Anda di halaman 1dari 8

TRILOGI PMII

Oleh : Teguh Kasiyanto, S.Sos,


Email: teguhkasiyanto@gmail.com

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang selanjutnya disebut dengan PMII, adalah
organisasi yang berdiri sejak 17 April 1960. Dalam beberapa referensi yang dapat kita temukan,
PMII berdiri bertepatan dengan 17 Syawal 1379 Hijriyah. Namun jika kita cek menggunakan
berbagai situs dan aplikasi kalender, kita akan menemukan bahwa PMII lahir bertepatan hari Ahad
Pon, wuku julungwangi 20 Syawal 1379 Hijriyah / 1891 tahun Jawa.

PMII sejak awal terbentuknya berkomitmen mendidik pemuda yang berhaluan ahlussunnah
wal jamaah serta mengawal kehidupan berbangsa dan bernegara. Komitmen ini selanjutnya
tergambar secara jelas dalam perkembangan dan gerakan PMI pada masa-masa berikutnya hingga
sekarang. Komitmen itu semakin tampak ketika seorang anggota/ kader PMII terlibat dalam
pelbagai aspek kehidupan, mereka berperan dan bertindak berdasarkan nilai ideologis yang dianut.

Sebuah perjuangan akan mudah memperoleh hasil apabila memiliki kesamaan nilai yang
dipegang. Kesamaan nilai ini dapat disebut sebagai pedoman, ideologi, asas ataupun norma.
Masing-masing dari anggota pejuang (mujahid) haruslah paham dan tahu betul tentang nilai yang
menjadi pedoman tersebut. Guna untuk memudahkan pemahaman sebuah nilai atau ideologi,
terkadang digunakan sebuah kata atau beberapa kata sederhana yang mampu merepresentasikan
keseluruhan nilai yang menjadi pedoman. Nah, dalam konteks ber PMII, pamadatan nilai-nilai
tersebut disebut dengan trilogi PMII.

Trilogi frozen-nya digunakan untuk menyebut karya sastra yang terdiri dari satu tema
dengan tiga judul yang berbeda. Dalam konteks berPMII, trilogi PMII terdiri dari tiga hal, yaitu: tri
motto, Tri komitmen dan tri khidmat. Secara mudahnya trilogi dapat disebut sebagai intisari atau
bentuk ringkas dari sebuah ideologi yang berlaku dalam PMII. Pada masing-masing bagian dari
trilogi yang telah disebut diatas, masih terdapat tiga percabangan lagi. Berikut adalah tabel trilogi
PMII:

Trilogi PMII

Tri motto Tri komitmen Tri Khidmat

 Dzikir  Kejujuran  Taqwa


 Fikir  Kebenaran  Intelektual

 Amal Sholeh  Keadilan  Profesional

Dzikir adalah kata yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Berdzikir adalah
aktivitas yang menyebut asma Allah dan mengagungkan-Nya. Tidak ada ketentuan waktu dalam
berdzikir. Kita dapat melakukannya kapan saja. Hal ini tentu karena adanya tuntunan yang telah ada
dalam Al-Qur'an dan alhadits. Kata "dzikir" terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur'an. Misalnya
dalam Q.S Ar Ra'd 13:28, kata "dzikir" diartikan dengan ingat.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

َ ‫اَلَّذِيْنَ ِٰا َمنُ ْو‬


ْ ‫اِوت َْط َمئ ُّنِقُلُ ْوبُ ُه ْمِبذ ْكرِاللّٰهِِِِۗا َ ََِلِبذ ْكرِاللّٰهِت َْط َمئ ُّن‬
ُِِ‫ِالقُلُ ْوب‬

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.
QS. Ar Ra’du:28

Dzikir dalam artian menyebut atau membaca asma Allah memiliki banyak jenis bacaan dan
beragam cara. Ada dzikir yang bacaannya begitu panjang ada pula yang pendek. Sedangkan
menurut keterangan para masyayikh, Kyai, dapat juga ditemui dalam kitab ihya Ulumiddin,
setidaknya ada beberapa jenis dzikir jika ditinjau dari caranya. Berikut adalah jenis-jenis nya:

1. Dzikir bil lisan, sesuai dengan namanya dzikir ini diucapkan melalui lisan, baik dengan
suara yang nyaring ataupun suara yang lirih.,
2. Dzikir bil qolb, dzikir jenis kedua ini tidak diucapkan dengan lisan melainkan
dilanggengkan dengan hati.,
3. Dzikir bil jawarih, fikir jenis ini adalah bentuk dzikir yang sangat tinggi. Sebab pelafalan
dzikir ini menyatu antara lisan, hati, hembusan dan tarikan nafas, denyut jantung bahkan
aliran darah serta anggota tubuh

Berdzikir kepada Allah memiliki banyak falilah dan hikmah. Diantara Fadilah dari berpikir
adalah dekat dengan Allah, dijauhkan dari bala dan musibah, terhindar dari kejahatan, hati yang
tenang, bahkan mengobati hati yang terluka. Luka hati di sini adalah luka yang diakibatkan karena
penyakit-penyakit hati seperti halnya: ini, dengki, riya' dan lainnya. Sayyid Ahmad Al Hasyimi
dalam kitabnya Mukhtarul Ahadits meriwayatkan hadits Rasulullah yang menjelaskan tentang
dzikir.

Dari Anas, Rasulullah bersabda:

ِ‫ذكرِاللهِشفاءِالقلوبِِِرواهِالديلمىِعنِانس‬

"Berdzikir kepada Allah adalah penyembah hati" H.R Ad-Dailami

Menurut Abu Laits As-Samarqandi dalam kitab Tanbihul Ghafilin, ada lima yang
terkandung dalam berdzikir. Lima hal tersebut adalah:

1. Keridlaan Allah.,
2. Tambah rajin dalam beribadah.,
3. Terjaga dari setan.,
4. Hatinya menjadi lunak.,
5. Terjaga dari perbuatan maksiat.

Fikir, adalah bentuk sederhana dari kata berfikir. Artinya setiap kader atau anggota PMII,
harus memiliki ketajaman pemikiran dan kemampuan olah pikir yang mumpuni. Sebab, dengan
proses berpikir yang matang kita dapat menimbang ataupun mempertimbangkan segala sesuatu
yang hendak kita lakukan. Dengan berpikir kita akan mampu memutuskan segala sesuatu dengan
bijak.

Proses berpikir sangat berkaitan erat dengan akal (al aql). Adanya akal pada diri manusia
menjadi pembeda utama dengan makhluk ciptaan Allah yang lain. Oleh sebab itu dalam Al-Qur'an
disampaikan bahwa manusia diciptakan dengan sebaik-baiknya (At-Tin ayat 4). . Selain itu, ada
pula sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wassallam yang artinya "berpikir sesaat lebih baik daripada
beribadah selama 60 tahun. Kita juga berkali-kali diperintahkan oleh Allah untuk berpikir melalui
ayat-ayat Al-Qur'an. Bahkan dalam Surat Al Ghasiyah kita diperintahkan untuk memikirkan atas
penciptaan Allah terhadap bumi, langit, unta dan gunung. Ada juga ungkapan dari Descartes yang
sangat terkenal yaitu cogito ergo sum, yang artinya aku berpikir maka aku ada.

Amal Sholeh adalah perilaku yang sangat dianjurkan dalam Islam. Dalam Al-Qur'an kata
amal Sholeh sering disebut dengan "'Amilush Sholihaati", seperti halnya dalam surat Al Ashr ayat
3. Seiring dengan masuknya islamisasi di nusantara kata amal sholeh telah menjadi kata yang lazim
digunakan di berbagai lapisan masyarakat. Kata amal sholeh telah menjadi kata serapan dalam
bahasa Indonesia.
Dalam penggunaan sehari-hari, kata amal sholeh diidentikkan dengan segala perbuatan
yang baik. Setiap dari kita yang melakukan perbuatan baik, entah itu untuk diri sendiri, keluarga,
tetangga atau bahkan masyarakat luas dapat disebut telah beramal sholeh. Hal ini tentu dengan
catatan bahwa perbuatan baik tersebut tidak melanggar norma agama yang kita anut, yaitu agama
Islam. Jika perbuatan yang dilakukan melanggar syariat, maka hal itu tidak dapat di katakan dengan
amal shaleh.

Sebagai anggota ataupun kader dari organisasi kemahasiswaan yang bernafaskan Islam
ahlussunnah wal jamaah, kita haruslah beramal saleh kepada siapapun. Perbuatan baik tersebut
tidak hanya ditujukan kepada orang Islam, tetapi bahkan kepada orang-orang yang tidak seiman.
Berbuat baiklah kepada siapapun, dari kalangan manapun, dan melakukannya tanpa pamrih. Sebab
dalam perbuatan baik kita harus berupaya ikhlas dan membebaskan diri dari belenggu riya' dan
takabur.

Kejujuran, sikap ini adalah sikap yang sangat bimaik dan luhur dalam Islam. Bahkan sikap
ini menjadi salah satu sifat yang harus dimiliki oleh utusan utusan Allah. Jujur (Shiddiq) adalah
salah satu dari ke empat sifat wajib utusan Allah sebagaimana tercantum dalam kitab Aqidatul
Awwwm dan kitab kitab tauhid lainnya. Jujur artinya tidak berkata dusta. Jujur juga diartikan
sebagai persesuaian antara perkataan dan kenyataan. Sifat jujur sangat dipegang teguh oleh
Rasulullah Shalallahu alaihi wassallam, bahkan orang-orang yang memusuhi Beliaupun masih
menganggap Rasulullah adalah orang yang jujur.

Kata jujur sangat mudah diucapkan oleh siapa saja. Namun perlu kita sadari bahwa
melaksanakan kejujuran itu jauh lebih sulit daripada pengucapannya. Padahal dengan berkata dan
berbuat jujur, hidup kita akan menjadi lebih tenang. Sedangkan sebuah kebohongan adalah pangkal
dari masalah dan kebohongan kebohongan berikutnya. Berbuat jujur itu sendiri dapat diawali
dengan jujur pada diri sendiri, jujur pada keluarga dan jujur kepada orang lain.

Kebenaran, dalam bertindak kita harus berpegang pada kebenaran. Kebenaran di sini
adalah kebenaran yang diakui oleh Islam dan oleh hukum yang berlaku di negara kita. Sebab
terkadang orang menganggap pandangannya benar, tetapi sebenarnya bertolak belakang dengan
kebenaran yang diakui oleh Islam dan oleh hukum yang berlaku. Oleh sebab itu, ada kebenaran
yang bersifat universal dan ada pula kebenaran yang bersifat subjektif. Kebenaran subjektif inilah
yang mendorong adanya pertentangan di tengah-tengah masyarakat.

Sebagai anggota dan kader dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, kita harus
menjunjung tinggi kebenaran itu. Siapapun yang salah haruslah kita katakan salah, sekalipun
mungkin kesalahan itu dilakukan oleh sahabat kita sendiri. Tetaplah berjalan di jalan kebenaran,
sebab jalan kebenaran inilah jalan keselamatan kita. Seperti yang sering kita dengar bahwa
katakanlah kebenaran itu walaupun menyakitkan. Kebenaran bukan hanya soal pemikiran,
melainkan harus berdampak pada perkataan dan perbuatan.

Keadilan, berdasarkan keterangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adil artinya sama
berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak pada yang benar dan tidak sewenang-wenang.
Sementara Keadilan diartikan sebagai suatu sifat atau perbuatan atau perlakuan yang adil.
Terkadang adil juga didefinisikan sebagai mampu meletakkan segala sesuatu pada tempatnya.
Contoh sederhananya adalah songkok dipakai di kepala. Jika tidak digunakan di kepala, maka hari
ini juga dapat dinyatakan dengan tidak adil.

Pada sila kelima Pancasila tersebut dengan jelas bahwa keadilan haruslah diupayakan untuk
seluruh rakyat Indonesia. Tidak ada pengecualian di sana, sebab dalam keadilan semua orang
dipandang sama dan setara tanpa memperdulikan status dan jabatan yang disandang. Sila kelima
Pancasila ini menuntut kita kaum intelektual muda Islam dapat berbuat dengan seadil-adilnya
dengan kapasitas yang kita miliki. Adakalanya untuk mewujudkan keadilan itu tidak perlu
menunggu kehadiran negara yang berlebihan. Misalnya, untuk menjamin keadilan dalam belajar,
kaum intelektual muda dapat menyebarkan dan mengajarkan ilmu yang mereka peroleh kepada
mereka yang kurang beruntung, atau juga kepada mereka di pedalaman.

Dalam Islam sendiri, keadilan sangat ditegakkan. Kita dapat menjumpai kisah penegakan
keadilan sejak zaman Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, dinasti Islam bahkan di era negara Islam
modern. Keadilan sangat diperintahkan dengan tegas dalam Al-Qur'an dan hadits Rasulullah.
Bahkan Islam melindungi setiap warga negara ataupun anggota masyarakat yang tidak berdaya.
Salah satu perintah untuk adil terdapat dalam Q.S An Nahl

َِ‫ظ ُك ْمِلَ َعلَّ ُك ْمِتَذَ َّك ُر ْون‬ ْ ‫ِو‬


ُ ‫اِل َب ْغيِِِِۗ َيع‬ ْ ‫ِو‬
َ ‫اِل ُم ْن َِكر‬ َ ‫شآء‬ ْ ‫ىِو َي ْنهٰ ىِ َعن‬
َ ْ‫ِالفَح‬ ْ ‫ىِذ‬
َ ‫ىِالقُ ْر ٰب‬ ِٕ ‫ِواِ ْيت َۤا‬
َ ‫ساِن‬ ْ ‫ِو‬
َ ْ‫اَِلِح‬ ْ ‫نِاللّٰهَِ َيأ ْ ُم ُرِب‬
َ ‫اِل َعدْل‬ َِّ ‫ا‬

aaueaaukejsِ mkkskِ Aaejuyukِ tesAueِ uaykseuِ slnkِ lseِ uayuusnِ eausynesehِ AaAuaynِ usenuseِ "
ea slsِeaysusnhِlseِansِAaksyseaِtAakseueseeِ ayuusnseِeaynhِeaAueaesysehِlseِ ayAuaukseaِansِ
aea slsAuِsasyِesAuِls snِAaeasAunkِ aksysyseِAaAuaynِ aeasysyse

-n aِmee t0skkِyA ِmjsnِaN

Taqwa, kata ini berasal dari bahasa Arab. Kata "taqwa" telah menjadi kata serapan dalam
bahasa Indonesia yaitu takwa. Taqwa dalam beberapa kajian kitab di pesantren sering diartikan
dengan takut kepada Allah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia takwa artinya terpeliharanya
diri untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya;.
Dalam Al-Qur'an dan hadits terdapat dalil-dalil yang menyebutkan tentang perintah takwa
dan kebaikan dari sikap itu. Taqwa tidak dapat kita amati dengan perilaku dan ucapan saja. Hanya
dia dan Allah lah yang tahu u tingkat ketakwaan seseorang. Bahkan mereka yang paling bertakwa
dijanjikan kedudukan yang mulia disisi-Nya. Berikut beberapa dalil mengenai taqwa :

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

َِِ‫ِواِلَّذيْنَ ِم ْنِقَبْل ُك ْمِلَعَلَّ ُك ْمِتَتَّقُ ْون‬ ْ ‫اِربَّ ُك ُمِالَّذ‬


َ ‫يِ َخلَقَ ُك ْم‬ ُ َّ‫ٰۤيِا َِيُّ َهاِالن‬
َ ‫اِسِا ْعبُد ُْو‬

nyseaِ jseaِ-kِ Aae n nseseِ esAuِ lseِ nyseaasksnِ Aseuansaِ aAuskkskِ eukseAuِ jseaِ naks"
"aaauakuAِesAuhِsasyِesAuِuaynsees

tn aِmkِ s2syskِS ِmjsnِSye

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ِ‫ًاِوقَبَآئلَِلتَعَاِ َرفُ ْواِِِۗا َّنِا َ ْك َر َم ُك ْمِع ْندَِاللّٰهِاَِتْ ٰقٮ ُك ِْمِِِۗا َّنِاللّٰهَِ َعلِْي ٌمِخَبي ٌْر‬ َ ‫ِوا ُ ْن ٰث‬
ُ ِ‫ىِو َجعَ ْل ٰن ُك ْم‬
َّ ‫شعُ ْوب‬ ُ َّ‫ٰۤياَِيُّ َهاِالن‬
َّ ‫اِسِانَّاِ َخلَ ْق ٰن ُك ْمِم ْنِذَك ٍَر‬

ksenِ lseِ aanyseaِ-asksnِ Aseuansaِ ueaaukhِ asAnِ nakskِ Aae n nseseِ esAuِ lsynِ aanyseaِ ksen "
esAuِ askneaِِ aueuِ sasy-useaasِ lseِ uayaueu- ayaA usehِ eaAulnseِ asAnِ yslneseِ esAuِ uayuseaas
Aaeaaeskaِ ueaaukhِ jseaِ skneaِ Auknsِ lnِ sensysِ esAuِ lnِ ananِ mkkskِ nskskِ nyseaِ jseaِ skneaِ
"auaynseesaِ ueaaukhِmkkskِSsksِSaeaanskunhِSsksِeaknnn

-n aِmke t3uyuysnِ:a ِmjsnِyH

Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya:

"Bertakwalah kepada Allah dimanapun kau berada, ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik,
niscaya perbuatan baik itu akan menghapusnya, dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak
yang baik." (H.R Ath-Thabrani)

Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda:

‫التقواِاللهِواعدلواِبينِاوَلدكم‬

"Bertakwalah kepada Allah, dan berlaku adillah diantara anak-anak kalian." (H.R An-Nu'man).
Intelektual, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, in·te·lek·tu·al /inteléktual/ 1 a cerdas,
berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan; 2 n (yang) mempunyai kecerdasan
tinggi; cendekiawan; 3 n totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yang menyangkut pemikiran
dan pemahaman. Tingkatan intelektual berada diatas tingkatan pandai. Sebab orang pandai belum
tentu intelektual, tetapi orang yang sudah memiliki kemampuan intelektual sudah pasti pandai.
Sebab intelektual berkaitan dengan penguasaan kita atas pengetahuan serta tingkah laku kita dalam
kehidupan.

Jika kita ingin menjadi orang yang intelek, maka terlebih dahulu kita harus memiliki basis
pengetahuan yang mumpuni. Setelah itu proses pengetahuan tersebut haruslah mendarah daging
pada diri kita. Pada tahap akhir ilmu pengetahuan tersebut menjadi acuan dalam kita bertindak dan
berpikir.

Profesional adalah sikap dan kondisi dimana kita dapat memahami dan mengetahui tentang
tugas dan kewajiban kita. Tentunya hal ini akan berbeda antara masing-masing individu. Sebab hal
ini sangat bergantung pada kedudukan ataupun status dari individu tersebut. Misalnya, jika kita
adalah seorang petani, maka kita harus menjadi petani yang baik., Jika kita menjadi aktivis, jadilah
aktivis yang kritis, ideologis, humanis, mempunyai basis pengetahuan, mudah bergaul dengan
berbagai lapisan masyarakat dan tidak menanggalkan tanggung jawab yang diembannya. Seorang
aktivis dapat dinyatakan tidak profesional jika dia apatis, individualis, apalagi sampai bertindak
seenaknya.

Orang yang profesional harus mengetahui koridor dan batasan batasan serta mengetahui
hal-hal yang harus dia lakukan. Tentu untuk menjadi profesional butuh tahap dan proses yang
begitu panjang. Panjangnya proses tersebut harus mulai dirintis sejak awal. Sebab saat ini lah
sahabat-sahabat dapat bertindak seprofesional mungkin dengan kondisi yang masih sangat ideal.
Sebagai bentuk dari pembahasan ini, kita perlu merenungkan dan menindak lanjuti apa yang telah
disabdakan Rasulullah Dalam sebuah hadits yang tercantum dalam kitab Arbain an-nawawi hadits
ke-34:

"Dari Abu Sa'id Al Khudri RA Beliau berkata, aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
Barang siapa diantara kamu sekalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubah dengannya
(kekuasaannya), jika ia tidak sanggup, maka dengan lisannya (nasehat), jika ia tidak sanggup maka
dengan hatinya (ingkar dengan hati), dan yang demikian itu adalah termasuk selemah-lemahnya
iman. " HR Muslim

Referensi:
Al-Qur'an

AD / ART PMII

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kitab Aqidatul Awwwm

Kitab Arbain an-nawawi

Kitab Durusul 'Aqaaidud Diniyyah Juz 3, ABDUr Rahman bin Saqaf bin Husain As-Saqaf Al-
Alawi Al-Husain

Kitab Ihya Ulumiddin, Imam Al Ghazali.,

Kitab Mukhtarul Ahadits, Sayyid Ahmad Al Hasyimi

Kitab Tanbihul Ghafilin, Abu Laits As-Samarqandi, PT Thaha Putra

Anda mungkin juga menyukai