Anda di halaman 1dari 16

MEDITASI, DOA DAN DZIKIR MENURUT TASSAWUF

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akhlaq Tasawuf

Dosen Pengampu : Ahmad Munirul Hakim, M.Ag.

Oleh:
Kelompok 7
Qotrun Nada (33020230095)
Abdul Kolek (33020230096)
Adinda Bilqis Adistana (33020230097)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SALATIGA
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Ahmad Munirul Hakim, M.Ag
sebagai dosen pengampu mata kuliah Akhlaq taawuf yang telah membantu memberikan arahan
dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Salatiga, 06 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2
A. Makna dan manfaat meditasi dalam tasawuf .................................................... 2
B. Dzikir bisa dijadikan sebagai pengingatan kepada tuhan………………………...5
C. Doa dalam praktik tasawuf ................................................................................ 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Doa, zikir dan meditasi semuanya sama-sama bertujuan untuk mengingat dan mendekatkan
diri kepada Allah hanya saja caranya yang sedikit berbeda, doa biasanya dilakukan dengan
mengangkat kedua tangan untuk meminta kepada Tuhan, zikir biasanya dilakukan dengan
bertasbih dan meditasi biasanya dilakukan ditempat yang tenang dan rileks.
Dalam kehidupan sehari-hari, berdoa dan berdzikir sangat penting untuk diterapkan
khususnya bagi umat Muslim, karena kedua aktivitas tersebut merupakan hubungan antara
seorang hamba dengan Tuhannya, Allah Subhanahu Wata’ala. Namun dalam prakteknya antara
dzikir dan doa jarang sekali diterapkan, walau mungkin ada itu pun hanya sebagian manusia
yang selalu menerapkannya.
Kebanyakan orang mengamalkan doa dan dzikir pada saat waktu dan keadaan tertentu.
Seperti halnya berdoa, berdoa hanya dilakukan oleh manusia saat ada kemauan (menginginkan
sesuatu) yang dimana dia berpikir hanya Allah Subhanahu Wata’ala-lah yang bisa membantu
merealisasikan keinginannya itu. Begitupun dengan berdzikir, jarang sekali manusia
mengamalkan dzikir dalam kehidupan sehari-hari, terkadang manusia berdzikir dan mengingat
Allah Subhanahu Wata’ala hanya saat dalam kesusahan dan tertimpa masalah saja. Maka dari
itu penulis akan membahas tentang meditasi, doa dan dzikir menurut tasawuf

B. Rumusan Masalah
a. Apa makna dan manfaat meditasi dalam tasawuf?
b. Bagaimana dzikir bisa dijadikan sebagai pengingat kepada tuhan?
c. Ada berapa doa dalam praktik tasawuf?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui makna dan manfaat meditasi dalam Tasawuf.
b. dzikir bisa dijadikan sebagai pengingatan kepada tuhan.
c. berapa doa dalam praktik tasawuf.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. MAKNA DAN MANFAAT MEDITASI

1. Makna meditasi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, meditasi adalah pemusatan pikiran dan

perasaan untuk mencapai sesuatu.1 Menurut kamus lengkap psikologi, meditation (meditasi)

adalah satu upaya yang terusmenerus pada kegiatan berpikir, biasanya semacam kontemplasi

(perenungan dan pertimbangan religius).

Refleksi mengenai hubungan antara orang yang tengah bersemedi (meditator) dengan

Tuhan.2 Dalam literatur psikologi, istilah meditasi mengacu pada sekelompok latihan untuk

membatasi pikiran dan perhatian. Walsh mengungkapkan bahwa meditasi merupakan teknik

atau metode latihan yang digunakan untuk melatih perhatian untuk dapat meningkatkan taraf

kesadaran, yang selanjutnya dapat membawa proses-proses mental dapat lebih terkontrol

secara sadar.

Maupun mengemukakan bahwa meditasi merupakan suatu teknik latihan untuk

mengembangkan dunia internal atau dunia batin seseorang, sehingga menambah kekayaan

makna hidup baginya. 3 Dalam agama, meditasi berarti menggunakan pikiran secara

terusmenerus untuk merenungkan beberapa kebenaran, misteri atau obyek penghormatan

(ta’zim) yang bersifat keagamaan, sebagai latihan ibadah.

1
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Cet III,
1990, h. 569
2
J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (terj) Kartini Kartono, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Cet XV, 2011, h.
294
3
Johana E. Prawitasari et.al, Psikoterapi; Pendekatan Konvensional dan Kontemporer, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, Cet I, 2002, h. 181-182

2
Semua definisi tersebut lebih relefan untuk kata “konsentrasi” dan “kontemplasi”

selain untuk “meditasi”. Misteri kemanusiaan sendiri tidaklah terungkap oleh bantuan akal.

Meditasi melampaui pikiran. Namun, “konsentrasi” adalah langkah persiapan menuju

“meditasi”.4

Manfaat meditasi dalam Tasawuf

Meditasi memiliki banyak manfaat dalam konteks tasawuf,. Dalam tasawuf, meditasi

sering disebut sebagai "Muraqaba" atau "Dzikir Khafi," dan digunakan sebagai alat untuk

mencapai kedekatan spiritual dengan Tuhan. Berikut adalah beberapa manfaat

meditasi dalam tasawuf:

Kesadaran Spiritual: Meditasi memungkinkan praktisi untuk mendapatkan tingkat

kesadaran spiritual yang lebih dalam. Ini membantu mereka merasa lebih dekat dengan Tuhan

dan merasakan kehadiran-Nya dalam kehidupan sehari-hari.

Kontemplasi: Melalui meditasi, orang dapat merenungkan tafsir Al-Quran, hadis, atau

ajaran-ajaran Islam. Ini membantu mereka mendalamkan pemahaman mereka terhadap ajaran

Islam dan mencari makna yang lebih dalam.

Pembersihan Diri: Meditasi membantu individu dalam membersihkan jiwa dan hati

mereka. Ini melibatkan introspeksi, memeriksa tindakan dan niat, dan upaya untuk

menghilangkan dosa-dosa.

Kesatuan dengan Tuhan: Meditasi dalam tasawuf membantu praktisi merasa lebih

dekat dengan Tuhan. Mereka mencari kesatuan spiritual dengan Sang Pencipta dan melepaskan

ikatan dengan dunia material.

4
Soraya Susan Behbehani, Ada Nabi Dalam Diri; Memusatkan Kecerdasan Batin Lewat Dzikir dan Meditasi,
Terj. Cecep Ramli Bihar Anwar, Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2003,hlm 26

3
Pengendalian Diri: Meditasi membantu dalam pengendalian diri, termasuk

pengendalian nafsu, emosi, dan tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Ini membantu

mencapai tingkat disiplin yang lebih tinggi.

Kesejahteraan Mental dan Emosional: Meditasi dalam tasawuf membantu mengatasi

stres, kecemasan, dan gangguan emosional. Ini dapat menciptakan perasaan kedamaian dan

kesejahteraan.

Peningkatan Kualitas Ibadah: Meditasi membantu dalam mempersiapkan diri untuk

ibadah dan berdoa dengan lebih khusyuk. Praktisi merasa lebih terhubung

dengan ibadah mereka.

Pengembangan Moral: Melalui meditasi, individu dapat mengembangkan moralitas

yang lebih tinggi, termasuk kasih sayang, belas kasihan, dan toleransi terhadap orang lain.

Meningkatkan Intuisi dan Pengetahuan Spiritual: Meditasi membuka pintu

kepengetahuan spiritual dan pemahaman yang lebih mendalam tentang rahasia alam

semesta dan eksistensi.

Penting untuk diingat bahwa meditasi dalam konteks tasawuf adalah alat untuk

mencapai tujuan spiritual yang lebih tinggi dan koneksi dengan Tuhan. Ini adalah praktik yang

sangat mendalam dan penuh pengabdian yang memerlukan bimbingan dari guru yang

berpengalaman dalam Tasawuf. 5

5
Salahuddin, (2017), ‘Mengenalkan Meditasi Sufistik ke Dunia Pendidikan’, Lentera Pendidikan: Jurnal
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Vol. 20, No. 1,31-40,https://doi.org/10.24252/lp.2017v20n1a3, diakses pada 01
oktober 2023

4
B. Dzikir

Secara etimologi, dzikir berasal dari bahasa Arab, yaitu dzakara, yadzkuru, dzikr

(‫ ) ذكر يذكر ذكرا‬yang berarti menyebut, mengingat. Dzikir dalam pengertian mengingat Allah

sesuai dengan al-Qur’an surat an-Nisa’ (4) ayat 1036 sebagai berikut:

‫ض ْيت ُ ُم فَإِذَا‬ َّ ‫ط َمأْنَنت ُ ْم فَإِذَا ۚ ُجنُوبِ ُك ْم َو َعلَ ٰى َوقُعُودًا قِ ٰيَ ًما ٱ َّّللَ فَٱ ْذ ُك ُروا ٱل‬
َ َ‫صلَ ٰوة َ ق‬ ْ ‫صلَ ٰوة َ فَأَقِي ُموا ٱ‬
َّ ‫صلَ ٰوة َ َّنِِإ ۚ ٱل‬
َّ ‫علَى َكانَتْ ٱل‬
َ

َ‫َّم ْوقُوتًا ِك ٰت َبًا ٱ ْل ُمؤْ ِمنِين‬

Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri,

di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka

dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu (kewajiban)

yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (QS. AlNisa’:103)

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, zikir mempunyai arti puji-pujian kepada Allah

yang diucapkan secara berulang.7Jadi zikir kepada Allah (dzikrullah) secara sederhana dapat

diartikan ingat kepada Allah atau menyebut nama Allah secara berulang-ulang. Dzikir dalam

pengertian mengingat Allah, sebaiknya dilakukan setiap saat, baik secara lisan maupun dalam

hati. Dimanapun kita berada, sebaiknya selalu ingat kepada Allah S.W.T sehingga akan

menimbulkan cinta kepada Allah S.W.T serta malu berbuat dosa dan maksiat kepadanya.

Diantara keutamaan zikir yang akan dijelaskan oleh penulis, disini penulis hanya

menjelaskan lima keutamaan berdzikir. Adalah sebagai berikut:

6
Baidi Bukhori, Zikir Al-Asma’ Al-Husna; Solusi Atas Problem Agresivitas Remaja, Syiar Media Publishing,
Semarang, Cet I, 2008, h. 50
7
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, Cet III,
1990,hlm 1018

5
1 . Zikir dapat mengusir syetan dan dapat melindungi orang yang berzikir, Allah

SWT berfirman:

‫ْص ُرونَ هُم فَإِذَا تذ َّك ُروا الشيطن من طنا مسهم إذا اتقوا الذين إن‬
ِ ‫ ُّمب‬۲۰۱

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was- was dari

syaitan, mereka ingat kepada Allah, Maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-

kesalahannya. (QS. al-Araf:201)

2. Zikir dapat menghilangkan kesedihan, kegundahan dan depresi dan dapat

mendatangkan ketenangan, kebahagian dan kelapangan hidup, hal ini sesuai dengan firman

Allah SWT

َ‫وب ت َْط َمئِ ُن هللاِ بذكر أال هللا بذكر قُلُوبُهم َوت َْط َمئ ُِّن َءا َمنُوا الَّذِين‬
ُ ُ‫ القُل‬۲۸

Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan

mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS.

Ar-Ra'd: 28) I Sahl bin Abdullah berkata jika hati seorang hamba merasa senang dan tenang

kepada Tuhannya, maka kondisi spiritualnya akan menjadi kuat. Jika kondisi spiritualnya kuat

maka segala sesuatu akan senang dan simpati kepadanya. 8

3. Zikir dapat menghidupkan hati

Bahkan zikir itu sendiri pada hakekatnya adalah kehidupan bagi hati tersebut, apabila

hati kehilangan zikir maka seakan-akan kehilangan kehidupannya sehingga tidak hidup sebuah

hati tanpa zikir kepada Allah. Rasulullah saw bersabda:

8
Dikutip dari Syekh Abu nashras- Sarrajal - Thusi, al-luma' (tt:Tsaqafaal-Dhiniyyah),hlm 98

6
Artinya: Dari Abu Musa ra berkata, bahwa Nabi saw telah bersabda Perumpamaan

orang yang berzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berzikir kepada Tuhannya seperti

orang yang hidup dan orang yang mati. (HR. Bukhari) 9

4. Zikir menghapus dosa dan menyelamatkannya dari adzab Allah

Karena zikir merupakan suatu kebaikan yang besar dan diampuninya segala dosa-dosa,

tentu hal ini dapat menyelamatkan orang yang berzikir dari I azab Allah SWT, sebagaimana

Rasulullah saw bersabdaArtinya Dari Muad: bin Jabal berkata, sesungguhnya Rasulullah saw

bersabda: tidak ada amal yang dapat dilakukan oleh seseorang dari siksa Allah kecuali berzikir

kepada Allah. (HR. Ibn Majah) 10

5. Zikir menghasilkan pahala, keutamaan dan karunia Allah

Padahal sangat mudah mengamalkannya, karena gerakan lisan lidah mudah dari pada

gerakan tubuh, diantara pahala zikir yang disebutkan Rasulullah SAW adalah: Artinya: telah

menceritakan kepada kami Abullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami, Malik dari

Sumai maula. Abi Bakrin, dari Abi Shaleh, dari Abi Hurairah RA. Sesungguhnya Nabi saw

bersabda: orang yang mau mengucapkan "Laailaha illallah wahdahu laa syarikalahu lahul

mulku walahulhamdu wa huwa ala kulli say 'in kodir" Pada setiap hari sebanyak seratus kali,

maka orang itu seperti membebaskan you sepuluh hamba sahay, dan baginya ditulis seratus

kebaikan dan baginya dihapus seratus kejelekan, dan baginya terjaga dari setan pada hari itu

sampai sore, dan tidak ada orang yang bisa melebihi kemuliannya dari pada orang yang mau

mengamalkan kalimat yang diatas yang lebih banyak. (HR. Bukhari) 11

C. DOA

9
Muhammad Ibn Ismail abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut, Dar Ibn Katsir, 1987), juz 5, h. 2353
10
"Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, (Amman, al-Khatib) juz 2, hlm. 1345
11
"http://www.maktabah-syamilah.com diakses tanggal 02 Oktober 2023

7
Doa ialah ibadah yang agung dan amal shaleh yang utama. Bahkan ia merupakan esensi

ibadah dan subtansinya. Ibnu Katsir Menafsirkan, “Beribadah kepada-Ku”, yaitu berdoa

kepada-Ku dan mentauhidkan-Ku. Kemudian, Allah mengancam mereka yang

menyombongkan diri dari berdoa kepada-Nya. Bagi yang mentadaburi al-Qur‟an kan

mendapati bahwa Allah telah banyak memberikan motivasi kepada hamba-hamba-Nya untuk

selalu berdoa kepada-Nya, merasa rendah diri, tunduk dan mengeluhkan segala kebutuhan

kepada-Nya. Dengan demikian doa ialah perkara yang besar dan agung. Sebab, di dalamnya

seseorang hamba menampakkan bahwa ia benar-benar fakir dan butuh kepada Allah. Ia tunduk

bersimpuh dihadapan-Nya.12 Maka disini ada beberapa pengertian tentang doa, sebagai berikut:

1. Pengertian Doa Dalam perspektif bahasa kata du‟a berasal dari bahasa Arab da‟a-

yada‟u-da‟ada‟watun, yang mengandung arti memanggil, mengundang, minta tolong,

meminta dan memohon. Dalam penggunaan sehari-hari, kata du‟a mempunyai beberapa

makna, diantaranya adalah:

a. Raghib al-Ishafahani dalam kitabnya al-Mu’jam -Mu’jam li mufradat Alfadzh

Alqur’an al-karim (kamus kosa kata al-Qur‟an) antara lain mengatakan bahwa kata doa sama

artinya dengan kata nida’ yakni panggilan. Bedanya kata nida’ terkadang menggunakan kata

ya’ tanpa menyembutkan nama orang yang dipanggilnya. Kata du’a dan nida’ terkadang

digunakan untuk menujukan salah satu dari kedua arti tersebut.

b. Kata du’a digunakan pula untuk arti memberi nama atau julukan.

c. Kata doa juga berarti menyembah.

d. Kata doa juga berarti permintaan atau permohonan.

12
Hasan Bin Ahmad Hammam, Terapi dengan Ibadah “Istighfar, Sedekah, Doa, Al-Qur’an, Shalat, Puasa” (Solo:
Aqwam, 2010), 75-76.

8
Secara istilah, doa adalah permohonan atau permintaan dari seseorang hamba kepada

Tuhan dengan menggunakan lafal yang dikehendaki dan dengan memenuhi ketentuan yang

ditetapkan, atau meminta sesuatu sesuai dengan hajatnya atau memohon perlindungan kepada

Allah Swt. Doa yang dimaksud di sini suatu aktivitas ruhaniah yang mengandung permohonan

kepada Allah Swt.13 Melalui lisan atau hati, dengan menggunakan kalimat-kalimat atau

pernyataan-pernyataan khusus sebagaimana yang tertulis pada al-Qur‟an, as-Sunnah ataupun

keteladanan para sahabat Rasulullah Saw, dan orang-orang yang saleh. Dengan penuh harapan

agar doa-doa yang dimohonkan akan segera dikabulkan.

.Doa dalam istilah al-Qur‟an memiliki ragam makna yang cukup kompleks, seperti doa

dalam al-Qur‟an ialah menunjukkan kehinaan dan kerendahan diri serta menyatakan keperluan

dan ketundukkan kepada Allah. Pengertian ini tidak bertentangan dengan pengertian terdahulu

tentang doa, tetapi saling melengkapi, yakni bahwa memohon kebaikan di dunia dan

keselamatan akhirat itu menunjukkan kerendahan diri, keperluan, dan ketundukkan kepada

Allah. Berdasarkan pengertian doa itu, maka berdoa hanya kepada Allah dan tidak boleh

kepada selain-Nya. Seperti terlihat doa merupakan manifestasi kerendahan diri, keperluan dan

ketundukan kepada Allah.14

Syekh Ali Baras menerangkan secara rinci tiga jenis manusia yang dimaksud dalam

kaitannya dengan doa.

1. Orang awam (pada umumnya) memandang doanya sebagai alat pengabulan

permohonan mereka. Mereka menjadikan terwujudnya permintaan mereka sebagai puncak dan

13
Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Prophetic Intelegence Kecerdasan Kenabian” Menumbuhkan Potensi Hakiki
Insani Melalui Pengembangan Kesehatan Ruhani (Yogyakarta: Islamika, 2004), 450-451.
14
3 Sudirman Tebba, Sehat Lahir Batin Handbook bagi Pendamba Kesehatan Holistik (Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta, 2004),124-125.

9
tujuan akhir doa mereka. Jelas lapisan orang awam berada pada kelalaian, kerendahan himmah,

dan sedikit adab di hadapan Allah.

2. Orang khawash (orang tertentu) memaknai doa sebagai perwujudan kehambaan.

Mereka mengartikan doa sebagai ibadah belaka, bahkan murni ibadah semata. Kelompok ini

mendapat rahmat Allah karena Allah mendorong mereka melalui doa untuk beribadah sebagai

puncak keinginan dan kesenangan mereka. Mereka senantiasa bermunajat dengan Allah

melalui pemaknaan mereka atas doa.

3. Orang khawashul khawash (hamba Allah paling istimewa) memandang doa sebagai

sambutan dan keramahan Allah SWT terhadap mereka di mana Allah menjawab “Labbayka yā

abdī” atas seruan mereka “Yā rabbī.”

Suatu hari Nabi Musa AS pernah bermunajat, “Wahai Tuhanku.” “Labbayka,” jawab

Allah dengan kehangatan. “Tuhanku, apakah sambutan keramahan ini khusus untukku atau

umum untuk hamba-hamba-Mu?” tanya Nabi Musa AS. “Untuk setiap orang yang memanggil-

Ku dengan seruan tersebut (Yā rabbi),” kata Allah.

Orang khawashul khawash tidak memiliki tujuan, permintaan, permohonan

perlindungan apapun dalam doa mereka. Mereka dengan doa hanya menyukai jawaban atau

talbiyah Allah, senang “berdampingan” dengan-Nya, dan menikmati “perbincangan” dengan-

Nya. (Syekh Ali Baras, 2018 M: 134).

Keterangan ini diangkat ketika Syekh Ali Baras menerangkan salah satu butir hikmah

Al-Hikam berikut ini:

ْ ‫ضمِنَ فهو ليأسِك موج َبا ً الدّ َعاءِ في‬


‫اإللحاح َم َع ال َعطاء أ َ َمد ت َأ ُّخ ُر يكُ ْن ال‬ َ َ‫يختارهُ فيما اإلجا َب َة َلك‬
ُ َ‫فيما ال لك‬

ِ ‫تُريد ُ الذي الو ْقت في ال يريد ُ الذي الو ْق‬


‫ت وفي لنَ ْفسكَ تختاره‬

10
Artinya, “Jangan sampai penundaan ijabah atau pemberian Allah yang disertai dengan

keseriusan doa membuatmu putus asa. Allah telah menjamin ijabah-Nya pada sesuatu yang Dia

pilihkan untukmu, bukan pada apa yang kaupilihkan untuk dirimu, dan pada waktu yang Dia

kehendaki, bukan pada waktu yang kauinginkan.” (Syekh Ibnu Athaillah, Al-Hikam).

Syekh Ali Baras terkait hikmah ini berpesan agar umat Islam menjauhkan diri dari

sikap putus asa karena misalnya doa yang menurut ukuran mereka belum terkabul. Pasalnya,

putus asa adalah sifat orang kafir, orang ingkar, dan orang yang durhaka kepada Allah. Wallahu

a’lam. 15

15
Alhafiz Kurniawan,3 Makna Doa dalam Kajian Tasawuf, https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/3-makna-doa-
dalam-kajian-tasawuf-sGTTg diakses pada tanggal 02 Oktober 2023

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Meditasi dalam tasawuf adalah salah satu praktik spiritual yang bertujuan untuk mencapai
pemahaman yang lebih dalam tentang Allah (Tuhan) dan hubungan antara diri manusia dengan
Yang Maha Kuasa. Meditasi dalam konteks tasawuf biasanya mencakup meditasi tentang
atribut-atribut Allah, kontemplasi tentang penciptaan, atau memikirkan realitas kemanusiaan
dan ketuhanan. Tujuannya adalah untuk merenungkan Allah dan mencapai pemahaman yang
lebih dalam tentang hakikat eksistensi.

Dzikir adalah praktik tasawuf yang melibatkan pengulangan atau perenungan atas
nama-nama Allah atau frasa-frasa yang mengingatkan kepada Tuhan. Praktik dzikir bertujuan
untuk memperdalam hubungan seseorang dengan Tuhan dan mengingatkan diri mereka pada
kehadiran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan mereka.

Jumlah doa dalam praktik tasawuf bervariasi tergantung pada tradisi dan praktik yang
diikuti oleh individu atau kelompok. Dalam tasawuf, doa biasanya digunakan sebagai sarana
untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan memperdalam hubungan spiritual. Beberapa tasawuf
memiliki praktik doa yang berulang, sementara yang lain mungkin lebih fleksibel.

Praktik doa yang paling umum dalam tasawuf adalah dzikir, yang merupakan pengulangan
nama-nama Allah atau frasa-frasa yang mengingatkan kepada Tuhan. Dzikir dapat dilakukan
secara berulang-ulang untuk mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Selain dzikir,
tasawuf juga menggunakan doa-doa tertentu yang dirancang untuk memperdalam pengalaman
spiritual. Jumlah doa dan jenisnya bisa bervariasi dari satu kelompok tasawuf ke kelompok
tasawuf lainnya.

B. SARAN

Demikian pembahasan makalah yang kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi

pembaca dan pemakalah sendiri. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam

makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dan

pembuatan makalah selanjutnya agar menjadi lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, Cet III, 1990
J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (terj) Kartini Kartono, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
Cet XV, 2011
Johana E. Prawitasari et.al, Psikoterapi; Pendekatan Konvensional dan Kontemporer, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, Cet I, 2002
Soraya Susan Behbehani, Ada Nabi Dalam Diri; Memusatkan Kecerdasan Batin Lewat Dzikir
dan Meditasi, Terj. Cecep Ramli Bihar Anwar, Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2003
Salahuddin, (2017), ‘Mengenalkan Meditasi Sufistik ke Dunia Pendidikan’, Lentera
Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Vol. 20, No. 1,31-
40,https://doi.org/10.24252/lp.2017v20n1a3, diakses pada 01 oktober 2023
Baidi Bukhori, Zikir Al-Asma’ Al-Husna; Solusi Atas Problem Agresivitas Remaja, Syiar
Media Publishing, Semarang, Cet I, 2008
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, Cet III, 1990.
Dikutip dari Syekh Abu nashras- Sarrajal - Thusi, al-luma' (tt:Tsaqafaal-Dhiniyyah),hlm 98
Muhammad Ibn Ismail abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut, Dar Ibn Katsir,
1987), juz 5, h. 2353
"Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, (Amman, al-Khatib) juz 2.
"http://www.maktabah-syamilah.com diakses tanggal 02 Oktober 2023
Hasan Bin Ahmad Hammam, Terapi dengan Ibadah “Istighfar, Sedekah, Doa, Al-Qur’an,
Shalat, Puasa” (Solo: Aqwam, 2010), 75-76.
Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Prophetic Intelegence Kecerdasan Kenabian” Menumbuhkan
Potensi Hakiki Insani Melalui Pengembangan Kesehatan Ruhani (Yogyakarta:
Islamika, 2004), 450-451.
Sudirman Tebba, Sehat Lahir Batin Handbook bagi Pendamba Kesehatan Holistik (Jakarta: PT
Serambi Ilmu Semesta, 2004).
Alhafiz Kurniawan,3 Makna Doa dalam Kajian Tasawuf, https://islam.nu.or.id/tasawuf-
akhlak/3-makna-doa-dalam-kajian-tasawuf-sGTTg diakses pada tanggal 02 Oktober
2023

13

Anda mungkin juga menyukai