Anda di halaman 1dari 15

Pemeriksaan Pada Asma

-1910211098-
Anamnesis
● Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan

● Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak

● Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari

● Diawali oleh faktor pencetus

● Riwayat keluarga (atopi)

● Riwayat alergi / atopi


Pemeriksaan fisik
● Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan hasil yang bervariasi dari
normal hingga ditemukannya kelainan. Pasien yang mengalami
serangan asma, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan (sesuai
derajat serangan) :

Inspeksi Perkusi

Palpasi Auskultasi
Pemeriksaan fisik
● Inspeksi: pasien terlihat gelisah, sesak (napas cepat, retraksi sela iga,
retraksi epigastrium, retraksi suprasternal), sianosis.

● Palpasi: biasanya tidak terdapat kelainan (pada serangan berat dapat


terjadi pulsus paradoksus)
● Perkusi: biasanya tidak terdapat kelainan

● Auskultasi: wheezing/mengi, ronkhi, ekspirasi memanjang

● Mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat
berat atau di luar serangan, tetapi biasanya disertai gejala lain misalnya
sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan
otot bantu napas.
● Pemeriksaan saluran pernapasan bagian atas dapat menunjukkan
tanda klinis rinitis, sinusitis, atau polip hidung.

● Pada keadaan kronis seperti tumor saluran napas bagian atas,


stenosis trakea-bronkial, pita suara disfungsi / kelumpuhan, dan
penyempitan jalan napas.
Pemeriksaan penunjang
Tes fungsi paru dengan spirometri
● Parameter pemeriksaan spirometri yang dinilai pada asma adalah nilai FEV-1.
● Menentukan derajat obstruksi bronkus yang terjadi dengan mengukur volume
ekpirasi paksa yang dikeluarkan.
● Pada asma serangan ringan nilai FEV-1 > 60%, menurun pada serangan
sedang menjadi FEV-1 40-60%, dan pada serangan berat menjadi FEV-1 < 40%.
Tes darah
● Jumlah eosinofil di apus darah perifer dapat meningkat pada kondisi atopik
dan eosinofilia dapat mendukung diagnosis asma tetapi tingkat normal tidak
menyingkirkan atopi atau asma.
● Kadar imunoglobulin E serum total lebih dari 100 IU sering diamati pada
pasien yang mengalami reaksi alergi, tetapi temuan ini tidak spesifik untuk
asma dan dapat diamati pada pasien dengan kondisi lain.
Arterial blood gas
● Pada temua akut, gas darah arteri dapat menunjukkan hipoksemia dan arteri
PaCO2 dapat berkurang karena hiperventilasi.
● Pada keadaan parah, PaCO2 arteri mungkin meningkat karena kelelahan otot
pernapasan dan ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi alveolar
yang diperlukan.
Penilaian bronchial hyperresponsiveness (BHR)
● Digunakan bila hasil spirometri tidak meyakinkan
● Pada penderita yang menunjukkan FEV1 >90%, HRB dapat dibuktikan dengan
berbagai tes provokasi.
● Peningkatan BHR biasanya didefinisikan sebagai konsentrasi agen
bronkoprovokatif yang dihirup yang mengurangi FEV1 sebesar 20%.
● Pemeriksaan uji provokasi bronkus mempunyai sensitivitas yang tinggi tetapi
spesifisiti rendah, artinya hasil negatif dapat menyingkirkan diagnosis asma
persisten, tetapi hasil positif tidak selalu berarti bahwa penderita tersebut
asma.
Exhaled nitric oxide
● FeNO adalah senyawa alami yang diproduksi
oleh tubuh dan akan cenderung lebih tinggi
bila terdapat inflamasi pada saluran nafas. 
● Analisis oksida nitrat yang dihembuskan telah
terbukti memprediksi peradangan saluran
napas dan pengendalian asma.
● Tidak secara rutin digunakan dalam
pemantauan pasien asma.
● Chest radiography
● Nilai radiografi dada adalah mengungkap komplikasi atau penyebab alternatif
mengi.
● Radiografi dada biasanya lebih berguna dalam diagnosis awal asma bronkial.
● Pada kebanyakan pasien asma, temuan radiografi dada normal atau mungkin
mengindikasikan hiperinflasi. Temuan dapat membantu menyingkirkan
penyakit paru lainnya
Skin prick test
● Untuk menentukan apakah pasien
alergi, dan untuk menyelidiki peran
alergen spesifik sebagai penyebab
asma.
● Respon positif pada tusukan kulit
pengujian dapat membantu
mendorong pasien untuk melakukan
tindakan penghindaran alergen.
Referensi

Anda mungkin juga menyukai