MAKALAH
DZIKIR DAN ISTIGHOSAH
Disusun oleh:
Nama : Sarifah Aini
Kelas : XI IPS
Mapel : Aswaja
1
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. atas semua rahmat, taufiq
dan hidayah serta inayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
tanpa adanya halangan yang melanda. Tak lupa sholawat dan salam tetap
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. yang telah menyelamatkan kita dari jalan
yang gelap menuju jalan yang terang.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Pelajaran Aswaja.
Makalah ini saya beri judul " makalah tentang dzikir dan istighosah "
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung
dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik
demi kesempurnaan makalah ini.
2
3
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
A. Pengertian Dzikir dan Istighosah...............................................................................4
1. Pengertian Dzikir...................................................................................................4
2. Pengertian Istighasah..............................................................................................6
B. Keutamaan Dzikir dan istighosah...............................................................................8
C. Peringatan Bagi Orang yang Melupakan Dzikir........................................................12
BAB III............................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
A. Kesimpulan............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
4
5
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Dzikir?
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Dzikir
Secara etimologi, perkataan dzikir berakar pada kata ًرا2 ِذ ْك، يَ ْذ ُك ُر، َذ َك َر artinya
mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau
mengerti dan ingatan. Di dalam Ensiklopedi Islam menjelaskan bahwa istilah
dzikir memiliki multi interpretasi, di antara pengertian-pengertian dzikir
adalah menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga, atau mengerti perbuatan
baik.[1] Dalam kehidupan manusia unsur ”ingat” ini sangat dominan adanya,
karena merupakan salah satu fungsi intelektual. Menurut pengertian
5
6
Sedangkan dzikir dalam arti menyebut Nama Allah yang diamalkan secara
rutin, biasanya disebut wirid atau aurad. Dan amalan ini termasuk ibadah
murni (mahdhah), yaitu ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah SWT.
Sebagai ibadah Mahdhah maka dzikir jenis ini terikat dengan norma-norma
ibadah langsung kepada Allah, yaitu harus ma’tsur (ada contoh atau perintah dari
Rasulullah Saw).
Secara terminologi definisi dzikir banyak sekali. Ensiklopedi Nasional
Indonesia menjelaskan dzikir adalah ingat kepada Allah dengan menghayati
kehadiran-Nya, ke-Maha Sucian-Nya, ke-Maha ke-Terpujian-Nya dan ke-Maha
Besaran-Nya. Dzikir merupakan sikap batin yang bisa diungkapkan melalui
ucapan Tahlil (La Ilaha illa Allah, Artinya, Tiada Tuhan Selain Allah), Tasbih
(Subhana Allah, Artinya Maha Suci Allah), Tahmid (Alhamdulillah, Artinya
Segala Puji Bagi Allah), dan Takbir (Allahu Akbar, Artinya Allah Maha Besar).
Dalam Shorter Ensiklopedi of Islam, disebutkan, Dhikr in the mind (bi’l
kalb) mean remembrance and with tongue (bi’l Lisan) mentioning relating then,
as ardegious technical term (pronoun dzikr) the glorifying of Allah with certain
fixed phases repeated in a ritual order, either alone or in the mind, with peculiar
breathings and physical movement. Maksudnya, dzikir dalam hati (bi al-qolb) dan
dengan lisan (bi al-lisan) adalah penyebut, dimana keduanya berhubungan,
sebagai cara yang khusus, penyembahan kepada Allah dengan bentuk tertentu
yang pasti, diajarkan dalam suatu perintah agama, bisa keras bisa dalam hati,
dengan pernafasan khusus dan gerakan jasmani.[3]
Sedangkan menurut Aboe Bakar Atjeh, dalam bukunya Pengantar Ilmu
Tarekat Uraian Tentang Mistik. Dzikir adalah ucapan yang dilakukan dengan
lidah, atau mengingat Allah dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang
mensucikan Allah dengan memuji dengan puji-pujian dan sanjungan-sanjungan
dengan sifat yang sempurna, sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian.
[4]
Dzikir sebagai fungsi intelektual, ingatan kita akan apa yang telah dipelajari,
informasi dan pengalaman sebelumnya, memungkinkan kita untuk memecahkan
problem-problem baru yang kita hadapi, juga sangat membantu kita dalam
6
7
melangkah maju untuk memperoleh informasi dan menerima realitas baru. Namun
dalam pengertian disini, pengertian yang dimaksud adalah ”Dzikir Allah”, atau
mengingat Allah.[5]
Dzikir dalam pengertian mengingat Allah sebaiknya di lakukan setiap saat,
baik secara lisan maupun dalam hati. Artinya kegiatan apapun yang dilakukan
oleh seorang muslim sebaiknya jangan sampai melupakan Allah SWT.
Dimanapun seorang muslim berada, sebaiknya selalu ingat kepada Allah SWT
sehingga akan menimbulkan cinta beramal saleh kepada Allah SWT, serta malu
berbuat dosa dan maksiat kepadanya.
Bagi seorang sufi, Syaikh Abu ‘Ali al-Daqaq, dzikir merupakan tiang
penopang yang sangat kuat atas jalan menuju Allah SWT, ia adalah landasan
tarekat (Thariqah) itu sendiri. Dan tidak seorangpun dapat mencapai Allah SWT,
kecuali terus menerus berdzikir kepada Allah.[6]
Teungku Hasbie Ash Shiddiqie dalam bukunya Pedoman Dzikir dan
Doa, menjelaskan, dzikir adalah menyebut Allah dengan membaca
tasbih (subhanallah), membaca tahlil (la ilaha illallahu), membaca
tahmid (alhamdulillahi), membaca taqdis (quddusun), membaca takbir
(allahuakbar), membaca hauqolah (la hawla wala quwwata illa billahi), membaca
hasbalah (hasbiyallahu), membaca basmalah (bismillahirrahmanirrahim),
membaca al-qur’an al majid dan membaca doa-doa yang ma’tsur, yaitu doa yang
diterima dari Nabi Saw.[7]
2. Pengertian Istighasah
7
8
permasalahan yang besar dan jalan yang ditempuh sangat sulit. Pada saat itu
meminta pertolongan kepada Allah sangat diperlukan dalam bentuk Istighasah. Di
semua tingkatan kepengurusan NU, selalu akrab dengan budaya Istighasah.
Kadang menggunakan istilah Istighasah kubro, Istighosah Nasional, dan lain
sebagainnya.
Syeihkul Islam Ibnu Taimiah berkata : " Istigshostah adalah meminta
pertolongan, dalam rangka untuk menghilangkan musibah atau bencana."
Adapun do'a adalah pokok kata dari kata kerja دعا يدعو yang artinya, طلب
إ حضار yaitu " memohon kehadiran " dan di sebutkan pula bahwa do'a adalah " ما
هللا ه منFFدعى بFFي yaitu apa-apa yang di gunakan untuk menyeru Allah berupa
perkataan. Ini adalah do'a secara bahasa, adapun secara istilah adalah sebagaimana
yang di katakan syekh ustaimin " طلب ما ينفع أ و طلب ما د فع ما يضر " yaitu memohon
sesuatu yang bermanfaat serta memohon untuk menolak sesuatu yang
bermadharat ".
Perbedaan antara istighostah dan do'a adalah : istighostah tidak lain dalam
rangka untuk di selamatkan dari suatu musibah, sedangkan do'a maknanya lebih
umum, sebab itu dia mencakup permohonan dari suatu musibah atau untuk
selainnya, bentuk 'athaf ( aneksasi ) kata doa dalam kalimat (أ و يد عو ) terhadap
kata istighostah dalam kalimat أ ن يستغيث adalah merupakan athof yang bersifat
umum kepada yang bersifat khusus. Jadi , antara keduanya terdapat makna umum
dan khusus yang muthlak, keduanya bertemu dalam satu titik namun kata do'a
lebih umum, artinya setiap istighostah adalah do'a dan bukan
setiap do'a adalah istighostah
Dzikir yang dibaca dalam Istighasah di dalam kalangan NU memakai dzikir
yang dibakukan oleh Jam’iyah ahli Thariqah al-Muktbarah an-Nahdliyah, ijazah
dan Syaikhona Cholil Bangkalan.[1]
Di dalam Istighasah ini oleh Ulama salaf tidaklah terjadi pertentangan.
Karena dalam Istighasah seseorang bukanlah meminta kepda sesuatu yang
dijadikan wasilah tersebut, akan tetapi pada hakikatnya meminta kepada Allah
s.w.t. dengan barakahnya orang yang dekat kepada Allah s.w.t. baik seorang nabi,
wali maupun orang-orang yang shaleh.[2]
8
9
(1) mengusir setan.
(7) mendatangkan rizki.
(12) seseorang akan semakin dekat pada Allah sesuai dengan kadar dzikirnya
pada Alalh ‘azza wa jalla. Semakin ia lalai dari dzikir, ia pun akan semakin jauh
dari-Nya.
9
10
(19) menghapus dosa karena dzikir adalah kebaikan terbesar dan kebaikan akan
menghapus kejelekan.
(21) ketika seorang hamba rajin mengingat Allah, maka Allah akan mengingat
dirinya di saat ia butuh.
(26) majelis dzikir adalah majelis para malaikat dan majelis orang yang lalai dari
dzikir adalah majelis setan.
10
11
(28) akan memberikan rasa aman bagi seorang hamba dari kerugian di hari
kiamat.
(29) karena tangisan orang yang berdzikir, maka Allah akan memberikan naungan
‘Arsy padanya di hari kiamat yang amat panas.
(30) sibuknya seseorang pada dzikir adalah sebab Allah memberi untuknya lebih
dari yang diberikan pada peminta-minta.
(31) dzikir adalah ibadah yang paling ringan, namun ibadah tersebut amat mulia.
(33) pemberian dan keutamaan yang diberikan pada orang yang berdzikir, tidak
diberikan pada amalan lainnya.
(35) dzikir adalah cahaya bagi pemiliknya di dunia, kubur, dan hari berbangkit.
(36) dzikir adalah ro’sul umuur (inti segala perkara). Siapa yang dibukakan
baginya kemudahan dzikir, maka ia akan memperoleh berbagai kebaikan. Siapa
yang luput dari pintu ini, maka luputlah ia dari berbagai kebaikan.
(37) dzikir akan memperingatkan hati yang tertidur lelap. Hati bisa jadi sadar
dengan dzikir.
(38) orang yang berdzikir akan semakin dekat dengan Allah dan bersama dengan-
Nya.
11
12
(40) dzikir adalah inti dari bersyukur. Tidaklah bersyukur pada Allah Ta’ala orang
yang enggan berdzikir.
(41) makhluk yang paling mulia adalah yang bertakwa yang lisannya selalu basah
dengan dzikir pada Allah. Orang seperti inilah yang menjalankan perintah dan
menjauhi larangan Allah. Ia pun menjadikan dzikir sebagai syi’arnya.
(42) hati itu ada yang keras dan meleburnya dengan berdzikir pada Allah.
(43) dzikir adalah obat hati sedangkan lalai dari dzikir adalah penyakit hati. Obat
hati yang sakit adalah dengan berdzikir pada Allah.
Mak-huul, seorang tabi’in, berkata, “Dzikir kepada Allah adalah obat (bagi hati).
Sedangkan sibuk membicarakan (‘aib) manusia, itu adalah penyakit.”
(44) tidak ada sesuatu yang membuat seseorang mudah meraih nikmat Allah dan
selamat dari murka-Nya selain dzikir pada Allah.
(48) dzikir pada Allah akan menghilangkan rasa takut yang ada pada jiwa dan
ketenangan akan selalu diraih
12
13
(51) jika seseorang menyibukkan diri dengan dzikir, maka ia akan terlalaikan dari
perkataan yang batil seperti ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba),
perkataan sia-sia, memuji-muji manusia, dan mencela manusia. Karena lisan sama
sekali tidak bisa diam.
1. QS AN NISA:142
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas
tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan
malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah
mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.
2. QS AL MAIDAH:91
13
14
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa
takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.
4. QS YUNUS:92
Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.
5. QS THAHA:124
Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang
mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).
7. QS AN NUR:37
14
15
laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan
zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan
menjadi goncang.
8. QS AL FURQAN:18
Mereka (yang disembah itu) menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagi
kami mengambil selain engkau (untuk jadi) pelindung, akan tetapi Engkau telah
memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hidup, sampai mereka lupa
mengingati (Engkau); dan mereka adalah kaum yang binasa“.
9. QS AL MUNAFIQUN:9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
16
salah satu di antaranya adalah diberi kenikmatan dan jaminan surga; mendapat
pahala yang besar; diampuni dosa-dosanya; didoakan oleh malaikat.
• Doa merupakan cara seorang hamba dalam berkomunikasi dengan Allah SWT.
doa berisi tentang permohonan seorang hamba kepada-Nya dengan berharap
bahwa Allah SWT. mengabulkan keinginan (doa) nya. Doa pun memiliki banyak
manfaat yaitu menghindarkan kita dari sikap sombong, angkuh; menjadikan kita
seorang hamba yang tidak lupa diri yakni merasa tidak bisa apa-apa tanpa bantuan
dan pertolongan-Nya; menjadikan kita seseorang yang bersyukur jika memang
Allah SWT. mengabulkan doa kita.
• Dzikir dan doa (istighosah) sangat penting dalam kehidupan karena keduanya
saling berkaitan dan merupakan ibadah yang berfungsi sebagai sarana seorang
hamba berkomunikasi dengan sang khalik agar menjadikan kita menjadi seorang
hamba yang bertaqwa dan tidak kufur.
DAFTAR PUSTAKA
16