Anda di halaman 1dari 64

ASMA PADA ANAK

Definisi Asma
Asma adalah penyakit saluran respiratori dengan dasar
inflamasi kronik yang mengakibatkan obstruksi dan
hiperreaktivitas saluran respiratori dengan derajat bervariasi
Gejala asma adalah batuk, mengi, sesak napas, dada tertekan
yang timbul secara kronik dan atau berulang, reversibel,
cenderung memberat pada malam atau dinihari, dan biasanya
timbul jika ada pencetus.
Chronic recurrent cough (batuk kronik berulang, BKB) dapat
menjadi petunjuk awal untuk membantu diagnosis asma
KAPAN CURIGA ASMA ?

Episodik BERULANG

Variabilitas
Nokturnal FEV1
BATUK
dan/atau
MENGI Reversibilitas
Rever FEV1 pre-pasca
sibel bronkodilator
Pemicu
Alergen, zat kimia,
polusi udara, infeksi virus

Inflamasi

Hiper-responsif saluran Gangguan aliran


napas udara

Pencetus Gejala
Alergen, Batuk , mengi
Olahraga, dada tertekan,
Udara dingin, sesak napas
dll
Adapted from GINA Updated 2014
Patofisiologi Serangan Asma
Anamnesis (1)
Karakteristik yang mengarah ke asma adalah1:
Episodisitas : gejala timbul episodik/berulang
Faktor pencetus
Iritan: asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat nyamuk, suhu
dingin, udara kering, makanan minuman dingin, penyedap rasa,
pengawet makanan, pewarna makanan
Alergen: debu, tungau debu rumah, rontokan hewan, serbuk sari
Infeksi respiratori akut karena virus
Aktivitas fisik: berlarian, berteriak, menangis, atau tertawa berlebihan

1.Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on
(ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
Anamnesis (2)
Riwayat alergi pada pasien atau riwayat asma dalam keluarga
Variabilitas: intensitas gejala bervariasi dari waktu ke waktu,
bahkan dalam 24 jam. Biasanya malam hari lebih berat
(nokturnal)
Reversibilitas: gejala dapat membaik secara spontan atau
pemberian obat pereda asma
Pemeriksaan Fisik
Gejala asma:
Tanpa gejala
Ada gejala: batuk, sesak, wheezing,
ekspirasi memanjang
Tachypnoea Allergic shiner

Accessory muscles
Hyperinflation
Increase AP diameter
Tanda alergi:
Dermatitis atopik, rinitis alergi
Allergic shiners, geographic tongue Geographic tongue
Pemeriksaan Penunjang (1)
Uji fungsi paru
Spirometri
Peak flow meter
Uji cukit kulit (skin prick test), eosinofil
total darah, pemeriksaan IgE spesifik
Uji inflamasi respiratori: FeNO (fractional Spirometri
exhaled nitric oxide), eosinofil sputum
Uji provokasi bronkus dengan exercise,
metakolin, hipertonik salin

Peak flow meter


Pemeriksaan Penunjang (2)
Mencari diagnosis banding:

Uji tuberkulin
Foto sinus paranasalis
Foto toraks
Uji refluks gastroesofagus
Uji defisiensi imun
CT-scan toraks
Endoskopi respiratori (rinoskopi, laringoskopi,
bronkoskopi)
Kriteria Diagnosis Asma 2
Gejala Karakteristik
Wheezing , batuk , sesak Biasanya lebih dari 1 gejala respiratori
napas, dada tertekan, Gejala berfluktuasi intensitasnya seiring waktu
produksi sputum Gejala memberat pada malam atau dinihari
Gejala timbul bila ada pencetus

Konfirmasi adanya limitasi aliran udara ekspirasi


Gambaran obstruksi saluran FEV1 rendah (<80% nilai prediksi)
respiratori FEV1 / FVC 90%
Uji reversibilitas (pasca-
Peningkatan FEV1 >12%
bronkodilator)
Variabilitas Perbedaan PEFR harian >13%
Uji provokasi Penurunan FEV1 >20%, atau PEFR >15%

2.The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention
2014. Available from: www.ginasthma.org
Alur Diagnosis Asma (1)

Outline :

Lebih rinci pada slide selanjutnya


Alur Diagnosis Asma (2)
Alur Diagnosis Asma (3)
Diagnosis Banding (1)
Gejala klinis tidak sesuai dengan karakteristik asma sehingga perlu
dipertimbangkan kemungkinan diagnosis banding1,2 :

