Anda di halaman 1dari 25

BAB I

LANDASAN PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Teori


1.1.1 Pengertian
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang
oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara
terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses
radang (Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa
saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi
pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30
tahunan (Saheb, 2011)

1.1.2 Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial.
b. Faktor Presipitasi
1. Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contohnya: debu,
bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
b. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya: makanan dan obat-
obatan.
c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contohnya:
perhiasan, logam, dan jam tangan.
2. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
3. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma. Stress juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada
4. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma.Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
5. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
6. Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olah raga yang berat.

1.1.3 Fisiologi

Pada sirkulasi pulmunal, arteriol tidak aktif dan tekanan rendah, ini
menghindari filtrasi cairan yang terjadi pada kapiler sistemikdan mencegah
alveoli dari kebanjiran cairan jaringan. Pada sirkulasi sistemik, arteriol
sebagai keseluruhan sebagian terkontraksi, ini mempertahankan tahanan
perifer dan karenanya tekanan darah tinggi.
Tekanan pada atrium kanan harus selalu lebih rendah dari yang ada
pada vena, atau jantung akan tidak berisi. Tekanan sejati disini, tekanan vena
sentral dapat diukur dengan melewatkan selanghalus sepanjang vena lengan,
melalui vena subclavia kedalam atrium kanan. Tekanan vena sangat stabil
pada orang sehat karena penyesuaian kontinue aliran bvalik vena.
Aliran darah pada arteri adalah berdenyut dan cepat. Pada kapiler
aliran lambat dan halus.tekanan darah normal beragam nilainya, bergantung
pada keadaan seseorang.

1.1.3 Patofisiologi
Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE pada limfosit T dan
B. Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi asma akut adalah
aspirin, bahan pewarna (tartazin, antagonis beta-adrenerik, dan bahan sulfat).
Mekanisme yang menyebabkan bronkospasme karena penggunaan aspirin dan
obat lain tidak diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan pembentukan
leukotrien yang diinduksi oleh aspirin.
Antagonis β-adrenergik menyebabkan obstruksi jalan napas pada klien
asma, dapatt menyebabkan peningkatan reaktifitas jalan napas. Obat sulfat
(kalium metabisulfit, kalium dan natrium bisulfit, natrium sulfit, dan suklfat
klorida) dapat menimbulkan obstruksi jalan napas akut pada klien yang
sensitif. Beberapa serangan internal dan eksternal pencetus asma akan
mengakibatkan timbulnya reaksi antigen dan antibodi. Reaksi ini akan
mengeluarkan substansi mekanisme pertahanan tubuh dalam menghadapi
serangan yang berupa zat histamin, bradikinin, dan anafilatoksin. Hasil reaksi
ini menimbulkan gejala yaitu berkontraksinya otot polos, peningkatan
permeabilitas kapiler, dan peningkatan sekret mukus.

Klasifikasi
Tipe asma berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi alergi, idiopatik,
dan nonalergik atau campuran (mixed).
1. Asma Alergik/Ekstrinsik, merupakan suatu bentuk asma dengan alergen
seperti bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain.
Alergen terbanyak adalah airbone dan musiman. Klien dengan asma
alergik biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada keluarga dan
riwayat pengobatan aksim atau rhinitis alergik. Paparan terhadap alergi
akan mencetuskan serangan asma. Bentuk asma ini biasanya dimulai sejak
kanak-kanak.
2. Idiopatik atau nonalergik Asma /Intrinsik, tidak berhubungan secara
langsung dengan alergen spesifik. Faktor-faktor seperti common cold,
infeksi saluran napas atas, aktivitas, emosi/stress, dan polusi ligkungan
akan mencetuskan serangan. Beberapa agen farmakologi, seperti antagonis
β-adrenergik dan bahan sulfat (penyedap makanan) juga dapat menjadi
faktor penyebab. Serangan dari asma idiopatik atau nonalergik menjadi
lebih berat dan sering kali dengan berjalannya waktu dapat berkembang
menjadi bronkitis dan emfisema. Pada beberapa kasusu dapat berkembang
menjadi asma campuran. Bentuk asma ini biasanya dimulai ketika dewasa
(35 tahun).
3. Asma Campuran (Mixed Asma), merupakan bentuk asma yang paling
sering. Dikarakteristikkan dengan bentuk kkedua jenis asma alergi dan
idiopatik atau nonalergi.

1.1.4 Manifestasi Klinis


Pada asma bronkial sering timbul komplikasi yang menyulitkan pengobatan
asma, dan pada keadaa yang berat dapat timbul kematian.
1. Komplikasi Akut, yang sering tinbul adalah henti napas dan henti jantung.
2. Komplikasi subakut, obstruksi saluran napas yang disebabkan oleh adanya
kental, pada akhirnya menimbulkan hipoksemia, hiperventilasi,
hiperkapnia, pneumotoraks dan pneumomediastinum.
3. Komplikasi kronik kronik, termasuk perubahan fungsi paru, dapat
ditimbulkan oleh adanya penyakit paru lain, serta perubahan kompetensi
imun.

1.1.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Pengukuran Fungsi Paru (Spirometri)
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator
aerosol golongan adrenergik. Peningkatan FEV aatu FVC sebanyak lebih
dari 20% menunjukkan diagnosis asma.
2. Tes Provokasi Bronkhus
Tes ini dilakukan pada Spirometri internal. Penuurunan FEV sebesar 20%
atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari
maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10%
atau lebih.
3. Pemeriksaan Kulit
Untuk menunjukkan adanya antibodi IgE hipersensitif yang spesifik dalam
tubuh.
4. Pemeriksaan Laboratorium
1.) Analisa Gas Darah (AGD/Astrup)
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat
hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis respiratorik.
2.) Sputum
Pewarnaan gram penting penting untuk melihat adanya bakteri, cara
tersebut kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap bebeprapa
antibiotik.
3.) Sel eosinofil
Sel eosinofil pada klien dengan asamatikus dapat mencapai 1000-
1500/mm3 baik asma intrinsik maupum ekstrinsik, sedangkan sel
eosinofil normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai
penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan yang
tepat.
4.) Pemeriksaan darah rutin dan kimia
Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/mm 3 terjadi karena adanya
infeksi SGOT dan SGPT meningkat disesbabkan kerusakan hati akibat
hipoksia atau hiperkapnea.
5. Pemeriksaan Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi biasanya normal, tetapi prosedur ini tetap
perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya proses
patologi di paeu atau komplikasi asma seperti pneumotohoraks,
pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain.

1.1.6 Penatalaksanan
Prinsip-prinsip penatalaksanaan asam bronkial adalah sebagai berikut.
1. Diagnosa status asmatikius. Faktor penting yang harus diperhatikan :
1.) Saatnya serangan,
2.) Obat-obatan yang telah diberikan (macam dan dosis).
2. Pemberian obat bronkodilator.
3. Penilaian terhadap perbaikan serangan.
4. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid.
5. Penatalaksanaan setelah serangan mereda
1.) Cari faktor penyebab,
2.) Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya.
6. Pemberian Oksigen
Pemberian oksigen dengan kecepatan 2-4 liter/menit, menggunakan air

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan

1.2.1 Anamnesa
1. Biodata
Asma terjadi dapat menyerang segala usia tetapi sering dijumpai pada usia
dini. Separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga lainya
terjadi sebelum usia 40 tahun. Predisposisi laki-laki dan perempuan di usia
dini sebesar 2 : 1 yang kemudian sama pada usia 30 tahun.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma bronkial adalah
dispnea, batuk, dan mengi.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Terdapat data yang menyatakan adamya faktor predisposisi timbulnya
penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit
saluran napas bagian bawah (rhinitis, urtikaria, dan eksim).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya riwayat
penyakit keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak
ditemukan adanya penyakit yang sama pada anggota keluarga.

1.2.2 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum
Perawat juga perlu mengkaji tentang kesadaran klien, kecemasan,
kegelisahan, kelemahan suara bicara, denyut nadi, frekuensi pernapasann,
sianosis, batuk dengan lendir lengket, dan posisi istirahat klien.
2. B1 (Breathing)
a. Inspeksi
Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi
pernapasan, serta penggunaan otot pernapasan. Inspeksi dada untuk
melihat postur bentuk dan kesimetrisan ,adanya peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot interkostalis, sifat dan irama
pernapasan, frekuensi pernapasan, adanya sinosis, fase ekspirasi
memanjang disertai wheezing(di apeks dan hilus).
b. Palpasi
Pada palpasi biasanya kesimetrisan, akspansi, dan taktil fremitus
normal.
c. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
d. Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi
lebih dari 4 detik atau lebih dari 3 kali inspirasi, dengan bunyi napas
tambahan utama wheezing(mengi) pada akhir ekspirasi.
3. B2 (Blood)
Perawat perlu memonitor dampak asama pada status kardiovaskuler
meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah, dan CRT.
4. B3 (Brain)
Perlunya melihat tingkat kesadaran klien, diperlukannya pemeriksaan
GCS untuk menentukan tingkat kesadaran klien apakah composmetris,
somnolen, dan koma.
5. B4 (Bladder)
Pengukuran volume putput urine perlu dilakukan karena berkaitan
dengan intake cairan. Perlunya memonitor ada tidaknya oliguria,
karena merupakan tanda awal syok.
6. B5 (Bowel)
Perlunya pengkajian tentang bentuk, turgor, nyeri, dan tanda-tanda
infeksi, hal-hal tersebut juga dapat merangsang asma. Pengkajian
tentang status nutrisi meliputi jumlah, frekuensi, dan kesulitan-
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan klien. Klien dengan sesak napas
berpotensial kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi karen aterjadi
dispnea dan kecemasan.
7. B6 (Bone)
Dikaji adanya edema ekstermitas, tremor dan tanda-tanda
infeksi pada ekstermitas karena dapat merangsang serangan asma.
Pada integumen perlu dikaji permukaan yang kasar, kering, kelainan
pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik,
perdarahan, pruritus, eksim, dan adanya bekas dikaji warna atau tanda
urtikaria atau dermatitis. Pada rambut, dikaji warna rambut,
kelembapan, dan kusam. Perlu pula mengkaji pola tidur dan istirahat
klien meliputi berapa lama klien tidur dan istirahat, serta berapa besar
akibat kelelahan yang dialami klien. Perlu pula mengkaji tentang
aktivitas keseharian klien seperti olahraga, bekerja, dan aktivitas
lainnya.

