DISUSUN OLEH
SAFITRI
A. Latar Belakang
Salah satu penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak yaitu penyakit asma.
Kejadian asma meningkat di hampir seluruh dunia, baik Negara maju maupun Negara
berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga berhubungan dengan
meningkatnya industri sehingga tingkat polusi cukup tinggi. Walaupun berdasarkan
pengalaman klinis dan berbagai penelitian asma merupakan penyakit yang sering
ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis asma pada anak sangat bervariasi, bahkan
berat-ringannya serangan dan sering-jarangnya serangan berubah-ubah dari waktu ke
waktu. Akibatnya kelainan ini kadang kala tidak terdiagnosis atau salah diagnosis
sehingga menyebabkan pengobatan tidak adekuat.
Beberapa anak menderita asma sampai mereka usia dewasa; namun dapat
disembuhkan. Kebanyakan anak-anak pernah menderita asma. Para Dokter tidak yakin
akan hal ini, meskipun hal itu adalah teori. Lebih dari 6 % anak-anak terdiagnosa
2
menderita asma, 75 % meningkat pada akhir-akhir ini. Meningkat tajam sampai 40 % di
antara populasi anak di kota.
Karena banyaknya kasus asma yang menyerang anak terutama di Negara kita
Indonesia maka kami dari kelompok mencoba membahas mengenai asma yang terjadi
pada anak ini, sehingga orang tua dapat mengetahui bagaimana pencegahan dan
penatalaksanaan bagi anak yang terserang asma.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari asma ?
2. Apa etiologi dari asma ?
3. Bagaimana klasifikasi dari penyakit asma ?
4. Bagaimana manifestasi klinis penyakit asma ?
5. Bagaimana patofisiologi penyakit asma ?
6. Bagaimana komplikasi penyakit asma ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari penyakit asma ?
8. Bagaimana penatalaksanaan penyakit asma ?
C. Tujuan
1. untuk mengetahui pengertian dari asma.
2. Untuk mengetahui etiologi asma.
3. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit asma.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit asma.
5. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit asma.
6. Untuk mengetahui komplikasi penyakit asma.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit asma.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit asma
BAB I
3
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Kondisi yang berulang dimana rangsangan tertentu mencetuskan saluran
pernafasan menyempit untuk sementara waktu sehingga empersulit jalan
pernafasan.
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
(Smeltzer 2002 : 611)
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika
bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48).
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan
oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas).
(Polaski : 1996).
Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer
Suzanne : 2001).
Dari semua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit
gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan
adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
B. Etiologi
1. Adanya kontraksi otot di sekitar bronkhus sehingga terjadi penyempitan jalan
nafas.
2. Adanya pembengkakan membrane bronkhus.
3. Terisinya bronkus oleh mokus yang kental
4
a. Faktor Predisposisi
1. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma
bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor Presipitasi
1. Alergen
Dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Inhalan: masuk saluran pernafasan. Seperti : debbu,bulu binatang, bakteri
dan polusi.
2. Ingestan, masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan obat-obatan.
3. Kontaktan. Yang masuk melalui kontak dengan kulit. Seperti : perhiasan,
logam,dan jam tangan.
2. Perubahan cuaca
Cuaca lembab atau dingin juga menpengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.
3. Stress.
Stress dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4. Lingkungan Kerja.
Lingkungan Kerja juag menjadi penyebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
5
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala
ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5. Olah raga atau aktivitas yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan
asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan
dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien
akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
4. Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. Dan
pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang
bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak
penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke
6
depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa
tingkatan penderita asma yaitu :
1. Tingkat I
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien
setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III
Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya
obstruksi jalan nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan
mudah diserang kembali.
4. Tingkat IV
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5. Tingkat V
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma
akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang
reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-
otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih,
takikardi.
E. Patofisiologi
Retensi CO2
Asidosis respiratorik
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah mengancam pada
gangguan keseimbanga asam basa dan gagal nafas, pneumonia, bronkhiolitis,
chronic persistent bronchitis, emphysema.
G. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan sputum
a. Untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi pathogen
b. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkhus
8
b) Pemeriksaan darah
Untuk mengetahui Hiponatremia dan kadar leukosit,
2) Pemeriksaan Scanning Paru
Untuk menyatakan pola abnormal perfusi pada area ventilasi(ketidak
cocokan/perfusi) atau tidak adanya ventilasi/perfusi.
