Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan .................................................................................................. 3
BAB II ............................................................................................................................................... 4
LANDASAN TEORI ............................................................................................................................ 4
2.1. Zikir........................................................................................................................................... 4
2.1.1. Pengertian Zikir .................................................................................................................... 4
2.1.2. Keutamaan Zikir .................................................................................................................... 5
2.1.3. Macam dan Bentuk Zikir ....................................................................................................... 7
2.2. Sehat ...................................................................................................................................... 11
2.2.1. Definisi Sehat ...................................................................................................................... 11
BAB III ............................................................................................................................................ 14
PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 14
BAB IV............................................................................................................................................ 17
PENUTUP ....................................................................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan .............................................................................................................................. 17
4.2 Saran ....................................................................................................................................... 17
4.3 Penutup ................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Zikir adalah salah satu bentuk ibadah yang bisa mendatangkan ketentraman jiwa dan
raga. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:

َّ ‫َّللاِ أَال ِب ِذك ِْر‬


ُ ُ‫َّللاِ ت َ ْط َمئِ ُّن ا ْلقُل‬
‫وب‬ َّ ‫ِين آ َمنُوا َوت َ ْط َمئِ ُّن قُلُوبُ ُه ْم ِب ِذك ِْر‬
َ ‫الَّذ‬

Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir
(mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (Q.S.
Ar-Ra’d [13]: 28).
Zikir juga merupakan amal yang palig baik yang dapat meningkatkan derajat disisi
Allah SWT. Nabi Muhammad SAW bersabda : “Tidak inginkah kalian kuberitahu tentang
amal yang paling baik yang dapat meningkatkan derajat kalian dihadapan Allah, yang lebih
baik daripada mensedekahkan emas dan perak yang lebih baik daripada kalina berperang
melawan musuh, lalu kalian saling memukul dengan mereka? Kaum muslimin menjawab,
“ya tentu saja kami ingin.” rasulullah bersabda: “yaitu zikir kepada Allah yang Maha
Agung dan Maha Tinggi. Hadits Nabi yang diriwatkan Imam Muslim, Nassai, dan Bazzar.
Selain bermakna ibadah, zikir juga bisa dijadikan sebagai terapi penyembuh penyakit
jika ibadah zikir dilakukan secara terus menerus. Prof. Dr. H. Dadang Hawari (2003)
mengatakan, berzikir bisa menjadi unsur penyembuh penyakit. Kondisi dunia saat ini
memungkinkan orang terkena gangguan berbagai penyakit bahkan gangguan jiwa. Zikir
merupakan terapi psikoreligius yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme
untuk penyembuhan penyakit.
Disamping mempunyai makna ibadah, zikir juga dapat menghapus dosa,
mendatangkan ketahanan tubuh, mengurangi resiko terkena penyakit jantung, meningkatkan
usia harapan (Mc. Leland, 1998). Begitu sebaliknya, kondisi tubuh yang tidak stabil
menyebabkan rentan terhadap infeksi, dapay mempercepat perkembangan sel kanker, dan
meningkatkan metastasis (Putra ST, 1997).
Dipandang dari sudut kesehatan jiwa, doa dan zikir mengandung unsur psikoterapeutik.
Psikoreligius terapi ini mengandung kekuatan spiritual kerohanian yang membangkitkan rasa

1
percaya diri dan rasa optimisme (harapan kesembuhan). Dua hal ini, yaitu rasa percaya diri
(self confidence) dan optimisme, merupakan dua hal yang sangat essensial bagi penyembuhan
suatu penyakit disamping obat-obatan dan tindakan medis yang diberikan (Hawari, 1998).
Dr. Moh. Sholeh, psikiater, penulis disertasi Pengaruh Shalat Tahajud terhadap
Peningkatan Respons Ketahanan Tubuh Imunologik, Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi
(2000), menyatakan bahwa sholat, zikir, dan doa merupakan autosugesti yang dapat
mendorong seseorang berbuat sesuai dengan yang didoakan dan dapat membentuk
keseimbangan tubuh (homeostasis) dam membantu meningkatkan respon ketahanan tubuh.
Secara fisiologis irama yang mengatur pertumbuhan, reproduksi, tingkah laku,
keseimbangan, dan metabolisme. Sekresi hormon diatur oleh hipotalamus, hipotalamus akan
bekerja dengan baik dan maksumal apabila kondisi tubuh dalam keadaan yang stabil.
Hormon yang dimaksud adalah hormon T4 (tetraiodotironin). Hormon T4 (tetraiodotironin)
mempunyai efek umum dan efek yang spesifik terhadap pertumbuhan. Efek hormon T4
(tetraiodotironin) terhadap pertumbuhan lebih nyata terutama pada masa pertumbuhan anak-
anan. Pada penderita hipotiroidisme, kecepatan pertumbuhan menjadi sangat tertinggal. Pada
penderita hipotiroidisme, seringkali terjadi pertumbuhan tulang yang sangat berlebihanm
sehingga anak tadi menjadi lebih tinggi dari anak lainnya. Akan tetapi, tulang akan menjadi
lebih cepat matang dan pada umur yag muda epifisisnya sudah menutup, sehingga lama
pertumbuhan lebih singkat dan tinggi badan akhir semasa dewasa mungkin malahan lebih
pendek (Guyton, Hall 1997).
Ibadah zikir mengandung unsur spiritual, pikiran dipusatkan pada Allah SWT yang
kemudia pada akhirnya muncul suatu harapan (hope), rasa percaya diri (self confidence) pada
diri seseorang, sehingga membentuk kondiisi tubuh yang homeostasis dan akhirnya
kekebalan tubuh meningkat. Kondisi tubh seperti ini akan membantu sekresi hormon T4
(tetraiodotironin) menjadi normal karena adanya respon emosional tubuh yang positif dari
pengaruh berzikir.
Spencer Trimingham dalam Anshori memberikan pengertian dzikir sebagai ingatan
atau latihan spiritual yang bertujuan untuk menyatakan kehadiran Tuhan seraya
membayangkan wujudnya atau suatu metode yang dipergunakan untuk mencapai konsentrasi
spiritualdengan menyebut nama Tuhan secara ritmis dan berulangulang.
Menurut Bastaman dzikir adalah perbuatan mengingat Allah dan keagungan-Nya,
yang meliputi hampir semua bentuk ibadah dan perbuatan seperti tasbih, tahmid, shalat,
membaca al-Qur'an, berdoa, melakukan perbuatan baik dan menghindarkan din dari
kejahatan.

2
Menurut Askat Dzikir adalah segala sesuatu atau tindakan dalamvrangka mengingat
Allah SWT, mengagungkan asma-Nya dengan lafal-lafal tertentu, baik yang dilafalkan
dengan lisan atau hanya diucapkan dalam hati saja yang dapat dilakukan di mana saja tidak
terbatas pada ruang dan waktu. Said Ibnu Djubair dan para ulama lainnya menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan dzikir itu adalah semua ketaatan yang diniatkan karena Allah SWT,
hal ini berarti tidak terbatas masalah tasbih, tahlil, tahmid dan takbir, tapi semua aktifitas
manusia yang diniatkan kepada Allah SWT.
Sementara Alkalabadzi dalam Anshori memberikan pengertian bahwa dzikir yang
sesungguhnya adalah melupakan semuanya, kecuali yang Esa. Hasan al-Bana seorang tokoh
Ikhwanul muslimin dari Mesir, menyatakan bahwa semua apa saja yang mendekatkan diri
kepada Allah dan semua ingatan yang menjadikan diri dekat dengan Tuhan adalah dzikir.
Dari pengertian tadi agaknya dzikir baru merupakan bentuk komunikasi sepihak antara
mahluk dan Khalik saja, tetapi lebih dari itu dzikir Allah bersifat aktif dan kreatif, karena
komunikasi tersebut bukan hanya sepihak melainkan bersifat timbal balik. Seperti yang
dikatakan oleh al- Ghazali: dzikrullah berarti ingatnya seseorang bahwa Allah mengamati
seluruh tindakan dan pikirannya. Jadi dzikir Allah bukan sekedar mengingat suatu peristiwa,
namun mengingat Allah dengan sepenuh keyakinan akan kebesaran Tuhan dengan segala
sifat-Nya serta menyadari bahwa dirinya berada dalam pengawasan Allah, seraya menyebut
nama Allah dalam hati dan lisan.
Jadi dzikir adalah usaha manusia untuk mendekatkan diri pada Allah dengan cara
mengingat Allah dengan cara mengingat keagungan-Nya, hal ini berarti tidak terbatas
masalah tasbih, tahlil, tahmid dan takbir, tapi semua aktifitas manusia yang diniatkan kepada
Allah SWT.

1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berzikir dan berdoa dapat mempengaruhi
kesehatan rohani dan jasmani. Penulisan ini untuk membuktikan bahwa zikir dan doa dapat
meningkatkan kesehatan rohani yang meliputi kesehatan jasmani, perasaan, pikiran, dan
kelakuan. Kemudian pada akhirnya, selain bermakna ibadah, zikir dan doa juga menjadi
terapi kesehatan masyarakat dan dunia medis.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Zikir

2.1.1. Pengertian Zikir

Zikir atau Dzikir (Arab: ‫ ِذ ْکر‬, ðɪkr) adalah sebuah aktifitas ibadah dalam
umat Muslim untuk mengingat Allah. Di antaranya dengan menyebut dan memuji nama
Allah, dan zikir adalah satu kewajiban yang tercantum dalam al-Qur'an. Bacaan zikir yang
paling utama adalah kalimat "Laa Ilaaha Illallaah", sedangkan doa yang paling utama
adalah "Alhamdulillah". Seseorang yang melakukan zikir disebut dzaakir (‫)ذاكر‬.
Asal Zikir adalah ash-shafa,,artinya bersih dan hening.Wadahnya adalah al-wafa
artinya menyempurnakan.Dan syaratnya adalah al-hudhur, artinya, hadir hati
sepenuhnya.Hamparannya adalah amal shaleh.Dan khasiatnya adalah pembukaan dari Tuhan
Al-Azis ar-Rahim.
Menurut bahasa, zikir artinya ingat atau sebut.Kalau dalam pengertian ibadah, zikir
berarti suatu amal yang disebut berzikir.Jadi zikir Allah atau zikrullah, artinya ingat kepada
Allah atau menyebut Allah.
Secara etimologi, perkataan dzikir berakar pada kata dzakara yang artinya, yang
mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau ingatan, atau
peringatan, nyanyian-nyanyian peringatan atau lagu-lagu cinta kepada yang kuasa, dengan
mengulang-ulang salah satu namanya atau kalimat keagungannya,
Hadist nabi mengatakan bahwa ketahuilah, di dalam jasad manusia terdapat segumpal
daging. Jika ia baik (sehat) maka seluruh jasad akan baik dan jika ia rusak (sakit) maka
seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu adalah qalbu.
Hal yang menyebabkan hati tidak tenang adalah ghafiah (lalai mengingat Allah).
Maka hati yang merintih, gelisah, sedih, dan penuh kemunafikan jika terus dibiasakan bisa
menimbulkan keburukan/penyakit dalam tubuh manusia itu sendiri. Salah satu obat
penangkal penyakit jasmani/rohani adalah melalui dzikir dan doa.

4
Nabi Muhammad SAW merupakan tauladan bagi umatnya. Nabi selalu berdzikir
kepada allah. Sehingga allah menimbulkan energi yang sangat luar biasa dan membawa
ketenangan kepada diri beliau.

Allah SWT berfirman dalam surat Thaha:

ْ ‫سبِحْ يَقُ ْولُ ْو َن َما ع َٰلى فَا‬


‫صبِ ْر‬ َ ‫طلُ ْوعِ قَ ْب َل َربِكَ بِ َح ْم ِد َو‬
ُ ‫َوقَ ْب َل الش َّْم ِس‬
ِ َ‫س ِبحْ الَّ ْي ِل ٰان‬
ُ ‫اء َو ِم ْن‬
‫غ ُر ْو ِب َها‬ َ َ‫اف ف‬َ ‫ت َ ْر لَ َعلَّكَ النَّ َه ِار َوأ َ ْط َر‬
“Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan
memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah
pada waktu-waktu dimalam hari dan pada waktu-waktu di siang harim supaya kamu tenang”
(Q.S. Thaha: 130).

Bilamana seorang muslim membiasakan diri mengingat Allah, maka dia akan merasa
dekat dengan Allah dan berada dalam perlindungan serta penjagaan-Nya. Dengan demikian,
akan timbul pada dirinya perasaan percaya pada diri sendiri, teguh, tentram, dan bahagia.

Firman Allah SWT:

‫ش كُ ُر وا أ َذْ ك ُْر كُ ْم ف َ ا ذْ كُ ُر و ن ِ ي‬
ْ ‫ِِ ت َ ْك ف ُ ُر ون َو َال لِ ي َو ا‬
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku” (Q.S. Al-Baqarah
[2]: 152).
Ingat akan Allah, menimbulkan perasaan tenang dan tentram dalam jiwa, merupakan
terapi bagi kegelisahan manusia ketika dia mendapatkan merasa dirinya lemah tidak
mempunyai penyangga dan penolong menghadapi berbagai tekanan dan bahaya kehidupan
(Ahmad Husain Ali Salim, 2006)

2.1.2. Keutamaan Zikir

Berzikir kepada Allah Adalah ibadah sunnah uang teramat mulia. Zikir adalah
peringkat doa yang paling tinggi, yaang di dalamnya tersimpan berbagai keutamaan dan
manfaat yang besar bagi hidup dan kehidupan kita. Bahkan kualitas diri kita di hadapan Allah
sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas zikir kita kepada-Nya.

5
Sebenarnya, semua ibadah adalah mengingat Allah atau menunjang untuk mengingat
Allah. Dalam sholat, seseorang berdiri mengucapkan takbir, membaca Al-Quran,
mengucapkan tasbih seaktu ruku’ dan sujud, mengucapkan hamdlah dan solawat kepada
Rasulullah SAW, kemudian selesai sholat dilanjutkan dengan mengcapkan kalimat-kalimat
istighfar, tasbih, hamdalah, takbir, dan doa kepada-Nya, semua itu merupakan tindahkan
perbuatan untuk mengingat Allah SWT (Ahmad Husain Ali Salim, 2006).

Allah SWT berfirman:

‫ص ََل ة َ ت َنْ َه ٰى عَ ِن‬ َّ ‫ْك ِم َن الْ ِك ت َا بِ َو أ َق ِ ِم ال‬


َّ ‫ص ََل ة َ ۖ إ ِ َّن ا ل‬ َ ‫ي إِلَي‬ َ ‫وح‬ِ ُ ‫ا ت ْ ُل َم ا أ‬
ْ َ ‫َّللا ُ ي َ عْ ل َ ُم َم ا ت‬
‫ص ن َ ع ُو َن‬ َّ ‫الْ ف َ ْح شَا ِء َو الْ ُم نْ كَ ِر ۗ َو ل َ ِذ ْك ُر‬
َّ ‫َّللا ِ أ َ ْك ب َ ُر ۗ َو‬
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al-
Ankabut [29]: 45).

Mengingat Allah dengan tulus dan ikhlas karena mengharap ridha-Nya, maka
sesungguhnya kita adalah orang yang mulia dan dimuliakan Allah, sebaliknya jika kita lalai
dari mengingat Allah maka sesungguhnya kita termasuk golongan manusia yang sangat
merugi, manusi rendah, hina, dan tak berguna. Dan sesungguhnya tiada yang lebih baik dan
berharga bagi seorsng hamba yang hidup di bumi Allah ini, selain mendapatkan cinta dan
kasih dari Allah. Sedangkan cinta dan kasihsayang itu, hanya akan Allah berikan kepada
hamba - hamba-Nya yang bersedia melakukan perbuatan yang paling Allah sukai dan cintai,
yakni banyak mengingat-Nya. Bukan hanya cita dan kasih Allah yang kita peroleh jika kita
bersedia mengisi hari dan hati kita dengan mengingat Allah, tatapi memngingat Allah juga
akan memberikan kita perasaan aman dan tentram, ini artinya kita akan terbebas dari gundah,
cemas, dan gelisah (Alfandi Haryanto, 2008).
Kebiasaan melakukan zikir dengan baik dan benar akan menimbulkan ketentraman
hati. Berzikir kepada allah adalah suatu ibadah yang membawa ketenangan dan penyembuhan

6
jiwa. Hadist riwayat Baihaqi: Menyebut-nyebut tentang manusia adalah penyakit (artinya
penyakit akhlak).

