Disusun oleh:
Nama : Ika Ulya Cahyani Putri
NIM : PO.62.20.1.16.145
Prodi : DIV Keperawatan
Ruang Praktik : Gardenia
B. Patofisiologi
Serangan awal asma dapat terjadi pada masa kanak-kanak atau dewasa,
episode asma akut, yang disebut sebagai serangan asma dapat dicetuskan oleh stress,
olahraga berat, infeksi, atau pemajanan terhadap allergen atau iritan lain seperti debu
dan sebagainya. Banyak klien asma dalam keluarganya mempunyai riwayat alergi.
Dispnea adalah gejala utama asma, tetapi hiperventilasi, sakit kepala, kebas, dan mual
juga dapat terjadi.
Serangan asmatik terjadi akibat beberapa perubahan fisiologi termasuk
perubahan dalam respons imunologi, resistensi jalan udara yang meningkat,
komplians paru yang meningkat, fungsi mukosilaris yang mengalami kerusakan, dan
pertukaran oksigen-karbon dioksida yang berubah.
Asma imunologis adalah akibat dari reaksi antigen-antibodi yang melepaskan
mediator kimiawi, dimana mediator tersebut menyebabkan 3 reaksi utama; (1)
konstriksi otot polos baik pada jalan nafas yang kecil maupun yang besar, yang
mengakibatkan spasme bronkus; (2) peningkatan permeabilitas yang mengakibatkan
edema mukosa yang lebih jauh lagi menyempitkan jalan udara; (3) peningkatan
sekresi kelenjer mukosa dan meningkatkan pembentukan lendir. Sebagai akibat,
individu dengan serangan asma berjuang untuk bernapas melalui jalan nafas yang
telah menyempit dan dalam keadaan spasme.
Pathway
Alergen atau Antigen yang telah terikat oleh IgE yang menancap
Sesak napas
Hiperventilasi
C. Tanda dan Gejala
Gambaran klinis asma yang klasik terdiri atas batuk, sesak dan mengie (wheezing)
dan sebagian penderita disertai nyeri dada). Pada awal serangan sering gejala tidak
jelas, seperti rasa berat didada, dan pada asma alergi mungkin disertai pilek atau
bersin, Meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai sekret. tetapi pada perkembangan
selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih kadang-kadang
purulent .
Tanda dan gejala yang ditemukan pada anak dengan asma bronchial adalah:
1. Sesaknapas/dispnea.
2. Batuk yang disertailendir/batukkering.
3. Nyeri dada.
4. Adanya suara nafas mengi (wheezing), yang bersifat paroksismal, yaitu
membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari.
5. Kemerahan pada jaringan.
Gejala pada asma yang lebih berat, antara lain
1. Barrel chest
2. Sianosis
3. Gangguan kesadaran
4. Takikardi
5. Peningkatan tekanan darah
6. Pernafasan yang cepat dan dangkal.
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Analisa Gas Darah (AGD / Astrup).
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia,
hiperkapnea, dan asidosis respiratorik.
b. Sputum
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang berat,
karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari edema
mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya.
Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian
diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotic.
c. Sel eosinofil.
Sel eosinofil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai 1000-
1500/mm3 baik asma intrinsic ataupun ekstrinsik, sedangkan hitungan sel
eosinofil normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru diseratai
penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.
d. Pemeriksaan darah rutin dan kimia.
Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/mm3 terjadi karena adanya infeksi.
SGOT dan SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau
hiperkapnea.
2. Pemeriksaan Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi pada klien dengan asma bronchial biasanya normal,
tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya proses patologi diparu atau komplikasi asma seperti pneumothoraks,
pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain. Muttaqin, Arif: 2008
E. Penatalaksanaan Medis
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan
penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang
diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
1) Nama :
2) Umur :
3) Jenis Kelamin :
4) Agama :
5) Suku / bangsa :
6) Bahasa :
7) Pendidikan :
8) Pekerjaan :
9) Status :
10) Alamat :
Penanggung jawab :
1) Nama :
2) Umur :
3) Pekerjaan :
4) Alamat :
5) Hubungan dgn klien :
2. Keluhan utama
Keluhan utama meliputi sesak nafas, bernafas terasa berat pada dada, dan adanya
keluhan sulit untuk bernafas.
3. Riwayat penyakit saat ini
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama dengan keluhan
sesak nafas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain
seperti wheezing, penggunaan otot bantu pernapasan, kelelahan, gangguan
kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan darah.
Perawat perlu mengkaji obat-obatan yang biasa diminum klien dan memeriksa
kembali setiap jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi
saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung.
Riwayat serangan asma, frekuensi, waktu, dan alergen-alergen yang dicurigai
sebagai pencetus serangan, serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk
meringankan gejala asma.
5. Riwayat penyakit keluarga
Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma atau
penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitivitas pada
penyakit asma ini lebih ditentukan oleh factor genetic dan lingkungan.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Perawat juga perlu mengkaji tentang kesadaran klien, kecemasan, kegelisahan,
kelemahan suara bicara, denyut nadi, frekuensi pernapasan yang meningkat,
penggunaan otot-otot bantu pernapasan, sianosis, batuk dengan lender lengket,
dan posisi istirahat klien.
b. Inspeksi
Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan,
serta penggunaan otot bantu pernapasan. Inspeksi dada terutama untuk melihat
postur bentuk dan kesimetrisan, adanya peningkatan diameter anteroposterior,
retraksi otot-otot interkostalis, sifat dan irama pernapasan, dan frekuensi
pernapasan.
c. Palpasi
Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus normal.
d. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah.
e. Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi lebih dari
empat detik atau lebih dari tiga kali inspirasi, dengan adanya bunyi napas
tambahan utama wheezing pada akhir ekspirasi.
7. Aktivitas
a. Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
b. Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari.
c. Tidur dalam posisi duduk tinggi.
8. Pernapasan
a. Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
b. Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
c. Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,
melebarkan
hidung.
d. Adanya bunyi napas mengi.
e. Adanya batuk berulang.
9. Sirkulasi
a. Adanya peningkatan tekanan darah.
b. Adanya peningkatan frekuensi jantung.
c. Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
d. Kemerahan atau berkeringat.
10. Integritas ego
a. Ansietas
b. Ketakutan
c. Peka rangsangan
d. Gelisah
11. Asupan nutrisi ‘
a. Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
b. Penurunan berat badan karena anoreksia.
12. Hubungan sosal
a. Keterbatasan mobilitas fisik.
b. Susah bicara atau bicara terbata-bata.
c. Adanya ketergantungan pada orang lain.
B. Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
1 DO: Alergen, perubahan Bersihan jalan nafas
cuaca, aktivitas jasmani tak efektif
Klien terlihat yang berat, stress.
kesulitan
mengeluarkan sekret ↓
karena sesak nafas
(dispnea). Merangsang pengeluaran
Klien terlihat histamin, zat anafilaktik,
menggunakan otot eosinofil, bradikinin.
bantu bantu
pernafasan saat
bernafas.
Bunyi nafas klien Spasme otot sekresi se
abnormal, yaitu
adanya bunyi nafas bronkheolus kret me ↑
mengi (wheezing).
↓
DS:
Penyempitan
Klien mengeluh
kesulitan bronkhus
mengeluarkan sekret.
↓
Pengeluaran
sekret ter
ganggu
Hipoksemia
CO2 me↑
Asidosis respiratorik.
Kerusakan pertukaran
gas.
3 DO: Ansietas
DS: ↓
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jilid
I. Jakarta: Salemba Medika.
Tim PPNI. 2017. Stanadar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat