Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PSIKOLOGI AGAMA
Tentang
Tinjauan Psikologis Terhadap Dzikir dan Do’a

UIN IMAM BONJOL


PADANG

Disusun Oleh:
Kelompok XI

Gusliza Lestari : 1714040042


Titik Sandra : 1914040028
Wingki Della Hastuti : 1914040035

Dosen Pembimbing:

Dr. H. Gusril Kenedi, M. Pd


Marta Suhenra, S.Ag., M.Pd
PSIKOLOGI AGAMA

1. TINJAUAN 2. TINJAUAN
PSIKOLOGIS TERHADAP PSIKOLOGIS TERHADAP
DZIKIR DO’A
KEY WORDS
A designer can use default
text to simulate what text
would look like.
KEY WORDS

TINJAUAN
A designer can use default
text to simulate what text
would look like.

PSIKOLOGIS TERHADAP DZIKIR A designer can use default


text to simulate what text
would look like.
Pengertian Dzikir

Secara etimologi Dzikir berasal dari kata dzakara artinya mengingat,


memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau
mengerti dan mengingat. Dzikir adalah usaha manusia untuk
mendekatkan diri pada Allah dengan cara mengingat Allah dengan
cara mengingat keagungan-Nya, hal ini berarti tidak terbatas
masalah tasbih, tahlil, tahmid dan takbir, tapi semua aktifitas
manusia yang diniatkan kepada Allah SWT.
Bentuk-Bentuk
Dzikir

Ibnu Ata’, seorang sufi yang menulis al-Hikam (Kata-Kata Hikmah) membagi zikir
atas tiga bagian: zikir jali (zikir jelas, nyata), zikir khafi (zikir samar-samar) dan
zikir haqiqi (zikir sebenar-benarnya).
1. Zikir Jali : suatu perbuatan mengingat Allah swt. dalam bentuk ucapan lisan
yang mengandung arti pujian, rasa syukur dan doa kepada Allah swt. yang
lebih menampakkan suara yang jelas untuk menuntun gerak hati.
2. Zikir Khafi : zikir yang dilakukan secara khusyuk oleh ingatan hati, baik
disertai zikir lisan ataupun tidak.
3. Zikir Haqiqi : zikir yang dilakukan dengan seluruh jiwa raga, lahiriah dan
batiniah, kapan dan dimana saja, dengan memperketat upaya memelihara
seluruh jiwa raga dari larangan Allah swt.
Cara Berdzikir

Ash Shiddieqy menyatakan bahwa hendaknyaseseorang yang melaksanakan


amalan dzikir memelihara adab-adab dzikir yang batin dan adab-adab dzikir
Zhahir. Dengan sempurnanya adab-adab itu sempurnalah dzikir seseorang.
1. Adab-adab dzikir yang Batin, apabila seseorang hendak berdzikir, hendaklah
ia menghadirkan hatinya yakni hendaknya hatinya mengingat makna zikir itu di
kala lidah mengucapkannya, oleh sebab itu berdzikir harus memahami
maksud dan lafal-lafal yang disebutnya agar dapat memahami maknanya.
2. Adab-adab dzikir yang Zhahir: bersikap tertib, menghadap kiblat dengan sikap
khusuk, tenang dan menundukkan kepala. Tempat berdzikir harus suci dan
bersih, terlepas dari segala yang meragukan. Orang-orang yang berdzikir
harus membersihkan mulutnya sebelum mulai berdzikir.
Tujuan Dzikir

Dzikir merupakan kunci latihan untuk selalu mengenal diri


kepada Allah sehingga bila seseorang semakin mengenal Allah
(ma’rifat) maka akan semakin kuat keimanan dan kecintaannya
kepada Allah. Tujuan dzikir antara lain yaitu akan membuahkan
ketenangan batin, kemantapan jiwa, dan dapat memberi semangat
untuk selalu berkarya (amal Shaleh), menimbulkan ketenangan,
kemantapan dan semangat.
Manfaat Dzikir

Seseorang yang berdzikir akan merasakan beberapa manfaat,


selain merasakan ketenangan batin, juga terdapat manfaat-
manfaat yang lain, yaitu:
a. Dzikir memantapkan jiwa
b. Dzikir dapat menghindarkan dari bahaya
c. Dzikir sebagai terapi jiwa
d. Dzikir menumbuhkan energi akhlak
e. Menghilangkan kesusahan hati
f. Melunakkan hati
g. Menjaukan diri dari kemaksiatan, dan lain sebagainya.
Aspek Psikologis Individu yang Berdzikir

Zikir yang diamalkan oleh seorang muslim secara terus-menerus dan


tidak terputus akan menjadi tenaga inovatif dalam diri individu yang
sedang menghadapi penyakit hati, penyakit mental dan gangguan
mental. Dengan berzikir, seorang muslim merasa berdampingan dan
dekat dengan Tuhannya. Dengan berzikir seorang muslim menjadi
tenang dan tenteram. Kebiasaan seorang muslim dalam mengingat
Allah seperti membaca takbir, tahmid, tasbih, tahlil, dan istighfar dapat
menjadi obat penawar bagi segala jenis penyakit mental,
menenangkan dan menenteramkan pikiran yang kacau, sehingga
menjadi sehat dan selaras antara diri dengan alam sekitarnya
Aspek-aspek psikologis dalam ibadah dzikir : selain sebagai sarana ibadah kepada Allah
Swt, dzikir juga ternyata memiliki manfaat secara psikologis aspek-aspek tersebut yaitu:
1. Aspek menghilangkan segala kerisauan dan kegelisahan serta mendatangkan
kegembiraan dan kesenangan.
2. Aspek mendatangkan wibawa dan ketenangan bagi pelakunya.
3. Aspek mengilhamkan kebenaran dan sikap istiqamah dalam setiap urusan.
4. Aspek mendatangkan sesuatu yang paling mulia dan paling agung.
5. Aspek dzikir juga menjadi penyebab turunnya sakinah (ketenangan).
6. Aspek menghalangi lisan seorang hamba melakukan gibah, berkata dusta, dan
melakukan perbuatan buruk lainnya.
7. Aspek orang yang berdzikir akan diteguhkan kalbunya, dikuatkan tekadnya,
dijauhkan dari kesedihan, dari kesalahan, dari setan dan tentaranya.
8. Aspek orang yang berdzikir akan membuat teman duduknya tentram dan bahagia.
9. Aspek apabila kelalaian merupakan penyakit, dzikir merupakan obat baginya.
10. Aspek memudahkan pelaksanaan amal saleh, mempermudah urusan yang pelik,
membuka pintu yang terkunci, serta meringankan kesulitan.
TITLE GOES
HERE
Contoh Kasus Dzikir

KASUS 1:

Banda Aceh–Menyikapi tingginya lonjakan kasus kematian


dan positif Covid-19 di tanah air, Aparatur Sipil Negara (ASN)
Pemerintah Aceh mulai menggelar zikir dan doa sebagai ikhtiar
secara spiritual untuk melawan virus corona dan berharap
keselamatan bagi segenap saudara di seluruh tanah air. Kegiatan
tersebut akan dilaksanakan setiap hari pada pukul 08.00- 08.30
wib sesaat sebelum aktivitas perkantoran dimulai.
Kasus 2:

Jakarta, Humas BPK - Sejak awal tahun 2019 (awal pandemi) sampai
dengan Kamis (5 Juli 2021), sebanyak 2.726.803 kasus yang
terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia. Dari keseluruhan kasus
tersebut, 79,8 persen kasus sudah dinyatakan sembuh, 2,6 persen kasus
dinyatakan meninggal dunia, dan 17,6 persen kasus masih aktif sampai
saat ini. Dari sebaran kasus tersebut, di dalamnya termasuk keluarga
besar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang terkonfirmasi positif
Covid-19. Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) Agus Joko Pramono dalam sambutannya pada kegiatan
Zikir dan Doa bersama Keluarga Besar BPK.
Dari dua kasus diatas, bahwa berdzikir menjadi bagian dari kecintaan umat Islam
kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, yaitu tak lain sebagai bentuk muhasabah diri
dan agar selalu dilindungi. Khususnya saat ini, berdzikir di tengah wabah virus
corona (COVID-19) sangatlah dianjurkan. "Ketika menghadapi ujian seperti virus
corona ini umat Islam dianjurkan memperbanyak dzikir, mengingat Allah. Berdzikir
memiliki banyak sekali keutamaan," diantaranya : memperoleh ridha dari Allah,
dilindungi dari segala marabahaya, kemudian mendapat nilai terbaik dihari kiamat,
dan lainnya. Kemudian pada kasus diatas Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi
kehidupan kita semua, bahkan sering kali mempengaruhi psikologis kita dengan
kecemasan dan kekhawatiran. Untuk itu, sebagai umat Islam yang beriman kepada
Allah SWT maka kita menyelenggarakan acara Zikir, Doa, dan Tausiyah supaya kita
dapat merasa tenang. Ketenangan ini akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikis
kita, dan dengan ketenangan ini pula kita bisa menentukan langkah-langkah yang
terbaik dalam menghadapi Covid-19.
TINJAUAN
PSIKOLOGIS TERHADAP DO’A
PengertiaN Do’a

Do’a merupakan suatu kegiatan permohonan serta


bentuk komunikasi dengan Tuhan sebagai bentuk
permintaan atau harapan yang dilakukan oleh individu
kepada Allah, dalam upaya untuk suatu kebaikan, juga
sebagai salah satu upaya untuk membersihkan dan
menghilangkan nilai-nilai kemusrikan dalam diri
Sehingga dapat memberikan ketenangan pada jiwa.
Manfaat Do’a

Berdo’a meminta kepada Allah pasti memiliki beberapa manfaat atau


faedah diantaranya yaitu:
a. Agar mendapat pertolongan dari Allah
b. Agar sukses dan selamat dalam hidup dan kehidupan
c. Agar diberikan jalan keluar dari kesulitan
d. Agar tercapai cita-cita dan keinginan
e. Agar lepas dari murka Alah dan terhindar dari bahaya, dan lain
sebagainya.
Adab atau Tata Cara
Berdo’a

1. Menghadap ke Kiblat atau Ka’bah


2. Berdoa membaca basmalah, istighfar dan hamdalah.
Kemudian diikuti salawat nabi Muhammad SAW, keluarga
dan parasahabatnya.
3. Kedua telapak tangan sebelum berdoa dan mengusap muka
dengan telapak tangan setelah doa.
4. Suara dan tenang saat berdoa.
5. Khusyuk, ikhlas dan serius.
Aspek-Aspek Psikologis Do’a

1. Aspek behavioral features (aspek perilaku) : dalam berdoa terdapat


beberapa perilaku yang lazim dilakukan seperti menghadap kearah
tertentu, berdir, duduk, berlutut, sujud, atau bahkan ada agama yang
berdoa melalui tarian.
2. Aspek linguistic features (aspek bahasa) : berdoa dilakukan dengan
menggunakan bahasa, berkata-kata. Adapun suara untuk
mengungkapkan bisa suara yang keras, diam atau dalam hati.
3. Aspek cognitive features : berdoa dilakukan dengan penuh tujuan dan
pemaknaan atas apa yang diungkapkan.
4. Aspek emotional features : berdoa diiringi rasa kedekatan terhadap
yang di sembah, merendah, tenang dan nyaman.
Contoh Kasus Do’a

Diriwayatkan, Umar bin Khattab memohon pertolongan dengan berdoa


ketika melawan musuh-musuhnya. Padahal, dia memiliki jumlah
pasukan yang sangat besar.

"Kalian menang bukan karena jumlah kalian banyak. Kalian menang


karena bantuan dari langit," kata Umar. Umar menambahkan,
"Sungguh aku tidak memikul beban dengan mendesakkan ijabah
(terkabulnya doa). Tapi lebih didorong oleh keinginan untuk berdoa.
Maka, camkanlah jika kalian diilhami untuk berdoa. Sesungguhnya
ijabah itu mengikutinya."
“TERIMA KASIH”

Anda mungkin juga menyukai