KAB. PANGKEP
OLEH :
NIM : 201903154
CI LAHAN CI INSTITUSI
(.....................................) (....................................)
SIDENRENG RAPPANG
2019 – 2020
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
ASMA BRONCHIAL
A. Pengertian
1. Asma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya obstruksi
jalan nafas yang hilang secara spontan atau yang disebabkan oleh
adanya spasme otot lunak,bronchial, scresi mukus yang berlebihan dan
oedena yang berlebihan.
2. Asma Bronchial adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang ditandai
dengan meningkatnya respons trachea dan bronchi oleh berbagai
rangsangan.
3. Asma Bronchial adalah suatu kondisi dimana bronchus sangat responsif
terhadap stimulus dan bersifat reversibel.
B. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan
udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular.
Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang
merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan
prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan,
perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara
bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan
bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi
dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2 akibat
hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan
alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut,
histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos
bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme
asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan
meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan
pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu
mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan
mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
C. Etiologi
Asma bronchial adalah suatu ISPA yang dicetuskan oleh beberapa
faktor diantaranya oleh tekanan emosi, kerja fisik, alergi terhadap sesuatu,
virus, bakteri, dll. Asma bronchiale dapat terbentuk oleh beberapa faktor
diantaranya
Ekstrinsik/alergi
Intrinsik / non alergi
Campuran
D. Manifestasi klinis
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi
(whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-
batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula
rasa sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan
menjadi :
1. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala
asma atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun
fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus
atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.
2. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik
tidak ada kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya
obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari
serangan asma.
3. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada
pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda
obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila pengobatan
dihentikan asma akan kambuh.
4. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit
yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala
yang makin banyak antara lain :
a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo
mastoideus
b. Sianosis
c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran
e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
5. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis
beberapa serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara
terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma
bersifat reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk
mengembalikan nafas ke kondisi normal
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinofil.
Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan
silinder sel-sel cabang-cabang bronkus
Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat
komplikasi asma
Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis
yang buruk
Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang
meninggi
Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada
waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari
serangan.
Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal.
Pada serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru
berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal
serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi,
kelainan yang terjadi adalah:
Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan
gambaran yang bertambah.
Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran
infiltrat pada paru.
4. Pemeriksaan faal paru
Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan
penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh
pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi
pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC
sering terjadi pada asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat
dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema
paru, yakni :
Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke
kanan dan rotasi searah jarum jam
Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan
VES atau terjadinya relatif ST depresi.
F. Komplikasi
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2. Chronic persisten bronhitis
3. Bronchitis
4. Pneumonia
5. Emphysema
6. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi
kontinu yang lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini
mengancam hidup (Smeltzer & Bare, 2002).
G. Penatalaksanaan
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik.
1. Penobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien
tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari
faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan
berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma
yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari
dan mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang
cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan
fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik
a) Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan
jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang
termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b) Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini
diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang
memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali
sehari.
c) Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang
baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol
( beclometason dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot
tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek
samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi
dengan ketat.
d) Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-
anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e) Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.
Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f) Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol
dan bersifat bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20
menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit)
dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas.
H. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian Primer Asma
a. Airway
Peningkatan sekresi pernafasan
Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b. Breathing
Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
Menggunakan otot aksesoris pernafasan
Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c. Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
Sakit kepala
Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
Papiledema
Urin output meurun
d. Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status
umum dan neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi
pupil.
2. Pengkajian Sekunder Asma
a. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk
menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik
antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat
berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak
yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu
serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa
adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan
yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang
timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan
atau dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus
untuk waktu yang lama.
b. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang
mendukung diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang
mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah,
kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi
pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan
posisi istirahat klien.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan
pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau
bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau
tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna
rambut, kelembaban dan kusam.
3) Thorak
a) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan
kesemetrisan adanya peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat
dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan
taktil fremitus.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai
hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan
rendah.
d) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai
dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x
inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
c. Sistem pernafasan
1) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin
keras dan seterusnya menjadi produktif yang mula-mula
encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau
putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama
kalau terjadi infeksi sekunder.
2) Frekuensi pernapasan meningkat
3) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
4) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang
memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
5) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang
daripada inspirasi bahkan mungkin lebih.
6) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin
ditemukan:Hiperinflasi paru yang terlihat dengan
peningkatan diameter anteroposterior rongga dada yang
pada perkusi terdengar hipersonor.
Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan
pengaktifan otot-otot bantu napas (antar iga,
sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan
cuping hidung.
7) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan
pernapasan cepat dan dangkal dengan bunyi pernapasan
dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
d. Sistem kardiovaskuler
1) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
2) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan
tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu
inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada
asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
3) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun,
gangguan irama jantung.
J. Fokus Intervensi
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan bronkospasme
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien
mampu
Respiratory Status : Gas exchange
Respiratory Status : ventilation
Vital Sign Status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat
Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
mampu mengeluarkan sputum
Intervensi :
1. Kaji TTV klien .
Rasional : Mengetahui keadaan umum pasien.
2. Posisikan klien semi fowler untuk memak-simalkan ventilasi
Rasional : Meningkat-kan ekspansi paru.
3. Pasang Nebulizer
Rasional : memperlancar keluarnya secret
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi kanul nasal
Rasional : Sebagai prefilaksis mengatasi nyeri.
K. Evaluasi
a. Jalan nafas kembali efektif
b. Pola nafas kembali efektif
c. Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
d. Klien dapat melakukan aktivitas sehari – hari secara mandiri
e. Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah
DAFTAR PUSTAKA
KAB. PANGKEP
OLEH :
NIM : 201903154
CI LAHAN CI INSTITUSI
(.....................................) (....................................)
SIDENRENG RAPPANG
2019 – 2020
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 22 oktober 2019
Tanggal Pengkajian : 23 oktober 2019
Ruang : perawatan Asoka
No RM : 21 38 57
Diagnosa Medis : Asma bronchial
1. IDENTITAS
Identitas Klien
Nama Klien : Ny” S “
Jenis Kelamin :p
Usia : 41 Thn
Status Perkawinan : menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Bugis
Pendidikan : SMP
Bahasa : Indonesia dan Bugis
Pekerjaan : IRT
Alamat : bowong cindea
Identitas Penanggung
Nama : wanda
Jenis Kelamin :p
Usia : 25 Thn
Pekerjaan : mahasiswa
Alamat : bowong cindea
Hub. Dengan Klien : anak pasien
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama : sesak nafas
2) Riwayat Keluhan Utama :
PBM dengan keluhan sesak nafas yang di rasakan sejak sejak satu
minggu yang lalu , batuk berlendir sejak satu minggu yang lalu, nyeri
ulu hati (+) , mual dan muntahdengan frekuensi dua kali pagi ini ,
BAB dan BAK normal seperti biasanya .
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Asma bronchial , pernah di rawat di puskesmas dengan keluhan yang
sama pada tahun 2017
b. Penyakit Kesehatan Keluarga ( Genogram )
? ? ?
60 58
? 35 32
38
45 41
29 25 16
Keterangan :
* Generasi II : orang tua klien semuanya masih hidup , dari saudara ibu dua yang
sudah meninggal sedangkan dari ayah klien semua saudarah masih
hidup
* Generasi III : klien anak ke tiga dari empat bersaudara , saudara klien tidak memiliki
riyawat penyakit apapun.
d. Pola Kebiasaan
HAL YANG DIKAJI POLA KEBIASAAN
2. Pola Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi Kurang lebih 2500 cc Kurang lebih 2500 cc
2) Warna ± 8-9 kali dalam sehari ± 8-9 kali dalam sehari
3) Keluhan
kuning kuning
4) Penggunaan ala
bantu (kateter) Tidak ada Tidak ada
b. BAB
1) Frekuansi
2) Waktu ± 1 x dalam sehari ± 1 x dalam sehari
3) Warna Tidak menentu Tidak menentu
4) Konsistensi Kuning Kuning
5) Keluhan
lembek lembek
6) Penggunaan
laksatif -
-
3. PENGKAJIAN FISIK
a. Pemeriksaan Fisik Umum
1) Keadaan : Lemah
2) Berat badan : 48 Kg
3) Tinggi badan : 154cm
4) Tekanan darah : 120/ 80 mmhg
5) Nadi : 86x / menit
6) Frekuensi napas : 20 x / menit
7) Suhu tubuh : 36,5’ C
b. Daerah kepala dan leher
1) Kepala : mesocepal
2) Rambut : hitam kasar dan sedikit berminyak
3) Kulit Kepala : ada ketombe sedikit, massa (-)
4) Wajah : tidak ada lesi/luka dan tidak ada massa
5) Mata : tidak menggunakan alat bantu penglihatan namun merasa
penglihatan agak berkurang/menurun, sklera putih, refleks cahaya baik
6) Telinga : tidak ada nyeri tekan dan nampak simetris, pendengaran baik.
7) Hidung : tidak ada massa dan nyeri tekan
8) Mulut
Bibir : baik
Gigi : ada karies
Gusi : nampak merah
Mukosa : baik
Lidah : kotor
Palatum : ada sariawan
Tonsil : tidak ada tanda tanda peradangan
Tenggorokan : baik
Suara : terdengar jelas
9) Leher : tidak ada pembesaran tyroid, arteri karotis teraba, tidak ada
distensi vena jungularis.
c. Daerah dada (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi)
Bentuk dada normal
Pengembangan dada mengikuti gerakan napas
Tidak teraba adanya massa & nyeri tekan
Tidak ada suara napas tambahan
d. Abdomen : abnormal ada pembesaran di hepar
e. Punggung :tidak ada massa dan nyeri tekan
f. Ektremitas
Ekstremitas Atas : tidak ada udem, kekuatan otot baik
Ektremitas Bawah : tidak ada udem, kekuatan otot baik
g. Daerah genetalia : tidak dilakukan pemerikasaan.
h. Rectum : tidak dilakukan pemeriksaan
i. Integumen : warna kulit kuning langsat dan kelembaban baik
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
NO JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN (NORMAL) KET
1. Darah lengkap
HCB 14,0 11,0-16,0
WBC 12,9± 4,0-10,0
RBC 5,02 4,50-5-50
Platelet 22,4 150-400
HCT 41,7 37,0-51,0
TERAPI
NO TERAPI DOSIS RUTE KETERANGAN
1. IVFD RL 28 tpm
2. Salbutamol tablet 3×1
3. Metylpernisolen 3×1
4. Paracetamol Satu ampul
5. Nebulizer Dua kali
sehari
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- TD : 120/80 MmHg
- S : 36,50C
- N : 86 x/i
- P : 28 x/i
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Gangguan Setelah 1. Kaji TTV 1. Mengetahui
pertukaran gas dilakukan klien keadaan
berhubungan tindakan 2. Posisikan umum
dengan keperawatan klien semi pasien
selama 3 x 24
bronkospasme fowler untuk 2. Meningkat-
jam, pasien
memak- kan ekspansi
mampu
Respiratory simalkan paru.
Status : Gas ventilasi 3. memperlanc
exchange 3. Pasang ar keluarnya
Respiratory Nebulizer secret
Status : 4. Kolaborasi 4. Sebagai
ventilation dengan tim prefilaksis
Vital Sign medis dalam mengatasi
Status pemberian
nyeri.
Kriteria Hasil : terapi kanul
Mendemonstr nasal
asikan
peningkatan
ventilasi dan
oksigenasi
yang adekuat
Memelihara
kebersihan
paru paru dan
bebas dari
tanda tanda
distress
pernafasan
mampu
mengeluarkan
sputum
2. Bersihan jalan
Setelah 1. Anjurkan 1.untuk
nafas
berhubungan dilakukan membantu
untuk banyak
dengan tindakan pemulihan
minum air
peningkatan keperawatan system
hangat
sekret. selama 3 × 24
2. Ajarkan teknik pernafasan
jam
nafas dalam 2.untuk
diharapkan
3. Ajarkan batuk membantu
Bersihan jalan
nafas kembali efektif penyembuhan
efektif dengan 4. Mengetahui dan pemulihan
kriteria hasil : obat dan 3.untuk
a.Mendemons mempercepat membantu
trasikan proses penyembuhan
peningkatan penyembuhan pasien
oksigenasi 4. Mengetahui
dan ventilasi obat dan
b.Tanda-tanda mempercepat
vital dalam proses
rentang
penyembuhan
normal.
1. Dorong
3. Cemas Klien mampu 1.klien tidak
keluarga
berhubungan mengidentifik merasa
untuk
dengan kesulitan asi dan sendirian
menemani
mengungkapk
bernafas dan rasa pasien 2. membuat
an gejala 2. Bantu pasien
takut sufokasi pasien merasa
cemas mengenal tenang
Mengidentifik situasi yang 3. mengurang
asi, menimbulkan i rasa sesak
mengungkapk kecemasan
an dan 3. Instruksikan
menunjukkan pasien
tehnik untuk menggunak
mengontol an teknik
cemas relaksasi
Vital sign
dalam batas
normal
Postur tubuh,
ekspresi
wajah, bahasa
tubuh dan
tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL NO DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL NO DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM : 13.30
2 12.15 1. menganjurkan untuk S : Klien
banyak minum air mengatakan
hangat batuk berlendir
H : keluarga klien memgerti O : KU sedang
sesuai yang di
anjurkan A : masalah
3 .Ajarkan batuk efektif belum teratasi
H : klien mengikuti etika
batuk yang di ajarkan P: lanjutkan
intervensi 1
dan 3
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL NO DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
O : KU sedang
A : masalah
teratasi
P : pertahankan
intervensi