Anda di halaman 1dari 22

ASMA BRONKIAL

OLEH: ADE SANFITHRI S

DEFENISI

Asma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan: Meningkatnya respon trakea dan bronkus Dicetuskan oleh satu atau bermacam-macam rangsangan Kelainannya tersebar luas pada kedua paru Derajat serangan yang dapat berubah-ubah

EPIDEMIOLOGI

Dijumpai di seluruh dunia Menyerang pria dan wanita semua usia Pada seluruh lapisan sosial ekonomi Prevalensi berkisar antara 1 10%

PATOFISIOLOGI

Adanya hiperaktivitas bronkus yaitu kepekaan saluran nafas yang berlebihan terhadap berbagai rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar

ETIOLOGI
Berdasarkan faktor pencetus: EKSTRINSIK INTRINSIK EKSRINSIK: Timbul pada masa anak anak Faktor pencetus berupa alergen Selain manifestasi sesak, dapat juga terjadi dermatitis, rhinitis, dsb. INTRINSIK: Usia dewasa s/d setengah umur Tidak ada manifestasi lain selain sesak Derajat sesak umumnya lebih berat dan interval bebas sesak lebih singkat

Alergen yang dapat menimbulkan serangan asma:


a)Alergen dalam udara

Debu rumah tangga dan kutu rumah Spora-spora jamur Debu-debu produk hewan Serbuk bunga

b)Alergen dalam makanan/minuman Sea food Kacang-kacangan Susu Buah-buahanTomat,Mangga,Durian.

PATOGENESIS
Alergen Masuk melalui proses bernafas mukosa saluran pernafasan (jalur utama) Pada kontak pertama alergen hanya akan mensensibilisasi limfosit B menjadi sel plasma membentuk antibodi (IgE) Proses pengikatan alergen dan IgE menyebabkan Sel Mast mengeluarkan mediator, yaitu:
Mediator Primer Melalui

degranulasi sel mast yaitu, Histamin, Faktor Femotaktik untuk Eosinofil (ECF) dan Netrofil. Histamin menyebabkan efek segera ( immediate respon ) Yaitu : - Konsriksi Bronkeolus - Hipersekresi mukus - Oedem dinding dalam bronkeolus

Terjadi penyempitan segera dan hebat dari lumen bronkiolus sehingga menyebabkan penderita mengalami sesak yang timbulnya mendadak dan berat.

Mediator Sekunder Yaitu, - Slow reacting substance of anaphylaxis (SRSA) - Lekotrien (LT) : LTC4, LTD4, LTE4 - Faktor agregasi - Prostaglandin (PG) : PG2, PGF2alpha - Tromboxan (Tx) : TxA2

Meneruskan tetap bertahannya manifestasi serangan terutama kontriksi bronkiolus ( Late asmatic response)

GAMBARAN KLINIS
Gejala asma yang klasik, Yaitu : Batuk Sesak Mengi ( wheazing ) Rasa nyeri di dada ( pada sebagian penderita ) Gejala gejala tersebut tidak selalu terdapat bersama - sama

Beberapa tingkat penderita asma 1. Tingkat pertama

2. Tingkat kedua

- Penderita asma secara klinis normal - Tanpa kelainan pemeriksaan fisis maupun kelainan pemeriksaan fungsi parunya - Timbulnya gejala asma bila ada faktor pencetus baik secara didapat, alamiah, maupun tes provokasi bronkial di laboratorium. - Penderita asma tanpa kelainan klinis dan tanpa kelainan pada pemeriksaan fisisnya - Fungsi parunya menunjukkan tanda tanda obsruksi jalan nafas - Banyak dijumpai setelah sembuh dari serangan asma

3. Tingkat ketiga - Penderita asma tanpa keluhan - Pemeriksaan fisisnya maupun fungsi parunya menunjukkan tanda obsruksi jalan nafas - Sudah sembuh dari serangan asma, bila tidak meneruskan pengobatan mudah mendapat serangan asma kembali 4. Tingkat keempat - Penderita asma mengeluh sesak nafas, batuk, nafas berbunyi - Pemeriksaan fisis dan spirometri terdapat tanda tanda obstruksi jalan nafas 5. Tingkat kelima - Keadaan status asmatikus, yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang dapat membahayakan jiwa

Karena pemeriksaan klinis kadang kadang kurang tepat, maka diperlukan pemeriksaan tambahan.

Tabel derajat berat / ringannya serangan asma


Gejala klinis Sesak nafas Serangan ringan - Berjalan sudah sesak - Masih dapat berbaring Serangan sedang - Berbicara sudah sesak - Lebih enak duduk Serangan berat - Istirahat sudah sesak Duduk harus membungkuk kedepan karena sakit

- Berbaring sesak Berbicara Kegelisahan Frekuensi pernapasan Otot-otot bantu pernapasan Bising mengi Nadi / menit Pulsus paradoksis APE sesuai pemberian bronkodilator % nilai terbaik / prediksi Dapat menyelesaikan kalimat Kadang-kadang gelisah Meningkat Biasanya tidak digunakan Sedang, sering ekspirasi < 100 Tidak ada < 10 mmHg >80% hanya akhir Berbicara terputus-putus Selalu gelisah Meningkat Biasanya digunakan Keras 100 120 Bisa ada 10-25 mmHg 60 80% Sukar berbicara karena sesak Selalu gelisah Sering > 30 x /menit Biasanya digunakan Biasanya keras > 120 Sering ada > 25 mmHg < 60% dari perkiraan atau nilai terbaik (< 100 / menit pada orang dewasa < 60 mmHg > 45 mmHg (kemungkinan gagal nafas) < 90%

PO2 (tanpa ada alat) PCO2 (kalau ada alat) Sa O2%

Normal < 45 mmHg > 95%

> 60 mmHg <45 mmHg 91-95 %

DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan dengan cara:
Anamnesa Adanya : Riwayat asma sebelumnya, riwayat penyakit alergik, keluarga yang menderita penyakit alergik, faktor pencetus ringan. b. Pemeriksaan fisis Derajat obstruksi jalan nafas, ekspirasi memanjang, mengi, hiperinflasi dada, pernafasan cepat . c. Pemeriksaan penunjang 1. Spirometri untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang reversibel untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan Peningkatan FEV / FVC sebanyak > 20% menunjukkan diagnosis asma 2. Tes Provokasi Bronkial Untuk menunjukkan adanya hiperaktivitas bronkus Penurunan FEV sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi adalah bermakna 3. Pemeriksaan Tes Kulit Untuk menunjukkan adanya antibodi IgE yang spesifik dalam tubuh Tes ini hanya menyokong anamnesis 4. Pemeriksaan Kadar IgE total dan IgE spesifik dalam serum Pemeriksaan IgE total hanya menyokong atopi Pemeriksaan IgE spesifik lebih berarti dan dilakukan terutama bila tes kulit tidak dpt dikerjakan atau jika hasilnya kurang dapat dipercaya
a.

5. Pemeriksaan radiologis
Umumnya pemeriksaan foto dada penderita asma normal Biasanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap proses patologik di paru atau komplikasi asma

6. Analisa gas darah


Dilakukan pada penderita dengan serangan asma yang berat

7. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah


Untuk membantu membedakan asma dari bronkitis kronik Untuk menentukan cukup atau tidaknya dosis kortikosteroid

8. Pemeriksaan Sputum
Untuk melihat eosinofil, kristal charcot leyden, spiral chursman dan miselium aspergillus funigatus

KOMPLIKASI
PNEUMOTHORAK Mengingat bahwa inspirasi selalu masih saja dapat dilakukan, padahal ekspirasi sudah susah dilakukan, karena sudah ada timbunan udara dalam paru (air trapping) maka makin sering seorang penderita mendapatkan serangan sesak, serta semakin parah sesaknya, pada suatu saat tekanan udara intrapulmonal akan begitu meningkat sehingga ruptur pleura visceralis yang merupakan dinding alveolus ataupun asma terjadi suatu peneumothorak.

DIAGNOSIS BANDING
1. Bronkitis kronis
- Ditandai dengan batuk kronik yang mengeluarkan sputum 3 bulan dalam setahun untuk sedikitnya 2 tahun. - Gejala utama batuk disertai sputum biasanya didapatkan pada penderita > 35 tahun dan perokok berat. - Gejalanya dimulai dengan batuk pagi hari, lama-lama disertai mengi dan menurunnya kemampuan kegiatan jasmani. - Pada stadium lanjut di temukan sianosis dan tanda-tanda kor pulmonale

2. Emfisema Paru
- Sesak merupakan gejala utama, sedangkan batuk dan mengi jarang menyertainya. - Pada pemeriksaan fisis ditemukan dada kembung, peranjakan nafas terbatas, hipersonor, pekak hati menurun dan suara sangat lemah. - Pemeriksaan foto dada menunjukkan hiperinflasi 3. Gagal jantung kiri akut - Disamping ortopnea, pada pemeriksaan fisis ditemukan kardiomegali dan edema paru

4. Emboli paru
- gejala sesak nafas, penderita batuk-batuk yang dapat disertai darah, nyeri pleura, keringat dingin, kejang dan pingsan. - Pada pemeriksaan fisis ditemukan adanya ortopnea, takikardi, gagal jantung kanan, pleural friction, gallop, sianosis dan hipertensi. - Pemeriksaan elektrokardiogram menunjukkan perubahan aksis jantung ke kanan.

PENGOBATAN Prinsip umum pengobatan asma bronkial


1) Menghilangkan obstruksi jalan nafas segera 2) Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapt mencetuskan serangan asma. 3) Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma

Tujuan pengobatan asma


1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma 2. Mencegah kekambuhan 3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya 4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise 5. Menghindari efek samping obat asma 6. Mencegh obstruksi jalan nafas yang ireversibel

Yang termasuk obat anti asma 1) Bronkodilator a. Agonis Beta 2 b. Metil Xantin c. Antikolinergik 2) Anti inflamasi a. Kortikosteroid b. Antilekotrien c. Kromolin

3) Imunoterapi Persyaratan a. Penderita asma atopi (IgE) b.Terdapat hubungan yang jelas antara alergen penyebab dan serangan c. Alergen tidak dapat dihindarkan d. Penyakit cukup berat e. Obat bronkodilator dan usaha kebersihan lingkungan tidak menolong f. Hanya menggunakan satu macam alergen g.Dosis alergen yang diberikan harus cukup h.Evaluasi harus teratur dan baik

4) Pemakaian obat menurut derajat beratnya asma mengenai pemakaian obat atau strategi pengobatan tergantung kepada beratnya derajat asma. GINA / Global Initiative for asthama membagi derajat beratnya asma mulai dari ringan ; asma intermiten, persisten ringan

Derajat Pengobatan jangka

Pengobatan

PENGOBATAN BERDASARKAN DERAJAT BERATNYA ASMA


panjang (controller)

Penghilangan sesak (reliever)

Derajat 4 Asma persisten berat

Pengobatan harian kortikosteroid inhalasi : > 1000 mcg atau lebih Bronkodilator kerja lama : salah satu diantara agonis beta2 kerja lama, teofilin lepas lambat, dan / atau agonis beta 2 kerja lama tablet atau sirup. Kortikosteroid tablet atau sirup jangka panjang
Pengobatan harian kortikosteroid inhalasi, 8002000 mcg dan bronkodilator kerja lama terutama pada serangan malam hari : salah satu diantara agonis beta 2 kerja lama, teofilin lepas lambat, dan / atau agonis beta 2 kerja lama tablet atau sirup Pengobatan harian salah satu diantara kortikosteroid inhalasi 200-500 mcg kromboglikat, nedoktromil atau teofilin lepas lambat jika dibutuhkan, tambahan dosis kortikosteroid inhalasi sampai 500 mcg, lalu 800 mcg atau tambahan bronkodialaditor kerja lama (terutama pada serangan malam) ; salah satu diantara agonis beta 2 kerja lama, teofilin lepas lambat dan / atau agonis beta 2 kerja lama tablet atau sirup Tidak perlu pengobatan harian

Bronkodilator kerja singkat ; agonis beta 2 inhalasi sesuai timbulnya gejala

Derajat 3 Asma persisten sedang

Bronkodilator kerja singkat : agonis beta 2 inhalasi sesuai timbulnya gejala, tidak boleh lebih dari 3-4 kali sehari.

Derajat 2 Asma persisten ringan

Bronkodilator kerja singkat : agonis beta 2 inhalasi sesuai timbulnya gejala, tidak boleh lebih dari 3-4 kali sehari.

Derajat 1 Asma Intermiten

1. Bronkodilator kerja singkat : agonis beta 2 inhalasi bila gejala muncul, sepanjang pemakaian kurang dari satu kali seminggu.

2. Intensitas pengobatan tergantung dari beratnya derajat serangan 3. Agonis beta 2 inhalasi atau kromoglikat sebelum latihan atau tes papar alergen

PROGNOSIS

Penderita asma yang mulai mendapat serangan sesak semasa anakanak mempunyai prognosis yang lebih baik bila dibandingkan dengan penderita yang mulai mendapat serangan sesak pada usia setengah umur. Diagnosis asma telah dimungkinkan pada stadium dini sekali, sehingga penyembuhuhan penyakit ini juga semakin mudah dan cepat serta semakin sempurna, terutama dengan bantuan obat-obat mutakhir yang lebih terarah (sehingga lebih efektif dan lebih aman). Namun faktor predisposisi akan tetap ada, sehingga pola hidup penderita dan lingkungan hidupnya masih penuh faktor pencetus, serangan baru akan dapat timbul setiap saat.

Anda mungkin juga menyukai