3) Pemeriksaan Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
H. Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas.
2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit.
9
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ASMA
A. Pengkajian
a. Identitas klien
1. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin.
2. riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.
3. Status mental : lemas, takut, gelisah
4. Pernapasan : perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
5. Gastro intestinal : adanya mual, muntah.
6. Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah
10
b. Pemeriksaan fisik Dada
Palpasi :
1. Temperatur kulit
2. Premitus : fibrasi dada
3. Pengembangan dada
4. Krepitasi
5. Massa
6. Edema
Auskultasi :
1. Vesikuler
2. Broncho vesikuler
3. Hyper ventilasi
4. Rochi
5. Wheezing
6. Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.
c. Pemeriksaan penunjang
1. Spirometri : Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
2. Tes provokasi :
a. Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
b. Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.
c. Tes provokasi bronchial Untuk menunjang adanya hiperaktivitas
bronkus , test provokasi dilakukan bila tidak dilakukan test spirometri.
Test provokasi bronchial seperti : Test provokasi histamin, metakolin,
alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan
inhalasi dengan aqua destilata.
3. Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam
tubuh.
4. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
5. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
6. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
11
7. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
8. Pemeriksaan sputum.
d. Pola Kesehatan Gordon
1. Pola Persepsi terhadap Kesehatan
Meliputi penanganan keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapi.
2. Pola Aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri, skor:
0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu dibantu orang lain
3 = perlu dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung
3. Pola istirahat dan tidur
Waktu tidur, frekuensi, kualitas (sering, terbangun), perasaan saat tidur
(tenang, gelisah), kebiasaan tidur.
4. Pola nutrisi dan metabolik
Kebiasaan makan, diet khusus, nafsu makan, pola makan
(sering/jarang/teratur), antropometri, kesulitan menelan.
5. Pola eliminasi
Kebiasaan BAB/BAK, frekuensi, jumlah (sedikit/banyak), keluhan.
6. Pola kognitif-perseptual
Status mental (sadar/disorientasi/bingung/afasia). Bicara (normal/gagap)
7. Pola konsep diri
Pemahaman akan diri sendiri.
8. Pola koping
Respon dalam menghadapi koping adaptif dan mal adaptif.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Bekenaan dengan masalah genitalia/reproduksi.
10. Pola peran-hubungan
Sosialisasi dengan lingkungan sekitar dan perjalanan fungsi peran dalam
keluarga dan masyarakat. Dukungan keluarga setelah masuk RS.
12
11. Pola nilai dan kepercayaan
Larangan agama, permintaan rohaniawan, hubungan penyakit dengan
spiritual.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.
2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi
C. Intervensi
Diagnosa 1 : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi
mukus.
Tujuan : Jalan nafas kembali efektif selama 15 menit.
Kriteria hasil : Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan
sputum, wheezing berkurang/hilang, vital sign dalam batas normal keadaan umum
baik.
Intervensi:
1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi.
Rasional :Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas.
Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas
(asma berat).
2. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan
pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat
melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
3. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk
pada sandaran.
Rasional : Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan
menggunakan gravitasi.
13
4. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan
untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia,
sakit akut/kelemahan.
5. Berikan air hangat.
Rasional : penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
6. Kolaborasi obat sesuai indikasi. Bronkodilator spiriva 1×1 (inhalasi)
Rasional : Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.
14
6. Kolaborasi
- Berikan oksigen tambahan
- Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer
Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan
kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.
15
- Antiemetik rantis 2×1
Rasional : untuk menghilangkan mual / muntah.
16
Tujuan : Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah setelah
mendapat penjelasan dari perawat.
Kriteria hasil : Mencari tentang proses penyakit :
- Klien mengerti tentang definisi asma
- Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahan dari asma
- Klien mengerti komplikasi dari asma
Intervensi:
1. Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan
harapan kesembuhan
2. Rasional : informasi dapat manaikkan koping dan membantu menurunkan
ansietas dan masalah berlebihan.
3. Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.
Rasional : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk
mangasimilasi informasi atau mengikuti program medik.
4. Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif atau latihan pernafasan.
Rasional : selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar untuk
kambuh dari penyakitnya.
5. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan
kesehatan.
Rasional : upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah
meminimalkan komplikasi.
6. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan,
misalnya : istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik.
Rasional : menaikan pertahanan alamiah atau imunitas, membatasi terpajan
pada patogen.
D. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah pemberian asuhan keperawatan yang
dilakukan secara langsung kepada pasien. Kemampuan yang harus dimiliki
perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,
kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling membantu,
17
kemampuan teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis,
kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan
evaluasi. Tahap pelaksanaan meliputi : fase persiapan (preparation), tindakan
dan dekomuntasi.
E. Evaluasi keperawatan
Menurut Dion dan Betan (2013) evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari
proses keperawatan yang merupakan perbandingan sistematis dan terencana
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan keluarga. Evaluasi bertujuan untuk melihat kemampuan
keluarga dalam mencapai tujuan. Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu:
o Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencanan keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi
formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni Subjektif (data berupa keluhan klien), Objektif (data hasil
pemeriksaan), Analisa data (perbandingan data dengan teori), dan
Planning (perencanaan).
o Evaluasi Sumatif
Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas
proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah
melakukan wawancara pada akhir layanan, menanyakan respon pasien
dan keluarga terkait layanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada
akhir pelayanan.
18
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Biodata klien
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 20 Tahun
Status Perkawinan : belum Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SLTA
Alamat : desa cimpu selatan
Diagnosa Medis : Asma Attack
No Register :-
MRS/Tgl Pengkajian : 02 Desember 2017 / 04 Desember 2017
a. Riwayat Kesehatan Klien
- Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas
- Riwayat penyakit sekarang
Ny. S dirujuk ke RSKD dengan keluhan sesak nafas. Pasien mengatakan
saat di Bandara setelah pulang umroh, pasien minum air putih lalu tiba-tiba
keselek. Pasien mengatakan lehernya seperti tercekik dan menjadi sesak
nafas, lalu pandangan mulai berkunang-kunang.
19
- Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan disaat usia kurang lebih 17 tahun menderita penyakit
asma.
- Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti
dirinya dan tidak ada penyakit keturunan.
- Genogram
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan : klien
: meninggal
20
a. Pola Tidur/Istirahat
1. Waktu tidur
Dirumah : Pasien mengatakan tidur mulai pukul 21.00
Di rumah sakit : Pasien mengatakan tidur mulai pukul 22.00
2. Waktu bangun
Dirumah : Pasien mengatakan bangun pukul 04.30
Di rumah sakit : Pasien mengatakan tidak menentu, kadang terbangun
Hal - hal yang mempermudah tidur :
Suasana yang tenang
3. Hal - hal yang mempermudah bangun
Suasana yang ribut, batuk-batuk
4. Masalah tidur
Kadang terbangun karena batuk dan sesak nafas
b. Pola Eliminasi
1. B.A.B
Dirumah : Pasien mengatakan BAB 1-2 x/hari
Di rumah sakit : Pasien mengatakan BAB 1 x/hari
Masalah BAB : Tidak ada masalah
2. B.A.K
Dirumah : Pasien mengatakan BAK lancar 3-4 x/hari
Di rumah sakit : Pasien mengatakan BAK lancar 3-4 x/hari
Masalah BAK : Tidak ada masalah
3. Upaya klien untuk mengatasinya : Tidak ada
c. Pola Makan dan Minum
1. Jumlah dan jenis makanan :
Dirumah : Pasien mengatakan makan nasi, sayur, lauk setengah porsi
Di rumah sakit : Pasien mengatakan makan nasi, sop, lauk setengah
porsi
2. Waktu pemberian makanan :
Dirumah : Pasien mengatakan pukul 07.00, 13.00, 20.00
Di rumah sakit : Pasien mengatakan pukul 06.00, 12.00, 18.00
21
3. Jumlah dan jenis cairan/minum :
Dirumah : Pasien mengatakan sering minum air putih 3 gelas/hari
Di rumah sakit : Pasien mengatakan minum air putih 3 gelas/hari
4. Waktu pemberian cairan :
Dirumah : Pasien mengatakan tidak menentu, jika haus
Di rumah sakit : Pasien mengatakan tidak menentu
5. Pantangan/alergi : Tidak ada
6. Masalah makan dan minum :
a. Kesulitan mengunyah : Tidak ada
b. Kesulitan menelan : Tidak ada
c. Mual dan Muntah : Tidak ada
d. Tak dapat makan sendiri : Tidak ada
7. Upaya klien mengatasi masalah
Tidak ada
d.Personal Hygiene
1. Pemeliharaan badan
Dirumah : Pasien mengatakan mandi 1-2 x/hari
Di rumah sakit : Pasien mengatakan mandi 1 x/hari
2. Pemeliharaan gigi dan mulut
Dirumah : Pasien mengatakan menggosok gigi 1-2 x/hari
Di rumah sakit : Pasien mengatakan menggosok gigi 1 x/hari
3. Pemeliharaan kuku
Dirumah : Pasien mengatakan memotong kuku jika panjang dan kotor
Di rumah sakit : Pasien mengatakan memotong kuku jika panjang dan
kotor
3.Data Psikososial
a. Pola Komunikasi
Pasien sadar penuh dan mengerti dengan jelas dalam berkomunikasi serta
cukup kooperatif
b. Orang Yang Paling Dekat Dengan Pasien
Pasien mengatakan orang yang paling dekat adalah anak
22
c. Rekreasi/Hobby dan Penggunaan Waktu Senggang
Pasien mengatakan kadang jalan-jalan, bersantai-santai di rumah
d. Dampak Dirawat Di Rumah Sakit
Pasien mengatakan tidak bisa berkumpul dengan keluarga
e. Interaksi sosial
Baik
4. Pemeriksaan Fisik
A. Kesan umum/Keadaan umum :
Compos Mentis, sedang
B. Tanda - tanda vital
Suhu tubuh : 36,5 °C Nadi : 90 x/mt
Tekanan darah : 90/60 mmHg Pernafasan : 23 x/mt
Tinggi Badan : 156 cm Berat Badan : 56 kg
C. Pemeriksaan kepala dan leher
a. Kepala dan Rambut
1. Bentuk kepala : Bulat
Tulang kepala : Tidak ada benjolan
Kulit kepala : Bersih
2. Rambut
Penyebaran : Merata
Warna : putih (uban)
Kelainan lain : Tidak ada
3. Wajah
Struktur wajah : Simetris
Warna kulit : Kuning langsat
Kelainan lain : Tidak ada
b. Mata
1. Kelengkapan dan Kesimetrisan : Mata lengkap dan simetris
2. Kelopak mata/palepebra : Frekuensi reflek berkedip simetris
3. Kornea mata : Jernih
4. Konjungtiva dan sclera : Tidak ada anemia
23
5. Pupil dan iris : Simetris
6. Ketajaman penglihatan/visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Tekanan bola mata : Simetris
8. Kelainan lain : Tidak ada
c. Hidung
1. Cuping hidung : Normal dan simetris
2. Lubang hidung : Bersih
3. Tulang hidung dan septum nasi : Normal dan simetris
d. Telinga
1. Bentuk telinga :Normal
Ukuran telinga : Sedang
Ketegangan telinga : Elastis
2. Lubang telinga : Normal
3. Ketajaman pendengaran :
Test Weber : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Rinne : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Swabach : Tidak dilakukan pemeriksaan
e. Mulut dan faring
1. Keadaan bibir : Bibir lembab
2. Keadaan gusi dan gigi : Gusi dan gigi bersih
3. Keadaan lidah : Lidah bersih
4. Palatum/langit - langit : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Orifaring : Tidak dilakukan pemeriksaan
f. Leher
1. Posisi trachea : Normal
2. Tiroid : Tidak ada pembesaran
3. Suara : Suara jelas
4. Kelenjar lympe : Tidak ada pembesaran
5. Vena jugularis : Tidak terjadi distensi
6. Denyut nadi karotis : Teraba jelas dan teratur
D. Pemeriksaan payudara dan ketiak
24
a. Ukuran dan bentuk payudara : Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Warna payudara dan aerola : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Kelainan - kelainan lain : Tidak ada
d. Axilla dan clavikula : Tidak dilakukan pemeriksaan
E. Pemeriksaan thirak/dada/tulang punggung
1. Pemeriksaan paru - paru
a. Inspeksi Thorak
1. Bentuk Thorak : Normal
2. Penggunaan otot bantu pernafasan : Diafragma
b. Palpasi
Vokal premitus : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Perkusi
Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Auskultasi
1. Suara nafas : Vesikuler
2. Suara ucapan : Jelas
3. Suara nafas tambahan: Wheezing
2. Pemeriksaan jantung :
a. Inspeksi dan palpasi :
Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Perkusi batas jantung :
Basic jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pinggang jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Apeks jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Auskultasi
- Bunyi jantung I : S1 lup
- Bunyi jantung II : S2 dup
- Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
- Bising/murmur : Tidak ada
- Frekuensi denyut jantung : Teraba jelas dan teratur
F. Pemeriksaan abdomen
25
1. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Normal
- Benjolan/masa : Tidak ada
- Bayangan pembuluh darah : Tidak ada
2. Auskultasi
- Bising/peristaltik usus : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Palpasi
- Nyeri tekan : Tidak ada
- benjolan/masa : Tidak ada
- Hepar : Tidak ada kelainan
- Lien : Tidak ada kelainan
Titik Mc. Berney : Tidak ada kelainan
4. Perkusi
- Suara abdomen : Normal
- Pemeriksaan asites : Tidak ada asites
G. Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya
1. Genetalia
- Pubis : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Meatus uretra : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Kelainan lain : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Auskultasi
- Lubang anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Kelainan pada anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Perineum : Tidak dilakukan pemeriksaan
H. Pemeriksaan Muskuloskeletal (ekstermitas)
1. Kesimetrisan otot : Simetris di 4 kuadran
2. Pemeriksaan oedema : Tidak ada oedema
3. Kekakuan otot : Tidak ada kekakuan otot
4. Kelainan pada punggung dan ekstremitas dan kuku :
Tidak ada
I. Pemeriksaan Integumen
26
1. Kebersihan : Kulit bersih
2. Kehangatan : Akral hangat
3. Warna : Kuning langsat
4. Turgor : Baik
5. Tekstur : Baik
6. Kelembaban : Kering
7. Kelainan pada kulit/lesi : Tidak ada
J. Pemeriksaan Neurologis
1. Tingkat kesadaran : Compos mentis
2. Tanda rangsangan otak (meningeal sign)
Baik nilai GCS(E4V6M5)
3. Pemeriksaan saraf otak (NI - XII)
N1-Olfaktorius : Pasien dapat memejamkan mata dan dapat membedakan
bau
N2-Optikus : Pasien dapat melihat dengan jelas
N3-Okulomotoris: Adanya reflek pupil dapat menggerakan bola mata
N4-Trochelaris: Dapat menggerakan mata kebawah dan kedalam
N5-Trigeminus : Pasien dapat mengunyah dan menggerakan rahang
N6-Abdosen: Adanya reflek pupil gerakan bola mata
N7-Facialis: Bisa senyum dan menutup bola mata dengan tahanan
N8-Vestibulococlearis : Pasien dapat mendengar dengan baik
N9-Glosofarigeus : Pasien dapat membedakan rasa manis dan asam
N10-Vagus : Pasien dapat menelan ludah
N11-Acessoris : Pasien dapat menggerakan bahu
N12-Hypoglosus : Pasien dapat menjulurkan lidah
4. Fungsi motorik
Baik
5. Fungsi sensorik
Penglihatan Pendengaran Penciuman Pengecapan Perabaan baik
6. Reflek
a. Reflek fisiologis : Normal
27
b. Reflek patofisiologis : Tidak ada kelainan reflek patofisiologis
5. Pemeriksaan Status Mental
a. Kondisi emosi/perasaan
Normal
b. Orientasi
Baik
c. Proses pikir (ingatan, atensi, keputusan, perhitungan)
Pasien dapat mengingat dengan baik dan suka bercerita
d.Motivasi
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh
e.Persepsi
Tidak merasa kurang percaya diri dengan lingkungan sekitar
f.Bahasa (pola komunikasi)
Bahasa Indonesia
6. Penatalaksanaan Terapi
D5% + Aminofilin
Azithromycin
Methylprednisolone
Combivent
28
ANALISA DATA
Penyempitan jalan
nafas
Peningkatan kerja
otot pernafasan
Bronkospasme
29
2. DS : Gangguan pola tidur ↓
Gangguan pertukaran
gas
B. Diagnosa keperawatan
30
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal Teratasi
1. Pola nafas tidak efektif b.d. 04 Desember 2017
obstruksi jalan nafas
C.Intervensi
31
Nama Pasien : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan
32
secara
mandiri.
1. Mengetahui
pentingnya
tidur untuk
pemulihan
kesehatannya
2. Pasien akan
Setelah mudah tidur
dilakukan setelah
tindakan melakukan
keperawatan aktivitas
selama 1x24 3. Lingkungan
jam, gangguan 1. Jelaskan yang nyaman
pola tidur pentingnya dapat
teratasi. Dengan tidur yang mengurangi
kriteria hasil : adekuat beban
2. Fasilitas pikiran
Gangguan - Jumlah tidur untuk pasien dan
pola tidur dalam batas mempertaha cepat tidur
2. Senin, 04 b.d. sesak normal nkan
Desember nafas - Pola tidur, aktivitas
2017 kualitas sebelum
dalam batas tidur
normal (membaca)
- Perasaan 3. Ciptakan
fresh sesudah lingkungan
tidur yang
- Mampu nyaman
mengidentifik
asi-kan hal-
hal yang
meningkatka
n tidur
33
D. Implementasi
2. Pasien dalam
posisi semi fowler
2. Mengatur posisi
3. Pasien
pasien
mengatakan susah
tidur karena sesak
3. Mengkaji pola
4. Combivent, 5 lpm
tidur
selama 15 menit
1. TD = 100/70
mmHg
T = 36,0 ˚C
R = 20 x/menit
4. Memberikan
N = 80 x/menit
nebulizer
2. Pasien mengikuti
1. Melakukan anjuran yang
pemeriksaan TTV diberikan
Selasa, 05
2. Desember 2017 1. TD = 90/60
mmHg
2. Mengatur posisi
34
pasien dan T = 36,2 ˚C
menganjurkan R = 20 x/menit
teknik nafas dalam N = 84 x/menit
dan batuk efektif
3. Memberikan
combivent 5 lpm,
selama 15 menit
2. Membantu pasien
Rabu, 06
latihan teknik
Desember 2017
3. nafas dalam dan
batuk efektif
3. Memberikan
nebulizer
35
E. Evaluasi
P : Lanjutkan intervensi
Pola nafas tidak
Selasa, 04 efektif b.d. obstruksi
2. Desember 2017 jalan nafas S : Pasien mengatakan sesak
mulai berkurang
O : RR = 20 x/menit
O : TD = 100/70 mmHg
T = 36,0 ˚C
R = 20 x/menit
N = 80 x/menit
36
Pola nafas tidak P : Lanjutkan intervensi
efektif b.d. obstruksi
jalan nafas
3. Rabu, 05 S : Pasien mengatakan sesak
Desember 2017 berkurang
O : RR = 20 x/menit
Gangguan pola tidur
b.d. sesak nafas A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
O : TD = 90/60 mmHg
T = 36,2 ˚C
R = 20 x/menit
N = 84 x/menit
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
37
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus kelolaan individu pada pasien Ny.S dengan asma,individu melakukan
asuhan keperawatan mulai dari pengkajian dan ditemukannya data-data yang dapat
mendukung untuk menegakan 2 diagnosa yaitu pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan obstruksi jalan nafas dan gangguan pola tidur berhubungan
dengan sesak nafas. Individu dapat membuat perencanaan sesuai kebutuhan untuk
mengatasi masalah pada Ny.S dan melaksanaan tindakan sesuai dengan
perencanaan dan sesuai SOP serta individu dapat mengevaluasi untuk mengetahui
perkembangan dan respon dari rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat
dengan hasil pola nafas tidak efektif belum teratasi, gangguan pola tidur teratasi.
A. Saran
Asma dapat dicegah dengan menganjurkan pasien untuk banyak istirahat
(mengurangi aktivitas-aktivitas yang cukup berat), mengkonsumsi makanan yang
tidak menimbulkan alergi, mengurangi stres emosional, serta menghindari polusi
udara seerti asap rokok, dan lain-lain. Apabila penyakit ini tidak dicegah maka akan
menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut.
Penyakit asma dapat ditangani dengan baik, tergantung dari motivasi anak sendiri
dan suport dari orang tua serta keluarga. Peran perawat sangat dibutuhkan dalam
memberikan penyuluhan akan penyebabnya, cara penanggulangannya dan
komplikasinya untuk menambah pengetahuan anak serta terutama pada orang tua
yang mengasuh anak.
DAFTAR PUSTAKA
38
Betz Cecily, Linda A Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. EGC: Jakarta.
Capernito, Lynda J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. EGC:
Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta.
Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.EGC: Jakarta.
http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf
39