Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN MATERI

Poster “Am I Okay?”


Aura Alya Rahma, Putri Avrilia Nurma Irani, Muchammad Ricky Ferdian

Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan


yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk
mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan
menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya. Sedangkan menurut Dr.
Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi Agama”, kesehatan mental adalah kondisi
batin dalam keadaan tenang, aman, dan tenteram.
Mental disorders atau gangguan mental adalah kondisi yang
mempengaruhi pikiran, perasaan, suasana hati, dan perilaku. Kelainan-kelainan
tersebut mengambil bermacam-macam bentuk, diantaranya adalah: depresi,
gangguan stres pascatrauma, kecemasan, bipolar, skizofrenia, dll. Sedangkan
menurut Hamdani Bakran, gangguan psikologi dan tidak sehatnya mental muncul
adanya penyimpangan-penyimpangan perilaku seseorang dari tuntunan,
bimbingan dan pimpinan fithrah ilahiyah (Alqur’an) dan ketauladanan nubuwwah
(As-Sunnah) (Hamdani Bakran Adz-Dzaky, 2002: 391).
Mental disorders atau gangguan mental acapkali dipandang hal yang tabu
bagi masyarakat. Seringkali masyarakat yang telah mendapat “pengecapan” atau
stigmatisasi terkena gangguan mental akan mendapat perilaku khusus berupa
kucilan dari masyarakat. Padahal gangguan mental sendiri sejatinya dapat
menyerang psikis seseorang tanpa memandang usia fisiknya.
Berdasarkan hasil riset Global Burden of Diseases, Injuries, and Risk
Factors didapatkan bahwa gangguan depresi berada di angka 10.8%, gangguan
pasca-trauma di angka 15.3%, dan gangguan kecemasan berada di angka 21.7%
per-1000 populasi sebagai sampel. Sehingga dapat diperkirakan bahwa sekitar
satu dari lima orang memiliki gangguan mental pasca-konflik seperti depresi,
gangguan kecemasan, gangguan stress pasca-trauma, gangguan bipolar, atau
skizofrenia.
Sumber : Prevalence of mental disorders (depression, anxiety, post-traumatic
stress disorder, bipolar disorder, and schizophrenia) by Global Burden of
Diseases, Injuries, and Risk Factors Study 2016

WHO Regional Asia Pasifik (WHO SEARO) juga menyatakan jumlah


kasus gangguan depresi terbanyak di India (56.675.969 kasus atau 4,5% dari
jumlah populasi) dan terendah di Maldives (12.739 kasus atau 3,7% dari
populasi). Adapun di Indonesia sebanyak 9.162.886 kasus atau 3,7% dari
populasi. Selain itu, setengah dari penyakit mental bermula sejak remaja, yakni di
usia 14 tahun. Menurut WHO, banyak kasus yang tidak tertangani sehingga bunuh
diri akibat depresi menjadi penyebab kematian tertinggi pada anak muda usia 15-
29 tahun.
Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa gangguan mental sejatinya bisa
menyerang kondisi psikis seseorang tanpa melihat batasan usia. Banyak faktor
yang mempengaruhi terjadinya gangguan mental pada diri seseorang, antara lain
dari segi eksternal yang dapat berupa lingkungan, juga segi internal yaitu dari
dalam diri masing-masing.
Dalam konsep pemahaman Islam sendiri, terdapat banyak ayat Alqur’an
yang membicarakan mengenai kesehatan seseorang, baik dari sisi fisik, sosial,
kerohanian, maupun kejiwaan. Salah satunya tersirat dalam firman Allah swt.
pada Q.S Yunus ayat 57.

َ‫ُور َوهُدًى َو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُم ْؤ ِمنِين‬ ٓ


ِ ‫ٰيَأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَ ْد َجٓا َء ْت ُكم َّموْ ِعظَةٌ ِّمن َّربِّ ُك ْم َو ِشفَٓا ٌء لِّ َما فِى ٱلصُّ د‬

