Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PENYAKIT ASMA

Oleh :
Aang Kunaifi Aditya
(23.14901.12.38)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2023/2024
A. Konsep Kebutuhan Dasar
1. Definisi
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh
factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat
karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang
(Almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat
timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia
di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
Asma adalah penyakit implamasi koronik saluran nafas dimana banyak sel
berperan terutama sel mast, esonofil, limposit T magropag, neuropil dan sel epitel.
(Slamet Hariadi, dkk 2010).
Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang terdapat di seluruh
dunia dengan kekerapan bervariasi yang berhubungan dengan dengan
peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang
(wheezing), sesak napas (breathlessness), dada rasa tertekan (chest tightness),
dispnea, dan batuk (cough) terutama pada malam atau dini hari. (PDPI,
2006; GINA, 2006). Menurut National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI,
2007), pada individu yang rentan, gejala asma berhubungan dengan inflamasi
yang akan menyebabkan obstruksi dan hiperesponsivitas dari saluran
pernapasan yang bervariasi derajatnya.

2. Etiologi
a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)
a) Reaksi antigen-antibodi
b) Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)
a) Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
b) Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
c) Iritan : kimia
d) Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
e) Emosional : takut, cemas dan tegang
f) Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

3. Patofisiologi

Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah
spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi
mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan
pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan
kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya
kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan
udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian
lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan
menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2 akibat
hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen
menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin
dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila
respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin
juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler,
maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif
berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami
degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil
akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran
udara.
4. Gejala klinis
Tanda dan Gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
1. Asma tingkat I
yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau
keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan
muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi
bronchial di laboratorium.
2. Asma tingkat II
yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada
kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran
pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
3. Asma tingkat III
yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan
tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak
sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
4. Asma tingkat IV
yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu
dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang makin
banyak antara lain:
a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus
b. Sianosis
c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran
e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
5. Asma tingkat V
yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapa
serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang
lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi
apapun diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal
5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
1. Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
2. Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel
cabang-cabang bronkus
3. Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
4. Terdapatnya neutrofil eosinofil
b. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan
leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
1. Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian
PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk
2. Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
3. Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
4. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan,
dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
5. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
c. Foto Rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma,
gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah,
dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
1. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
2. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang
bertambah.
3. Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
d. Pemeriksaan faal paru
1. Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan
sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan penurunan
tekanan sistolik.
2. Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampir terjadi pada seluruh
asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma
yang berat.
e. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga
bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
1. Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi
searah jarum jam
2. Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
3. Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau
terjadinya relatif ST depresi

6. Penatalaksanaan Medis

1. Pengobatan Non Farmakologis


a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit
asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta
menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,
termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2. Pengobatan Farmakologis
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa
diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate )
dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama
mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi
dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya
berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya
dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat
bronkodilator.
3. Pengobatan Selama Serangan Status Asthmatikus
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka
drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan

1) Pengkajian Primer Asma


a. Airway
- Peningkatan sekresi pernafasan
- Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b. Breathing
- Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
- Menggunakan otot aksesoris pernafasan
- Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c. Circulation
- Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
- Sakit kepala
- Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
- Papiledema
- Urin output meurun
d. Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan
neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
2) Pengkajian Sekunder Asma
e. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala
asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri
(pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang
hebat yang disertai gangguan kesadaran. Keluhan dan gejala tergantung berat
ringannya pada waktu serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan
tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang
paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba
dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada
yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.
f. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis
asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk
mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara
bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan,
penggunaan otot- otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir
dan posisi istirahat klien.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor
kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim,
serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji
warna rambut, kelembaban dan kusam.
3) Thorak
a) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat
dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
d) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari
4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
4) Sistem pernafasan
a) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan
seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi
kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau
kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
b) Frekuensi pernapasan meningkat
c) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
d) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang
disertai ronchi kering dan wheezing.
e) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi
bahkan mungkin lebih.
f) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
1. Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior
rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
2. Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot
bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
g) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan
dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent
chest), sianosis.
5) Sistem kardiovaskuler
a) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
b) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
1. Takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
2. Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik
lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5
mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
c) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama
jantung.
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan Pada Pasien Asma menurut SDKI (2016) :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
2) Gangguan pertukaran gas (D.0003)
3) Pola Nafas tidak efektif (D.0005)
4) Intoleransi aktivitas (D.0056)
5) Ansietas (D.0080)
7. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN (SIKI)


(SDKI)
Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
111

SLKI : Bersihan jalan nafas tidak SIKI: Bersihan jalan nafas tidak efektif
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif efektif (D.0001) Intervensi Utama Label: Manajemen jalan
(D.0001)
1

Luaran Utama nafas (I.01011)


Definisi : Ketidakmampuan
Observasi:
membersihkan sekret atau obstruksi Label : Bersihan jalan napas
jalan napas untuk mempertahankan
1) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
Setelah dilakukan intervensi selama usaha nafas)
jalan napas tetap paten
3x24jam, diharapkan bersihan jalan 2) Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
Penyebab : Gurgling, mengi wheezing, ronkhi kering)
nafas meningkat dengan kriteria hasil: 3) Monitor sputum (jumlah warna aroma)
Fisiologis
1) Spasme jalan napas - batuk efektif meningkat Terapeutik:
2) Hipersekresi jalan napas 4) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
3) Disfungsi neuromuskuler - produksi sputum menurun
head tilt chin lift (jawthrust jika curiga
4) Benda asing dalam jalan napas - mengi, wheezing menurun trauma servical)
5) Sekresi yang tertahan 5) Posisikan semifowler/fowler
6) Hiperplasia dinding jalan napas - meconium meurun
6) Berikan minum hangat
7) Proses infeksi
8) Respon alergi - Dispneaa meurun 7) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
9) Efek agen farmakologis (mis. 8) Lakukan
- ortopnea menurun
Anastesi) penghisapan lender kurang dari 15 detik
Situasional - sulit bicara menurun 9) Lakukan
1) Merokok aktif
2) Merokok pasif hiperoksigenasi sebelum penghisapan
3) Terpajan polutan endotrakeal
10) Keluarkan sumbatan benda padat dengan
Gejala dan Tanda Mayor: forsep mcgill
Subjektif : (Tidak Tersedia) 11) Berikan oksigen bila perlu
Objektif : Edukasi:
1) Batuk tidak efektif • Anjurkan asupan 2000ml perhari, jika
2) Tidak mampu batuk tidak kontraindikasi
3) Sputum berlebih • Ajarkan teknik batuk efektif
4) Mengi, wheezing, dan/atau Kolaborasi:
ronkhi kering Kolaborasi pemberian bronkodilator,
5) Mekonium di jalan napas ekspektoran, mukolitik, jika perlu
(pada neonatus)
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif :
1) Dispneau
2) Sulit bicara
3) Ortopnea
Objektif:
1) Gelisah
2) Sionosis
3) Bunyi napas menurun
4) Frekuensi napas berubah
5) Pola napas berubah

Kondisi klinis Terkait:


1) Gullian barre syndrome
2) Sklerosis multipel
3) Myasthenia gravis
4) Prosedur diagnosik (mis.
Bronkoskopi,
transesophageal,echocardiogra
phy (TEE)
5) Depresi sistem saraf pusat
6) Cedera kepala
7) Stroke
8) Kuadriplegia
9) Sindrom aspirasi mekonium
10) Infeksi saluran napas

2 Gangguan pertukaran gas (D.0003) (SLKI) : Gangguan SIKI: Gangguan pertukaran gas
Definisi : pertukaran gas (D.0003) Intervensi Utama Label: pemantauan
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi Label : pertukaran gas respirasi
dan/atau eliminasi karbondioksida pada Setelah dilakukan intervensi selama, Observasi:
membran alveolus –kapiler 3x24 jam diharapkan pertukaran gas 1) Monitor frekuensi irama kedalaman dan
Penyebab : meningkat dengan kriteria hasil:
1) Ketidakseimbangan ventilasi- - Dyspnea menurun
upaya nafas
perfusi 2) Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
- Bunyi nafas tambahan menurun takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
2) Perubahan membran alveolus- - Nafas cuping hidung menurun
kapiler cheyne-stokes, biot, ataksik.
- Tingkat kesadaran meningkat 3) Monitor kemampuan batuk efektif
Gejala dan Tanda Mayor:
Subjektif
- Gelisah menurun
4) Monitor adanya produksi sputum
1) Dispnea - Pola nafas membaik
5) Monitor adanya sumbatan jalan napas
Objektif: 6) Monitor saturasi oksigen
1) PCO2 meningkat/menurun 7) Monitor nilai AGD
2) Po2 menurun 8) Auskultasi bunyi napas
3) Takikardia
Terapeutik:
4) pH arteri meningkat/menurun
5) bunyi napas tambahan
1) Atur interval pemantauan respirasi
Gejala Dan Tanda Minor sesuai kondisi pasien
Subjektif : 2) Dokumentasikan hasil pemantauan
1) pusing Edukasi:
2) penglihatan kabur 1) Jelaskan tujuan dan prosedur
objektif: pemantauan
1) Sianosis 2) Informasikan
2) Diaforesis 3) hasil pemantauan jika perlu
3) Gelisah
4) Napas cuping hidung
5) Pola napas abnormal
(cepat/lambat, regular/ireguler,
dalam/dangkal)
6) Warna kulit abnormal (mis.
Pucat, kebiruan)
7) Kesadaran menurun
Kondisi Klinis Terkait
1) Penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK)
2) Gagal jantung kongestif
3) Asma
4) Pneumonia
5) Tuberkulosis paru
6) Penyakit membran hialin
7) Asfiksia
8) Persistent pulmonary
hypertension of newborn (PPHN)
9) Prematuritas
10) Infeksi saluran napas
3 Pola Nafas tidak efektif (D.0005) (SLKI) : Pola nafas tidak efektif SIKI: Pola nafas tidak efektif
Definisi: (D.0005) Intervensi Utama Label: Manajemen jalan
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang Luaran Utama Label : nafas (I.01011)
tidak memberikan ventilasi adekuat Pola napas Observasi:
Setelah dilakukan intervensi selama 1) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
Penyebab :
3x24 jam, diharapkan pola napas usaha nafas)
1) Depresi pusat pernapasan membaik dengan kriteria hasil:
2) Hambatan upaya napas 2) Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
- Ventilasi semenit Gurgling, mengi wheezing, ronkhi kering)
(mis.nyeri saat meningakat Monitor sputum (jumlah warna aroma)
bernapas,kelemahan otot - Kapasitas vital Terapeutik:
pernapasan) meningkat 3) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
3) Deformitas dinding dada - Dispnea menurun head tilt chin lift ( jawthrust jika curiga
4) Deformitas tulang dada - Penggunakan otot bantu nafas trauma servical)
5) Gangguan neuromuskular menurun 4) Posisikan semifowler/fowlee
6) Gangguan neurologis (mis. - Pemanjangan fase ekspirasi 5) Berikan minum hangat
Elektroensefalogram (eeg) menurun 6) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
positif, cedera kepala, gangguan - Pernapasan cuping hidung 7) Lakukan
kejang) menurun penghisapan lender kurang dari 15 detik
7) Imaturitas neurologis 8) Lakukan
8) Penurunan energi hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
9) Obesitas
10) Posisi tubuh yang menghambat 9) Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsep mcgill
ekspansi paru
10) Berikan oksigen
11) Sindrom hivpoventilasi
11) bila perlu
12) Kerusakan inervasi diafragma Edukasi:
(kerusakan saraf c5 ke atas) 12) Anjurkan asupan 2000ml perhari, jika tidak
13) Cedera pada medula spinalis kontraindikasi
14) Efek agen farmakologis 13) Ajarkan teknik batuk efektif
15) Kecemasan
gejala dan Tanda Mayor : Kolaborasi:
subjektif; 14) Kolaborasi pemberian bronkodilator,
1) Dispnea ekspektoran, mukolitik jika perlu
Objektif :
1) Penggunaan otot bantu
pernapasan
2) Fase ekspirasi memanjang
3) Pola napas abnormal (mis.
Takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
1) Ortopnea
Objektif :
1) Pernapasan pursed-lip
2) Pernapasan cuping hidung
3) Diameter thoraks anterior-posterior
meningkat
4) Ventilasi semenit menurun
5) Kapasitas vital menurun
6) Tekanan ekspirasi menurun
7) Tekanan inspirasi menurun
8) Ekskursi dada berubah
Kondisi Klinis Terkait:
1) Depresi sistem saraf pusat
2) Cedera kepala
3) Trauma thoraks
4) Gullian barre sydrom
5) Multiple sclerosis
6) Myasthenia gravis
7) Stroke
8) Kuadriplegia
9) Intoksikasi alkohol
4 Intoleransi aktivitas (D.0056) (SLKI) :Intoleransi SIKI: Intoleransi aktivitas
Definisi: aktivitas (D.0056) Intervensi Utama
Ketidakcukupan energi untuk Label : toleransi aktivitas setelah Label: Terapi aktivitas (
melakukan aktivitas sehari-hari dilakukan intervensi selama 3x Observasi:
Penyebab: 24jam, diharapkan toleransi aktivitas 1) Observasi identifikasi deficit tingkat
1) Ketidakseimbangan antara suplai meningkat meningkat dengan kriteria aktivitas
dan kebutuhan oksigen hasil: 2) Indentifikasi aktivitas dalam aktivitas
2) Tirah baring - Frekuensi nadi meningkat tertentu
3) Kelemahan - Saturasi oksigen meningkat 3) Identifikasi sumber daya untuk aktivitas
4) Imobilitas - Kemudahan dalam melakukan yang diinginkan
5) Gaya hidup monoton aktivitas sehari-hari meningkat
Gejala dan Tanda Mayor - Keluhan lelah menurun Terapeutik
Subjektif: - Dyspnea saat melakukan aktivitas 1) Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan
1) Mengeluh lelah menurun tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
Objektif: - Dyspnea setelah aktivitas kemampuan fisik, psikologis, dan social
Frekuensi jantung meningkat >20% menurun 2) Kordinasikan pemilihan aktivitas sesuai
dari kondisi istirhat - Perasaan lemah menurun usia
Gejala dan Tanda Minor: 3) Fasilitasi pasien
- Warna kulit membaik
Subjektif: dan keluarga dalam menyesuaikan
1) Dispnea saat/setelah sktivitas
- Tekanan darah membaik
lingkungan untuk mengakomodasi aktivitas
2) Merasa tidak nyaman setelah - Frekuensi napas membaik
yang dipilih
beraktivitas 4) Fasilitai aktivitas fisik rutin (mis. Ambulasi,
3) Merasa lemah mobilisasi, dan perawatan diri
Objektif:
5) Fasilitasi aktivitas motoric untuk
1) Tekanan darah berubah >20% dari
merelaksasi otot
kondisi istirahat
2) Gambaran EKG menunjukkan
6) Libatkan keluarga dalam aktivitas jika
perlu
aritmia saat/setelah aktivitas
3) Gambaran EKG menunjukkan 7) Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-
iskemia hari
4) Sianosis Edukasi:
Kondisi Klinis Terkait 1) Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
1) Anemia jika perlu
2) Gagal jantung kongestif Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
3) Penyakit jantung koroner dipilih
4) Penyakit katup jantung Kolaborasi:
5) Aritmia 1) Kolaborasi dengan terapis ukupasi dalam
6) PPOK mrencanakan dan memonitor program
7) Gangguan Metabolik aktivitas
8) Gangguan muskuloskeletal 2) Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu
5 Ansietas (D.0080) (SLKI) : Ansietas (D.0080) Tindakan (Reduksi Ansietas : I. 09314)
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah ( misal
Definisi Label : Ansietas kondisi, waktu , stressor)
Kondisi emosi dan pengalaman Setelah dilakukan intervensi selama 2) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
subjektif individu terhadap objek yang 3x 24jam, diharapkan ansietas 3) Monitor tanda – tanda ansietas
tidak jelas dan spesifik akibat antipasi menurun dengan kriteria hasil Terapeutik
bahaya yang memungkinkandi individu (L.09093): 1) Ciptakan suasana teurapetik untuk
melakukan tindakan untuk menghadapi 1) Verbalisasi kebingungan menurun menumbuhkan kepercayaan
ancaman 2) Verbalisasi khawatir menurun 2) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
Penyebab 3) Kondisi yang dihadapi menurun jika memungkinkan
1) Krisis situasional 4) Perilaku gelisah menurun 3) Pahami situasi yang membuat ansietas
2) Kebutuhan tidak terpenuhi 5) Perilaku tegang menurun 4) Dengarkan dengan penuh perhatian
3) Krisis maturasional 5) Gunakan pendekatan yang tenang dan
4) Ancaman terhadap konsep diri meyakinkan
5) Kekhawatiran mengalami 6) Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kegagalan kenyaman
6) Disfungsi sistem keluarga 7) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
7) Hubungan orang tua – anak tidak kecemasan
memuaskan 8) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa
8) Faktor keturunan ( temperamen yang akan datang
mudah teragitasi sejak lahir) Edukasi
9) Ancaman terhadap kematian 1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
10) Penyalahgunaan zat dialami
11) Terpapar bahaya lingkungan 2) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
misal toksin, patogen, dll pengobatan dan prognosis
12) Kurang terpapar informasi 3) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
Gejala dan tanda mayor 4) Anjurkan keluarga untuk selalu mendampingi
Subjektif pasien
1) Merasa bingung 5) Anjurkan melakuka kegiatan yang tidak
2) Merasa khawatir akibat dari kompetetif, sesuai kebutuhan
kondisi yang dihadapi 6) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
3) Sulit berkonsentrasi ketegangan
7) Latih penggunn mekanisme pertahanan diri yang
Objektif tepat
1) Tampak gelisah 8) Latih teknik relaksasi
2) Tampak tegang Kolaborasi
3) Sulit tidur Kolaborasi pemberian obat antisietas, jika perlu
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Merasa tidak berdaya
Objektif :
1) Frekuensi nafas meningkat
2) Frekuensi nadi meningkat
3) Tekanan darah meningkat
4) Diaphoresis
5) Tremor
6) Muka tampak pucat
7) Suara brgetar
8) Kontak mata buruk
9) Sering berkemih
10) Berorientasi pada masa lalu
Kondisi Klinis Terkait:
1) Penyakit kronis progresif
(mis.kanker,penyakit autoimun)
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum
jelas
6) Penyakit neurologis
Tahap tumbuh kembang
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi

Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2 Edisi

8. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. PPNI: Jakarta.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat

PPNI: Jakarta Selatan.

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Denifisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta Selatan

Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses

Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika. Jakarta


LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
ASMA
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH (KMB)

OLEH:
Aang Kunaifi Aditya

(23.14901.12.38)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
2023/2024
I. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
a) IDENTITAS PASIEN
1. Nama Inisial Pasien : Ny. R
2. TTL : 01 Mei 1990
3. Usia : 33 tahun
4. Alamat : Desa Gading Raja
5. Agama : Islam
6. Tanggal Masuk PKM : 2-Desember-2023
7. Nomor Rekam Medis :-
8. Ruangan : IGD Puskesmas Pedamaran Timur

b) PENANGGUNG JAWAN PASIEN


1. Nama Orang tua : Tn. I
2. Umur : 35 Tahun
3. Suku/ Bangsa : Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Guru
6. Pendidikan Terakhir : S1
7. Alamat : Desa Gading Raja

B. KELUHAN UTAMA
Os mengatakan sesak napas, batuk berdahak, dahak sulit untuk dikeluarkan dan jika
beraktivitas akan bertambah sesaknya.

C. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Keluhan pasien batuk, dahak berwarna putih kental sudah 5 hari yang lalu.
E. Fisiologis
1. Respirasi
a Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Batuk tidak efektif Ada Dispnea Ada
Tidak mampu batuk Ada Sulit bicara
Sputum berlebih Ada Ortopnea Ada
Mengi, wheezing dan/atau ronkhi Ada Gelisah Ada
Kering
Mekonium di jalan napas Sianosis
Bunyi napas menurun
Frekuensi napas berubah 30x/m
Pola napas berubah Ada
b Gangguan Penyapihan Ventilator
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Frekuensi napas meningkat Lelah
Penggunaan otot bantu napas Kuatir mesin rusak
Napas megap-megap (gasping) Fokus meningkat pada
Pernapasan
Upaya napas dan batuan ventilator Gelisah
tidak sinkron
Napas dangkal Auskultasi suara inspirasi
Menurun
Agitasi Warna kulit abnormal (mis.
pucat, sianosis)
Nilai gas darah arteri abnormal Napas paradoks abdominal
Diaforesis
Ekspresi wajah takut
Tekanan darah meningkat
Frekuensi nadi meningkat
Kesadaran menurun
c Gangguan Pertukaran Gas
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Dispnea Pusing
PCO2 meningkat/menurun Pengelihatan kabur
PO2 menurun Sianosis
Takikardia Diaforesis
pH arteri meningkat/menurun Gelisah
Bunyi napas tambahan Napas cuping hidung
Pola napas abnormal
(cepat/lambat, regular/iregular,
dalam/dangkal)
Warna kulit abnormal (mis.
pucat, kebiruan)
Kesadaran menurun
d Gangguan Ventilasi Spontan
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Dispnea Gelisah
Penggunaan otot bantu napas Takikardia
Meningkat
Volume tidal menurun
PCO2 meningkat
PO2 menurun
SaO2 menurun
e Pola Napas Tidak Efektif
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Dispnea Ada Ortopnea Ada
Penggunaan otot bantu pernapasan Pernapasan pursed-lip
Fase ekspirasi memanjang Ada Pernapasan cuping hidung
Pola napas abnormal (mis. takipnea, Ada Diameter thoraks anterior-
bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, posterior meningkat
cheyne-stokes) Ventilasi semenit menurun
Kapasitas vital menurun
Tekanan ekspirasi menurun Ada
Tekanan inspirasi menurun Ada
Ekskursi dada berubah
f Risiko Aspirasi
Faktor Risiko
Penurunan tingkat kesadaran
Penurunan refleks muntah dan/atau batuk
Gangguan menelan
Disfagia
Kerusakan mobilitas fisik
Peningkatan residu lambung
Peningkatan tekanan intrgastrik
Penurunan motilitas gastrointestinal
Sfingter esofagus bawah inkompeten
Perlambatan pengosongan lambung
Terpasang selang nasogastrik
Terpasang trakeostomi atau endotracheal tube
Trauma/pembedahan leher, mulut, dan/atau wajah
Efek agen farmakologis
Ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan dan bernapas

2. Aktivitas dan Istirahat

a Gangguan Mobilitas Fisik


Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Mengeluh kesulitan menggerakkan Nyeri saat bergerak
Ekstremitas Enggan melakukan pergerakan
Kekuatan otot menurun Merasa cemas saat bergerak
Sendi kaku
Rentang gerak (ROM) menurun Gerakan tidak terkoordinasi
Gerakan terbatas
Fisik lemah
b Gangguan Pola Tidur
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Mengeluh sulit tidur Mengeluh
Mengeluh sering terjaga kemampuan
Mengeluh tidak puas tidur beraktivitas
Mengeluh pola tidur berubah
Mengeluh istirahat tidak cukup menurun
c Intoleransi Aktivitas
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor

Mengeluh lelah Ada Dispnea saat/setelah aktivitas Ada


Frekuensi jantung meningkat > Ada Merasa tidak nyaman setelah Ada
20% dari kondisi istirahat beraktivitas
Merasa lemah
Tekanan darah berubah >20%
dari kondisi istirahat
Gambaran EKG menunjukkan
aritmia saat/setelah aktivitas
Gambaran EKG menunjukkan
iskemia
Sianosis
d Keletihan
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Merasa energi tidak pulih Merasa bersalah akibat tidak
walaupun telah tidur mampu melaksanakan
tanggung
jawab
Merasa kurang tenaga Libido menurun
Mengeluh lelah Kebutuhan istirahat meningkat
Tidak mampu mempertahankan
aktivitas rutin
Tampak lesu
e Kesiapan Peningkatan Tidur
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Mengekspresikan keinginan untuk Tidak menggunakan obat tidur
meningkatkan tidur
Mengekspresikan perasaan cukup Menerapkan rutinitas tidur
istirahat setelah tidur yang
meningkatkan kebiasaan tidur
Jumlah waktu tidur sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan
f Risiko Intolerasi Aktivitas
Faktor Risiko
Gangguan sirkulasi
Ketidakbugaran status fisik
Riwayat intoleransi aktivitas sebelumnya
Tidak berpengalaman dengan suatu aktivitas
Gangguan pernapasan

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Darah Rutin
Hemoglobin : 13,3 g/dL (N: 11,5 – 13,5)
Eritrosit : 4,8 10^6/µL (N: 3,9 – 5,0)
Leukosit : 13,00 10^3/µL (N: 5,00 – 10,00)
Trombosit : 265 10^3/µL (N: 250 – 550)
Hematokrit : 39,4 % (N: 40,0 – 52,0)

b. Radiologi
a. Rontgen Thorax
Kesan : -
II. ANALISA DATA

Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom)

Mayor Minor Masalah


No Penyebab (Etiologi) Faktor risiko
(Problem)
Subjektif Objektif Subjektif Objektif

1 - pasien - Pasien nafas - Dispneau - Gelisah Spasme jalan napas - Bersihan jalan nafas tidak
- Frekuensi efektif (D.0001)
mengatakan dangkal.
napas berubah
batuk dengan - Batuk tidak : 30 x/m
dahak efektif - Pola napas
- pasien berubah
- Tidak mampu
mengatakan saat
batuk
dibatukkan
- Sputum
dahak susah
berlebih
untuk keluar,
- Mengi/
- Pasien
Wheezing,
mengatakan
Ronkhi Kering
dahak yang
keluar berwarna - HR : 112 x/m
putih kental - RR :35 x/m
- T: 36,7
2 - pasien - Fase ekspirasi Hambatan upaya - Pola napas tidak efektif
mengatakan memanjang napas (D.0005)
pasien sesak - Takipnea
napas, dan jika ( 30x/m)
ditidurkan
semakin sesak

3 - os mengatakan - Pasien tampak Ketidakseimbangan - Intoleransi Aktivitas


pasien mengeluh cemas dan antara suplai dan (D.0056)
sesak napas dan takut kebutuhan oksigen
batuk berdahak - HR : 112x/m
dengan sputum - RR : 30 x/m
berwarna putih
kentalyang telah
- Suara napas
dirasakan selama pasien
5 hari yang lalu terdengar
wheezing
- pasien
mengatakan
terjadi saat
pasien sesak dan
batuk semakin
meningkat ketika
beraktivitas.
III. DIAGNOSIS KEPERAWATAN (SDKI)
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan napas
2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
3. Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
IV. RENCANA KEPERAWATAN

Nama Px : Ny. R
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Ruangan : IGD Puskesmas Pedamaran Timur
Tgl Lahir : 01 Mei 1990 P

TGL/ DIAGNOSIS (SDKI) TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (SLKI) INTERVENSI (SIKI) NAMA /TTD
JAM
2/12/2023 Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama SIKI: Bersihan jalan nafas tidak AANG
efektif Intervensi Utama Label:
08.30 b.d spasme jalan napas 3 x 24 jam, diharapkan bersihan jalan nafas
Manajemen jalan nafas (I.01011)
meningkat dengan kriteria hasil: Observasi:
- batuk efektif meningkat 12) Monitor pola nafas (frekuensi,
kedalaman, usaha nafas)
- produksi sputum menurun 13) Monitor bunyi nafas tambahan
(mis. Gurgling, mengi wheezing,
- mengi, wheezing menurun ronkhi kering)
- meconium meurun 14) Monitor sputum (jumlah warna
aroma)
- Dispneaa meurun Terapeutik:

- ortopnea menurun sulit bicara menurun 15) Pertahankan kepatenan jalan nafas
dengan head tilt chin lift (jawthrust
jika curiga trauma servical)
16) Posisikan semifowler/fowler
17) Berikan minum hangat
18) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
19) Lakukan penghisapan lender kurang
dari 15 detik
20) Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
21) Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep mcgill
22) Berikan oksigen bila perlu
Edukasi:
• Anjurkan asupan 2000ml perhari,
jika tidak kontraindikasi
• Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi:
23) Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2/12/2023 Pola nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, SIKI: Pola nafas tidak efektif AANG
Intervensi Utama Label:
08.30 hambatan upaya napas diharapkan pola napas membaik dengan
Manajemen jalan nafas (I.01011)
kriteria hasil: Observasi:
- Ventilasi semenit meningakat
15) Monitor pola nafas (frekuensi,
kedalaman, usaha nafas)
- Kapasitas vital meningkat 16) Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
Gurgling, mengi wheezing, ronkhi
- Dispnea menurun kering)
- Penggunakan otot bantu nafas menurun
17) Monitor sputum (jumlah warna
aroma)
- Pemanjangan fase ekspirasi Terapeutik:
18) Pertahankan kepatenan jalan nafas
menurun dengan
- Pernapasan cuping hidung 19) head tilt chin lift ( jawthrust jika
curiga trauma servical)
menurun
20) Posisikan semifowler/fowlee
21) Berikan minum hangat
22) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
23) Lakukan
penghisapan lender kurang dari 15
detik
10) Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
11) Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep mcgill
12) Berikan oksigen bila perlu
Edukasi:
1) Anjurkan asupan 2000ml perhari,
jika tidak kontraindikasi
2) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi:
3) Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik jika perlu
2/12/2023 Intoleransi Aktivitas b.d (SLKI) :Intoleransi aktivitas SIKI: Intoleransi aktivitas AANG
(D.0056) Intervensi Utama
08.30 Ketidakseimbangan antara suplai
Label : toleransi aktivitas setelah dilakukan Label: Terapi aktivitas (
dan kebutuhan oksigen intervensi selama 3x 24jam, diharapkan Observasi:
toleransi aktivitas meningkat meningkat 4) Observasi identifikasi deficit
dengan kriteria hasil: tingkat aktivitas
- Frekuensi nadi meningkat 5) Indentifikasi aktivitas dalam
- Saturasi oksigen meningkat aktivitas tertentu
- Kemudahan dalam melakukan 6) Identifikasi sumber daya untuk
- aktivitas sehari-hari meningkat aktivitas yang diinginkan
- Keluhan lelah menurun Terapeutik
- Dyspnea saat melakukan aktivitas 4) Fasilitasi memilih aktivitas dan
menurun tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik,
- Dyspnea setelah aktivitas menurun psikologis, dan social
- Perasaan lemah menurun 5) Kordinasikan pemilihan aktivitas
- Warna kulit membaik sesua i usia
- Tekanan darah membaik 6) Fasilitasi pasien
- Frekuensi napas membaik dan keluarga dalam menyesuaikan
lingkungan untuk mengakomodasi
aktivitas yang dipilih
8) Fasilitai aktivitas fisik rutin (mis.
Ambulasi, mobilisasi, dan
perawatan diri
9) Fasilitasi aktivitas motoric untuk
merelaksasi otot
10) Libatkan keluarga dalam
aktivitas jika perlu
11) Jadwalkan aktivitas dalam
rutinitas sehari- hari
Edukasi:
3) Jelaskan metode aktivitas fisik
sehari-hari jika perlu
Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
Kolaborasi:
1) Kolaborasi dengan terapis ukupasi
dalam mrencanakan dan
memonitor program aktivitas
4) Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu
V. IMPLEMANTASI KEPERAWATAN

LABEL DIAGNOSIS TGL DAN JAM IMPLEMENTASI NAMA/TTD

2/12/2023
08.30 Melakukan pengkajian awal/anamnesa
Aang
08.30 Memberikan therapy sesuai instruksi DPJP
09.00 Melakukan pemeriksaan TTV
1. Bersihan jalan napas tidak Memonitor pola napas (RR: 30x/m)
efektif (D.0001) 09.15 Memonitor bunyi nafas tambahan (terdengar mengi wheezing, dan ada
ronkhi
09.30 Memberikan posisi nyaman (semi fowler) pada pasien
10.00 Memberikan Oksigen nasal canul 2 l/m
Memonitor Saturasi Oksigen
Mengobservasi identifikasi deficit tingkat aktivitas
Mengidentifikasi aktivitas dalam aktivitas tertentu
Pasien dioperkan petugas shift malam

2/12/2023
08.30 Memonitor Pola napas (RR:28x/m) Aang
2. Pola napas tidak efektif 08.30 Memberikan pasien posisi semi fowler
(D.0005) 09.00 Mengajarkan teknik batuk efektif
09.15 Memberikan oksigen via nasal kanul 2 liter/menit
09.30 Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian therapy
10.00 nebulizer Combiven + pulmicort 3x1
Melibatkan keluarga dalam aktivitas jika perlu
3. Intoleransi Aktivitas 2/12/2023
(D.0056) 09.00 Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
Aang
09.15 Libatkan keluarga dalam aktivitas jika perlu
09.30 Memberikan minum air hangat
10.00 Mengobservasi ku/ pasien

VI. EVALUASI
LABEL TGL DAN
EVALUASI NAMA/TTD
DIAGNOSIS JAM
2/12/23 S: Aang
10.00
1. Bersihan jalan - pasien mengatakan batuk dengan dahak telah berkurang
nafas tidak efektif
- pasien mengatakan saat dibatukkan dahak masih susah untuk dikeluarkan
b.d spasme jalan
napas - Pasien mengatakan dahak yang keluar berwarna putih kental
- pasien mengatakan pasien sesak napas berkurang
O:
- Pola napas pasien mulai teratur.
- Batuk tidak efektif
- Sputum berkurang
- HR : 112 x/m
- RR :25 x/m
- T: 36,7
A : Masalah teratasi sebagian
P : - Mengulagi dan melanjutkan intervensi
• Berikan pasien posisi semi fowler
• Monitor Pola napas
• Monitor Bunyi napas
• Berikan minum air hangat
• Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian therapy

2. Pola nafas tidak 2/12/23 S: Aang


efektif b.d 10.00
hambatan upaya - pasien mengatakan masih batuk berdahak namun tidak terdengar ada suara mengi wheezing
napas O:
- Pola napas pasien mulai teratur.
- Batuk tidak efektif
- Sputum berkurang
- Suara Mengi/Wheezing, Ronkhi Kering telah hilang
- HR : 112 x/m
- RR :25 x/m
- T: 36,7
A : Masalah teratasi
P :

3. Intoleransi 2/12/23 S: Aang


Aktivitas b.d 10.00
Ketidakseimban - pasien mengatakan pasien sudah bisa melakukan aktivitas dan sesak nya sudah mulai berkurang
gan antara
suplai dan
kebutuhan O:
oksigen
- Pasien sudah terlihat beraktivitas tapi masih lemah
- Sputum masih ada tapi sudah berkurang
- Ronkhi Kering
- HR : 103 x/m
- RR :25 x/m
- T: 36,3
A : Masalah teratasi sebagian
P : Tetap menyarankan pasien untuk istirahat sementara sampai sesak nya benar-benar hilang

Anda mungkin juga menyukai