berdoa
merupakan suatu hal yang pasti pernah dilakukan setiap manusia. Setiap
manusia pasti memiliki keinginan, harapan ataupun cita- cita. Disadari atau
tidak, hal ini mendorong manusia untuk berdoa bagaimanapun caranya. Baik
hanya dengan harapan ataupun dalam bentuk ritual tersendiri.10
Kemudian, berdoa ini memiliki pengaruh tersendiri terhadap jiwa manusia.
Hal ini dikarenakan berdoa dalam kaitannya dengan agama adalah esensi (inti)
dari perilaku religius yang merupakan pusat dari kehidupan beragama dan
merupakan bukti kuat yang mengindikasikan keyakinan terhadap Tuhan. Berdoa
juga merupakan bukti kualitas hidup beragama yang memasuki alam jiwa
manusia yang paling dalam sehingga merupakan dasar dari kehidupan beragama
yang dapat mempengaruhi kerangka pikiran dan psikologis manusia. Tanpa
adanya kegiatan berdoa, maka eksistensi agama tidak pernah ada.11

9
Ismail Jalili & Fadillah Ulfa, Agar Do’a Selalu Dikabulkan Allah, (Yogyakarta: Mutiara
Media, 2010), h. 150-153.
10
Shanty Komalasari, “Do’a Dalam Perspektif Psikologi”, In Proceeding Antasari
International, Vol. 1 No. 1, 2019, h. 432.
11
Shanty Komalasari, “Do’a Dalam Perspektif Psikologi…, h. 433.

10
Dalam agama (Islam) bagi mereka yang sakit dianjurkan untuk berobat
kepada ahlinya (memperoleh terapi medis) disertai dengan berdoa dan berzikir.
Bagi pemeluk agama (Islam) doa dan zikir merupakan salah satu bentuk
komitmen keagamaan/ keimanan seseorang. Doa adalah permohonan yang
dimunajatkan ke hadirat Allah swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih,
Maha Penyayang dan Maha Pengampun. Zikir adalah mengingat Allah swt
dengan segala sifat-sifat-Nya.12
Do’a mempunyai hubungan yang erat dengan rohani manusia, karena itu
Nasution sebagai mantan ketua DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia)
meyakini persoalan do'a tidak lepas dari pendekatan psikologis. Nasution (1984:
56) mengemukakan: Dilihat dari sudut kejiwaan (psikologi), do'a itu mempunyai
pengaruh terhadap perkembangan rohaniah, membuat rohaniah semakin tenang
dan kuat, mampu dan mempunyai daya tahan membendung desakan- desakan
keinginan jasmaniah. Do'a itu membentangkan tali pegangan bagi manusia,
memperkuat semangat berjuang (fighting-spirit), mendatangkan pengharapan
(optimisme). Sebagai diketahui, keadaan lahiriah atau jasmaniah manusia
ditentukan oleh keadaan jiwanya, rohaniahnya. Percobaan-percobaan dan
penyelidikan-pcnyelidikan secara ilmiah terhadap pengaruh dan kekuatan do'a
itu dalam membentuk rohaniah manusia telah diakui oleh beberapa pakar.13
Berdasarkan pemaparan yang telah diungkapkan dapat diketahui bahwa doa
dalam perspektif psikologi adalah doa tersebut dapat membuat jiwa seseorang
merasa tenang, tentram, yakin terhadap pilihan yang dijalani. Selain itu, doa
menyebabkan subjek selalu mengingat, terarah pada maksud dari doa yang
diucapkan tanpa ia sadari dan menjadikan doa sebagai self reminder. Doa
mengingatkan seseorang menjadi hamba yang perlu banyak berbenah dan
menumbuhkan rasa percaya dan yakin bahwa Allah akan mengabulkan apa yang
dipinta dan menyebabkan subjek merasa dekat dengan sang pencipta dan
memiliki perasaan lebih berserah.

12
Ajat Rukajat, Psikologi Agama, (Yogyakarta: Budi Utama, 2022), h. 43.
13
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1984), h. 56.

11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Dalam perspektif Islam doa merupakan suatu bentuk komunikasi dengan
Allah swt. di mana manusia memohon, meminta, dan mengungkapkan atas
semua yang diinginkan dan diharapkan dalam rangka untuk mendekatkan diri
kepada Allah swt, mengabdi kepada Allah swt., menghilangkan kemusyrikan,
serta sebagai tanda bahwa ia sangat membutuhkan Allah swt. Dengan
demikian, dengan berdoa, manusia dapat terus berharap dan takut hanya
kepada Allah swt. Dalam berdo’a ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
diantaranya terkait adab dalam berdo’a, waktu yang mustajab berdo’a, dan
lain-lain.
2. Doa dalam perspektif psikologi adalah doa tersebut dapat membuat jiwa
seseorang merasa tenang, tentram, yakin terhadap pilihan yang dijalani.
Selain itu, doa menyebabkan subjek selalu mengingat, terarah pada maksud
dari doa yang diucapkan tanpa ia sadari dan menjadikan doa sebagai self
reminder. Doa mengingatkan seseorang menjadi hamba yang perlu banyak
berbenah dan menumbuhkan rasa percaya dan yakin bahwa Allah akan
mengabulkan apa yang dipinta dan menyebabkan subjek merasa dekat dengan
sang pencipta dan memiliki perasaan lebih berserah.
B. Saran
Kepada seluruh umat Islam agar senantiasa terus memanjatkan do’a kepada
Allah disamping usaha atau ikhtiar yang sudah di lakukan. Do’a tentunya juga
memberikan pengaruh yang signifikan kepada jiwa sesorang. Karena dengan
do’a maka akan bisa merubah pandangan seseorang serta mampu melahirkan
jiwa yang tenang dengan catatan mampu memahami hakekat do’a tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, Imam. 2003. Ihya Ulumuddin Jilid 2, terj. dari bahasa Arab oleh M.
Zuhri, Muqoffin Mukhtar, dan M. Muqorrobin Misbah. Semarang: Asy-
Syifa.
Asghary, Basri Iba. 1994. Solusi Al-Qur’an Tentang Problema Sosial, Politik,
Budaya. Jakarta: Renika Cipta.
Fajar, Dadang Ahmad. 2011. “Epistimologi Doa”. Bandung: Nuansa Cendikia.
Jalili, Ismail & Ulfa, Fadillah. 2010. Agar Do’a Selalu Dikabulkan Allah.
Yogyakarta: Mutiara Media.
Jannati, Zhila & Hamandia, Muhammad Randicha. 2022. “Konsep Do’a Dalam
Perspektif Islam”. Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan, Vol. 6 No. 1.
Khalid, Amru Muhammad Hilmi. 2005. Dengarkan Suara Hati. Jakarta: Maghfirah
Pustaka.
Khamsiatun, Cek. 2015. “Urgensi Doa dalam Kehidupan”. Serambi Tarbawi, Vol.
3 No. 1.
Komalasari, Shanty. 2019. “Do’a Dalam Perspektif Psikologi”. In Proceeding
Antasari International. Vol. 1 No. 1.
Muhajarah, Kurnia. 2016. “Konsep doa: studi komparasi konsep do’a menurut
M.Quraish Shihab dan Yunan Nasution dan relevansinya dengan tujuan
pendidikan Islam”. Hikmatuna, Vol. 2 No. 2.
Mursalim, M. 2011. ”Doa dalam perspektif al-qur’an”, Jurnal Al-Ulum. Vol. 11
No. 1.
Nasution, Harun. 1984. Islam Ditinjau Dari Berbagai aspeknya. Jakarta: UI Press.
Rukajat, Ajat. 2022. Psikologi Agama. Yogyakarta: Budi Utama.

13

Anda mungkin juga menyukai