Terjemah Arti:
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (Q.S Yunus ayat 57).
Pada tafsir Jalalain yang disampaikan oleh Jalaluddin Al-Mahalli dan
Jalaluddin As-Suyuthi, pada ayat tersebut Allah menyiratkan bahwa salah satu
petunjuk dan rahmat dari Allah swt. yang terkandung dalam Alqur’an merupakan
petunjuk dan penawar penyakit yang ada dalam dada (penyakit aqidah yang rusak
dan keragu-raguan) bagi orang-orang yang beriman kepada-Nya.
Terapi islam adalah proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit,
apakah mental, spiritual, moral maupun fisik dengan melalui bimbingan Islam,
yaitu Alquran dan As-sunnah Nabi saw. atau secara empirik adalah melalui
bimbingan dan pengajaran Allah, malaikat-malaikat-Nya, nabi dan rasulnya atau
ahli waris para nabi-Nya. Dua sasaran yang dianggap penting pada terapi spiritual
Islami, yaitu kalbu (qalbiyah) dan akal (aqliyah) manusia.
Adapun metode-metode terapi Islam, yaitu :
1. Sabar
Sabar secara etimologi berasal dari bahasa Arab dari kata-kata shabaro
yang berarti tabah hati, menahan dan mencegah, memaksa. Secara
terminologi sabar adalah menahan diri untuk tetap mengerjakan sesuatu yang
disukai oleh Allah atau menghindarkan diri dari melakukan sesuatu yang
dibenci oleh-Nya. Dengan kata lain sabar ialah bertahan dalam mengerjakan
sesuatu yang diperintahkan oleh Allah dan menahan diri dari mengerjakan
sesuatu yang dilarang oleh-Nya. Manusia dianjurkan untuk senantiasa
bersabar dalam menghadapi masalah, sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah :
153, "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar".
2. Minta bantuan bila membutuhkan
Untuk dapat mengatasi kondisi mental disorder perlu adanya orang
lain yang dapat memberikan ruang untuk berbagi cerita seluas luasnya pada
penderita mental disorder. Dengan aktivitas berbagi cerita tersebut setidaknya
akan membantu dalam mengurangi beban pikiran yang dirasakan oleh
penderita mental disorder tersebut.
3. Ingat Allah/ Dzikrullah
Dzikir (bahasa Arab: ‫ ِّذ ْكر‬x‫ ٱل‬, translit. al-żikr) adalah sebuah aktivitas
ibadah untuk mengingat Allah. Secara ilmu jiwa, Dzikir dapat
mengembalikan kesadaran seseorang yang hilang, sebab aktivitas dzikir
mendorong seseorang untuk mengingat, menyebut dan mereduksi kembali
hal-hal yang tersembunyi dalam hatinya. Dzikir juga mampu mengingatkan
seseorang bahwa yang membuat dan menyembuhkan berbagai macam
penyakit, terutama penyakit hati.
4. Lepaskan beban melalui salat
Salat adalah upaya membangun hubungan baik antara manusia dengan
Tuhannya. Dengan salat, pengabdian kepada-Nya dapat diapresiasikan, begitu
juga dengan penyerahan segala urusan kepada-Nya.
5. Eratkan hati dengan Alqur’an
Alquran (disebut juga asy-syifa) dianggap sebagai terapi yang utama,
sebab di dalamnya terdapat rahasia mengenai bagaimana menyembuhkan
penyakit jiwa manusia. Tingkat kemujarabannya sangat tergantung seberapa
jauh tingkat sugesti keimanan seseorang. Sugesti yang dimaksud dapat diraih
dengan mendengar, membaca, memahami dan merenungkan serta
melaksanakan isi kandungannya. Penjelasan atas posisi al-Qur’an sebagai
terapis, difirmankan oleh Allah Swt., dalam QS. Al-Israa’, [17]: 82, “Dan
kami turunkan dari al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah manambah
kepada orang-orang yang zalim selain rugi.”
Sumber Materi :
Ayuningtyas, Dumilah, dkk. 2018. Analisis Situasi Kesehatan Mental Pada
Masyarakat di Indonesia dan Strategi Penanggulangannya. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat vol. 9 (1) : 1-10
Charlson, Fiona., dkk. 2019. New WHO Prevalance Estimates of Mental
Disorders In Conflict Settings: a systematic review and meta-analysis.
Elsevier Ltd. Vol. 394: 240-248
Riset Kesehatan Dasar. 2018. Kementerian Kesehatan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-
2018.pdf (Diakses pada 17 Juni 2020)
Suhaimi. 2015. Gangguan Jiwa Dalam Perspektif Kesehatan Mental Islam. Jurnal
RISALAH vol. 26(4): 197-205.
Sulistyawati, Ardhiah., dkk. 2019. Metode Terapi Islam Dalam Merawat pasien
Gangguan Kejiwaan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar. Jurnal Tabligh
vol. 20 (2) : 281-291.
Tafsir Q.S Yunus ayat 57-58. https://risalahmuslim.id/quran/yunus/10-57/
(Diakses pada 19 Juni 2020)
US National Library of Medicine. https://medlineplus.gov/mentaldisorders.html
(Diakses pada 20 Juni 2020)

Anda mungkin juga menyukai