Anda di halaman 1dari 22

Asma

-1910211098
Definisi
● Serangan berulang dispnea paroksismal, disertai dengan peradangan jalan
napas dan mengi akibat kontraksi spasmodik bronkus. (Dorland ed. 31)

● Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan


banyak sel dan elemennya. (PDPI 2001)
Etiologi dan
faktor resiko
Epidemiologi
● Diperkirakan lebih dari 339 juta orang menderita Asma di seluruh dunia pada
tahun 2016 dan merupakan penyakit umum pada anak-anak.
● Sebagian besar kematian terkait asma terjadi di negara berpenghasilan
rendah dan menengah ke bawah.
● Menurut perkiraan WHO, terdapat 417.918 kematian akibat asma di tingkat
global pada 2016.
● Prevalensi asma meningkat sekitar 50% selama 10 tahun terakhir.
Manifestasi klinis

Mengi Dispnea

Peningkatan
Batuk produktif,
produksi mukus
berdahak
pada beberapa
bening/kuning/hijau
pasien
Diagnosis

Pemeriksaa
Anamnesis n penunjang

Pemeriksaa
n fisik
Anamnesis
● Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan

● Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak

● Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari

● Diawali oleh faktor pencetus

● Riwayat keluarga (atopi)

● Riwayat alergi / atopi


Pemeriksaan fisik
● Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan hasil yang bervariasi dari
normal hingga ditemukannya kelainan. Pasien yang mengalami
serangan asma, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan (sesuai
derajat serangan) :

Inspeksi Perkusi

Palpasi Auskultasi
Pemeriksaan fisik
● Inspeksi: pasien terlihat gelisah, sesak (napas cepat, retraksi sela iga,
retraksi epigastrium, retraksi suprasternal), sianosis.

● Palpasi: biasanya tidak terdapat kelainan (pada serangan berat dapat


terjadi pulsus paradoksus)
● Perkusi: biasanya tidak terdapat kelainan

● Auskultasi: wheezing/mengi, ronkhi, ekspirasi memanjang

● Mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat
berat atau di luar serangan, tetapi biasanya disertai gejala lain misalnya
sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan
otot bantu napas.
● Pemeriksaan saluran pernapasan bagian atas dapat menunjukkan
tanda klinis rinitis, sinusitis, atau polip hidung.

● Pada keadaan kronis seperti tumor saluran napas bagian atas,


stenosis trakea-bronkial, pita suara disfungsi / kelumpuhan, dan
penyempitan jalan napas.
Pemeriksaan penunjang

Bronchial
Arterial blood gas
Tes fungsi paru dengan Hyperresponsiveness
Tes darah (penurunan PaCO2 pada
spirometri (konsentrasi agen
(peningkatan eosinofil dan keadaan akut dan PaCO2
(penurunan FEV1, FVC, dan bronkoprovokatif yang
Ig E) meningkat pada keadaan
FEV1/FVC) dihirup yang mengurangi
parah
FEV1 sebesar 20%)

Chest radiography
Exhaled nitric oxide
(normal atau terdapat Skin prick test
(peningkatan FeNO)
hiperinflasi)
Klasifikasi

Kekerapan Keadaan saat ini Derajat kendali

• Intermitten • Tanpa gejala • Tidak terkendali


• Persisten • Ada gejala • Terkendali
Ringan • Serangan Sebagian
• Persisten ringan-sedang • Terkendali
Sedang • Serangan berat Penuh dengan
• Persisten Berat • Ancaman gagal Obat Pengendali
napas • Terkendali
Penuh Tanpa
Obat Pengendali
Tatalaksana
β2-agonis
● β2-agonis mengaktifkan reseptor β2-adrenergik, yang mana diekspresikan
secara luas di saluran udara. Reseptor β2 digabungkan melalui protein G
stimulasi menjadi adenil siklik, mengakibatkan peningkatan siklik intraseluler
ade nosine monophosphate (AMP), yang melemaskan sel-sel otot polos dan
menghambat sel-sel inflamasi tertentu, terutama sel mast
Antikolinergik
● Antagonis reseptor muskarinik, seperti ipratropium bromide, menginduksi
jalan napas relaksasi otot polos dengan cara memblokir reseptor muskarinik
pada otot polos saluran napas, menghambat tonus kolinergik yang dimediasi
melalui vagina dan mencegah sekresi lendir
Kortikosteroid
● CS mengurangi jumlah dan aktivasi sel inflamasi di saluran udara. Penurunan
eosinofil, limfosit T teraktivasi, dan sel mast permukaan di saluran udara
berkontribusi pada penurunan pada hiperresponsif jalan napas yang terlihat
dengan terapi CS.
Antileukotrien
● Antagonis reseptor sisteinil-leukotrien tipe-1 menghambat bronkokonstriksi
otot polos, kebocoran mikrovaskular, dan peradangan saluran napas
eosinofilik yang terjadi melalui aktivasi cys-LT1 -reseptor. Agen ini terutama
bekerja pada mediator inflamasi yang diproduksi oleh sel mast pada asma,
dan juga pada mediator yang diproduksi oleh eosinofil.
Komplikasi
• Perubahan struktur saluran pernapasan (airway remodeling)
• Flu pada penderita asma
• Pneumonia akibat asma
• Pneumotoraks (kolaps sebagian atau seluruh paru-paru)
• Kegagalan pernapasan
• Status asmatikus (serangan asma berat yang tidak merespons pengobatan).
• Asidosis Respiratorik
Prognosis
• Beberapa kasus menunjukan prognosis yang buruk pada asma yang
berkembang pada anak dibawah usia 3 tahun
• Anak –anak dengan gejala asma ringan cenderung membaik di kemudian hari
• Asma yang parah pada anak – anak dikaitkan hampir 12 kali lipat peningkatan
factor resiko asma pada usia 50
Referensi
● Levy, D.M.L. (n.d.). GINA asthma strategy: what’s new for 2020? [online] Guidelines in Practice. Available at:
https://www.guidelinesinpractice.co.uk/respiratory/gina-asthma-strategy-whats-new-for-
2020/455506.article.
● World Health Organization: WHO (2020). Asthma. [online] Who.int. Available at:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/asthma.
● PDPI Asma

Anda mungkin juga menyukai