Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


ASMA

OLEH :
AGUSTINA RISTANTI
2022207209146

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
2023

i
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
ASMA

A. KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN
Asma adalah suatu penyakit dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas pada rangsangan tertentu, yang mengakibatkan
peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. asma merupakan suatu
penyakit saluran pernafasan yang mengalami penyempitan karena
hipereaktivitas oleh faktor risiko tertentu. Penyempitan ini bersifat
sementara serta menimbulkan gejala sesak nafas dan mengi.

Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan
psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi
otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkriolus
dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus
jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan
penumpukan udara di terminal oleh berbagai macam sebab maka akan
menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi),
distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru,
gangguan difusi gas di tingkat alveoli. Tiga kategori asma alergi (asma
ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang disebabkan alergi
tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik seperti
eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma.

Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan


adnya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti
flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.

1
2. ETIOLOGI / FAKTOR RISIKO
Menurut Wijaya & Putri (2014) etiologi asma dapat dibagi atas :
a. Asma ekstrinsik / alergi
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah
terdapat semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk
sari, bulu halus, binatang dan debu.
b. Asma instrinsik / idopatik Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus
yang jelas, tetapi adanya faktor-faktor non spesifik seperti : flu, latihan
fisik, kecemasan atau emosi sering memicu serangan asma. Asma ini
sering muncul sesudah usia 40tahun setelah menderita infeksi sinus. c.
Asma campuran Asma yang timbul karena adanya komponen ekstrinsik
dan intrinsik.

3. PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan
oleh satu atau lebih dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi,
yang menyempitkan jalan nafas, atau pembengkakan membran yang
melapisi bronkhi, atau penghisap bronkhi dengan mukus yang kental.
Selain itu, otot-otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang
kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara
terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan
ini belum diketahui, tetapi ada yang paling diketahui adalah keterlibatan
sistem imunologis dan sisitem otonom. Beberapa individu dengan asma
mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi
yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru.
Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan
antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator)
seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari
substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam
jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas,
menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membaran mukosa dan

2
pembentukan mukus yang sangat banyak. Sistem saraf otonom
mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls saraf vagal
melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik atau nonalergik, ketika ujung
saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin,
merokok, emosi dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan
meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan
bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang
dibahas di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah
terhadap respon parasimpatis. Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari
sistem saraf simpatis terletak dalam bronki. Ketika reseptor α- adrenergik
dirangsang terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor
β- adregenik yang dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α- dan β-
adregenik dikendalikan terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP).
Stimulasi reseptor alfa mengakibatkan penurunan cAMP, mngarah pada
peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel mast
bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor beta adrenergik mengakibatkan
peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan mediator kimiawi
dan menyababkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa
penyekatan βadrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya
asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan
konstriksi otot polos (Wijaya dan Putri, 2014).

3
Patway

4
4. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma menurut Halim
Danokusumo (2000) dalam Padila (2015) diantaranya ialah :
a. Stadium Dini Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
2) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang
timbul
3) Wheezing belum ada
4) Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
6) BGA belum patologis Faktor spasme bronchiolus dan edema yang
lebih dominan:
1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Wheezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parsial O2

b. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
4) Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
9) Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan
pada Rongen paru
10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik.

5
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2015) yaitu :
a. Spirometri Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi
b. Uji provokasi bronkus
c. Pemeriksaan sputum
d. Pemeriksaan cosinofit total
e. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan
berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada
asma.
f. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
g. Foto thorak untuk mengetahui adanya pembengkakan, adanya
penyempitan bronkus dan adanya sumbatan
h. Analisa gas darah Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi

6. KOMPLIKASI
Komplikasi menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
a. Pneumothorak
b. Pneumomediastium dan emfisema sub kutis
c. Atelektasis
d. Aspirasi
e. Kegagalan jantung/ gangguan irama jantung
f. Sumbatan saluran nafas yang meluas / gagal nafas Asidosis
g. Bronchiolitis
.h. Hipoksemia

7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
Non farmakologi, tujuan dari terapi asma :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
b. Mencegah kekambuhan

6
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta
mempertahankannya
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk
melakukan exercise
e. Menghindari efek samping obat asma
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel
h. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan
asma

Farmakologi, obat anti asma :


a. Bronchodilator Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol
b. Antikolinergin Iptropiem bromid (atrovont)
c. Mukolitin BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air
putih.
d. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
a) Oksigen 4-6 liter/menit.2)
b) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau
terbutalin 10mg) inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di
ulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg atau
terbutalin 0,25 mg dalam larutandextrose 5% diberikan
perlahan.
c) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan
obat inidalam 12 jam
d) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada
respon segeraatau klien sedang menggunakan steroid oral atau
dalam serangan sangatberat

7
B. KONSEP PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan :
a. Data Demografi
Identitas klien :nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.

b. Riwayat Kesehatan
Klien dengan serangan asthma datang mencari pertolongan dengan
keluhan, terutama sesak napas yang hebat dan mendadak kemudian
diikuti dengan gejala-gejala lain yaitu : Wheezing, Penggunaan otot
bantu pernapasan, Kelelahan, gangguan kesadaran, Sianosis serta
perubahan tekanan darah. Perlu juga dikaji kondisi awal terjadinya
serangan.
1) Keluhan Utama,
Pernah menderita penyakit asma sebelumnya, menderita kelelahan
yang amat sangat dengan sianosis pada ujung jari.
2) Riwayat Kesehatan dahulu
Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah, pucat
tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas. ,Sesak
setelah melakukan aktivitas ,Sesak nafas karena perubahan udara
dan debu ,Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga yang memiliki asma Riwayat keluarga yang
menderita penyakit alergi seperti rinitis alergi, sinustis, dermatitis,
dan lain-lain
4) Riwayat Psiko-Sosial-Spiritual,
Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu
pencetus bagi serangan asthma baik ganguan itu berasal dari
rumah tangga, lingkungan sekitar sampai lingkungan kerja.

8
Seorang yang punya beban hidup yang berat berpotensial terjadi
serangan asthma. yatim piatu, ketidak harmonisan hubungan
dengan orang lain sampai ketakutan tidak bisa menjalankan
peranan seperti semula

5) Pola Kebiasaan Sehari-Hari,


a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Gejala asthma dapat membatasi manusia untuk berprilaku
hidup normal sehingga klien dengan asthma harus merubah
gaya hidupnya sesuai kondisi yang memungkinkan tidak
terjadi serangan asthma)
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Perlu dikaji tentang status nutrisi klien meliputi, jumlah,
frekuensi, dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya. Serta pada klien sesak, potensial sekali
terjadinya kekurangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi,
hal ini karena dipsnea saat makan, laju metabolisme serta
ansietas yang dialami klien
c. Pola Eliminasi
Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup
warna bentuk, kosentrasi, frekuensi, jumlah serta kesulitan
dalam melaksanakannya.
d. Pola aktifitas.
Keletihan, kelelahan, malaise, Ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur perlu tidur dalam posisi duduk
tinggi. Dispnea pada saat istirahat, aktivitas dan hiburan Pola
sensorik dan kognitif.
e. Pola Tidur dan Istirahat.
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat
sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.

9
f. Pola Persepsi dan konsepdiri.
Kelainan pada pola persepsi dan kognetif akan
memepengaruhi konsep diri klien dan akhirnya
mempengaruhi jumlah stresor yang dialami klien sehingga
kemungkinan terjadi serangan asthma yang berulangpun akan
semakin tinggi Perlu dikaji tentang persepsi klien tarhadap
penyakitnya. Persepsi yang salah dapt menghambat respon
kooperatif pada diri klien. Cara memandang diri yang salah
juga akan menjadi stresor dalam kehidupan klien. Semakin
banyak stresor yang ada pada kehidupan klien dengan asthma
meningkatkan kemungkinan serangan asthma yang
berulang.Pola hubungan. Dengan keterbatasan gerak
kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran baik
dalam keluarganya dan dalam masyarakat. Penderita
mengalami emosi yang tidak stabil.
6) Pemeriksaan Fisik,
a. Kedaan umum :kesadaran, gcs,TTV
b. Sistem kardiovaskuler :
Jantung di kaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising
nafas dan hyperinflasi suara jantung melemah. Tekanan darah
dan nadi yang meningkat serta adanya pulsus paradoksus,
c. Sistem respirasi :
Nafas pendek, dada rasa tertekan dan ketidakmampuan untuk
bernafas ,Batuk dengan produksi sputum berwarna
keputihan , Pernafasan biasanya cepat, fase ekspirasi
biasanya memanjang , Penggunaan otot bantu pernafasan ,
Bunyi nafas mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan
kemungkinanselama inspirasi berlanjut sampai penurunan/
tidak adanya bunyi nafas.
d. Sistem hematologi :terjadi peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adany ainfeksi dan pendarahan.

10
e. Sistem urogenital :ada ketegangan kandung kemih dan
keluhan sakit pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin
secara lancer.
f. Sistem muskuloskeletal :dikaji apakah ada kesulitan dalam
pergerakkan karena proses perjalanan penyakit.
g. Sistem Integumen :di kaji apakah terdapat oedema, turgor
kulit menurun, sianosis, pucat.
h. Abdomen
Perlu di kaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda
infeksi karena dapat merangsang serangan asthma frekwensi
pernafasan, serta adanya konstipasi karena dapat nutrisi
i. Ekstermits
Di kaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda
infeksi pada extremitas karena dapat merangsang serangan
asthma
7) Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan laboratorium.
1. Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum dilakukan untuk
melihat adanya:
 Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi
dari kristal eosinopil.
 Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel
cetakan) dari cabang bronkus.
 Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
 Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum,
umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi
dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah. Analisa gas darah pada umumnya
normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis.

