Anda di halaman 1dari 8

BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA PADA ANAK

1.1. Pengertian Asma


Asma adalah penyakit gangguan pernapasan yang dapat menyerang anak-
anak hingga orang dewasa, tetapi penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-
anak. Asma didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika terjadi gangguan pada
sistem pernapasan yang menyebabkan penderita mengalami mengi (wheezing),
sesak napas, batuk, dan sesak di dada terutama ketika malam hari atau dini hari.
Menurut Canadian Lung Association, asma dapat muncul karena reaksi terhadap
faktor pencetus yang mengakibatkan penyempitan dan penyebab yang
mengakibatkan inflamasi saluran pernafasan atau reaksi hipersensitivitas. Kedua
faktor tersebut akan menyebabkan kambuhnya asma dan akibatnya penderita akan
kekurangan udara hingga kesulitan bernapas (Damayanti dkk, 2015).
Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran napas yang
menyebabkan penyempitan saluran napas (hiperaktifitas bronkus) sehingga
menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa
berat, dan batuk terutama pada malam atau dini hari (Kemenkes, 2018).
1.2. Etiologi Asma
1. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)
a Reaksi antigen-antibodi
b Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
2. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)
a Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
b Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
c Iritan : kimia
d Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
e Emosional : takut, cemas dan tegang
Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
(Suriadi, 2011)
1.3. Manifestasi Klinis
Menurut Somantri ( 2009 ), gambaran klinis pasien penderita asma yaitu:
1. Gambaran Objektif :
a Sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing.
b Dapat disertai batuk dengan spuntum kental dan sulit dikeluarkan.
c Bernafas dengan menggunakan otot-otot nafas tambahan.
d Sianosis,takikardi,gelisah dan pulsus paradokus
e Fase ekspirasi memanjang disertai wheezing(diapeks dan hilus)
2. Gambaran subjektif yang dapat ditangkap perawat adalah pasien
mengeluhkan sukar bernafas, sesak dan anoreksia.
3. Gambaran Psikososial yang diketahui perawat adalah cemas, takut,
mudah tersinggung, dan kurangnya pengetahuan pasien terhadap
situasi penyakit
1.4. Patofisiologi
Suatu serangan asma timbul karena seorang yang atopi terpapar dengan
alergen yang ada dalam lingkungan sehari-hari dan membentuk imunoglobin E,
faktor atopi itu diturunkan alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran
nafas, kulit, akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell
(APC)setelah alergen di proses dalam sel APC, alergen tersebut dipresentasikan
ke sel th, sel th memberi sinyal kepada sel B dengan dilepaskannya interleukin 2
untuk berpoliferasi menjadi sel plasma dan membentuk imunoglobin E (IgE). IgE
yang terbrntuk akan diikat oleh mstosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang
ada dalam sirkulasi. Bila proses ini terjadi pada seseorang maka orang itu sudah
disensitisasi atau baru menjadi rentan. Bila orang yang rentan itu terpapar kedua
kali atau lebih dengan alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh IgE
yang sudah ada dalam permukaan mastoit dan basofil.
Berdasarkan etiologinya, asma dapat dikelompokan menjadi dua jenis yaitu
asma intrinsik dan asma ektrinsik. Asma ektrinsik (atopi) ditandai dengan reaksi
alergik terhadap pencetus-pencetus spesifik yang dapat diidentifikasi seperti
jamur, debu, bulu binatang, susu, telur ikan serta bahan-bahan alergen yang lain,
sedangkan asma intrinsik (non atopi) ditandai dengan mekanisme non alergik
yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik seperti udara dingin, zat
kimia yang bersifat sebagai iritan seperti ozon, eter, nitrogen, perubahan musim,
dan cuaca, aktifitas yang berlebih, ketegangan mental serta faktor-faktor intrinsik
lain.
Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium.
Stadium pertama ditandai dengan batuk0batuk berkala dan kering. Batuk ini
terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan menggumpal pada stadium ini terjadi
edema dan pembengkakan bronkus. Stadium kedua ditandai dengan batuk disertai
mukus yang jernih dan berbusa, karena merasa sesak nafas, berusaha untuk
bernafas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi (whezzing)klien lebih
suka duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur, penderita tampak
pucat, gelisah dan warna kulit sekitar membiru. Sedangkan stadium ketiga
ditandai hampir tidak terdengarnya suara nafas karena aliran udara kecil, tidak ada
batuk, pernafasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama pernafasan tinggi
karena afiksia
1.5. Pathway/W.O.C

1.6. Pemeriksaan Penunjang Asma


1. Pemeriksaan fungsi/faal paru dengan alat spirometer
2. Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter
3. Uji reversibilitas (dengan bronkodilator)
4. Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada/tidaknya hipereaktivitas
bronkus
5. Uji alergi (test tusuk kulit / skin prick test) untuk menilai ada tidaknya
alergi
6. Foto thoraks, pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyakit
selain asma
1.7. Diagnosa Banding Asma
1. Rinosinusitis
2. Refluks gastroesofageal
3. Infeksi respiratorik bawah viral berulang
4. Displasia bronkopulmoner
5. Tuberkulosis
6. Malformasi kongenital yang menyebabkan penyempitan saluran
respiratorik intratorakal
7. Aspirasi benda asing
8. Sindrom diskinesia silier primer
9. Difisiensi imun
10. Penyakit jantung bawaan
1.8. Komplikasi Asma
1. Mengancanm pada gangguan keseimbangan asam basah dan gagal
nafas
2. Chronik persistent bronchitis
3. Bronchiolitis
4. Pneumonia
5. Emphysema
1.9. Penatalaksanaan Asma
1. Non farmakologi
a) Edukasi
Edukasi ditujukan untuk pengukuran peak flow meter (tes yang
mengukur seberapa cepat seseorang bisa menghembuskan napas.
Tes ini memeriksa fungsi paru-paru, dan sering digunakan oleh
pasien yang memiliki asma), identifikasi dan mengendalikan faktor
pencetus, pemberian oksigen, banyak minum untuk menghindari
dehidrasi terutama pada anak-anak, kontrol secara teratur dan pola
hidup sehat (penghentian merokok, menghindari kegemukan, dan
kegiatan fisik misalnya senam asma) (Suriadi, 2011)
2. Pengobatan farmakologi
a) Agonis beta : Bentuk aerosol bekerja dengan cepat diberikan 3-4
kali semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah
10 menit.yang termasuk obat ini adalah metaproterenol. (Chan et
al., 2015).
b) Metil Ksantin : (teofilin, garamnya yang mudah larut dan
turunannya) akan merelaksasi secara langsung otot polos bronki
dan pembuluh darah pulmonal, merangsang SSP, menginduksi
diuresis, meningkatkan sekresi asam lambung, menurunkan
tekanan sfinkter esofageal bawah dan menghambat kontraksi
uterus. Teofilin juga merupakan stimulan pusat pernafasan.
Aminofilin mempunyai efek kuat pada kontraktilitas diafragma
pada orang sehat dan dengan demikian mampu menurunkan
kelelahan serta memperbaiki kontraktilitas pada pasien dengan
penyakit obstruksi saluran pernapasan kronik. (Chan et al., 2015).
c) Kortikosteroid Inhalasi : Penggunaan kortikosteroid inhalasi dapat
menekan inflamasi, penurunan respons bronkial dan mengurangi
gejala. Kortikosteroid inhalasi direkomendasikan untuk sebagian
besar pasien (Chan et al., 2015).
d) Cromolin natrium : penghambat sel mast degranulasi, dapat
menurunkan respon yang berlebihan terhadap rangsangan napas
pada beberapa pasien asma. Obat ini tidak memiliki aktivitas
bronkodilatasi dan berguna hanya untuk profilaksis. Cromolin telah
hampir tidak toksisitas sistemik. (Chan et al., 2015).
1.10 Konsep Keperawatan
1.1.1. Pengkajian
1) Identitas klien : Usia, Jenis kelamin
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien sesak nafas, batuk, lesu, tidak bergairah, pucat, nyeri
pada bagian dada dan jalan napas.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pernah menderita penyakit asma sebelumnya, penyakit
jantung, dan lainnya yang berbahaya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada yang mempunyai riwayat penyakit asma dalam
keluarga, penyakit keturunan seperti hipertensi, penyakit
jantung dan lainnya.
5) Pengkajian dasar klien
a. Aktivitas/istirahat
b. Keletihan, kelelahan, malaise
c. Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
karena susah bernafas
d. Dispnea pada saat melakukan aktivitas yang berat
e. Sirkulasi : Pembengkakan pada ekstermitas bawah
6) Pernafasan Gejala :
a. Nafas pendek
b. Dada terasa tertekan dan kesulitan untuk melakukan
bernapas
c. Batuk di sertai dengan adanya sputum Tanda : Pernapasan
cepat, fase ekspirasi biasannya akan memanjang , Di sertai
otot bantu pernapasan.
d. Bunyi napas mengi/wheezeing
e. Keamanan Gejala : riwayat reaksi alergi atau sangat
sensitiv terhadap zat

1.1.2. Diagnosa Keperawatan


a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas (mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan otot pernafasan)
(D.0005)
b. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelelahan
otot pernafasan (D.0004)
c. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (D.0057)
d. Resiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan
pernafasan (D.0060)
e. Ansietas berhubungan dengan peningkatan frekuensi
pernafasan
1.1.3. Perencanaan
SDKI SLKI SIKI
Gangguan ventilasi Tujuan : Dukungan ventilasi (1.01002)
spontan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor status respirasi
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam dan oksigenasi
dengan kelelahan masalah teratasi. 2. Berikan posisi semi fowler
otot pernafasan Ventilasi spontan (L.01007) atau fowler
(D.0004) Kriteria Hasil : 3. Berikan oksigenasi sesuai
1. Volume tidal meningkat kebutuhan
2. Dispnea meningkat 4. Ajarkan keluarga
3. PCO2 cukup memburuk mengubah posisi
Keterangan : 5. Kolaborasi pemberian
1 = Meningkat bronkhodilator jika perlu
2 = Cukup meningkat
3 = Sedang
4 = Cukup Menurun
5 = Menurun

Keterangan
1 = Memburuk
2 = Cukup memburuk
3 = Sedang
4 = Cukup membaik
5 = Membaik
DAFTAR PUSTAKA

Chan et al. (2015). E-Commerce: Fundamental and Aplication. England: Jhon


Wiley & Sons, LTD
Dharmayanti Ika, H. D. (2015). Asma pada Anak di Indonesia: Penyebab dan
Pencetus. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 4.
https://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/738/467.

Kemenkes. (2018, 05 17). Definisi Asma. http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-


p2ptm/paru-obstruktif-kronik-dan-gangguan-imunologi/definisi-asma.

Pedoman Pengendalian Asma. Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor


1023/MENKES/SK/XI/2008. Diakses tanggal 31 mei 2020, jam 16.10 :
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVB
ndz09/2018/04/
Keputusan_Menteri_Kesehatan_RI_Tentang_Pedoman_Pengendalian_A
sma1.pdf: Jakarta.

PPNI. (2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator


Diagnostik Keperawatan. Edisi 1. Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatam Indonesia. Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.

Somantri, Irman. (2009). Asuhan Keperwatan pada Klien Gangguan Sistem


Pernapasan (p 27-30). Jakarta : Salemba Medika.
Suriadi, Rita Yuliani. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Dalam. Edisi 1.
Jakarta: Agung Setia.

Anda mungkin juga menyukai