Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN TERHADAP KLIEN Ny” S ”

DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA BRONCHIAL

DI RUANG PERAWATAN ASOKA

RSUD BATARA SIANG

KAB. PANGKEP

OLEH :

NAMA : INDA WINDY OKTAVIANI

NIM : 201903154

CI LAHAN CI INSTITUSI

(.....................................) (....................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

SIDENRENG RAPPANG

2019 – 2020
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

ASMA BRONCHIAL

A. Pengertian
1. Asma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya obstruksi
jalan nafas yang hilang secara spontan atau yang disebabkan oleh
adanya spasme otot lunak,bronchial, scresi mukus yang berlebihan dan
oedena yang berlebihan.
2. Asma Bronchial adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang ditandai
dengan meningkatnya respons trachea dan bronchi oleh berbagai
rangsangan.
3. Asma Bronchial adalah suatu kondisi dimana bronchus sangat responsif
terhadap stimulus dan bersifat reversibel.

Obstruksi jalan napas pada dasarnya ditentukan dengan suatu


keseimbangan antara mekanisme fisiologi yang menstimuli kontriksi
otot lunak dan yang mendorong relaksasi otot-otot lunak.
Kenaikan resistensi aliran udara pada batang traceobranchial yang
terjadi pada asthma sebagai akibat spasme otot lunak. Ganguan
resistensi tidak didistribusikan ke paru-paru yang mana menyebabkan
penurunan PaO2 dan oksigen serta kenaikan FRC. FRC adalah
kapasitas residu fungsional atau banyaknya udara yang tertinggal.
Karena kesulitan dalam mengeluarkan semua udara selama ekspirasi,
paru-paru secara progresif menjadi hiperinflasi dan udara terjebak
terhadap adanya sumbatan mukus udara ini direabsobsi oleh darah dan
atelektasi berkembang.
Penerapan kesehatan terhadap klien ISPA dibeberapa tempat masih
bervariasi. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dalam
memberikan perawatan secara optimal. Salah satunya perawatan pada
pasien dengan Asma Bronchial.

B. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan
udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular.
Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang
merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan
prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan,
perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara
bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan
bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi
dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2 akibat
hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan
alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut,
histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos
bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme
asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan
meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan
pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu
mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan
mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
C. Etiologi
Asma bronchial adalah suatu ISPA yang dicetuskan oleh beberapa
faktor diantaranya oleh tekanan emosi, kerja fisik, alergi terhadap sesuatu,
virus, bakteri, dll. Asma bronchiale dapat terbentuk oleh beberapa faktor
diantaranya

 Ekstrinsik/alergi
 Intrinsik / non alergi
 Campuran

Faktor ekstrinsik bisa terjadi karena inhalan yang masuk ke dalam


tubuh melalui alat pernafasan (makanan, obat obatan, serpihan binatang
dll.), sedangkan intrinsik disebabkan karena adanya peradangan. Faktor
Campuran terjadi dari faktor ekstrinsk dan intrinsik.

D. Manifestasi klinis
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi
(whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-
batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula
rasa sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan
menjadi :
1. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala
asma atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun
fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus
atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.
2. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik
tidak ada kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya
obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari
serangan asma.
3. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada
pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda
obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila pengobatan
dihentikan asma akan kambuh.
4. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit
yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala
yang makin banyak antara lain :
a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo
mastoideus
b. Sianosis
c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran
e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
5. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis
beberapa serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara
terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma
bersifat reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk
mengembalikan nafas ke kondisi normal

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
 Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinofil.
 Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan
silinder sel-sel cabang-cabang bronkus
 Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
 Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat
komplikasi asma
 Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis
yang buruk
 Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang
meninggi
 Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
 Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada
waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari
serangan.
 Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal.
Pada serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru
berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal
serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi,
kelainan yang terjadi adalah:
 Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
 Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan
gambaran yang bertambah.
 Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran
infiltrat pada paru.
4. Pemeriksaan faal paru
 Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan
penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh
pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
 Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi
pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC
sering terjadi pada asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat
dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema
paru, yakni :
 Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke
kanan dan rotasi searah jarum jam
 Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
 Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan
VES atau terjadinya relatif ST depresi.
F. Komplikasi
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2. Chronic persisten bronhitis
3. Bronchitis
4. Pneumonia
5. Emphysema
6. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi
kontinu yang lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini
mengancam hidup (Smeltzer & Bare, 2002).

G. Penatalaksanaan
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik.
1. Penobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien
tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari
faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan
berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma
yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari
dan mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang
cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan
fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik
a) Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan
jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang
termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b) Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini
diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang
memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali
sehari.
c) Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang
baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol
( beclometason dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot
tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek
samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi
dengan ketat.
d) Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-
anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e) Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.
Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f) Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol
dan bersifat bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20
menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit)
dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas.

H. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian Primer Asma
a. Airway
 Peningkatan sekresi pernafasan
 Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b. Breathing
 Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
 Menggunakan otot aksesoris pernafasan
 Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c. Circulation
 Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
 Sakit kepala
 Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
 Papiledema
 Urin output meurun
d. Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status
umum dan neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi
pupil.
2. Pengkajian Sekunder Asma
a. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk
menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik
antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat
berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak
yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu
serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa
adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan
yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang
timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan
atau dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus
untuk waktu yang lama.
b. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang
mendukung diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang
mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah,
kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi
pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan
posisi istirahat klien.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan
pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau
bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau
tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna
rambut, kelembaban dan kusam.
3) Thorak
a) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan
kesemetrisan adanya peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat
dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan
taktil fremitus.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai
hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan
rendah.
d) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai
dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x
inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
c. Sistem pernafasan
1) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin
keras dan seterusnya menjadi produktif yang mula-mula
encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau
putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama
kalau terjadi infeksi sekunder.
2) Frekuensi pernapasan meningkat
3) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
4) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang
memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
5) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang
daripada inspirasi bahkan mungkin lebih.
6) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin
ditemukan:Hiperinflasi paru yang terlihat dengan
peningkatan diameter anteroposterior rongga dada yang
pada perkusi terdengar hipersonor.
Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan
pengaktifan otot-otot bantu napas (antar iga,
sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan
cuping hidung.
7) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan
pernapasan cepat dan dangkal dengan bunyi pernapasan
dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
d. Sistem kardiovaskuler
1) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
2) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
 takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
 Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan
tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu
inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada
asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
3) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun,
gangguan irama jantung.

I. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul.


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan bronkospasme
2. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekret.
3. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.

J. Fokus Intervensi
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan bronkospasme
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien
mampu
 Respiratory Status : Gas exchange
 Respiratory Status : ventilation
 Vital Sign Status
Kriteria Hasil :
 Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat
 Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
 mampu mengeluarkan sputum
Intervensi :
1. Kaji TTV klien .
Rasional : Mengetahui keadaan umum pasien.
2. Posisikan klien semi fowler untuk memak-simalkan ventilasi
Rasional : Meningkat-kan ekspansi paru.
3. Pasang Nebulizer
Rasional : memperlancar keluarnya secret
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi kanul nasal
Rasional : Sebagai prefilaksis mengatasi nyeri.

2. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekret.


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 × 24 jam diharapkan
Bersihan jalan nafas kembali efektif dengan
kriteria hasil :
a. Mendemonstrasi kan peningkatan oksigenasi dan ventilasi
b. Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi :
1. Anjurkan untuk banyak minum air hangat
Rasional : untuk membantu pemulihan system pernafasan .
2. Ajarkan teknik nafas dalam
Rasional : untuk membantu penyembuhan dan pemulihan
3. Ajarkan batuk efektif.
Rasional : untuk membantu penyembuhan pasien
4. Kolaborasi pemberian obat oral
Rasional : Mengetahui obat dan mempercepat proses penyembuhan

3. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien
mampu :
 Anxiety control
 Coping
 Impulse control
Kriteria Hasil :
 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
 Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas
 Vital sign dalam batas normal
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
Intervensi :
1. Dorong keluarga untuk menemani pasien
Rasional : klien tidak merasa sendirian
2. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Rasional : membuat pasien merasa tenang
3. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Rasional : mengurangi rasa sesak

K. Evaluasi
a. Jalan nafas kembali efektif
b. Pola nafas kembali efektif
c. Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
d. Klien dapat melakukan aktivitas sehari – hari secara mandiri
e. Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma


Berat. Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma Management
and Prevension In Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta:
EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma
Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro
Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Kardio Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press
Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu
Penyakit Dalam, FKUI/RSCM
Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta: Sagung Seto
ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP KLIEN Ny” S ”

DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA BRONCHIAL

DI RUANG PERAWATAN ASOKA

RSUD BATARA SIANG

KAB. PANGKEP

OLEH :

NAMA : INDA WINDY OKTAVIANI

NIM : 201903154

CI LAHAN CI INSTITUSI

(.....................................) (....................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

SIDENRENG RAPPANG

2019 – 2020

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny “ S ” DENGAN


DIAGNOSA MEDIS ASMA BRONCHIAL DI RUANGAN
PERAWATAN ASOKA RSUD BATARA SIANG

A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 22 oktober 2019
Tanggal Pengkajian : 23 oktober 2019
Ruang : perawatan Asoka
No RM : 21 38 57
Diagnosa Medis : Asma bronchial
1. IDENTITAS
Identitas Klien
Nama Klien : Ny” S “
Jenis Kelamin :p
Usia : 41 Thn
Status Perkawinan : menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Bugis
Pendidikan : SMP
Bahasa : Indonesia dan Bugis
Pekerjaan : IRT
Alamat : bowong cindea

Identitas Penanggung
Nama : wanda
Jenis Kelamin :p
Usia : 25 Thn
Pekerjaan : mahasiswa
Alamat : bowong cindea
Hub. Dengan Klien : anak pasien

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama : sesak nafas
2) Riwayat Keluhan Utama :
PBM dengan keluhan sesak nafas yang di rasakan sejak sejak satu
minggu yang lalu , batuk berlendir sejak satu minggu yang lalu, nyeri
ulu hati (+) , mual dan muntahdengan frekuensi dua kali pagi ini ,
BAB dan BAK normal seperti biasanya .
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Asma bronchial , pernah di rawat di puskesmas dengan keluhan yang
sama pada tahun 2017
b. Penyakit Kesehatan Keluarga ( Genogram )

? ? ?

60 58

? 35 32
38

45 41

29 25 16

Keterangan :

: Laki-laki : Klien ? : Umur tidak di ketahui


: Perempuan : Garis Keturunan

: Meninggal : Tinggal serumah

Riwayat Kesehatan anggota keluarga :

* Generasi I : kakek dan nenek klien meninggal karena faktor lansia

* Generasi II : orang tua klien semuanya masih hidup , dari saudara ibu dua yang
sudah meninggal sedangkan dari ayah klien semua saudarah masih
hidup

* Generasi III : klien anak ke tiga dari empat bersaudara , saudara klien tidak memiliki
riyawat penyakit apapun.

c. Riwayat Psikososial dan Spiritual


1) Orang terdekat dengan klien :suami dan keluarga pasien
2) Interaksi dengan keluarga :
a) Pola komunikasi : komunikasi terbuka dengan meminta
pendapat dari keluarga terutama suami dan anaknya.
b) Pembuatan keputusan : keputusan diambil suami
sendiri
c) Kegiatan kemasyarakatan : tidak mengikuti kegiatan di
masyarakat.
3) Dampak penyakit klien terhadap keluarga : keluarga merasa
sedih klien sakit.
4) Masalah yang mempengaruhi klien: klien merasa terbebani
Interaksi dengan keluarga
dengan sakitnya.
5) Mekanisme koping terhadap stress : ketika stress klien biasanya
lebih banyak diam.
6) Persepsi klien terhadap penyakitnya : semoga dirinya bisa
secepatnya sembuh dan dapat beraktifitas seperti sebelumnya.
7) Sistem nilai kepercayaan: tidak ada nilai-nilai kepercayaan yang
bertentangan dengan kesehatan

d. Pola Kebiasaan
HAL YANG DIKAJI POLA KEBIASAAN

SEBELUM SAKIT DI RUMAH SAKIT


1. Pola Nutrisi dan Cairan
a. Makan
1) Frek makan dalam 4 x dalam sehari Makan sedikit tapi sering
sehari
2) Nafsu makan
(Baik/Tidak) Baik
alasan -
3) Porsi makan yg Di habiskan Porsi makan tidak di
dihabiskan habiskan
4) Makanan yang Menyukai semua
disukai makanan
5) Makanan yg
Tidak ada -
membuat alergi
6) Penggunaan obat
obatan sebelum Tidak ada
makan
7) Penggunaan alat
bantu (NGT, dll) Tidak ada

b. Minum/cairan Air putih


1) Jenis
± 5 glas
2) Frekuensi
Air putih
3) jumlah saat merasa haus. ± 1000 cc

2. Pola Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi Kurang lebih 2500 cc Kurang lebih 2500 cc
2) Warna ± 8-9 kali dalam sehari ± 8-9 kali dalam sehari
3) Keluhan
kuning kuning
4) Penggunaan ala
bantu (kateter) Tidak ada Tidak ada

b. BAB
1) Frekuansi
2) Waktu ± 1 x dalam sehari ± 1 x dalam sehari
3) Warna Tidak menentu Tidak menentu
4) Konsistensi Kuning Kuning
5) Keluhan
lembek lembek
6) Penggunaan
laksatif -
-

3. Pola Personal Hygiene


a. Mandi
1) Frekuensi
2) waktu
b. Oral hygiene 2 x sehari Hanya di bersihkan
1) Frekuensi
Pagi dan sore dengan tissue
2) Waktu
c. Cuci rambut 2 x sehari Pagi hari
1) frekuensi Saat mandi Tidak pernah selama di RS

4. Pola istirahat tidur 2x seminggu Tidak teratur


a. Lama tidur siang 2 jam sehari 1 jam
b. Lama tidur malam 7 jam / hari 5 Jam
5. Pola Aktivitas dan latihan
a. Waktu bekerja
±8 jam Tidak
b. Olah raga
c. Jenis olah raga -
d. Frekuensi olahraga -
e. Keluhan dalam -
aktiftas -
6. Kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan
a. Merokok
1) Frekuensi
2) Jumlah
3) Lama pemakaian
b. Minuman
keras/NAPZA

3. PENGKAJIAN FISIK
a. Pemeriksaan Fisik Umum
1) Keadaan : Lemah
2) Berat badan : 48 Kg
3) Tinggi badan : 154cm
4) Tekanan darah : 120/ 80 mmhg
5) Nadi : 86x / menit
6) Frekuensi napas : 20 x / menit
7) Suhu tubuh : 36,5’ C
b. Daerah kepala dan leher
1) Kepala : mesocepal
2) Rambut : hitam kasar dan sedikit berminyak
3) Kulit Kepala : ada ketombe sedikit, massa (-)
4) Wajah : tidak ada lesi/luka dan tidak ada massa
5) Mata : tidak menggunakan alat bantu penglihatan namun merasa
penglihatan agak berkurang/menurun, sklera putih, refleks cahaya baik
6) Telinga : tidak ada nyeri tekan dan nampak simetris, pendengaran baik.
7) Hidung : tidak ada massa dan nyeri tekan
8) Mulut
 Bibir : baik
 Gigi : ada karies
 Gusi : nampak merah
 Mukosa : baik
 Lidah : kotor
 Palatum : ada sariawan
 Tonsil : tidak ada tanda tanda peradangan
 Tenggorokan : baik
 Suara : terdengar jelas
9) Leher : tidak ada pembesaran tyroid, arteri karotis teraba, tidak ada
distensi vena jungularis.
c. Daerah dada (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi)
Bentuk dada normal
Pengembangan dada mengikuti gerakan napas
Tidak teraba adanya massa & nyeri tekan
Tidak ada suara napas tambahan
d. Abdomen : abnormal ada pembesaran di hepar
e. Punggung :tidak ada massa dan nyeri tekan
f. Ektremitas
Ekstremitas Atas : tidak ada udem, kekuatan otot baik
Ektremitas Bawah : tidak ada udem, kekuatan otot baik
g. Daerah genetalia : tidak dilakukan pemerikasaan.
h. Rectum : tidak dilakukan pemeriksaan
i. Integumen : warna kulit kuning langsat dan kelembaban baik

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
NO JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN (NORMAL) KET
1. Darah lengkap
HCB 14,0 11,0-16,0
WBC 12,9± 4,0-10,0
RBC 5,02 4,50-5-50
Platelet 22,4 150-400
HCT 41,7 37,0-51,0

2. SGOT 45* < 38


3. SGPT 55* < 40
4. Kreatinin 0,9 <1,1
5. Glukosa sewaktu 126 70-150
6. HBsAg kualitatif Negative Negative

TERAPI
NO TERAPI DOSIS RUTE KETERANGAN

1. IVFD RL 28 tpm
2. Salbutamol tablet 3×1
3. Metylpernisolen 3×1
4. Paracetamol Satu ampul
5. Nebulizer Dua kali
sehari

KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

1. Klien mengatakan sesak nafas 1. Nampak sesak dan susah


2. Klien mengatakan merasa lemah mengatur nafas
3. Klien mengatakan sangat sesak saat 2. Klien nampak meringis
bearing 3. Klien Nampak tidak biasa
4. Klien mengatakan sering mual dan makan
muntah 4. Turgor kulit kering
5. Klien mengatakan nyeri ulu hati - TD : 120/80 MmHg
Klien mengatakan nafsu makan - S : 36,50C
berkurang - N : 86 x/i
- P : 28 x/i
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS :1.klien mengatakan sesak bronkospasme Gangguan


nafas
pertukaran gas
2. klien mengatakan sangat
sesak saat baring

DO : 1. Klien nampak meringis


2. klien Nampak memakai
O2

2. DS :1.klien mengatakan lemah peningkatan


2. Klien mengatakan mual dan Bersihan jalan
sekret. nafas
muntah

DO : 1.Klien Nampak meringis

- TD : 120/80 MmHg
- S : 36,50C
- N : 86 x/i
- P : 28 x/i

kesulitan bernafas Cemas


3. DS : 1. Klien mengatakan merasa
dan rasa takut
takut sufokasi.

2. Klien mengatakan susah


tidur

DO : 1. Klien nampak pucak


2. klien Nampak gelisah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANGGAL
DITEMUKAN TERATASI

1. Gangguan pertukaran gas 23 oktober 2019


berhubungan dengan
bronkospasme

2. Bersihan jalan nafas berhubungan 23 oktober 2019


dengan peningkatan sekret.

3. Cemas berhubungan dengan


kesulitan bernafas dan rasa takut 23 oktober 2019
sufokasi.

RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Gangguan Setelah 1. Kaji TTV 1. Mengetahui
pertukaran gas dilakukan klien keadaan
berhubungan tindakan 2. Posisikan umum
dengan keperawatan klien semi pasien
selama 3 x 24
bronkospasme fowler untuk 2. Meningkat-
jam, pasien
memak- kan ekspansi
mampu
Respiratory simalkan paru.
Status : Gas ventilasi 3. memperlanc
exchange 3. Pasang ar keluarnya
Respiratory Nebulizer secret
Status : 4. Kolaborasi 4. Sebagai
ventilation dengan tim prefilaksis
Vital Sign medis dalam mengatasi
Status pemberian
nyeri.
Kriteria Hasil : terapi kanul
Mendemonstr nasal
asikan
peningkatan
ventilasi dan
oksigenasi
yang adekuat
Memelihara
kebersihan
paru paru dan
bebas dari
tanda tanda
distress
pernafasan
mampu
mengeluarkan
sputum

2. Bersihan jalan
Setelah 1. Anjurkan 1.untuk
nafas
berhubungan dilakukan membantu
untuk banyak
dengan tindakan pemulihan
minum air
peningkatan keperawatan system
hangat
sekret. selama 3 × 24
2. Ajarkan teknik pernafasan
jam
nafas dalam 2.untuk
diharapkan
3. Ajarkan batuk membantu
Bersihan jalan
nafas kembali efektif penyembuhan
efektif dengan 4. Mengetahui dan pemulihan
kriteria hasil : obat dan 3.untuk
a.Mendemons mempercepat membantu
trasikan proses penyembuhan
peningkatan penyembuhan pasien
oksigenasi 4. Mengetahui
dan ventilasi obat dan
b.Tanda-tanda mempercepat
vital dalam proses
rentang
penyembuhan
normal.

1. Dorong
3. Cemas Klien mampu 1.klien tidak
keluarga
berhubungan mengidentifik merasa
untuk
dengan kesulitan asi dan sendirian
menemani
mengungkapk
bernafas dan rasa pasien 2. membuat
an gejala 2. Bantu pasien
takut sufokasi pasien merasa
cemas mengenal tenang
Mengidentifik situasi yang 3. mengurang
asi, menimbulkan i rasa sesak
mengungkapk kecemasan
an dan 3. Instruksikan
menunjukkan pasien
tehnik untuk menggunak
mengontol an teknik
cemas relaksasi
Vital sign
dalam batas
normal
Postur tubuh,
ekspresi
wajah, bahasa
tubuh dan
tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

CATATAN PERKEMBANGAN
TGL NO DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

24/10/2019 1 09.08 1. Mengkaji TTV klien JAM : 10.30


S : Klien
H : TD : 120/80 MmHg mengatakan
S : 36,50C
sesak nafas
N : 86 x/i
P : 28 x/i
2. Mengposisikan klien O : klien nampak
semi fowler untuk lemah
memak-simalkan
ventilasi A : masalah belum
H : klien tampak teratasi
setengah baring
3. Memasangkankasang P : lanjutkan
Nebulizer intervensi 1
H: klien Nampak di dan 2
pasangkan nebulizer
4. menkolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian
terapi kanul nasal
H : Salbutamol tablet
Metylpernisolen
Paracetamol
Nebulizer

2 11.15 1. menganjurkan untuk JAM : 11.30


banyak minum air S : Klien
hangat mengatakan
H : keluarga klien memgerti mual dan
sesuai yang di muntah , terasa
anjurkan banyak lendir d
2. mengajarkan teknik leher
nafas dalam
H : klien mengerti O : KU lemah
dan selalu
mengulangi A : masalah
kembali belum teratasi
3. Ajarkan batuk efektif
H : klien mengikuti etika P: lanjutkan
batuk yang di ajarkan intervensi 1
4. Mengetahui obat dan dan 3
mempercepat proses
penyembuhan
H : Salbutamol tablet
Metylpernisolen
Paracetamol
Nebulizer

3 15.38 1. mengdorong keluarga JAM : 15.50


untuk menemani pasien S : klien merasa
H : klien Nampak selalu di
cemas saat sesak
temani dengan anaknya
2. mengbantu
pasien O : klien nampak
mengenal tenang
situasi yang
menimbulkan A : masalah teratasi
kecemasan
H :pasien terlalu P: pertahankan
cemas saat sesak intervensi
3. menginstruksikan
pasien menggunakan
teknik relaksasi
H : klien mengikuti sesuai
yang di instruksikan

CATATAN PERKEMBANGAN
TGL NO DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

25/10/2019 1 11.08 1. Mengkaji TTV klien JAM : 11.30


S : Klien
H : TD : 120/80 MmHg mengatakan
S : 36,50C
sesak nafas
N : 86 x/i
berkurang
P : 24 x/i
2. Mengposisikan klien
semi fowler untuk O : KU sedang
memak-simalkan
ventilasi A : masalah belum
H : klien tampak setengah teratasi
baring
P : lanjutkan
intervensi 1

JAM : 13.30
2 12.15 1. menganjurkan untuk S : Klien
banyak minum air mengatakan
hangat batuk berlendir
H : keluarga klien memgerti O : KU sedang
sesuai yang di
anjurkan A : masalah
3 .Ajarkan batuk efektif belum teratasi
H : klien mengikuti etika
batuk yang di ajarkan P: lanjutkan
intervensi 1
dan 3

CATATAN PERKEMBANGAN
TGL NO DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

26/10/2019 1 10.08 1. Mengkaji TTV klien JAM : 11.30


S : Klien
H : TD : 120/80 MmHg mengatakan
S : 36,50C
N : 86 x/i sudah tidak
P : 20 x/i sesak nafas

O : KU sedang

A : masalah
teratasi

P : pertahankan
intervensi

2 13.15 1. menganjurkan untuk JAM : 13.30


banyak minum air S : Klien
hangat mengatakan
sudah tidak
batuk
H : keluarga klien memgerti
sesuai yang di O : KU sedang
anjurkan
3 . Ajarkan batuk efektif A : masalah
H : klien mengikuti etika teratasi
batuk yang di ajarkan
P: pertahankan
intervensi

Anda mungkin juga menyukai