1.2.3 Diagnosa Keperawatan


1. Diagnosa 1 ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan asma
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen

Ketidakefektifan pola nafas (00032)


Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan
 Bradipnea  Ansietas
 Dispnea  Cedera medulla spinalis
 Fase ekspirasi memanjang  Deformitas dinding dada
 Ortopnea  Deformitas tulang
 Penggunaan otot bantu pernafasan
 Disfungsi neuromuscular
 Penggunaaan posisi tiga-titik
 Gangguan musculoskeletal
 Penggunaan diameter anterior-
Gangguan neurologis (mis:
psoterior
elektroensefalogram (EEG)
 Penurunan kapasitas vital
positif, trauma kepala,
 Penurunan tekanan ekspirasi
penggunaan kejang)
 Penurunan tekanan inspirasi
 Penurunan ventilasi semenit
 Hiperventilasi
 Pernafasan bibir
 Imaturial neurologis
 Pernafasan cuping hidung
 Keletihan
 Perubahan ekskursi dada
 Keletihan otot pernafasan
 Pola nafas abnormal (mis,irama,
 Nyeri
frekuensi, kedalaman)
 Takipnea  Obesitas
 Posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru
 Sindrom hipoventilasi

NOC

Status Pernapasan: Ventilasi 0403


Definisi : keluar masuknya udara dari dan ke dalam paru
Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Tidak
berat yang sedang ringan ada
dari cukup dari dari deviasi
kisaran Cukup kisaran kisaran ringan
normal berat normal normal dari
dari kisaran
kisaran normal
normal
SKALA OUTCOME
1 2 3 4 5 NA
KESELURUHAN
Indikator:
040301 Frekuensi 1 2 3 4 5 NA
pernafasan
040302 Irama 1 2 3 4 5 NA
pernafasan
040303 Kedalaman 1 2 3 4 5 NA
inspirasi
040318 Suara 1 2 3 4 5 NA
auskultasi
nafas
040324 Volume 1 2 3 4 5 NA
tidal
041525 Kapasitas 1 2 3 4 5 NA
vital
040326 Hasil 1 2 3 4 5 NA
rontgen
dada
040327 Tes faal 1 2 3 4 5 NA
paru
Sangat Berat Cukup Ringan Tidak
berat ada
040309 Penggunaan 1 2 3 4 5 NA
otot bantu
pernafasan
040310 Suara nafas 1 2 3 4 5 NA
tambahan
040311 Retraksi 1 2 3 4 5 NA
dinding
dada
040312 Pernafasan 1 2 3 4 5 NA
bibir
dengan
mulut
mengerut
040313 Dispnea 1 2 3 4 5 NA
waktu
isitirahat
040315 Ortopnea 1 2 3 4 5 NA
040317 Taktil 1 2 3 4 5 NA
fremitus 
040329 Pengemban 1 2 3 4 5 NA
gan dada
tidak
simetris
040330 Gangguan 1 2 3 4 5 NA
vokalisasi
040331 Akumulasi 1 2 3 4 5 NA
sputum
040332 Gangguan 1 2 3 4 5 NA
ekspirasi
040333 Gangguan 1 2 3 4 5 NA
suara saat
auskultasi
040334 Atelektasis 1 2 3 4 5 NA

NOC

Respon penyapihan ventilasi mekanik : dewasa 0412


Definisi : proses keluar masuknya udara ke paru serta pertuksran di alveoli
Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Tidak
berat yang sedang ringan ada
dari cukup dari dari deviasi
kisaran Cukup kisaran kisaran ringan
normal berat normal normal dari
dari kisaran
kisaran normal
normal
SKALA OUTCOME
1 2 3 4 5 NA
KESELURUHAN
Indikator:
041501 Frekuensi 1 2 3 4 5 NA
pernafasan
041502 Irama 1 2 3 4 5 NA
pernafasan
041503 Kedalaman 1 2 3 4 5 NA
inspirasi
041504 Suara 1 2 3 4 5 NA
auskultasi
nafas
041532  Kepatenan 1 2 3 4 5 NA
jalan nafas
041505 Volume 1 2 3 4 5 NA
tidal
041506 Pencapaian 1 2 3 4 5 NA
tingkat
insentif
spirometri
041507 Kapasitas 1 2 3 4 5 NA
vital
041508  Saturasi 1 2 3 4 5 NA
oksigen
041509 Tes faal 1 2 3 4 5 NA
paru
Sangat Berat Cukup Ringan Tidak
berat ada
041510 Penggunaan 1 2 3 4 5 NA
otot bantu
pernafasan
041511 Retraksi 1 2 3 4 5 NA
dinding
dada
041512 Pernafasan 1 2 3 4 5 NA
bibir
dengan
mulut
mengerut
041513 Siaonosis 1 2 3 4 5 NA
041514  Dispnue 1 2 3 4 5 NA
saat
istirahat
041515 Dispnue 1 2 3 4 5 NA
dengan
aktifitas
ringan
041516  Perasaan 1 2 3 4 5 NA
kurang
istirahat
041517 Mengantuk 1 2 3 4 5 NA
041518 Diaforesis
041519 Gangguan 1 2 3 4 5 NA
kesadaran
041520 Akumulasi 1 2 3 4 5 NA
sputum
041528 Pernafasan 1 2 3 4 5 NA
cuping
hidung
041531 Batuk 1 2 3 4 5 NA

NIC

Monitor pernapasan
Definisi : sekumpulan data dan analisis keadaan pasien untuk memastikan
kepatenan jalan nafas dan kecukupan pertukaran gas
 Monitor kecepatan, dan kesulitan  Berikan bantuan resutitasi jika
bernafas diperlukan
 Catat pergerakan dada dan catat  Monitor kelelahan otot otot
ketidaksimetrisan diafragma dengan pergerakan
 Pakai sensor pemantau oksigen parasoskikal
non invasif  Monitor hasil pemeriksaan ventilasi
 Perkusi torak anterior dan mekanik
posterior  Monitor secara ketat pasien pasien
 Catat lokasi trakea yang beresiko tinggi mengalam
 Auskulati suara nafas setelah gangguan respirasi
tindakan untuk dicatat  Monitor pola nafas
 Catat perubahan pada saturasi o2
dan volume tidal akhir co2
 Catat onset dan karakteristik
lamanya batuk
 Monitor sekresi pernafasan
pasien
 Monitor keluhan sesak nafas
pasien
 Monitor suara serak dan
perubahan suara tersebu setiap
jam pada pasien
 Monitor hasil foto torak

NIC
Manajement asma
Definisi ; mengindentifikasi, menangani dan mencegah reaksi inflamasi atau
kontriksi di jalan nafa
 Tentukan dasar status  Amati pergerakan dada termasuk
pernafasan sebagai titik juga simetris atau tidak
pembanding  Berikan pengobatan dengan tepat
 Dokumentasikan pengumpula sesuai kebijakan dan petunjuk
dasar dalam catatan klinik prosedur
 Bandingkan status saat ini  Auskultasi suara nafas pada paru
dengan status sebelumnya utnuk setelah dialkukan penanganan
mendeteksi perubahan dalam  Ajarkan tehnik beranfas atau
status pernafasan relaksaai
 Monitor puncak dari jumlah  Informasikan klien atau keluarga
aliran pernafasan, dengan tepat mengenai kebijakan dan prosedur
 Monitor reaksi asma  Tetapkan jadwal perawatan teratur
 Tentukan kepatuhan dengan lanjutan
penanganan yang diresepkan

NIC:

Manajement jalan nafas


Definisi : fasilitasi kepatenan jalan nafas
Aktifvitas
 Buka jalan nafas dengan teknik  Kelola pemberian bronkodilator
chin lift  Ajarkan pasien bagaimana
 Posisisikan pasien untuk menggunakan inhaler sesuai resep
memaksimalkan vetilasi  Kelola pengobatan aerosol
 Identifikasi kebutuhan pasien  Kelola nebulizer ultrasonic
untuk memasukkan alat  Kelola oksigen yang dilembabkan
membuka jalan nafas  Posisikan untuk meringankan sesak
 Lakukan fisioterapi dada nafas
 Buang secret dengan  Monitor status pernafasan dan
memotivikasi pasien untuk oksegenasi
melaukan batuk
 Motivikasi pasien untuk
bernafas pelan
 Gunakan tehnik yang
menyenangkan
untukmemotivikasi bernafas
dalam
 Intruksikan bagaimana agar bisa
melakukan batuk efektif
 Auskultasi suara nafas
 Lakukan penyedotan melalui
endotrakea

Diagnosa 2 : intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhan oksigen

Intoleran aktivitas berhubungan

Definisi :ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan


atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang
dilakukan. .
Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan

 D Gaya hidup kurang gerak


ipsnea setelah beraktivitas
Imobilitas
 K
eletihan Ketidakseimbangan antara suplai dan
 K kebutuhan oksigen
etidaknyamanan setelah
Tirah baring
beraktivitas
 P
erubahan elektrokardiogram (EKG)
(mis., aritmia, abnormalitas
konduksi, konduksi, iskemia)
 R
espons frekuensi jantung abnormal
terhadap aktivitas
 R
espons tekanan darah abnormal
terhadap aktivitas

NOC

Daya tahan( 0001 )


Definisi : kemampuan untuk mempertahankan aktivitas

Berat Cukup Sedang Ringan Tidak


Berat ada
COME
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5 NA
SKALA OUT
HAN
KESELURUHAN

INDIKATOR
000101 Melakukan 1 2 3 4 5 NA
aktivitas rutin
000102 Aktivitas fisik 1 2 3 4 5 NA
000104 konsentrasi 1 2 3 4 5 NA
000106 Daya tahan otot 1 2 3 4 5 NA
000108 Libido 1 2 3 4 5 NA
000109 Pemulihan energi 1 2 3 4 5 NA
setelah istirahat
000112 Oksigen darah 1 2 3 4 5 NA
ketika
beraktivitas
000113 Hemoglobin 1 2 3 4 5 NA
000114 Hematocrit 1 2 3 4 5 NA
000115 Glukosa darah 1 2 3 4 5 NA
000116 Serum elektrolit 1 2 3 4 5 NA
darah
000110 Tenaga yang 1 2 3 4 5 NA
terkuras
000111 Letargi 1 2 3 4 5 NA
000118 Kelelahan 1 2 3 4 5 NA

NOC

Toleransi terhadap aktivitas (0005)

Definisi : respon fisiologis terhadap pergerakan yang memerlukan enegi dalam


aktivitas sehari-hari

Berat Cukup Sedang Ringan Tidak


Berat ada
COME
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5 NA
SKALA OUT
HAN
KESELURUHAN

INDIKATOR
000501 Saturasi oksigen 1 2 3 4 5 NA
ketika
beraktivitas
000502 Frekuensi nadi 1 2 3 4 5 NA
ketika
beraktivitas
000502 Frekuensi 1 2 3 4 5 NA
pernapasan
ketika
beraktivitas
000508 Kemudahan 1 2 3 4 5 NA
bernapas ketika
beraktivitas
000504 Tekanan darah 1 2 3 4 5 NA
sistolik ketika
beraktivitas
000505 Tekanan diastolic 1 2 3 4 5 NA
ketika
beraktivitas
000506 Temuan/hasil 1 2 3 4 5 NA
EKG
(elektrokardiogra
m)
000507 Warna kulit 1 2 3 4 5 NA
000509 Kecepatan 1 2 3 4 5 NA
berjalan
000510 Jarak berjalan 1 2 3 4 5 NA
000511 Toleransi dalam 1 2 3 4 5 NA
menaiki tangga
000516 Kekuatan tubuh 1 2 3 4 5 NA
bagian atas
000517 Kekuatan tubuh 1 2 3 4 5 NA
bagian bawah
000518 Kemudahan 1 2 3 4 5 NA
dalam melakukan
aktivitas hidup
harian (activities
of daily living
ADL)
000514 Kemampuan 1 2 3 4 5 NA
untuk berbicara
ketika melakukan
aktivitas fisik

NOC

Energi psikomotor (0006)

Definisi : dorongan dan energi personal untuk mempertahankan nutrisi, keamanan,


dan aktivitas hidup sehari-hari

Berat Cukup Sedang Ringan Tidak


Berat ada
COME
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5 NA
SKALA OUT
HAN
KESELURUHAN
INDIKATOR
000601 Menunjukkan 1 2 3 4 5 NA
efek yang sesuai
dengan siturasi
000602 Menunjukkan 1 2 3 4 5 NA
konsentrasi
000603 Menjaga 1 2 3 4 5 NA
kebersihan dan
tampilan personal
000604 Menunjukkan 1 2 3 4 5 NA
nafsu makan
yang normal
000613 Mematuhi 1 2 3 4 5 NA
rejimen
pengobatan
000614 Mematuhi 1 2 3 4 5 NA
rejimen
terapeutik
000606 Menunjukkan 1 2 3 4 5 NA
ketertarikan pada
lingkungan
000608 Menunjukkan 1 2 3 4 5 NA
tingkat energi
yang stabil
000609 Menunjukkan 1 2 3 4 5 NA
kemampuan
untuk
menyelesaikan
tugas sehari-hari
000607 Ide bunuh diri 1 2 3 4 5 NA
000611 Lethargy 1 2 3 4 5 NA
000612 Menunjukkan 1 2 3 4 5 NA
kemampuan
untuk
menyelesaikan
tugas sehari-hari

NIC
Manajemen energy (0180)
Definisi : pengaturan energi yang digunakan untuk menangani atau mencegah kelelahan
dan mengo[timalkan fungsi

Aktivitas-aktivitas  Perbaiki defisit status fisiologis


 Kaji status fisiologis pasien yang (misalnya, kemoterapi yang
menyebabkan kelelahan sesuai dengan menyebabkan anemia) sebagai prioritas
konteks usia dan perkembangan utama
 Anjurkan pasien mengungkapkan  Pilih intervensi untuk mengurangi
perasaan secara verbal mengenai kelelahan baik secara farmakologis
keterbatasan yang dialami maupun non farmakologis, dengan tepat
 Gunakan instrument yang valid untuk  Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas
mengukur kelelahan yang dibutuhkan untuk menjaga
 Tentukan persepsi pasien/orang terdekat ketahanan
dengan pasien mengenai penyebab  Monitor intake/asupan nutrisi untuk
kelelahan mengetahui sumberenergi yang adekuat
 Konsulkan dengan ahli gizi mengenai  Bantu pasien untuk menjadwalkan
cara meningkatkan asupan energy dari periode istirahat
makanan  Hindari kegiatan perawatan selama
 Negosiasikan waktu makan yang sesuai jadwal istirahat asien
dan tidak sesuai jadwal di rumah sakit  Rencanakan kegiatan pada saat pasien
 Monitor sumber kegiatan olahraga dan memiliki banyak energy
kelelahan emosional yang dialami pasien  Bantu pasien untuk duduk disamping
 Monitor system kardiorespirasi pasien tempat tidur, jika pasien tidak
selama kegiatan (misalnya, taikardia, memungkinkan untuk berpindah atau
disritmis yang lain, dyspnea, diaphoresis, berjalan
pucat, tekanan hemodinamik, frekuensi  Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari
pernafasan.) yang teratur sesuai kebutuhan (ambulasi,
 Anjurkan senam aerobic sesuai berpindah, bergerak dan perawatan diri)
kemampuan pasien  Monitor pemberian dan efek obat
 Monitor/cacat waktu dan lama stimulant dan depresan
istirahat/tidur pasien  Anjurkan aktivitas fisk (misalnya,
 Monitor lokasi dan sumber ambulasi, ADL) sesuai dengan
ketidaknyamanan/nyeri yang dialami kemampuan (energy) pasien
pasien selama aktivitas  Evaluasi secara bertahap kenaikan level
 Kurangi ketidaknyamanan fisik yang aktivitas pasien
dialami pasien yang bisa mempengaruhi  Monitor respon oksigen pasien
fungsi kognitif,pemantauan diri dan (misalnya, tekanan nadi, tekanan darah,
pengaturan aktivitas pasien respirasi) saat perawatan maupun saat
 Buat batasan untuk aktivitas hiperaktif melakukan perawatan diri secara mandiri
klien saat mengganggu yang lain atau  Bantu pasien untuk memantau secara
dirinya sendiri mandiri dengan mencatat intake/asupan
 Bantu pasien untuk memahami prinsip kalori dan energy yang digunakan sesuai
konservasi energy (misalnya, kebutuhan kebutuhan
untuk membatasi aktivitas dan tirah  Intruksikan pasien/orang yang dekat
baring) dengan pasien mengenai kelelahan
 Ajarkan pasien mengenai pengelolaan (gejala yang mungkin muncul dan
kegiatan dan teknik manajemen waktu kekambuhan yang mungkin nanti akan
untuk mencegah kelelahan munvul kembali)
 Bantu pasien memprioritaskan kegiatan  Instruksikan pasien/orang yang dekat
untuk mengakomodasi energy yang dengan pasien mengenai teknik
diperlukan perawatan diri yang memungkinkan
 Bantu pasien untuk menetapkan tujuan penggunaan energy sehemat mungkin
aktivitas yang akan dicapai secara (monitor diri dan teknik untuk
realistis melakukan aktivitas sehari-hari)
 Bantu pasien identifikasi pilihan  Instruksikan pasien/SO untuk mengenali
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan tanda dan gejala kelelahan yang
 Anjurkan pasien untuk memilih memerlukan pengurangan aktivitas
aktivitas-aktivitas yang membangun  Intruksikan pasien/SO mengenai stress
ketahanan dan koping intervensi untuk mengurangi
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi kelelahan
tugas/kegiatan rumah yang bisa  Ajarkan pasien/SO untuk menghubungi
dilakukan oleh keluarga dan teman di tenaga kesehatan jika tanda dan gejala
rumah untuk mencegah/mengatasi kelelahan tidak berkurang
kelelahan
 Sediakan akses komunikasi yang tepat
bagi pasien (misalnya, email atau pesan
singkat) untuk menjaga komunikasi
dengan teman pada saat kunjungan tidak
dapat dilakukan atau tidak disarankan
 Bantu pasien untuk membatasi tidur
siang dengan menyediakan kegiatan
yang mendorong pasien untuk terjaga,
dengan cara yang tepat
 Batasi stimuli lingkungan [yang
mengganggu] (misalnya, cahaya atau
bising) untuk memfasilitasi relaksasi
 Batasi jumlah dan gangguan pengunjung,
dengan tepat
 Tingkatkan tirah baring/pembatasan
kegiatan (misalnya, meningkatkan
jumlah waktu istirahat pasien) dengan
cakupannya yaitu pada waktu istirahat
yang dipilih
 Anjurkan periode istirahat dan kegiatan
secara bergantian
 Susun kegiatan fisik untuk mengurangi
penggunaan cadangan oksigen untuk
fingsi organ vital (misalnya, menghindari
aktivitas segera setelah makan)
 Lakukan ROM aktif/pasif untuk
menghilangkan ketegangan otot
 Berikan kegiatan pengalihan yang
menenangkan untuk meningkatkan
ralaksasi
 Tawarkan bantuan untuk meningkatkan
tidur (misalnya, music atau obat)
 Anjurkan tidur siang bila diperlukan
NIC

Perawatan jantung : rehabilitative (4046)


Definisi : peningkatan tingkat fungsi aktivitas yang paling maksimum pada pasien yang
telah mengalami episode gangguan fungsi jantung yang terjadi karena
ketidakseimbangan suplai oksigen ke otot jantung dan kebutuhannya

Aktivitas-aktivitas  Instruksikan pasien dan keluarga


 Monitor toleransi pasien terhadap mengenai pertimbangan khusus terkait
aktivitas dengan aktivitas sehari-hari (misalnya,
 Pertahankan jadwal ambulasi, sesuai pembatasan aktivitas dan meluangkan
tolernsi pasien waktu istirahat), jika memang tepat
 Berikan dukungan harapan yang realistis  Instruksikan pasien dan
pada pasien dan keluaraga keluargamengenai perawatan luka dan
 Intruksikan pasien dan keluarga perlindungan diri (misalnya, insisi
mengenai resep yang tepat dan sternum atau lokasi kateterisasi), jika
pengobatan di luar tempat pasien dirawat tepat
 Instruksikan kepada pasien dan keluarga  Instruksikan pasien dan keluarga untuk
mengenai modifikasi faktor resiko melanjutkan perawatan
jantung (misalnya, menghentikan  Koordinasikan rujukan pasien (diet,
kebiasaan merokok,diet, dan olahraga) pekerja social, dan fisioterapi)
sebagaimana mestinya  Instruksikan pasien dan keluarga
 Instruksikan pasien mengenai perawatan mengenai akses pelayanan gawat darurat
diri pada saat mengalami nyeri dada yang tersedia di komunitasnya,
(minum nitrigliserin sublingual setiap 5 sebagaimana mestinya
menit selama 3 kali, jika nyeri dada  Skrining akan adanya kecemasan dan
belum hilang, cari pelayanan medis depresi pada pasien, sebagaimana
gawat darurat) mestinya
 Instruksikan pasien dan keluarga
menganai aturan berolahraga, termasuk
pemanasan, peregangan dan
pendinginan, sebagaimana mestinya
 Instruksikan pasien dan keluarga untuk
membatasi mengangkat/mendorong
barang [benda berat] dengan cara yang
tepat

NIC

Terapi aktivitas (4310)


Definisi peresepan terkait dengan menggunakan bantuan aktivitas fisik, kognisi, social,
dan spiritual untuk meningkatkan frekuensi dan durasi dari aktivitas kelompok

Aktivitas-aktivitas  Bantu klien dan keluarga untuk


 Pertimbangkan kemampuan klien dalam mengidentifikasi kelemahan dalam level
berpartisipasi melalui aktivitas spesifik aktivitas tertentu
 Berkolaborasi dengan [ahli] terapi fisik,  Identifikasi strategi untuk meningkatkan
okupasi dan terapis rekreasional dalam partisipasi terkait dengan aktivitas yang
perencanaan dan pemantauan program diinginkan
aktivitas, jika memang diperlukan  Instruksikan klien dan keluarga untuk
 Perimbangkan komitmen klien untuk mempertahankan fungsi dan kesehatan
meningkatkan frekuensi dan jarak terkait peran dalam beraktivitas secara
aktivitas fisik, sosia;, spiritual dan kognisi
 Bantu klien untuk mengeksplorasi tujuan  Instruksikan pasien dal keluarga untuk
personal dari aktivitas-aktivitas yang melaksanakan aktivitas yang diinginkan
biasa dilakukan (misalnya, bekerja) dan maupun yang[telah] diresepkan
aktivitas-ktivitas yang disukai  Berkoordinasi dalam menyeleksi pasien
 Bantu klien untuk memlih aktivitas dan sesuai dengan umur yang sesuai dengan
pencapaian tujuan melalui aktivitas yang aktivitas [yang akan dilakukan]
konsisten dengan kemampuan fisik,  Bantu klien dan kluarga untuk
fisiologis dan social beradaptasi dengan lingkngan pada saat
 Bantu klien untuk tetap focus pada mengakomodasi aktivtas yang diinginkan
kekuatan [yang dimilikinya]  Berikan aktivitas untuk meningkatkan
dibandingkan dengan kelemahan [yang peratian dan berkonsultasi dengan terapis
dimilikinya] rekreasional [mengenai hal ini]
 Bantu klien untuk mengidentifikasi dan  Fasilitasi aktivitas pengganti pada saat
memperoleh sumber-sumber yang klien memiliki keterbatasan waktu,
diperlukan untuk aktivitas-aktivitas yang energy, maupun pergerakan dengan cara
diinginkan berkonsultasi pada terapis terapis fisik,
 Dorong aktivitas kreatif yang tepat okupasi dan terapis rekreasi
 Bantu klien memperoleh transportasi  Dorong keterlibatan dalam aktivitas
untuk [dapat mengikuti] aktivits, jika kelompok maupun terapi, jika memang
memang diperlukan diperlukan
 Bantu klien untuk mengidentifikasi  Rujuk ke pusat komunitas maupun
aktivitas yang diinginkan program program aktivitas komunitas,
 Bantu klien untuk mengidentifikasi jika memang diperlukan
aktivitas yang bermakna  Bantu dengan aktivitas fisik secara
 Bantu klien untuk menjadwalkan waktu- teratur (misalnya., ambulasi,
waktu spesifik terkait dengan aktivitas transfer/berpindah, berputar dan
harian kebersihan diri), sesuai dengan
 Sediakan aktivitas motoric “motoric kebutuhnn
kasar” untuk klien yang hiperaktif  Bantu klien dan keluarga memantau
 Tingkatkan gaya hidup dengan melalui perkembangan klien terhadap pencapaian
aktivitas fisik untuk mencegah tujuan [yang diharapkan]
peningkatan berat badan yang tidak
diinginkan
 Sarankan metode-metode untuk
meningkatkan aktivitas fisik yang tepat
 Ciptakan lingkungan yang aman untuk
dapat melakukan pergerakan otot secara
berkala sesuai indikasi
 Berikan aktivitas motoric untuk
mengurangi terjadinya kejang otot
 Berikan aktivitas yang memenuhi
komponen memori dan emosi (misalnya,
aktivitas religious tertentu) untuk klien
demensia, dengan cara yang tepat
 Berikan permainan kelompok terstruktur,
non kompetitif dan aktif
 Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas
rekreasi dan diversional yang bertujuan
untuk mengurangi kecemasn (misalnya,
bernyanyi berkelompok, bola voly, tenis
meja, berjalan, berenang, tugas tugas
konkrit dan sederhana, tugas tugas rutin,
tugas rumah tangga, berhias, dan
permainan kartu/puzzle)
 Gunakan terapi dengan menggunakan
hewan dengan cara yang tepat
 Berikan pujian positif karena
kesediannya untuk terlibat dalam
kelompok
 Instruksikan keluarga untuk memberikan
pujian positif karena kesediannya untuk
terlibat dalam kelompok
 Berikan kesempatan keluarga untuk
terlibat dalam aktivitas, dengan cara
yang tepat
 Bantu klien untuk meningkatkan
motivasi diri dan penguatan
 Monitor respon emosi, fisik social, dan
spiritual terhadap aktivitas

1.2.4 Evaluasi
1) Klien merasa nyaman
2) Pasien dapat mengungkapkan pola napas yang teratur
3) Pasien mengungkapkan pertukaran gas dalam tubuh membaik
4) Pasien dapat mengungkapakan pola napas efektif

DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma


Berat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Saheb, 2011Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, Jakarta:


EGC

Anna Keliat, Budi dkk.2015. NANDA International Inc. Diagnosa


Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Ed. 10. Jakarta : EGC

Bulechek, Glloria dkk.2016. Nursing Interventions Classification (NIC), Ed.


6. Yogyakarta : CV. Mocomedia

Moorhead, Sue dkk.2016. Nursing Outcomes Classification (NOC), Ed. 5.


Yogyakarta : CV.Mocomedia

Anda mungkin juga menyukai