Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN ANAK

“LAPORAN PENDAHULUAN ASMA PADA BAYI”

DOSEN PENGAMPU :
ERNI JUNIARTATI S. ST, M. Tr. Keb

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD ADITYA PRATAMA
191101042

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
PRODI D-III KEPERAWATAN
       2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian Asma
Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
ditandai dengan adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang dan
timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan saluran
pernapasan. (Info datin, 2017). Asma dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Asma Bronkial
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan
dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan lain penyebab
alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa
datang secara tiba-tiba. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul
lantaranadanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan
bagian bawah. Penyempitan iniakibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan,
pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang
berlebihan.
b. Asma Kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini
disebut nocturnal paroxymul dispnea. Biasanya terjadi pada saat penderita
sedang tidur
2. Etiologi
Asma merupakan gangguan kompleks yang melibatkaan faktor autonom,
imunologis, infeksi, endokrin dan psikologis dalam berbagai tingkat pada berbagai
individu. Pengendalian diameter jalan napas dapat dipandang sebagai suatu
keseimbangan gaya neural dan humoral. Aktivitas bronkokonstriktor neural
diperantarai oleh bagian kolinergik sistem saraf otonom. Ujung sensoris vagus pada
epitel jalan napas, disebut reseptor batu atau iritan, tergantung pada lokasinya,
mencetuskan refleks arkus cabang aferens, yang pada ujung eferens merangsang
kontraksi otot polos bronkus.
3. Klasifikasi Asma

Klasifikasi adalah sebagai berikut:

a. Asma Ringan
Asma ringan adalah asma yang terkontrol dengan pengobatan tahap 1 atau tahap
2, yaitu terapi pelega bila perlu saja, atau dengan obat pengontrol dengan intensitas
rendah seperti steroid inhalasi dosis rendah atau antogonis leukotrien, atau kromon.
b. Asma Sedang
Asma sedang adalah asma terkontrol dengan pengobatan tahap 3, yaitu terapi
dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis rendah plus long acting beta agonist
(LABA).
c. Asma Berat
Asma berat adalah asma yang membutuhkan terapi tahap 4 atau 5, yaitu terapi
dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis tinggi plus long acting beta agonist
(LABA) untuk menjadi terkontrol, atau asma yang tidak terkontrol meskipun telah
mendapat terapi.
4. Manifestasi Klinik
Berikut ini adalah tanda dan gejala asma, menurut Zullies (2016), tanda dan gejala
pada penderita asma dibagi menjadi 2, yakni :
a. Stadium Dini
Ada 2 faktor pada stadium dini diantaranya :
1) Faktor hipersekresi yang lebih menonjol diantaranya :
a) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c) Wheezing belum ada
d) Belum ada kelainana bentuk thorak
e) Ada peningkatan eosinofil darah dan IGE .
f) Blood gas analysis (BGA) belum patologis
2) Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
a) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b) Wheezing
c) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d) Penurunan tekanan parial O2.
b. Stadium Lanjut
1) Batuk, ronchi
2) Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
4) Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
7) Sianosis
8) Blood gas analysis (BGA) Pa O2 kurang dari 80 %
9) Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis repiratorik
5. Patofisiologi
Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang
saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi)
dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang
akhirnya seseorang mengalami sesak nafas.

6. Pathway
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Uji Faal Paru
Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil
provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat
yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter, caranya anak disuruh
meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik napas dalam melalui mulut
kemudian menghembuskan dengan kuat) dan dicatat hasil.
b. Foto Thoraks
Foto thoraks dilakukan terutama pada anak yang baru berkunjung pertama kali di
poliklinik, untuk menyingkirkan kemungkinan ada penyakit lain. Pada pasien asma
yang telah kronik akan terlihat jelas adanya kelainan berupa hiperinflasi dan
atelektasis
c. Pemeriksaan Darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung. Bila tidak
eosinofilia kemungkinan bukan asma. Selain itu juga, dilakukan uji tuberkulin dan uji
kulit dengan menggunakan allergen.

8. Komplikasi
1) Pneumotoraks
2) Pneumodiastinum dan erofirema subkutis
3) Atelektasis
4) Gagal nafas
5) Bronkitis
6) Fraktur iga
9. Penatalaksaan Medis
Obat- obatan untuk asma anak terdiri:
a) Bronkodilator : adrenalin,orsipenalin, terbutalin dan fenoterol
b) Kortikosteroid : prednison, hidrokortison deksametason dan dll.
c) Mukolitik : banyak minum air

Obat- obat yang disebutkan itu diberikan jika sedang mendapatkan serangan. Obat untuk
mencegah serangan asma dapat :

Bronkodilator, Kortikosteroid, Ketotifen, DSCFG (intal) dan Mukolitik.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

PENGKAJIAN

1. Biodata

Pada pengkajian biodata, identitas klien dan identitas informan. Selain itu dapat
mengkaji keterangan klien masuk rumah sakit. Biasanya pasien anak yang terserang asma
adalah anak 1-5 tahun.

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama

Keluhan utama yang timbul pada pasien asma yaitu batuk, terutama malam hari:
batuk menggonggong yang pada awalnya kering, yang menjadi batuk berdahak
dengan sputum berbusa. Pernapasan sulit: dispnea saat beraktivitas, napas pendek atau
sesak, dan juga mengi (Kyle & Carman,2014)

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Terdapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi timbulnya penyakit


ini, diantaranya alergi dan riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah

c. Riwayat Kesehatan keluarga


Pasien dengan asma sering kali didapatkan penyakit keturunan ataupun adanya
riwayat alergi pada orang tuanya
d. Riwayat penyakit sekarang
e. Riwayat penyakit masa lalu
f. Riwayat tumbuh kembang
g. Pola persepsi
h. Pola nutrisi
Dapat muncul anoreksia sebagai dampak penurunan oksigen jaringan
gastrointestinal. Anak biasanya mengeluh badannya lemah karena penurunan asupan
nutrisi, terjadi penurunan berat badan. Pada anak yang mengalami asma pengkajian
alergi terhadap makanan perlu ditambahkan.
i. Pola eliminasi
j. Pola tidur- istirahat
k. Pola aktivitas
l. Pola kognitif- persepsi
m. Pola persepsi diri – konsep diri
n. Pola peran- hubungan
3. Pemeriksaan Fisik

Mata : konjungtiva pucat, kongjungtiva sianosis dan konjungtiva terdapat pethecial

Kulit : sianosis perifer, sianosis secara umum, penurunan turgor, edema dan edema
periorbital.

Jari dan Kuku : Sianosis, Clubbing finger

Mulut dan Bibir : membran mukosa sianosis, bernafas dengan mengerutkan bibir

Hidung : pernapasan dengan cuping hidung, Vena leher dan adanya distensi/ bendungan

Dada:

a) Inspeksi

Anak yang mengalami asma berat dapat memiliki dada tong yang selalu menunjukkan
sedikit peningkatan upaya pernapasan. Frekuensi irama, kedalaman dann upaya
bermafas antara lain : takipnea, dispnea profresif, pernafasan dangkal

b) Palpasi

Biasanya tidak ada kelainan yang nyata (pada serangan berat terdapat/ terjadi pulsus
paradoksus)

c) Auskultasi dan Perkusi


Adanya suara napas tambahan mengi (wheezing) merupakan penanda utama obstruksi
jalan napas dapat beragam diseluruh paru. Dapat juga muncul serak. Dada yang
tenang pada anak penderita asma dapat menjadi tanda bahaya. Akibat obstruksi jalan
napas berat, gerakan udara dapat sangat burut sehingga wheezing dapat tidak
terdengar saat auskultasu. Pada pemeriksaan perkusi didapatkan suara hiperesonan.
(Kyle & Carman,2014)

Integumen

Warna kulit : pucat sampai sianosis

Suhu : pada hipertermi kulit teraba panas akan tetapi setelah hipertermi teratasi kulit anak
akan teraba dingin

DIAGNOSA YANG TERKAIT

DIAGNOSA I : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)

Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk


mempertahankan jalan nafas tetap paten.

Penyebab :
Fisiologis :
1. Spasme jalan napas.
2. Hipersekresi jalan napas.
3. Disfungsi neuromuskuler.
4. Benda asing dalam jalan napas.
5. Adanya jalan napas buatan.
6. Sekresi yang tertahan.
7. Hiperplasia dinding jalan napas.
8. Proses infeksi .
9. Respon alergi.
10. Efek agen farmakologis (mis. anastesi).

Gejala dan tanda mayor :

Subjektif :  tidak tersedia.

Objektif :
1. batuk tidak efektif
2. tidak mampu batuk.
3. sputum berlebih.
4. Mengi, wheezing dan / atau ronkhi kering.
5. Mekonium di jalan nafas pada Neonatus.

DIAGNOSA II: Intoleransi Aktivitas (D.0056)

Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari 

Penyebab :

1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen


2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Imobilitas
5. Gaya hidup monoton

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif :

1. Mengeluh lelah

Objektif

1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif:

1. Dispnea saat/setelah aktivitas


2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah

Objektif

1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat


2. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukan iskemia
4. Sianosis
DIAGNOSA III : Gangguan Pola Tidur (D.0055)

Definisi :

Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal

Penyebab :

1. Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan,


pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
2. Kurang kontrol tidur
3. Kurang privasi
4. Restraint fisik
5. Ketiadaan teman tidur
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur

Gejala dan Tanda Mayor:

Subjektif :

1. Mengeluh sulit tidur


2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup

Objektif :

(tidak tersedia)

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif :

1. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun

Objektif :

(tidak tersedia)
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa I : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektik (D.0001)

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24jam maka, bersihan jalan
napas meningkat dengan Kriteria Hasil:

a. Produksi sputum menurun


b. Mengi menurun
c. Wheezing menurun
d. Mekonium menurun

Intervensi keperawatan :

Latihan batuk efektif

Observasi :

1.identifikasi kemampuan batuk

2.monitor adanya retensi sputum

3. monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas

4. monitor input dan output cairan

Teraupetik :

1. atur posisi semi fowler atau fowler

2. pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien

3. buang sekret pada tempat sputum

Edukasi:

1.jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

2. anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik,ditahan selama 2 detik kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir mengunci selama 8 detik

3. anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali

4. anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3

Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran

a. dibutuhkan

Diagnosa II : Intoleransi Aktivitas (D.0056)

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24jam maka, toleransi aktivitas
meningkat dengan kriteria hasil :

a. Frekuensi nadi meningkat


b. Keluhan lelah menurun
c. Dispnea saat aktivitas menurun
d. Dispnea setelah aktivitas menurun

Intervensi Keperawatan :

Menejemen Energi

Observasi :

a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan


b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
c. Monitor pola tidur dan jam tidur

Terapeutik :

a. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau aktif


b. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
c. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan.

Edukasi :

a. Anjurkan tirah baring


b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi :

a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.

DIAGNOSA III : Gangguan Pola Tidur (D.0055)


Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24jam maka, Pola Tidur
meningkat dengan kriteria hasil :

1. Keluhan sulit tidur meningkat


2. Keluhan sering terjaga meningkat
3. Keluhanan tidak puas tidur meningkat
4. Keluhan pola tidur berubah meningkat
5. Keluhan istirahat tidak cukup meningkat

Intervensi Keperawatan :

Dukungan Tidur

Observasi :

1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur


2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

Terapeutik :

1. Modifikasi lingkungan
2. Batasi waktu tidur siang
3. Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur

Edukasi :

1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit


2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur

Anda mungkin juga menyukai