2.1.3. Macam dan Bentuk Zikir

Telah dikatakan sebelumnya bahwa zikir adalah aktifitas untuk mengingat Allah,
mengingaf akan kesucian zat dan sifat-Nya, akan nikmat dan Allah, mengingat kesucian zat
dan sifat-Nya, mengingat akan keagungan dan kemuliaann-Nya, mengingat cinta dan kasih
yang telah Dia curahkan kepada kita, baik dengan lisan maupun perbuatan (Abdul Rosul,
2007)

Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:

ِ ‫ار َو َعلَ ٰى ُجنُو ِب ِه ْم َو َيتَفَ َّك ُرونَ ِفى خ َْل‬


‫ق‬ ِ َّ‫اب ٱلن‬ َّ َ‫ٱلَّذِينَ َي ْذ ُك ُرون‬
َ َ‫ٱَّللَ ِق ٰ َي ًما َوقُعُودًا َعذ‬
ُ ‫ت ٰ َهذَا ٰ َب ِط ًَل‬
‫س ْب ٰ َحن ََك َف ِقنَا‬ ِ ‫ت َو ْٱْل َ ْر‬
َ ‫ض َربَّنَا َما َخ َل ْق‬ ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬
َّ ‫ٱل‬
”(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka” (Q.S. Ali 'Imran [ 3]: 191).

Zikir kepada Allah secara umum dapar diklasifikasikan menjadi empat bentuk atau
jenis. Hal ini didasarkan pada aktivitas apa yang digunakan untuk mengingat Allag, yaitu:
1. Zikir Pikir (tafakur)
2. Zikir dengan lisan atau ucapan
3. Zikir dengan hati (qalbu)
4. Zikir dengan amal perbuatan

1. Zikir Pikir (Tafakkur)


Al-Quran menyatakan bahwa manusia adalah ciptaan yang paling unggul, paling
mulia derajat dan kedudukannya, yang telah diciptakan dengan bentuk dan susunan tubuh
yang sangat baik dan sempirna atau sebaik-baiknya bentuk. Sebagai ciptaan yang plaing baik
dan unggul, maka Allah menganugerahunya berbagai potensi yang luar biasa. Dan salah

7
satunya dari sekian banyak potensi manusia adalah potensi kecerdaan, yaitu kemampuan
untuk berfikir. Sesungguhnya kecerdasan merupakan potensi yang hanya dimiliki oleh
manusia, sebagai karunia Allah kepada manusia. Oleh karena itu, melalui Al-Quran Allah
memerintahkan agar manusia memelihara dan meanfaatkan potensi tersebut dengan sebaik-
baiknya, untuk memahami, berfikir, dan memikirkan tentang fenomena alam, merenungkan
dan menelaah Al-Quran, dan diri manusia sendiri. Berfikir dan bertafakur tentang penciptaan
langit dan bumi, bahtera yang luas dan membawa berbagai hal yang bermanfaat bagi
kehidupan kita, memikirkan tentang diri kita sendiri sebagai sosok ciptaan dan hamba Allah
yang diciptakan dengan teramat indah dan sempurna, merenungkan dan memikirkan makna
dan serta kandungan Al-Quran adalah bentuk dari zikir kepada Allag, yakni zikir pikir.
Sungguh betapa penting dan berharganya Al-Quran bagu manusia. Oleh karena itu, sudah
seharusnya jika kita menjadikannya sebagai pegangan dan landasan dalam menjalanu
kehidupan di dunia ini. Setta menjadikannya sebagau bahan bacaan dan perenungan dalam
keseharian kita. Karena membaca, merenungu dan men-tadabburi makna serta isi dan
kandungan Al-Quran adalah perintah Allag, yang memiliki kualitas nilai pahala yang sangat
besar di sisi Allah (Alfandi Haryanto, 2008)

2. Zikir Lisan
Zikir lisan dapat dimaknai dengan zikir yang diucapkan dengan lisan dapat didengar
oleh telinga, diengar oleh orang orang yang bersangkutan maupun orang lain. Menyebut dan
mengingat Allah dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni zikir yang dilakukan dengan
suara yang pelan (sirr) atau berbisik (hams) dan dengan zikir yang dilaksanakan dengan suara
yang keras dan bersama-sama (jahr), seperti tilawah (qori) istighatsah atau doa bersama yang
dewasa ini sering dilakukan kelompok organisasi keislaman. Zikir dengan cara ini sangat
baik bagi pemula sebab dengan menyebut dan mengingat allah dengan lisan, maksudnya
diucapkan dengan lisan dan dapat didengar telinga orang yang bersangkutan dapat
membantunya untuk menghilangkan dan menghapuskan hal-hal lain yang melintas dalam
pikiran selain Allah. Selain itu, zikir dengan lisan secara bersama-sama (tilawah, istighatsah,
doa bersama, dan lain-lain), juga dapat dijadikan sebagai metode dakwah islamiah yang
sangat baik bagi perkembangan dan kemajuan Islam di masa depan (Alfandi Haryanto, 2008)

Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:


ً ِ‫َوٱ ْذ ُك ِر ٱ ْس َم َر ِب َك َوت َ َبت َّ ْل ِإلَ ْي ِه ت َ ْبت‬
‫يَل‬

8
”Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan” (Q.S.
Al-Muzzammil [73] :8).

3. Zikir Qalbu
Zikir qalbu adlah aktivitas mengingat Allah yang dilakukan dengan hati atau qalbu
saja, artinya seutan itu dilakukan dengan ingatan hati. Zikir qalbu juga dapat dimaknai
dengan melaksankan zikir dengan lidah dan hati, maksudnya lidah menyebut lafal
terentudengan lafazh zikir, dengan suara yang pelan dan hati mengingat dengan merespai
maknanya. Zikir dengan hati adalah zikir yang sangat baik dan utama, karena zikir dengan
cara ini dapat menghantarkan kita untuk lebih khusyuk, terhindar dari bahaya riya’ dan
memberikan kesan yang mendalam. Sesungguhnya hati atau sering juga disebut dengan
istilah qalbu merupakan bagian paling penting dalam tubuh kita, sebab hati-lah yang menjadi
barometer baik dan tidaknya seseorang, dengan perkataan lain, kita akan menjadi baik jika
hati kita baik, sebaliknya kita akan menjadi buruk dalam pandangan Allah jika hati kita
buruk. Hati adalah komponen psikis manusia yang harus senantiasa dijaga agar tidak mudah
sakit atau bahkan mati, karena sesungguhnya hati kita ini mudah terserang penyakit dan mati.
Hati atau qalbu akan rusak ketika hati tidak diisi dengan energi dan makanan, dan dan sumber
energi yang dibutuhkan hati tiada lain adalah zikrullah (Muhammad Makhdlori, 2008).

Dalam firman Allah:

‫صا ِل‬ ْ ‫عا َو ِخيفَةً َودُونَ ْٱل َج ْه ِر ِمنَ ْٱلقَ ْو ِل ِب ْٱلغُد ُِو َو‬
َ ‫ٱل َءا‬ ً ‫ضر‬ َ ‫َوٱ ْذ ُكر َّرب ََّك فِى نَ ْفس‬
َ َ ‫ِك ت‬
َ‫َو ََل ت َ ُكن ِمنَ ْٱل ٰغَ ِف ِلين‬
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan
dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang lalai.” (Q.S. Al-A’raf [ 7]: 205).

4. Zikir Amal
Bentuk dan macam zikir lain adalah zikir dengan amal perbuatan. Yang dimaksud
dengan zikir amal perbuatan disini adalah setiap perbuatan atau aktivitas seseorang yang baik
dapat diartikan sebagai tindakan yang didasarkan pada aturan dan ketentuan Allah. Zikir
secara alamiyah ini terwujud dalam bentuk kesediaan kita untuk menjadikaan Allah sebagai
sumber utam dan motivasi dari setiap aktivitas dan tindakan yang kita lakukan dalam
kehidupan sehari-hari. Demikian pula dengan tujuan akhir yang hendak di capai tidak lain

9
adalah ridha Allah semata. Sesungguhnya zikir itu bertalian pada perbuatan, kerja keras, dan
kesengsaraan, dan ia tidak berarti berdiam di sudut-sudut amsjid atau diam dirumah dengan
mempraktekan zikir tanpa memiliki pengaruh apapun didalam masyarakatnya,
lingkungannya, keluarganya, atau dirinya sendiri. Oleh karena itu, seseorang yang berzikir
kepala Allah ‘azzawa wa jalla dan bekerja adalah lebih disuka oleh Allah dan lebih dekat
pada rahmat dan karunia-Nya dari pada seseorang yang berzkir yang tidak bekerja (Abdul
Rosul, 2007).

2.1.4. Pengaruh Zikir Terhadap Kesehatan Jiwa


Dzikir sebagai metode mencapai ketenangan hati dilakukan dengan tata-cara tertentu.
Dzikir dipahami dan di ajarkan dengan mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah secara keras
(dzikr jahr), dan dengan kalimat-kalimat thayyibah yang memfokus, dari kalimat syahadat La
ilaha illa Allah ke lafazh Allah dan sampai ke lafazh hu.
Sebenarnya hubungan dzikir dengan ketentraman jiwa dapat dianalisis secara ilmiah.
Dzikir secara lughawi artinya ingat atau menyebut. Jika diartikan menyebut maka peranan
lisan lebih dominan, tetapi jika diartikan ingat, maka kegiatan berpikir dan merasa (kegiatan
psikologis) yang lebih dominan. Dari segi ini maka ada dua alur pikir yang dapat diikuti:
a) Manusia memiliki potensi intelektual. Potensi itu cenderung aktif bekerja mencari
jawab atas semua hal yang belum diketahuinya. Salah satu hal yang merangsang
berpikir adalah adanya hukum kausalitas di muka bumi ini. Jikaseseorang melahirkan
suatu penemuan baru, bahwa A disebabkan B, maka berikutnya manusia tertantang
untuk mencari apa yang menyebabkan B. Begitulah seterusnya sehingga setiap
kebenaran yang di temukan oleh potensi intelektual manusia akan diikuti oleh
penyelidikan berikutnya sampai menemukan kebenaran baru yang mengoreksi
kebenaran yang lama, dan selanjutnya kebenaran yang lebih baru akan ditemukan
mengoreksi kebenaran yang lebih lama.

Sebagai makhluk berfikir manusia tidak pernah merasa puas terhadap ‘kebenaran
ilmiah’ sampai ia menemukan kebenaran perenial melalui jalan supra rasionalnya. Jika orang
telah sampai kepada kebenaran ilahiah atau terpandunya pikir dan dzikir, maka ia tidak lagi
tergoda untuk mencari kebenaran yang lain, dan ketika jiwa itu menjadi tenang, tidak gelisah
dan tidak ada konflik batin. Selama manusia masih memikirkan ciptaan Allah SWT dengan
segala hukum-hukumnya, maka hati tidak mungkin tenteram dalam arti tenteram yang
sebenarnya, tetapi jika ia telah sampai kepada memikirkan Sang Pencipta dengan segala

10
keagungannya, maka manusia tidak sempat lagi memikirkan yang lain, dan ketika itulah
puncak ketenangan dan puncak kebahagiaan tercapai, dan ketika itulah tingkatan jiwa orang
tersebut telah mencapai al- nafs al-muthma’innah.

b) Manusia memiliki kebutuhan dan keinginan yang tidak terbatas, tidak ada habis-
habisnya, padahal apa yang dibutuhkan itu tidak pernah benar-benar dapat
memuaskan (terbatas). Oleh karena itu selama manusia masih memburu yang terbatas,
maka tidak mungkin ia memperoleh ketentraman, karena yang terbatas (duniawi)
tidak dapat memuaskan yang tidak terbatas (nafsu dan keinginan). Akan tetapi, jika
yang dikejar manusia itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang tidak terbatas
kesempurnaan-Nya, maka dahaganya dapat terpuaskan. Jadi jika orang telah dapat
selalu ingat (dzikir) kepada Allah maka jiwanya akan tenteram, karena ‘dunia’
manusia yang terbatas telah terpuaskan oleh rahmat Allah yang tidak terbatas.

Hanya manusia pada tingkat inilah yang layak menerima panggilan-Nya untuk
kembali kepada-Nya dan untuk mencapai tingkat tersebut menurut al-Rozi hanya
dimungkinkan bagi orang yang kuat potensinya dalam berpikir ketuhanan atau kuat dalam
‘uzlah dan kontemplasi (tafakkur)-nya.
Jadi al-nafs al-muthma’innah adalah nafs yang takut kepada Allah, yakin akan
berjumpa dengan-Nya, ridlo terhadap qodlo-Nya, puas terhadap pemberian-Nya, perasaannya
tenteram, tidak takut dan sedih karena percaya kepada-Nya, dan emosinya stabil serta kokoh.

2.2. Sehat

2.2.1. Definisi Sehat

Menurut Perkin, sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk
serta fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusha memengaruhinya. Pengertian tersebut
masih menekankan pada kesehatan yang ditinjau dari aspek fisik-biologis dan
mengenyampingkan aspek psikis-sosiologis.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “sehat” diartikan sebagai keadaan baik
segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit). Pengertian sehat di sini juga masih
menekankan pada aspek fisik atau jasmani semata.
Pengertian “sehat” yang lenih luas dikemukakan dalan Undang-Undang Pokok
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1960 M, yaitu sebagai keadaan yang meliputi

11
kesehatan badan, mental, dan sosial, dan bukan hanya bebas dari penyakit, cacat, dan
kelemahan.
Pengertian serupa dirumuskan oleh World Health Organization (WHO) yang
menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan jasmani, rohani, dan sosial yang sempurna
dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.
Islam mengenalkan dua istilah yang berbeda: sehat dan alfiat. Istilah sehat dan alfiat
masing-masing digunakan untuk makna yang berbeda. Dalam literatur keagamaan, bahkan
dalam berbagai hadits ditemukan sekian banyak doa yang mengandung permohonan alfiat,
disamping permohonan memperoleh sehat.
Dalam Kamus Bahasa arab, kata “afiat” diartikan sebagai perlindungan Allah untuk
hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu daya. Perlindungan itu tentunya tidak dapat
diperoleh secara sempurna kecuali bagu mereka yang mengindahkan petunjuk-petunjuk-Nya.
Jadi, kata “afiat” dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan
tujuan penciptaanyya. Sedangkan kata “sehat” diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap
anggota badan.
Dari pengertian kata “afiat” dan “sehat” tersebut, kita dapat mengatakan bahwa mata
yang “sehat” adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan
kacamata. Akan tetapi, mata yang “afiat” adalah mata yang dapat melihat dan membaca
objek-objek yang bermanfaat yang terlarang karena itulah fungsi yang diharapkan dari
penciptaan mata.
Yang dimaksud dengan sehat jasmani adalah orang yang tidak terserang penyakit atau
terjadi kelainan pada tubuhnya berdasarkan pemeriksaan fisik, laboratories, dan radiologis.
Sedangkan kesehatan rohani atau mental menurut Zakiyah Darajat adalah
terwujudnya kesesuaian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan serta
terciptanya penyesuaian diri antara manusia dan dirinta sendiri, juga lingkungannya,
berlandaskan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna
dan bahagia di duia dan di akhirat. Oleh karena itu, tidak dimungkiri lagi bahwa kesehatan
rohani tidak hanya akan memengaruhi kesehatan jasmani saja, tetapi juga perasaan, pikiran,
dan kelakuan.
Pengaruh gangguan kesehatan ruhani atau mental terhadap perasaan, meliputi rasa
cemas, gelisah, iri hati, sedih, merasa rendah diri, ragu, bimbang, dan lain sebaginya. Adapun
gangguan terhadap pikiran dapat diketahui melalui gejala-gejala, seperti sering lupa, tidak
dapat mengonsentrasikan pikiran terhadap sesuatu yang penting, kemampuan berpikir
menurun sehingga seolah-olah ia tidak cerdasm pikirannya tidak dapat digunakan, dan lain

12
sebagainya. Sementara itu, terhadap kelakuan sangat beragam bentuknya, seperti tindak
kriminal, agresif (menyerang), destruktif (merusakkan), dan lain sebagainya.
Adapun gangguan terhadap kesehatan jasmani sering disebut psikomatik, yaitu
penyakit pada tubuh yang disebabkan oleh mental.

13
BAB III

PEMBAHASAN

Salah satu obat penangkal penyakit jasmani dan ruhani adalah zikir dan doa. Islam
telah mendorong manusia agar memiliki hati atau qalbu yang sehat. Jika hati seseorang sehat,
seluruh tubuhnya akan sehat. Sebaliknya, jika hatinya rusak atau sakit, seluruh tubuhnya akan
rusak atau sakit. Berkaitan dengan hal ini Rasulullah bersabda:

َ ‫سدَ ْال َج‬


ُ‫سدُ ُكله‬ َ َ‫ت ف‬ َ ‫صلَ َح ْال َج‬
َ َ‫ َوإِذَا ف‬، ُ‫سدُ ُكله‬
ْ َ ‫سد‬ َ ‫ت‬ َ ‫ضغَةً إِذَا‬
ْ ‫صلَ َح‬ َ ‫أََلَ َوإِ َّن فِى ا ْل َج‬
ْ ‫س ِد ُم‬
ُ ‫ى ا ْلقَ ْل‬
‫ب‬ َ ‫ أََلَ َو ِه‬.
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula
seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah
hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Hadits ini menjelaskan bahwa hati atau ruhani yang sehat memiliki dampak yang
sangat besar terhadap kesehatan fisik atau jasmani. Sebaliknya, gangguan ruhani (psikis)
akan menimbulkan gangguan pada jasmani.
Sebuah penelitian membuktikan bahwa jiwa (hati) yang tenang dapat meningkatkan
ketahanan tubuh imunologik, mengurangi risiko terkena penyakit jantung, dan meningkatkan
harapan hidup. Sebaliknya, jiwa yang merintih, meronta, gelisah, dan penuh kemunafikan,
bukannya kedamaian yang didapat, melainkan kegersangan. Jika kondisi seperti ini terus-
menerus dibiarkan, pemilik jiwa bisa terserang infeksi dan kanker.
Rasulullah saw juga telah mengisyaratkan bahwa ada keluhan fisik yang terjadi
karena gangguan mental atau jiw. Seseorang datang mengeluhkan penyakit perut yang
diderita saudaranya. Setelah diberi obat berkali0kali, rasa sakitnya tidak kunjung sembuh.
Beliau lalu mengatakan, “Perut saudaramu berbohong.” (HR. Bukhari)
Menurut para ulama yang berkecumpung dalam dunia olah batin, di antara penyakit
hati atau batin adlah kufur, munafik, sombong, bangga diri, suka pamer, dendam, dengki, gila
pangkat dan kemegahan, cinta harta dan dunia, serta lain sebagainya. Menurut mereka, cara
untuk mengobati aneka penyakit hati ini adalah dengan cara mujahadah dan menghiasinya

14
dengan aneka sifat terpuji, seperti iman, ikhlas, ridha, jujur, khusyuk, tawakal, dan sifat
terpuji lainnya.
Salah satu dampak positif zikir adalah menyembuhkan berbagai macam penyakit,
baik penyakit jasmani maupun ruhani.
Terapi dan pengobatan dengan metode zikir dan doa ini telah dibuktikan banyak
orang. Dan sebagai hasilnya, mereka memperoleh kesembuhan dari penyakit yang mereka
derita.
Salah seorang yang mendapatkan kesembuhan dengan metode zikir dan doa adalah
HM. Amin Syukur. Pada 1997, ia pernah terserang kanker otak. Dan, pada November 2000,
ia terkena kanker pernapasan (nashopharing). Ketika terkena kanker otak, dokter meramlkan
bahwa usianya tinggal 3 bulan sampai 1 tahun. Ramalan dokter meleset. Kanker otak yang
menyerangnya sembuh dan ia dapat kembali beraktivitas seperti sedia kala. Salah satu usah
yang ia lakukan untuk melawan ganasnya serangan kanker otak tersebut adalah menalani
terapi zikir dan doa.
Banyak orang yang telah memberi kesaksian bahwa mereka memperoleh kesembuhan
setalah mengikuti pelatihan ini. Umpamanya, Dra. Anung Ilham, mantan penderita kanker
payudara.
Anung Ilham memberi kesaksian dengan menuturkan, “Saya merasa gamang saat
dokter mengatakan, ‘Anda harus menjalani kemoterapi.’ Saya banyak mendengar omongan
orang bahwa kemoterapi sangat tidak mengenakkan. Saya banyak mencari tahu kepada
orang-orang yang pernah menjalaninya. Saya pun bertemu Prof. Dr. HM. Amin Syukur.
Beliau menyarankan agar saya berdoa, tidak usah yang sulit, simpel saja, misalnya
“Allahumma sehat,” yang penting bisa menata hati, ikhlas, dan pasrah kepada Allah. Dan
alhamdulillah saya sembuh dan sehat sampai sekarang.”
Zikir menjadikan hati kita tertata, tenang, dan tentram dengan mengingat Allah.
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S. Ar-Ra’d [13]:
28).
Dalam bukunya, Menjadi Wanita Paling Bahagia, Dr. ‘Aidh al-Qarni menuturkan kisa
seorang temannya yang memiliki istri sebagai penderita kanker. Dengan kekuatan zikir
berupa istighfar dan doa, kanker yang diderita wanita itu sembuh dan ia bugar kembali seperti
sedia kala. Al0Qarni menuturkan, “Saya memiliki seorang teman yang saleh dan selalu
beribadah. Ia memiliki seorang istri yang menderita kanker. Darinya ia memiliki tiga orang

15
anak. Dunia tampak sedemikian sulit karena derita itu dan bumi seakan gelap dalam
pandangan matanya.

"Barangsiapa membiasakan diri untuk beristighfar, Allah akan memberikan jalan keluar
baginya dari setiap kesulitan, akan memberikan kebahagiaan dari setiap kesusahan, dan
akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (HR Abu Daud dan Ibnu
Majah).

Karena wanita itu bergantung pada istighfar, maka Allah pun memberikan jalan keluar
dari kesulitan yang dihadapinya, yakni berupa kesembuhan dairi sakit kanker.
Kisah yang hampir serupa pernah dialami oleh seorang wanita shalehah yang sembuh
dari sakit kanker yang dideritanya berkat kekuatan zikir. Kisah ini dikemukakan oleh Mansur
bin Nashir al-Iwaji dalam ‘Ajaib al-Qashashnya.
Al-Iwaji menuturkan, “Alkisah, ada seorang wanita shalehah, bertakwa, dan mencinta
kebaikan bertakwa, dan mencinta kebaikan. Wanita tersebut akan melakukan pembedahan di
bagian paha yang sebelumnya akan diamputasi. Alangkah terkejutnya mereka! Belum lagi
pisau bedah yang mereka gunakan sampai di bagian paha, mereka melihat secuil kapas yang
membusuk. Dengan melakukkan pembedahan ringan, tim dokter membersihkan dan
mensterilkan tempat tersebut. Akhirnya, wanita itu sembuh. Penyakit yang dideritanya hilang
dan sama sekali tidak meninggalkan bekas. Setelah pembedahan usai, wanita iu merasa kalai
kakinya tidak lagi mengalami rasa sakit. Ia sangat gembira karena sebelumnya ia
membayangkan akan berjalan dengan satu kaki. Ia mengucapkan rasa syukur kepada Allah
dan merasa betapa allah sangat dekat, sangat lembut, dan sangat mengasihinya. Tim dokter
yang mengobati wanita itu berujar, “Ini merupakan pertolongan dari Tuhan.”
Demikianlah kekuatan efek penyembuhan dengan zikir dan doa. Prediksi dokter bisa
saja meleset. Pisau amputasi tidak mempan dan berkalikali patah. Dan, sakit kanker yang
diderita wanita shalehah itu pun sembuh. Bahkan bekas pembedahan di pahanya tidak
meninggalkan bekas sama sekali. Maha Suci Allah yang tiada Tuhan Selain Dia. Dia Maha
Menyembuhkan dan Maha Mendengar permohonan hamba-hamba-Nya. Mahabenar Allah
dalam firman-Nya, “Siapa yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila
ia berdoa kepada-Nya.” (Q.S.An-Naml [27]: 62)

16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan, berzikir dan berdoa dapat mempengaruhi
kesehatan jasmani dan kesehatan rohani, seperti rasa cemas, gelisah, iri hati, sedih, merasa
rendah diri, ragu, bimbang, dan lain sebagainya. serta perasaan, pikiran, kelakuan, dan
penyakit hati.

4.2 Saran

4.3 Penutup

17
DAFTAR PUSTAKA

Moh. Soleh dan Imam Musbikin. 2005. Agama Sebagai Terapi: Telaah Ilmu Kedokteran
Holistik. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Quraisy Syihab. 1999. Wawasan Al-Qur’an. Mizan: Bandung.

Afif Anshari. Dzikir Demi Kedamaian Jiwa.

Abdul Qadir Isa. Hakekat Tasawuf.

Sa’id al-Qahthani. 2006. Pengobatan dengan Doa, Zikir, dan Ruqyah Menurut AlQur’an
dan Sunnah. Terj, Abu al-Hasan. Maktabah al-Hanif: Yogyakarta.

Yusuf Al-Qardhawi, Mauqif al-Islam min al-Ilham, al-Kasyf, ar-Ru’ya. 1994. wa min at-
Tamaim wa al-Kahanah wa ar-Ruqqi. Maktabah Wahbah: Kairo.

HM. Amin Syukur. Zikir Menyembuhkan Kankerku. Hal 179-196

Ahmad Husain Ali Salim. 2006. Terapi Al-Quran Untuk Penyakit Fisik dan Psikis
Manusia. Asta Buana Sejahtera: Jakarta.

Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 9. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta. Hal 327-338

Khoirul Amru Harahap & Reza Pahlevi Dalimunthe. 2008. Dahsyatnya Doa dan Zikir.
Qultum Media: Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai