Anda di halaman 1dari 4

TAKE HOME ASSIGNMENT

Hospital/Health Information System (HIS)

Diajukan Oleh :
Herlina Nindyastuti
Naila Ismiana
Maria Kristianti Sari
Wulandari Hidayat
Oktaviani Mulianiarti
Weda Kusuma
Afrilia Intan

Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Kedokteran Klinik


Minat Utama MSPPDS Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat
Universitas Gadjah Mada
2019
Hospital/Health Information System (HIS)

HIS merupakan suatu sistem yang mengatur baik administrasi, finansial dan aspek klinis
dari suatu fasilitas kesehatan atau rumah sakit secara komprehensif, terintegrasi, dan
spesialistik (Khalifa & Alswailem, 2015). Kepentingan dari adanya sistem ini adalah untuk
menyimpan semua data pasien, termasuk diantaranya hasil pemeriksaan, anamnesis, diagnosis,
terapi, laporan follow up serta keputusan tindakan medis yang diambil (Khalifa & Alswailem,
2015). Adanya data yang komprehensif dan terintegrasi tersebut diharapkan akan
meningkatkan performa dari penyedia jasa medis (dokter, perawat, analis, dan lain lain) untuk
memberikan pelayanan kepada pasien. Efisiensi biaya juga dapat dilakukan, karena
pemeriksaan dan tindakan yang akan diambil sudah terintegrasi dengan baik dan dapat diakses
(Khalifa & Alswailem, 2015).
HIS merupakan bagian dari Health Information Technology (HIT), dengan cara kerja
sebagai berikut (Singh & Sittig, 2016)

Dari bagan tersebut, informasi dari pasien, yang diolah dengan sistem yang baik akan
kembali menghasilkan perbaikan terhadap kebijakan, regulasi, standar praktek pelayanan
pasien (Singh & Sittig, 2016).
Di lingkup yang lebih kecil peran dari HIS untuk patient safety adalah meminimalisasi
kesalahan pemberian obat karena sulitnya membaca tulisan dokter. Sistem yang lebih canggih
dapat mendeteksi interaksi obat, over dosis terhadap obat tertentu, dan alergi obat pada pasien,
sehingga dapat memberikan tanda bahaya kepada dokter (Alotaibi & Federico, 2017; Singh &
Sittig, 2016). Beberapa penerapan HIT antara lain computerized electronic physician’s orders
entry (CPOE), clinical decision support (CDS), e-prescibing, electronic sign-out and hand-off
tools, bar code medication administration (BCMA), smart pumps, automated medication
dispensing cabinets (ADC), electronic administration record (eMAR), patient data
management systems (PDMS), dan electronic medical record (EMR). Dari studi yang
dilakukan oleh Alotaibi dan Federico, CPOE dan CDS merupakan HIT yang paling bermanfaat
dalam meningkatkan patient safety. CPOE biasanya terintegrasi dengan CDS yang bertindak
sebagai alat pencegahan kesalahan melalui panduan dalam pemilihan dosis, rute, dan frekuensi
pemberian obat. Sistem CPOE memiliki fitur yang canggih dalam mengingatkan pemberi resep
terhadap alergi yang dialami pasien, interaksi obat, serta intervensi yang diberikan adar sesuai
rekomendasi panduan klinis (Alotaibi & Federico, 2017). Sebuah penelitian meta-analisis
menyatakan bahwa implementasi CPOE dengan CDS memperlihatkan hasil yang signifikan
dalam pengurangan kesalahan medis (RR: 0,46; CI 0,31-0,71) dan reaksi simpang obat (RR:
0,47; 95% CI 0,35-0,60) (Nuckols et al., 2014).
Pada studi kasus yang dilakukan di Arab pada tahun 2015 yang bertujuan mengevaluasi
HIS menyatakan bahwa terjadi perbaikan yang potensial di bidang performa sistem, dukungan
organisasi dan umpan balik dari pengguna. Hal yang menjadi krusial adalah ketersediaan dari
komputer, adanya pengguna yang dapat menggunakan dan kualitas sistem yang mumpuni
(Khalifa & Alswailem, 2015).
Secara garis besar Cho et al membagi faktor keberhasilan HIS menjadi enam yaitu
kualitas sistem (respon time, mudah digunakan, keamanan dan privasi), kualitas informasi
kelengkapan dari rekam medis dan kemudahan akses informasi klinis), kualitas pelayanan
(peningkatan pelayanan pasien dan bisnis), Intensi untuk penggunaan, kepuasan pengguna
(meningkatkan organisasi, dan meningkatkan pelayanan medis) dan kesadaran akan manfaat
(menurunkan biaya personal dan menurunkan medical error) (Cho et al., 2015). Penelitian
yang dilakukan di Korea yang mengevaluasi pengguaan HIS, adalah terjadi peningkatan
kelengkapan rekam medis. Menurut penelitian ini tiga dari enam faktor dari HIS yang sangat
mempengaruhi keberhasilannya adalah intensi untuk penggunaan, kepuasan pengguna dan
kesadaran akan manfaat yang diberikan (Cho et al., 2015).
Disamping manfaatnya yang besar beberapa literature dikatakan HIS masih sebagai
tantangan karena penggunaan layar (sehingga kontak mata dengan pasien menjadi berkurang)
dan pilihan alat bantu yang berbeda beda tergantung penyedia jasa menjadi tantangan tersendiri
(Khalifa & Alswailem, 2015; Sligo, Gauld, Roberts, & Villa, 2017). Faktor lain yang juga
diteliti sebagai penghambat penggunaan HIS adalah kecepatan jaringan yang tersedia di
layanan kesehatan (Khalifa & Alswailem, 2015).
Pelaksanaan HIS di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit no 87 tahun 2014. Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit (SIMRS) yang merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan didefinisikan sebagai
sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur
proses pelayanan RS dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan, dan prosedur administrasi
untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat.Penelitian yang dilakukan di Jakarta
Indonesia mengenai penerimaan HIS menyatakan bahwa faktor ang mempengaruhi
pelaksanaan HIS adalah faktor sumber daya manusia (kompatibilitas, ekspektasi terhadap
keamanan informasi dan efikasi waktu) dan faktor organisasi (dukungan management, kondisi
fasilitas) (p <0,005) dan menyatakan HIS masih sulit diterapkan di RS swasta dibandingkan
RS pemerintah (Handayani et al., 2017).

DAFTAR PUSTAKA
Alotaibi, Y. K., & Federico, F. (2017). The impact of health information technology on patient safety.
Saudi Medical Journal, 38(12), 1173–1180. https://doi.org/10.15537/smj.2017.12.20631
Cho, K. W., Bae, S. K., Ryu, J. H., Kim, K. N., An, C. H., & Chae, Y. M. (2015). Performance
evaluation of public hospital information systems by the information system success model.
Healthcare Informatics Research, 21(1), 43–48. https://doi.org/10.4258/hir.2015.21.1.43
Handayani, P. W., Hidayanto, A. N., Pinem, A. A., Hapsari, I. C., Sandhyaduhita, P. I., & Budi, I.
(2017). Acceptance model of a Hospital Information System. International Journal of Medical
Informatics, 99, 11–28. https://doi.org/10.1016/j.ijmedinf.2016.12.004
Khalifa, M., & Alswailem, O. (2015). Hospital information systems (HIS) acceptance and
satisfaction: A case study of a Tertiary Care Hospital. Procedia Computer Science, 63(Icth),
198–204. https://doi.org/10.1016/j.procs.2015.08.334
Nuckols, T. K., Smith-spangler, C., Morton, S. C., Asch, S. M., Patel, V. M., Anderson, L. J., …
Shekelle, P. G. (2014). The effectiveness of computerized order entry at reducing preventable
adverse drug events and medication errors in hospital settings: a systematic review and meta-
analysis. Systemectic Reviews, 3(56), 1–12. https://doi.org/10.1093/nq/s3-II.29.46-k
Singh, H., & Sittig, D. F. (2016). Measuring and improving patient safety through health information
technology: The health IT safety framework. BMJ Quality and Safety, 25(4), 226–232.
https://doi.org/10.1136/bmjqs-2015-004486
Sligo, J., Gauld, R., Roberts, V., & Villa, L. (2017). A literature review for large-scale health
information system project planning, implementation and evaluation. International Journal of
Medical Informatics, 97(2017), 86–97. https://doi.org/10.1016/j.ijmedinf.2016.09.007

Anda mungkin juga menyukai