Inflamasi: infeksi, alergi Obstruksi mekanis


Rinitis, rinosinusitis Laringomalasia, trakeomalasia
Chronic upper airway cough Hipertrofi timus
syndrom Pembesaran KGB
Infeksi respiratori berulang Aspirasi benda asing
Bronkiolitis Vascular ring, laryngeal web
Disfungsi pita suara
Aspirasi berulang
Malforasi kongenital saluran
Defisiensi imun respiratori
Tuberkulosis
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Diagnosis Banding (2)
Patologi bronkus Kelainan sistem organ lain
Bronkopulmonari displasia Penyakit refluks gastro-
Bronkiektasis esofagus (GERD)
Diskinesia silia primer Penyakit jantung bawaan
Fibrosis kistik Gangguan neuromuskular
Batuk psikogen

1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Klasifikasi (1)
Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala 1,4
Asma intermiten
Asma persisten ringan
Asma persisten sedang
Asma persisten berat
Dalam pedoman ini, klasifikasi berdasarkan kekerapan gejala dipakai
sebagai dasar penilaian awal pasien. Ini berubah dari PNAA sebelumnya
yang membagi asma menjadi asma episodik jarang, asma episodik
sering, dan asma persisten.

1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Klasifikasi (2)

Klasifikasi kekerapan dibuat pada kunjungan-kunjungan awal


dan dibuat berdasarkan anamnesis :
Kekerapan Uraian kekerapan gejala asma
Intermiten <6x/tahun atau jarak antar gejala 6 minggu
Persisten ringan >1x/bulan, <1x/minggu
Persisten sedang >1x/minggu, namun tidak setiap hari
Persisten berat Gejala asma terjadi hampir tiap hari

1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Klasifikasi (3)
Keterangan untuk membuat klasifikasi kekerapan:
1. Klasifikasi berdasarkan kekerapan gejala dibuat setelah dibuat
diagnosis kerja asma dan dilakukan tatalaksana umum
(penghindaran pencetus) selama 6 minggu
2. Jika sudah yakin diagnosis asma dan klasifikasi sejak
kunjungan awal, tatalaksana dapat dilakukan sesuai klasifikasi
3. Klasifikasi kekerapan ditujukan sebagai acuan awal penetapan
jenjang tatalaksana jangka panjang
4. Jika ada keraguan dalam menentukan klasifikasi kekerapan,
masukkan ke dalam klasifikasi lebih berat.

1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Klasifikasi (4)

Perbedaan klasifikasi PNAA 2004 dengan PNAA 2015 adalah:

PNAA 2004 PNAA 2015


Episodik Jarang Intermiten
Episodik Sering Persisten Ringan
Persisten Sedang
Persisten
Persisten Berat
Klasifikasi (5)

Berdasarkan derajat beratnya serangan2,4


Asma serangan ringan-sedang
Asma serangan berat
Serangan asma dengan ancaman henti napas

Dalam pedoman ini klasifikasi derajat serangan digunakan


sebagai dasar penentuan tatalaksana.

2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Penilaian derajat serangan asma
Asma serangan Serangan asma dengan
Asma serangan berat
ringan-sedang ancaman henti napas
Bicara dalam kalimat Bicara dalam kata Mengantuk
Lebih senang duduk Duduk bertopang lengan Letargi
daripada berbaring Gelisah Suara napas tak terdengar
Tidak gelisah Frekuensi napas meningkat
Frekuensi napas meningkat Frekuensi nadi meningkat
Frekuensi nadi meningkat Retraksi jelas
Retraksi minimal SpO2 (udara kamar) < 90%
SpO2 (udara kamar): 90 PEF < 50% prediksi atau
95% terbaik
PEF > 50% prediksi atau
terbaik
Klasifikasi (6)
Berdasarkan derajat kendali 1,2,4
Asma terkendali penuh (well controlled)
Tanpa obat pengendali : pada asma intermiten
Dengan obat pengendali : pada asma persisten
(ringan/sedang/berat)
Asma terkendali sebagian (partly controlled)
Asma tidak terkendali (uncontrolled)
Dalam pedoman ini, klasifikasi derajat kendali dipakai untuk menilai
keberhasilan tatalaksana yang tengah dijalankan dan untuk penentuan
naik jenjang (step-up), pemeliharaan (maintenance) atau
turun jenjang (step-down) tatalaksana yang akan diberikan.
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Derajat kendali asma

A. Penilaian Klinis (Dalam 6-8 minggu)


Terkendali dengan/tanpa Terkendali
obat pengendali Tidak
Manifestasi Klinis sebagian
terkendali
(Bila semua kriteria terpenuhi) (Min. satu)
Gejala Siang Hari Tidak pernah (< 2 kali/minggu) > 2 kali/minggu
Tiga atau lebih
Aktivitas Terbatas Tidak ada Ada kriteria -
Gejala Malam Hari Tidak ada Ada terkendali
sebagian*
Pemakaian Pereda Tidak ada (< 2 kali/minggu) > 2 kali/minggu

B. Penilaian risiko perjalanan asma (risiko eksaserbasi, ketidakstabilan, penurunan fungsi


paru, efek samping)
Asma yang tidak terkendali, sering eksaserbasi , pernah masuk ICU karena asma, FEV1
yang rendah, paparan terhadap asap rokok, mendapat pengobatan dosis tinggi
Tahapan Penegakan Diagnosis Asma

1. Diagnosis kerja : Asma


Dibuat sesuai alur diagnosis asma anak
Tatalaksana umum : penghindaran pencetus, pereda, dan
tatalaksana penyakit penyulit
2. Diagnosis klasifikasi kekerapan
Dibuat dalam waktu 6 minggu, dapat kurang dari 6 minggu bila
informasi klinis sudah kuat
3. Diagnosis derajat kendali
Dibuat setelah 6 minggu menjalani tatalaksana jangka panjang awal
sesuai klasifikasi kekerapan
4. Diagnosis derajat serangan
Pasien risiko tinggi
Pasien dengan riwayat:
Serangan asma yang Kunjungan ke UGD atau
mengancam nyawa perawatan rumah sakit (RS)
karena asma dalam setahun
Intubasi karena serangan asma terakhir
Pneumotoraks dan/atau Tidak teratur berobat sesuai
pneumomediastinum rencana terapi
Serangan asma berlangsung Berkurangnya persepsi tentang
sesak napas
dalam waktu yang lama
Penyakit psikiatrik atau masalah
Penggunaan steroid sistemik psikososial.
(saat ini atau baru berhenti) Alergi makanan
Steroid sistemik (oral atau parenteral) perlu diberikan pada awal tatalaksana
meskipun pada penilaian awal serangannya ringan sedang
TAHAPAN TATA LAKSANA SERANGAN ASMA

DI RUMAH DI RUMAH SAKIT


Tata laksana serangan asma di rumah (1)
Oleh pasien atau keluarga dengan pendidikan cukup
dan riwayat terapi teratur
Inhalasi 2-agonis kerja pendek 2 kali respon tidak
baik dokter
Tidak boleh tata laksana di rumah, harus segera dibawa
fasyankes, bila:
Risiko tinggi
Sesak berat
Tata laksana serangan asma di rumah (2)

Berikan inhalasi 2-agonis kerja pendek


Via nebulizer Via MDI + spacer
Berikan 2-agonis kerja Berikan serial 2 agonis kerja
pendek, lihat responsnya pendek via spacer dengan
gejala menghilang cukup dosis: 2 4 semprot
diberikan satu kali Berikan satu semprot diikuti 6
8 tarikan napas, lalu diberikan
Jika gejala belum membaik semprotan berikutnya dengan
dalam 30 menit ulangi siklus yang sama
pemberian sekali lagi Jika membaik dengan dosis 2-4
Jika dengan 2 kali pemberian semprot, inhalasi dihentikan.
2-agonis kerja pendek via Jika gejala tidak membaik
nebuliser belum membaik dengan dosis 4 semprot, segera
segera bawa ke fasyankes bawa ke fasyankes
Efektivitas pemberian 2 agonis kerja pendek via MDI + spacer

Pemberian 2-agonis kerja pendek via MDI dan spacer mempunyai


efektivitas yang sama dengan pemberian via nebulizer, dengan catatan:
Pasien tidak dalam serangan asma berat atau ancaman henti napas
Pasien bisa menggunakan MDI dengan spacer
Sebaiknya menggunakan spacer yang baru atau sebelumnya dicuci
dengan air deterjen dan dikeringkan di udara kamar
Bila tidak tersedia spacer, bisa digunakan botol plastik 500 ml
sebagai pengganti spacer
Tata laksana serangan asma di fasyankes (1)
Bila tidak tersedia obat-obatan lain, ADRENALIN untuk asma yang berhubungan dengan anafilaksis
dan angioedema, dosis 10 ug/kg (0,01 ml/kg adrenalin 1:1.000), maksimal 500 ug (0,5 ml)
TATA LAKSANA SERANGAN ASMA DI FASYANKES & RS/UGD (1)
TATA LAKSANA SERANGAN ASMA DI FASYANKES & RS/UGD (2)
**Pilihan steroid untuk serangan asma