11
 Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan
LDH.
 Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu
infeksi.
 Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan
dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu
bebas dari serangan.
3. Pemeriksaan Radiologi Gambaran radiologi pada asma pada
umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan
gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai
berikut:
 Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus
akan bertambah.
 Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka
gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
 Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate
pada paru.
 Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
 Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru.
4. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi
dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi
yang positif pada asma.
5. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi
selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan

12
disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema
paru yaitu :
 Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right
axis deviasi dan clock wise rotation.
 Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni
terdapatnya RBB (Right bundle branch block).
 Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus
tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi
segmen ST negative.
6. Scanning Paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat
dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma
tidak menyeluruh pada paru-paru.
7. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas
reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis
asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum
dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau
FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis
asthma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih
dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk
menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai
berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan
obstruksi.

2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien kelolaan


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
napas
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan
ventilasi perfusi

13
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

3. Rencana keperawatan (tujuan, intervensi, rasional tindakan)

No SDKI SLKI SIKI


1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Intervensi : Manajement
nafas tidak tindakan jalan nafas
efektif keperawatan Observasi
berhubungan diharapkan klien a. Monitor bunyi nafas
dengan spasme jalan nafas klien tambahan
jalan napas tetap paten dengan b. Monitor sputum
kriteria hasil :
1. Batuk efektif Terapeutik
meningkat a. Posisikan semifowler
2. Produksi sputum atau fowler
menurun b. Berikan minum hangat
3. Mengi menurun c. Berikan oksigen jika
4.Wheezing perlu
menurun
5. Gelisah menurun Edukasi
6. Frekuensi nafas a. Ajarkan teknik batuk
membaik efektif
7. Polanafas memba
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
Intervensi : Manajement
Asma
1. Observasi
a. Monitor frekuensi dan

14
keadaan nafas
b. Monitor tanda dan
gejala hipoksia
c. Monitor bunyi nafas
tambahan
2. Terapeutik
a.Berikan posisi
semifowler 30-45o
3. Edukasi
a. Anjurkan
meminimalkan ansietas
yang dapat meningkatkan
kebutuhan oksigen
b. Anjurkan bernafas
lambat dan dalam
c.Ajarkan
mengidentifikasi dan
menghindari pemicu

2 Gangguan Setelah Intervensi : Pemantauan


pertukaran gas diberikan respirasi
berhubungan tindakan 1. Observasi
dengan ketidak keperawatan a. Monitor frekuensi,
seimbangan diharapkan irama, kedalaman dan
ventilasi perfusi pernafasan upaya nafas
pasien membaik, b. Monitor pola nafas
dengan kriteria c. Monitor kemampan
hasi : batuk efektif
1.Tingkat d. Monitor adanya
kesadaran pasien produksi sputum
meningkat e. Monitor adanya

15
2. Bunyi nafas sumbatan jalan nafas
tambahan f. Palpasi kesimetrisan
menurun ekspansi paru
3.Gelisah g. Auskultasi bunyi
menurun nafas
4. Nafas cuping h. Monitor saturasi
hidung menurun oksigen
2. Terapeutik
a. Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil
pantauan

3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan
prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan

Intervensi : Dukungan
ventilasi
. Observasi
a. Identifikasi adanya
kelelahan otot bantu
nafas
b. Monitorr status
respirasi dan oksigenasi
Terapeutik
a. Pertahankan
kepatenan jalan nafas

16
b. Berikan posisi
semifowler atau fowler
c. Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan

Edukasi
a. Ajarkan malakukan
teknik relaksasi nafas
dalam
b. Ajarkan teknik batuk
efektif
3 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Intervensi : Manajement
efektif tindakan jalan nafas
berhubungan keperawatan pola 1. Observasi
dengan hambatan nafas pasien a. Monitor pola nafas
upaya napas kembali normal, 2. Terapeutik
dengan kriteria a. Posisikan semifowler
hasil : atau fowler
1. Ventilasi Berikan oksigen jika
semenit perlu
meningkat 3. Edukasi
Tekanan a. Ajarkan teknik batuk
ekspirasi dan efektif
inspirasi Intervensi : Dukungan
meningkat ventilasi
3. Penggunaan 1. Observasi
otot bantu nafas a. Identifikasi adanya
menurun kelelahan otot bantu
4. Frekuensi nafas
nafas membail b. Monitorr status
5. Kedalaman respirasi dan oksigenasi

17
nafas membaik 2. Terapeutik
a. Pertahankan
kepatenan jalan nafas
b. Berikan posisi
semifowler atau fowler
c. Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan
3. Edukasi
a. Ajarkan malakukan
teknik relaksasi nafas
dalam

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Asuhan keperawatan pada pasien asthma.


http://nursecerdas.wordpress.com/. 12 november 2012

Asuhan keperawatan pada pasien asthma. http://nursecerdas.wordpress.com/. 12


november 2012 Anonim. 2011.asthma. http://nursecerdas.wordpress.com/. 12
november 2012

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai