Alhamdulillah dan puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan tepat waktu. Tanpa ridha dan petunjuk dari-Nya mustahil makalah ini dapat
dirampungkan.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah
bimbigan psikospiritual sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
”Pengantar dan teknik psikospritual terapi zikir untuk konsentrasi”.
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
pegangan dalam mempelajari materi tentang psikospiritual. Juga merupakan harapan kami
dengan hadirnya makalah ini, akan mempermudah semua pihak dalam proses perkuliahan pada
mata pelajaran psikospiritual.
Sesuai kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, kami mengharapkan saran dan kritik,
khususnya dari rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi. Kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT. Akhir kata, semoga segala daya dan upaya yang kami lakukan dapat bermanfaat, amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….…………………...i
DAFTAR ISI………………………………………………….………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………….……...……………………………….1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………….….....................................3
3.0 Kesimpulan………………………………………………….……………………...……17
3.1. Saran…………………………………………………………………………………....17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..........18
BAB I
PENDAHULUAN
Dzikir adalah upaya yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang beriman dalam
mendekat kepada Allah SWT, dzikir tersebut dapat berupa ucapan kalimat syahadat, atau
kalimat yang lain seperti, tasbih, doa, asmaul husna dan dzikir lain.
Karena dengan berdzikir hati akan menjadi tenang, sebagaimana Alquran surat arra’du
ayat 28. Sedangkan menurut para ahli medis khususnya yang telah meneliti mengenai saraf,
bahwa dengan meditasi akan menenangkan jiwa dan pikiran, sebab hati yang tenang akan
merangsang fungsi saraf serotonin (sejenis neurotransmitter yang terdapat pada otak,
berfungsi saat proses pembelajaran dan mengingat), yang kemudian otak memproses
mengeluarkan neurotransmitter serotonin yang terhubung pada akson (sel saraf yang panjang,
yang berfungsi untuk mengirim informasi ke berbagai macam saraf ) dan kemudian akson
membawa pada sistem limbik otak dan sistem limbik akan mengolah menjadi emosi yang
baik sehingga seseorang akan tenang, senang, bersemangat, dalam keadaan inilah konsentrasi
dapat dilakukan dengan maksimal
Dengan cara dzikir hati akan menjadi tentram, tentramnya hati akan mempengaruhi
suasana mood seseorang dalam melakukan aktivitas apapun termasuk mengikuti
pembelajaran, karena dzikir adalah salah satu stimulus untuk menjalankan fungsi saraf
serotonin dengan baik dan berjangka lama, serta mengeluarkan jumlah yang seimbang pada
tubuh manusia khususnya pada otak. Yang mana saraf serotonin ini membawa banyak
pengaruh pada jiwa dan raga seseorang. Ketika saraf serotonin aktif maka otak menjadi
jernih,kesadaran yang menenangkan, semangat berlimpah, hati stabil, tahan terhadap
stres,sikap tubuh dan ekspresi pun mengencang sehingga semuanya baik. Dalam keadaan
tenang inilah seseorang akan mudah untuk memusatkan perhatiannya pada objek yang dituju
(konsentrasi).
1.1. Rumusan masalah.
dari gambaran diatas dapat kita simpulkan permasalahan
1. Apa pengertian dzikir?
2. Sebutkan macam dzikir?
3. Apa lafal dzikir?
4. Apa manfaat dzikir?
5. Bagaimana cara berdzikir?
6. Jelaskan waktu, tempat, dan adab dalam berdzikir?
7. Jelaskan hubungan zikir dengan konsentrasi?
1.2. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dzikir
2. Menjelaskan macam dzikir
3. Menjelaskan lafal dzikir
4. Menjelaskan manfaat dzikir
5. Menjelaskan cara berdzikir
6. Menjelaskan waktu, tempat, dan adab dalam berdzikir
7. Menjelaskan hubungan zikir dengan konsentrasi
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya: “yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan zikir dan mengingat Allah hati menjadi
tentram”
Dari paparan Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 28 diatas, bahwa dzikir merupakan
salah satu cara untuk terapi semua penyakit rohani yang dialami manusia. Walaupun
dalam teks Al-Qur’an dzikir hanya sebagai penentram hati saja. Kita dapat memahami
bahwa banyak penyakitt hati yang muncul karena tidak tenangnya hati. Dalam hal ini
dzikir dapat menenangkan hati dan jiwa seseorang yang sedang mengalami goncangan
dan menentralisasi pikiran yang sedang merasakan kepenatan. Sebagian ahli kedokteran
jiwa telah menyakini bahwa penyembuhan penyakit klien dapat dilakukan lebih cepat jika
memakai cara pendekatan keagamaan, yaitu dengan membangikitkan potensi keimanan
kepada Tuhan lalu menggerakan kearah pencerahan batiniah. Dengan kondisi inilah
akhirnya timbul kepercayaan diri bahwa Tuhan adalah satu-satunya penyembuh dari
berbagai penyakit.
Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut
nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. (QS. Al-Ahza (33) : 41)
Menurut Imam Izzudin ibn Abdussalam bahwa banyaknya hadist-hadist tentang
dzikir dapat disamakan dengan kata “perintah” sebab segala perbuatan yang dipuji dan
yang dijanjikan akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat maka hal itu berarti
perintah. Tak diragukan lagi bahwa mengingat Allah adalah perintah Allah dan Rosul-
Nya. Menurut Askat Dzikir adalah segala sesuatu atau tindakan dalam rangka mengingat
Allah SWT, mengagungkan asma-Nya dengan lafal lafal tertentu, baik yang dilafalkan
dengan lisan atau hanya diucapkan dalam hati saja yang dapat dilakukan di mana saja
tidak terbatas pada ruang dan waktu. Said Ibnu Djubair dan para ulama lainnya
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan dzikir itu adalah semua ketaatan yang
diniatkan karena Allah SWT, hal ini berarti tidak terbatas masalah tasbih, tahlil, tahmid
dan takbir, tapi semua aktifitas manusia yang diniatkan kepada Allah SWT.
Dari penjelasan terapi dan dzikir diatas dapat disimpulkan bahwa terapi dzikir
adalah pengobatan psikologis dengan mengingat Allah dengan cara membaca lafal
tertentu dan disertai dengan perenungan terhadap petunjuk yang Allah tampakkan.
a) Dzikir dalam arti ingat yang sebelumnya lupa atau lalai. Artinya manusia kembali
berdzikir setelah lalai mengingat Allah. Dalam jangka waktu tertenttu, kemudian dia
bertabaat untuk senantiasa mengingat-Nya.
b) Dzikir dalam artian kekal ingatnya. Artinya setelah manusia tersebut bertaubat yang
sebenar-benarnya kemudian dia akkan selalu ingat akan Allah swt.
Lebih lanjut, dalam kehidupan sufi dikenal dengan dua jenis praktik dzikir, yaitu
dzikir lisan (jahar) dan dzikir qalbi (khofi) :
a. Dzikir Lisan
Dzikir lisan merupakan dzikir dengan mengucapkan lafal- lafal dzikir tertentu
yang berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an baik keseluruhan mauppun sebagian, baik dengan
suara keras mau perlahan. Dalam melakukan dzikir ada bebrapa hal yang harus
diperhatikan. Pertama diniatkan untuk mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah
dengan tujuan mencari ridha, cinta, dan ma’rifatNya. Kedua dilakukan dalam keadaan
memiliki wudlu. Pertimbangnnya karena wudlu menyiratkan penyucian diri dari hadas.
Ketiga dilakukan pada trmpat dan suasan yang menunjang kekhusyukan. Keempat
berusaha memahami makna yang terkandung didalmnya. Kelima mengkosongkan hati
dan ingatan dari segala sesuatu selain Allah. Keenam mewujudkan pesan-pesan yang
terkandung dalam ucapan dzikir itu dalam sikap hidup.
b. Dzikir Qalbu
Dzikir Qalbu yaitu zikir yang tersembunyi di dalam hati tanpa suara dan kata-
kata. Zikir ini hanya memenuhi qalbu dengan kesadaran yang sangat dekat dengan Allah
seirama dengan detak jantung serta mengikuti keluar masuknya nafas disertai kesadaran
akan kehadiran Allah. Dalam literatur sufisme barat, dzikir qalbu sering dilukiskan
sebagai Living Prosenc (hidup dengan merasakan kehadiran Tuhan).
2.0.3. Lafal Dzikir
Ada beberapa lafal dzikir yang bersumber dari Al-Qur’an maupun Hadist Nabi,
diantaranya sebagai berikut :
Jiwa manusia akan terawasi oleh apa dan siapa yang selalu melihatnya. Ingat kepada
Allah berarti lupa kepada yang lain, ingat yang lain berarti lupa kepada-Nya. Melupakan-
Nya akan mempunyai dampak yang luas dalam kehidupan manusia.
Dalam kehidupan ini, seseorang tak bisa lepas dari kemungkinan datangnya bahaya. Hal
ini dapat diambil pelajaran dari peristiwa Nabi Yunus As yang tertelan ikan. Pada saat
seperti itu Yunus As berdoa: la ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadh dhalimin
(tiada Tuhan selain engkau, maha suci engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-
orang yang dhalim) (AlAnbiya’:27). Dengan doa dan dzikir itu Yunus As dapat keluar
dari perut ikan.
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin menawarkan suatu konsep dikembangkannya
nilai-nilai ilahiah dalam batin Mengingat seseorang. Shalat misalnya yang didalamnya
terdapat penuh doa dan dzikir, dapat di pandang sebagai malja’ (tempat berlindung)
ditengah badai kehidupan modern’ disinilah misi Islam untuk menyejukkan hati manusia.
Dzikir fungsional, akan mendatangkan manfaat, antara lain mendatangkan kebahagiaan,
menentramkan jiwa, obat penyakit hati dan sebagainya.
Kehidupan modern yang ditandai juga dengan dekadensi moral, akibat dari berbagai
rangsangan dari luar, khususnya melalui mass media. Pada saat seperti ini dzikir yang
dapat menumbuhkan iman dapat menjadi sumber akhlak. Dzikir tidak hanya dzikir
substansial, namun dzikir fungsional. Dengan demikian, betapa penting mengetahui,
mengerti (ma’rifat) dan mengingat (dzikir) Allah, baik terhadap nama-nama maupun
sifatsifat- Nya , kemudian maknanya ditumbuhkan dalam diri secara aktif, karena
sesungguhnya iman adalah keyakinan dalam hati, diucapkan dalam lisan dan
direalisasikan dalam amal perbuatan.
a) Secara Kuantitatif, artinya menyebut nama Allah SWT. Dengan jumlah bilangan
tertentu misalnya mengucap tahmid sebanyak 200 kali.
b) Secara Kualitatif, artinya berdzikir melalui penghayatan yang terdiri atas 3 tingkatan,
sebagai berikut :
1. Dzikir Kontemplatif (perenungan mendalam), artinya ketika kita membaca tasbih,
tahmid, tahlil, istighfar, disertai dengan penghayatan bahwa kita sangat kecil
dibandingkan Allah SWT., kita dipenuhi oleh lumpur dosa, kita mengakui dan
meyakini kebesaran-Nya yang menciptakan alam semesta yang Maha luas karena
Allah adalah sang Maha kaya dari segalanya.
2. Dzikir Antisipatif, artinya kita menanggapi segala hal yang terjadi di seluruh alam
raya sebagai aktivitas dan kehendak Allah SWT. dengan smempersepsikannya
melalui pikiran, perasaan dan tindakan.
3. Dzikir Aplikatif, artinya kita senantiasa mengingat Allah SWT. ketika melakukan
segala sesuatu dan dihubungkan dengan salah satu sifat-sifat Allah yang Maha
Mulia. Misalnya kita mengucapkan istighfar dan menyebut Ar-rahman-Ar-rahim
ketika sedang emosi, marah maupun kecewa.
a. Dzikir yang dilakukan tidak terikat dengan waktu, tempat dan keadan. Misalnya, kita
bisa mengucap istighfar, tahmid, tahlil, ketika kita dalam suatu perjalanan atau ketika
sedang beraktifitas yang lainnya.
b. Dzikir yang dilakukan terikat dengan waktu, tempat dan keadaan. Misalnya ketika
kita hendak makan maka dzikirnya akan berbeda dengan ketika kita akan mandi.
a. Berniat semata-mata hanya mencari ridha Allah SWT., tanpa maksud atau tujuan
yang lainnya.
b. Melakukannya dengan penuh konsentrasi dan penghayatan mendalam terhadap
maknanya.
c. Melakukannya dengan sikap tadlarru’ dengan suara yang pelan, sengan sikap rendah
diri dan rendah hati.
d. Menggunaan lafal-lafal dzikir sesuai dengan tang dituntunkan oleh syara’ dan
menyesuaikan yang dibaca dengan waktu, tempat serta situasinya sendiri-sendiri,
tanpa mengada-adakan dengan yang lainnya.
Berdzikir kepada Allah selain sebagai ibadah yang sangat ringan dan paling mudah
dikerjakan, juga ibadah yang dalam pelaksanaannya tidak dituntut dengan syarat atau rukun
tertentu. Bahkan Alquran menyatakan, untuk mengingat Allah boleh dilakukan dimanapun,
kapan pun, dan dalam situasi apapun, sebab dimana pun kita berada dan apa saja yang kita
kerjakan maka Allah pasti mengetahuinya. Sesuai dengan firmannya sebagai berikut : ِْ بُ َ ْمغر
َ ت ْينَ فَا
ُ ث ُّ َول َما
َ َ هم َ و ْج ِ هُ ا ّهللِۗ اِ ْو ف.ُق َ وال ِ ِ َ ام ْشر َِّوهلل هن ه َّلالَ َ و ِ اس ٌع َ ع ِل ْيٌم
Artinya : Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di
situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (RahmatNya) lagi Maha Mengetahui.
(Q.S.Al-Baqarah (2): 115).
Sesungguhnya berdzikir kepada Allah adalah ibadah sunnah yang tak terbatas ruang
dan waktu, artinya bahwa untuk mengingat Allah boleh dilakukan kapanpun dan di mana pun
kita berada. Berdzikir sangat baik jika dilakukan pada malam hari, dianjurkan pada pagi hari
dan tidak dilarang dikerjakan pada siang hari. Selain itu, mengingat Allah juga boleh
dilaksanakan sambil duduk, boleh dengan berdiri, berjalan atau dengan berbaring sekalipun.
Sangat dianjurkan untuk melaksanakannya di dalam masjid, boleh dirumah, di pasar, di
tempat kerja, dan lain sebagainya.
a. Waktu yang paling baik untuk berzikir kepada Allah adalah sebagai berikut :
1) Zikrullah setelah menjalankan ibadah shalat Diantara waktu yang sangat baik dan
dianjurkan untuk mengingat Allah adalah setelah menjalankan ibadah shalat baik wajib
maupun shalat sunnah.
Mengingat Allah setelah atau mengiringi ibadah shalat adalah amal qauliyah yang
senantiasa dilakukan Rasulullah sepanjang hidupnya.
2) Zikrullah ketika mendapat musibah Dalam menjalani kehidupan ini, sungguh seorang
yang beriman tidak akan pernah bisa bebas dan lepas dari adanya berbagai ujian dan
cobaan yang berasal dari Allah. Bersegera mengingat Allah ketika ditimpa musibah,
malapetaka atau bencana sungguh memiliki dampak positif bagi kita. Karena dengan
mengingat Allah akan menumbuhkan kesadaran bahwa segala sesuatu adalah milik Allah
dan akan kembali kepada-Nya.
3) Mengingat Allah disepertiga malam Sepertiga malam yang terakhir adalah waktu yang
sangat baik dan utama untuk mengingat Allah, sebab pada saat itu Allah turun ke langit
dunia, dengan menyatakan bahwa Allah akan mengabulkan doa, dan mengampuni dosa
siapa saja yang pada saat itu memohon ampunan dan berdoa kepadaNya. hal ini
mengisyaratkan kita bahwa sepertiga malam adalah waktu yang sangat berharga dan
utama.
b. Tempat yang utama untuk berdzikir kepada Allah Selain menerangkan kepada kita terkait
dengan waktu yang baik dan dianjurkan untuk mengingat Allah, Al-Quran dan hadis juga
memberikan keterangan terkait dengan tempat yang paling utama untuk mengingat Allah.
Adapun beberapa tempat yang baik untuk mengingat Allah adalah :
1. Mengingat Allah di dalam masjid
Bagi kaum muslimin, masjid adalah tempat ibadah yang suci dan disucikan. Masjid
merupakan sarana yang paling baik untuk kita beribadah kepada Allah dengan
berbagai amalan yang diperintahkan.
2. Mengingat Allah di Mina dan Masy’aril Haram
Selain dimasjid, Al-Quran juga menganjurkan agar kita banyak mengingat Allah di
Masy’aril haram dan juga dianjurkan untuk banyak mengingat Allah ketika sedang
berada di mina.
3. Mengingat Allah di rumah Rumah
selain untuk tempat berkumpul bersama keluarga, berrlindung dari panas dan hujan,
bagi seorang muslim rumah juga harus menjadi tempat sarana beribadah kepada
Allah. Selain kita diperintahkan untuk menjaga dan memelihara rumah dengan
sebaik-baiknya, memelihara disini bukan hanya memelihara fisiknya tetapi kita juga
diperintahkan untuk menghiasi rumah kita dengan banyak mengingat Allah dan
ibadah-ibadah yang lainnya.
c. Adab tata krama dalam berdzikir Pada prinsipnya dzikir haruslah dilakukan dengan cara,
dan adab dengan ucapan kalimat yang sesuai waktu dan tempat berdasarkan prinsipprinsip
yang diterangkan Allah dalam Alquran dan yang dicontohkan Rasulullah SAW. Dzikir
dilakukan dengan sepenuh hati, penuh rasa takut kepada Allah, merendahkan diri
(tadhorru’) dan dengan suara perlahan.
Dzikir adalah aktivitas untuk mengingat dan menyebut nama Allah, Tuhan Yang Maha Suci
dan Mulia, maka sudah sepatutnya kita melaksanakannya dengan cara yang baik dan sopan
serta menggambarkan akan ketundukan dan kerendahan kita dihadapan-Nya. dengan begitu
usaha kita untuk mendekatkan diri dan bermunajat kepada-Nya dapat berhasil dengan baik.
Terkait dengan tatacara dan sopan santun yang seharusnya kita lakukan dalam mengingat
Allah adalah sebagai berikut :
1. Dalam keadaan suci dan bersih Allah adalah Zat Yang Maha Suci, yang sangat suka
dan cinta kepada siapa saja diantara hamba-Nya yang bersedia mensucikan dirinya.
Maka sudah seharusnya kita menjaga kebersihan dan kesucian ketika kita beribadah
kepada Allah.
2. Didasari dengan niat untuk beribadah Nilai sebuah perbuatan tergantung pada niatnya,
artinya jika kita melakukan sesuatu berlandaskan niat untuk beribadah kepada Allah,
maka perbuatan tersebut memiliki nilai yang mendapatkan pahala dari Allah. Demikian
pula dalam kita berzikir kepada Allah, jika zikir yang kitalaksanakan atas dasar niat
untuk beribadah kepada Allah, maka akan bernilai ibadah di sisi Allah.
3. Didahului dengan memuji dan memohon ampun kepada Allah Zikrullah pada
hakikatnya adalah mengingat, memanggil dan menghadirkan Allah ke dalam hati dan
jiwa kita, karena itu sebelum kita memulai aktivitas tersebut hendaknya kita
membersihkan hati dan jiwa kita terlebih dahulu dari segala kotoran hati yang berwujud
dosa. Oleh karena itu ketika kita hendak berzikir kepada Allah diawali memohon
ampun padaNya.
4. Dilakukan dengan penuh khusyu’ Dalam berdzikir kepada Allah kita dituntut dengan
penuh khusyu’ dan ta’zhim. khusyu’ dalam berdzikir kepada Allah adalah kunci dari
keberhasilan dzikir yang kita lakukan. Karena sesungguhnya dzikir kita tidak mungkin
berhasil dan meninggalkan kesan yang mendalam dalam hati dan jiwa kita dan
memberi dampak positif, jika tidak diiringi dengan sikap khusyu’, sebab dapat
membawa dan mengantarkan kita merasakan kehadiran dan kedekatan diri kita kepada
Allah.
Konsentrasi adalah usaha seseorang untuk memfokuskan perhatian pada suatu objek
sehingga dapat memahami dan mengerti objek yang diperhatikan. Dzikir adalah upaya yang
biasa dilakukan oleh orang-orang yang beriman dalam mendekat kepada Allah SWT, dzikir
tersebut dapat berupa ucapan kalimat syahadat, atau kalimat yang lain seperti, tasbih, doa,
asmaul husna dan dzikir lain.
Terapi dzikir dapat meningkatkan konsentrasi seseorang, dan juga dapat meningkatkan
focus seseorang. Berzikir dapat membantu individu dalam meningkatkan kompetensi
personal dengan memiliki kekuatan ketika dihadapkan pada situasi yang tidak
menyenangkan, sehingga individu fokus pada ketenangan dan menyesuaikan diri dengan
stress.
3.1 saran
Diharapkan bisa membiasakan berdzikir lisan setiap hari, karna dengn berdzikir dapat
meningkatkan konsentrasi dan focus, dan juga berdzikir dapat menjauhkan kita dari penyakit,
serta ada juga sebagai proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.uinsby.ac.id/44388/2/Wiwin%20Maimuna_D91216085.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/3969/3/104411043_bab2.pdf
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/12649/10/BAB%20II.pdf