Nama Generik Sediaan Dosis

tablet 4 mg 0,51 mg/kgBB/hari


Metilprednisolon
tablet 8 mg tiap 6 jam

Prednison tablet 5 mg 0,51 mg/kgBB/ hari - tiap 6 jam

Metilprednisolon vial 125 mg 30 mg dalam 30 menit (dosis tinggi)


suksinat injeksi vial 500 mg tiap 6 jam
Hidrokortison- vial 100 mg
4 mg/kgBB/kali - tiap 6 jam
suksinat injeksi
Deksametason 0,51 mg/kgBB bolus, dilanjutkan 1
ampul
injeksi mg/kgBB/hari diberikan tiap 68 jam
Betametason injeksi ampul 0,050,1 mg/kg BB - tiap 6 jam
TATA LAKSANA SERANGAN ASMA DI FASYANKES (3)

Tindak lanjut
Bila pasien memenuhi kriteria untuk dipulangkan, obat yang dibawakan
pulang:
2-agonis kerja pendek (bila tersedia sangat dianjurkan pemberian
inhalasi daripada pemberian preparat oral)
steroid oral, 3-5 hari tanpa tappering-off
Jika pasien dengan asma persisten, berikan obat pengendali. Apabila
pasien sebelumnya sudah diberi obat pengendali, evaluasi dan
sesuaikan ulang dosisnya
Jika obat diberikan dalam bentuk inhaler, sebelum pasien dipulangkan,
pastikan teknik pemakaian inhaler sudah tepat
Kontrol ulang ke fasyankes 3-5 hari kemudian
Tata laksana di ruang rawat sehari

Oksigen yang telah diberikan saat pasien masih di UGD tetap


diberikan
Setelah pasien menjalani dua kali nebulisasi dalam 1 jam
dengan respons parsial di UGD teruskan dengan nebulisasi
2-agonis + ipratropium bromida setiap 2 jam
Berikan steroid sistemik oral berupa prednison atau prednisolon
hingga 3-5 hari. Jika dalam 12 jam klinis tetap baik, maka
pasien dipulangkan dan dibekali obat
Tata laksana di ruang rawat inap (1)

Pemberian oksigen diteruskan


Jika ada dehidrasi dan asidosis maka berikan cairan intravena
dan koreksi asidosisnya
Steroid intravena diberikan secara bolus, setiap 6-8 jam,
dengan dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari
Nebulisasi 2-agonis + ipratropium bromida dengan oksigen
dilanjutkan setiap 12 jam. Jika dalam 4-6 kali pemberian
mulai terjadi perbaikan klinis, jarak pemberian dapat diperlebar
menjadi tiap 4-6 jam.
TATA LAKSANA DI RUANG RAWAT INAP (2)
Aminofilin diberikan secara intravena dengan dosis:
Bila pasien belum mendapat aminofilin sebelumnya, aminofilin
dosis awal (inisial) sebesar 6-8 mg/kgBB, yang dilarutkan dalam
dekstrosa atau garam fisiologis sebanyak 20 ml, dan diberikan
selama 30 menit, dengan infusion pump atau mikroburet
Bila, respons belum optimal dilanjutkan dengan pemberian
aminofilin dosis rumatan sebanyak 0,5-1 mg/kgBB/jam
Jika pasien telah mendapat aminofilin (kurang dari 8 jam), dosis
diberikan separuhnya, baik dosis awal (3-4 mg/kgBB) maupun
rumatan (0,25-0,5 mg/kg/jam)
Bila memungkinkan, sebaiknya kadar aminofilin diukur dan
dipertahankan 10-20 mcg/ml
Tata laksana di ruang rawat inap (3)

Bila telah terjadi perbaikan klinis, nebulisasi diteruskan setiap 6


jam hingga mencapai 24 jam, dan steroid serta aminofilin
diganti dengan pemberian per oral
Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat
dipulangkan dengan dibekali obat:
2-agonis (hirupan atau oral) setiap 4-6 jam selama 24-48 jam
Selain itu, steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke klinik
rawat jalan dalam 3-5 hari untuk reevaluasi tata laksana
Tata laksana di ruang rawat intensif

Ancaman henti napas


Hipoksemia tetap terjadi meskipun sudah diberi oksigen
Tidak ada respons sama sekali terhadap tata laksana awal di UGD
dan/atau perburukan asma yang cepat
Adanya kebingungan, disorientasi, dan tanda lain ancaman henti
napas, atau hilangnya kesadaran.
Tidak ada perbaikan dengan tata laksana baku di ruang rawat inap
Obat pereda (reliever)
Obat untuk meredakan serangan atau gejala asma bila
sedang timbul
Digunakan seperlunya, bila gejala reda obat dihentikan
2-agonis kerja pendek, ipratropium bromida, steroid
sistemik
2-agonis kerja pendek
Gejala asma ringan sedang memberikan respon yang cepat
terhadap inhalasi 2-agonis kerja pendek
Salbutamol, terbutalin, prokaterol
Inhalasi diberikan lewat MDI dengan/tanpa spacer atau
nebuliser
Dosis sesuai beratnya serangan dan respon pasien
Ipratropium bromida (1)

Kombinasi 2-agonis kerja pendek dan ipratropium bromida


(antikolinergik) pada serangan asma ringan sedang hingga
berat menurunkan risiko rawat inap dan memperbaiki PEF dan
FEV1 dibandingkan dengan 2-agonis saja
Ipratropium bromida (2)
Kombinasi tersebut dapat diberikan sebagai obat pulang yang
dipakai di rumah jika pasien dapat diedukasi dengan baik dan
dapat menilai bahwa serangan yang terjadi dinilai berat.
Ipratropium bromida terbukti memberikan efek dilatasi bronkus
lewat peningkatan tonus parasimpatis dalam inervasi otonom di
saluran napas.
Steroid sistemik (1)

Pemberian steroid sistemik dapat mempercepat perbaikan


serangan dan mencegah kekambuhan, dan direkomendasikan
untuk diberikan pada semua jenis serangan (Evidence A)
Dosis: Prednison/prednisolon 12 mg/kg/hari dengan dosis
maksimum sampai 40 mg/hari, tanpa tappering off selama 3-5
hari
Steroid sistemik (2)
Pemberian per oral sama efektifnya dengan pemberian secara
intravena.
Pemberian maksimal 1 kali dalam 1 bulan untuk menghindari
efek samping steroid
Pada saat penulisan resep tambahkan keterangan do not iter
Aminofilin intravena

Pertimbangkan pada anak dengan serangan asma berat atau


dengan ancaman henti napas yang tidak berespon terhadap
dosis maksimal inhalasi 2-agonis dan steroid sistemik.
Dosis : Loading 6-8 mg/kg diberikan dalam 20 menit,
dilanjutkan drip 1 mg/kg/jam.
Rentang keamaan aminofilin sempit dan efek samping yang
sering adalah mual, muntah, takikarsi dan agitasi.
Toksisitas yang berat dapat menyebabkan aritmia, hipotensi,
dan kejang.
Adrenalin
Apabila tidak tersedia obat-obatan lain, dapat digunakan
adrenalin.
Epinefrin (adrenalin) IM diberikan sebagai terapi tambahan
pada asma yang berhubungan dengan anafilaksis dan
angioedema
Dosis 10/kg (0.01 ml/kg adrenalin 1:1000), dengan dosis
maksimal 500 (0.5 ml) secara intramuskular (IM)
Magnesium Sulfat
Alternatif, apabila pengobatan standar tidak ada perbaikan.
MgSO4 20% dan 40%
cara pemberian : bolus, bolus diulang, drip kontinu, dan
inhalasi.
Dosis yang dianjurkan: 20-100 mg/kg BB (maksimum 2 gram)
diberikan selama 20 menit
Drip kontinu : dilarutkan dalam larutan Dekstrosa 5% atau
larutan salin dengan pengenceran 60 mg/ml, diberikan dengan
kecepatan 10-20 mg/kg/jam
Steroid inhalasi

Steroid nebulisasi dengan dosis tinggi (1600-2400g


budesonide) dapat digunakan untuk serangan asma
Perlu diperhatikan untuk memberi dosis tinggi karena
steriod nebulisasi dosis rendah tidak bermanfaat untuk
mengatasi serangan asma.
Harap diperhatikan pula bahwa penggunaan steroid
inhalasi dosis tinggi ini terbatas pada pasien-pasien
yang memiliki kontraindikasi terhadap steroid sistemik.
Mukolitik
Tidak boleh diberikan pada serangan asma berat
Dapat diberikan pada serangan asma ringan dan sedang
Berhati-hati untuk pemberian mukolitik pada anak dengan
refleks batuk yang tidak optimal.
Berhati-hati untuk pemberian mukolitik pada usia kurang dari 2
tahun
Tidak disarankan untuk tatalaksana serangan asma
Antihistamin
Obat sedasi
Antibiotik : Kecuali pada infeksi respiratori yang dicurigai
karena bakteri, dugaan adanya rinosinusitis bakterial yang
menyertai asma, atau dugaan pneumonia atipik
Referensi
1. Lenfant C, Khaltaev N. Global Initiative for Asthma. NHLBI/WHO Workshop Report 2002.
2. Sly M. Asthma.Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM, Penyuntiing. Nelson Textbook
of Pediatric, Edisi ke-15, Philadelphia: Saunders, 1996. h. 62840.
3. UKK Pulmonologi PP IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. Indonesian Pediatric Respiratory
Meeting I:Focus on asthma, Jakarta, 2015.
4. Georgopoulos D, Burchardi H. Ventilatory strategies in adult patient with status asthmaticus.
EurRespir Mon 1998; 8:4583.
5. Warner JO, Naspitz CK. Third International Pediatric Consensus Statement on the
Management of Childhood Asthma. PedPulmonol 1998; 25:117.
6. Schuh S, Johnson DW, Callahan S, CannyG, Levison H. Efficacy of frequent nebulized
ipratropium bromide added to frequent high-dose albuterol therapy in severe childhood
asthma. J Pediatr 1995; 126:63945.
7. Rodrigo S, Rodrigo C. Inhaled flunisolide for acute severe asthma. Am J RespirCrit Care Med
1998; 157:698703.
8. McLean RM. Magnesium and its therapeutic uses: A review. Am J Med 1994; 96:6376.
9. Gibbs MA, Camargo CA, Rowe BH, Silverman RA. State of the Art: Therapeutic controversies
in severe acute asthma. AcadEmerg Med 2000; 7:80015.
10. Cartier A. Anti Allergic Drugs. In: OByme PM, Thomson NC, Eds. Manual of Asthma
Management, edisi ke-2, London: Saunders, 2001.h.197201.
TERIMAKASIH
ALAT TERAPI INHALASI_ NEBULISER
Metered Dose Inhaler (MDI) + Spacers
DRY POWDER INHALERS (DPI)

diskus turbuhaler cyclohaler diskhaler

rotahaler
Jenis alat inhalasi sesuai usia
Umur Alat inhalasi
Nebulizer dengan masker
<5 tahun MDI dengan spacer: aerochamber, pocketchamber,
babyhaler
Nebulizer dengan mouth piece
58 tahun MDI dengan spacer
DPI : turbuhaler, swinghaler, diskhaler
Nebulizer dengan mouth piece

>8 tahun MDI dengan atau tanpa spacer


DPI : turbuhaler, swinghaler, diskhaler

Barry PW, Fouroux B, Pederson S, OCallaghan C. Nebulizers in childhood. Eur Respir Rev 2000; 10: 52735.
Mengapa menggunakan inhalasi ?

Obat inhalasi:
Dosis obat kecil efek samping
Langsung bekerja ke paru
Mula kerja cepat
Praktis
Direkomendasi oleh GINA (Global Initiative for Asthma guideline
asma dunia) & guideline asma Indonesia

Adapted from GINA Updated 2016


Jenjang dalam pengendalian asma

Keterangan gambar: ICS (inhaled corticosteroids, steroid inhalasi); LTRA


(Leukotriene Receptor Antagonist); SABA (short acting beta agonist, 2-agonis kerja
pendek); LABA (long acting beta agonist, 2-agonis kerja panjang)
Inhalation therapy

Nebulizer DPI MDI

Mesh Turbuhaler
Jet Neb Spacer (+) Spacer (-)
Neb Discus
Swinghaler
UltraSonic
Neb extension dv holding ch

Reiser J, Warner J. Inhalation treatment for asthma. Arcs of Dis in Child. 1986;61:88-94.
ucho FP, Filho LVRFdS. Advanced in inhalation therapy in pediatric. Jornal de Pediatria. 2010;86(5):367-76.
Qi A. Miniature inhalation therapy platform using surface acoustic wave microfluidic atomization. 2009:2184-93.
COMPARISON
THE DEVICE DRUG FORM ACTUATION NEED FOR
COORDINATION
Nebuliser liquid high flow / -
vibration
DPI dry powder breath +

MDI liquid + high pressure ++


propelan

64

Anda mungkin juga menyukai