Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DIARE

OLEH :

NAMA : KADEK DIAH SUDARMI DEWI WULANDARI

NIM : 219012687

KELAS : A11-A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA BALI

TAHUN AJARAN 2018/2019


LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian Diare
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam (Juffrie,
2010). Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar (kotoran), serta
pada kandungan air dan volume kotoran itu. Namun, diare yang berat dapat
menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah gizi yang berat (Yayasan
Spiritia, 2011). Diare didefinisikan secara klinis sebagai bertambahnya defekasi
(buang air besar) lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan
perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinis
dibedakan menjadi tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan
diarepersisten (WHO, 2000).

2. Etiologi Diare
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor infeksi
1. Faktor internal
Faktor internal adalah infeksi saluran pencernaan meliputi infeksi internal
sebagai berikut :
- Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, salmonella, tersinia, dsb.
- Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, poliomyelitis), adenovirus,
rotavirus, dll.
- Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, oxyuris), jamur (candida
albicans).
2. Infeksi parenteral
Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan, seperti otitis
media akut, tonsilitis tonsilofasingitis, bronkopneumonia, dsb.
b. Faktor malabsorbsi
- Malabsorbsi karbohidrat meliputi disakarida dan monosakarida
- Malabsorbsi lemak
- Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Faktor makanan meliputi, makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.

3. Patofisiologi Diare
Diare sekresi merupakan diare dengan volume banyak yang disebabkan oleh
peningkatan produksi dan sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usus ke dalam
lumen usus. Diare osmotik terjadi bila air terdorong ke dalam lumen usus oleh
tekanan osmotik dari partikel yang tidak dapat diabsorpsi, sehingga reabsorpsi air
menjadi lambat.Sebagai akibat dari diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
a. Kehilangan air (dehidrasi) terjadi akibat pengeluaran air lebih banyak dari
pemasukan air, hal ini merupakan penyebab kematian pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), terjadi karena
kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja, penimbunan asam laktat karena
anoksia jaringan, produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan ginjal (oligouria/anuria), pemindahan ion natrium dari ekstrasel
ke dalam intrasel. Secara klinis asidosis dapat dilihat dari pernapasan kussmaul.
c. Gangguan sirkulasi terjadi sebagai akibat diare dengan atau tanpa muntah, dapat
terjadi gangguan sirkulasi berupa renjatan (syok) hipovolemik. Akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak ditangani
segera akan terjadi kematian.
Pathway Mukosa usus
Faktor psikologis
Faktor malabsorbsi Faktor makanan Faktor infeksi (cemas dan takut)
(karbohidrat, (makanan basi,
lemak, protein) beracun, alergi
terhadap makanan) Hormon
kortison
Absorbsi Parenteral Internal
meningkat

Hiper Hipo Toksin dari bakteri


Tekanan osmotik
mobilisasi mobilisasi dan virus Mempengaruhi
usus
saraf
parasimpatik
Bakteri
Pergeseran air dan Absorbsi
tumbuh
elektrolit ke rongga berkurang
Hiper peristaltik
usus Cairan elektrolit
DIARE) dalam usus
Hiperperistaltik

Dampak Kerusakan
Defekasi sering
Distensi Abdomen hospitalisasi rongga usus
lebih dari 3x
Mual dan muntah Kemerahan pada
Cemas Info tentang daerah anus Proses infeksi
Hipovolemia
penyakit
Defisit Nutrisi
kurang Hipertermia
Gangguan
Defisit Pengetahuan Integritas Kulit
4. Klasifikasi Diare
a. Berdasarkan Waktu
1. Diare Akut
Diare akut dimana terjadi sewaktu-waktu dan berlangsung selama 14 hari
dengan pengeluaran tinjak lunak atau cair yang dapat atau tanpa disertai lendir
atau darah. Diare akut dapat menyebabkan dehidrasi dan bila kurang
megonsusmsi makanan akan mengakibatkan kurang gizi ( Ernawati, 2012).
2. Diare Kronik
Diare kronik berlangsung secara terus-menerus selama lebih dari 2 minggu
atau lebih dari 14 hari secara umum diikuti kehilangan berat badan secara
signifikan dan malasah nutrisi (Sodikin, 2011).
3. Diare persisten
Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah berlanjut
sampai 14 hari atau lebih.Jika terdapat dehidrasi sedang atau berat
diklasifikasikan sebagai berat atau kronik. Diare persisten menyebabkan
kehilangan berat badan karena pengeluaran volume faces dalam jumlah
banyak dan berisiko mengalami diare (Sodikin, 2011). Diare persisten dibagi
menjadi dua yaitu diare persisten berat dan diare persisten tidak berat atau
ringan.Diare persisten berat merupakan diare yang berlangsung selama ≥ 14
hari, dengan tanda dehidrasi, sehingga anak memerlukan perawatan di rumah
sakit.Sedangkan diare persisten tidak berat atau ringan merupakan diare yang
berlangsung selama 14 hari atau lebih yang tidak menunjukkan tanda dehidrasi
(Ariani, 2016).
4. Diare malnutrisi berat
Diare malnutrisi berat disebabkan karena infeksi. Infeksi dapat menyebabkan
anak mengalami malnutrisi karena selama sakit,mengalami infeksi, anak
mengalami penurunan asupan makanan, gangguan pertahanan dan fungsi imun
(Kuntari, 2013).
b. Berdasarkan Patofisiologik
1. Diare sekresi
Diare sekresi disebabkan karena infeksi virus baik yang patogen maupun
apatogen, hiperperistaltik usus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia
misalnya keracunan makanan atau minuman yang terlalu pedas, selain itu juga
dapat disebabkan defisiensi imun atau penurunan daya tahan tubuh
(Simadibrata, 2009).
2. Diare osmotik
Diare osmotik disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik intralumen
dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia, makanan tertentu
seperti buah, gula/manisan, permen karet, makanan diet dan pemanis obat
berupa karbohidrat yang tidak diabsorbsi seperti sorbitol atau fruktosa (Octa,
dkk, 2014).Diare osmotik dapat terjadi akibat gangguan pencernaan kronik
terhadap makanan tertentu seperti buah, gula/manisan dan permen karet.

5. Gejala Klinis Diare


Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), menyatakan bahwa
berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh atau sering kali
disebut dengan diare, maka diare dapat dibagi menjadi :
a. Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi diare
masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
b. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-kadang
muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun,
aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang
minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
c. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau
langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik)
dengan kulit yang dingin dan pucat.
d. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang
melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin,
mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata,
tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan
juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang
dingin dan pucat.

6. Pemeriksaan Fisik Diare


Menurut Suharyono (2004), yaitu:
a. Keadaan umum
- Baik, sadar (tanpa dehidrasi).
- Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang).
- Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat)
b. Berat badan
Presentase penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan saat anak dirawat di
rumah sakit.Sedangkan di lapangan, untuk menentukan dehidrasi, cukup dengan
menggunakan penilaian keadaan anak.
c. Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor, yaitu
dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari (bukan kuku).
Apabila turgor kembali dengan cepat (< 2 detik), berarti diare tersebut tanpa
dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (= 2 detik), ini berarti diare
dengan dehidrasi ringan/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (> 2 detik),
ini termasuk diare dengan dehidrasi berat.
d. Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya
biasanya cekung.
e. Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi bentuk kelopak matanya normal.Apabila
mengalami dehidrasi ringan/sedang kelopak matanya cekung.Apabila mengalami
dehidrasi berat kelopak matanya sangat cekung.
f. Mulut dan lidah
- Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).
- Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang).
- Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).
g. Abdomen
- Kemungkinan distensi.
- Mengalami kram.
- Bising usus yang meningkat.
h. Anus
Apakah ada iritasi pada kulitnya karena frekuensi BAB yang menigkat.

7. Pemeriksaan Penunjang Diare


a. Pemeriksaan tinja
- Makroskopis dan mikroskopis
- PH dan kadar gula dalam tinja
- Bila perlu diadakan uji bakteri
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

8. Penatalaksanaan Diare
a. Medis
1. Pemberian cairan
 Cairan per oral : pada pasien dengan dehidrasi ringan dan Na, HCO, K
dan glukosa kurang. Untuk diare akut di atas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan atau sedang kadar natrium 50-60 meg/l dapat di buat
sendiri (mengandung larutan garam dan gula) atau air tajin yang diberi
gula dengan garam.
 Cairan parenteral :
- Untuk dehidrasi ringan pada 1 jam pertama diberikan 25-50
ml/kgBB/hari. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian cairan
parenteral 125 ml/kgBB.
- Untuk dehidrasi sedang pada 1 jam pertama diberikan 50-100
ml/kgBB/hari. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian cairan
parenteral 125 ml/kg BB
- Untuk dehidrasi berat
a. Anak usia 1 bulan-2 tahun dengan berat badan 3-10 kg
 1 jam pertama diberikan 40ml/kgBB/jam atau10 tetes/kg
BB/menit
 7 jam berikutnya diberikan 12 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kg
BB/menit
 16 jam berikutnya diberikan 125 ml/kgBB oralit per oral bila
anak mau minum, teruskan dengan cairan intra vena 2 tetes/kg
BB/menit atau 3 tetes/kg BB/menit
b. Anak usia lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
 1 jam pertama diberikan 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kg
BB/menit atau 10 tetes/kgBB/menit
 7 jam kemudian diberikan 127 ml/kg BB oralit per oral, bila anak
tidak mau minum dapat diteruskan dengan cairan intra vena 2
tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kg BB/menit
c. Anak lebih dari 5-10 tahun dengan 15-25 kg
 1 jam pertama diberikan 20 ml/kg BB/jam atau 5 tetes
/kgBB/menit
 16 jam berikutnya diberikan 105 ml/kg BB oralit per oral

b. Diatetik (pemberian makanan)


Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus pada pasien dengan
tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan pasien. Hal-hal
yang perlu diperhatikan yaitu dengan memberikan ASI, bahan makanan yang
mengandung cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin serta makanan harus
bersih.
c. Obat-obatan
1. Obat anti spasmolitik
2. Obat antibiotic
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat
lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan
b. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa
dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), BAB > 10 kali
(dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung < 14 hari maka diare tersebut adalah
diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare
persisten (Suriadi, 2010)
c. Riwayat penyakit sekarang
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
1. Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan timbul diare.
2. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja
berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
3. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya
makin lama makin asam.
4. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
5. Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak.
6. Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine
normal pada diare tanpa dehidrasi.Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan
atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam pada dehidrasi berat.
d. Riwayat kesehatan
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
1. Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau
berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita
campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan
pada pasien.
2. Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan (antibiotik) karena faktor
ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.
3. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun
biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama,
atau setelah diare.
e. Riwayat nutrisi
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
1. Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan dapat mengurangi resiko
diare dan infeksi yang serius.
2. Pemberian susu formula, apakah dibuat menggunakan air masak dan
diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah
menimbulkan pencemaran.
3. Perasaan haus, anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus dan minum
seperti biasa. Pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus dan banyak
minum. Pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bisa minum.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan :
- Ketidakmampuan menelan makanan
- Ketidakmampuan mencerna makanan
- Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
- Peningkatan kebutuhan metabolism
- Faktor psikologis (misalnya stress, keengganan untuk makan)
Ditandai dengan :
Gejala dan tanda mayor Gejala dan tanda minor
- Berat badan menurun - Nafsu makan menurun
minimal 10 % di bawah - Bising usus hiperaktif
rentang normal. - Diare
- Membran mukosa pucat
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan :
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
- Kekurangan atau kelebihan volume cairan
- Penurunan mobilitas
- Bahan kimia iritatif
- Suhu lingkungan yang ekstrim
Ditandai dengan :
Gejala dan tanda mayor Gejala dan tanda minor
- Kerusakan jaringan dan - Nyeri
lapisan kulit. - Pendarahan
- Kemerahan
- Hematoma
c. Resiko hipovolemia dengan faktor resiko :
- Kehilangan cairan secara aktif
- Gangguan absorbsi cairan
- Status hipermetabolik
- Kegagalan mekanisme regulasi
- Kekurangan intake cairan
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :
- Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
- Perubahan membrane alveolus-kapiler
Ditandai dengan :
Gejala dan tanda mayor Gejala dan tanda minor
- Dispnea - Pusing
- PCO2 meningkat atau menurun - Penglihatan kabur
- PO2 menurun - Sianosis
- Takikardia - Diaforesis
- pH arteri meningkat atau menurun - Gelisah
- Bunyi napas tambahan - Napas cuping hidung
- Pola napas abnormal - Kesadaran menurun
2. Intervensi Keperawatan
No. Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Dx Hasil
1 Setelah diberikan Manajemen nutrisi : 1. Deteksi dini untuk pemberian
asuhan keperawatan 1. Monitor kalori dan asupan kalori dan asupan makanan
diharapkan makanan (O) yang tepat dan memperbaiki
kekurangan 2. Tentukan jumlah kalori dan kebutuhan nutrisi pasien
kebutuhan nutrisi jenis nutrisi yang dibutuhkan 2. Jumlah kalori dan jenis
pasien terpenuhi untuk memenuhi persyaratan nutrisi yang sesuai dapat
dengan kriteria hasil : gizi (N) memenuhi persyaratan gizi
- Asupan gizi 3. Anjurkan keluarga terkait pasien
terpenuhi dengan kebutuhan makanan 3. Keluarga mengetahui
- Asupan makanan tertentu berdasarkan kebutuhan nutrisi yang tepat
terpenuhi perkembangan atau usia (E) sesuai dengan tahap
4. Kolaborasikan dengan ahli gizi perkembangan dan usia
tentang pemberian nutrisi yang pasien
tepat (C) 4. Pemberian nutrisi yang tepat
dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien

2 Setelah diberikan Manajemen cairan : 1. Mendeteksi adanya tanda dan


asuhan keperawatan 1. Pantau adanya tanda dan gejala gejala dehidrasi yang
diharapkan gangguan dehidrasi (O) menyebabkan gangguan
integritas kulit pasien 2. Tingkatan intake cairan per integritas kulit
kembali normal oral (N) 2. Intake cairan yang
dengan kriteria hasil : 3. Konsultasikan dengan dokter mencukupi membuat kulit
- Elastisitas kulit jika ada tanda dan gejala kembali lembab
normal ketidakseimbangan cairan 3. Konsultasi dalam pemberian
- Turgor kulit menetap (C) tindakan yang tepat jika
normal 4. Intruksikan keluarga mengenai terdapat tanda dan
tindakan hidrasi (E) gejalaketidakseimbangan
cairan yang menetap
4. Keluarga mengetahui tentang
tindakan hidrasi yang
dilakukan

3 Setelah diberikan Monitor tanda-tanda vital : 1. Memantau kondisi pasien


asuhan keperawatan 1. Monitor tekanan darah, nadi, apakah terjadi peningkatan
diharapkan pasien suhu dan status pernapasan (O) pada tekanan darah, nadi,
tidak mengalami Manajemen hipovolemi : suhu dan pernapasan pasien
hipovolemia dengan 2. Monitor adanya sumber- 2. Memantau sumber-sumber
kriteria hasil : sumber kehilangan cairan (O) kehilangan cairan seperti
- Akral dingin 3. Dukung asupan cairan oral (N) diare, sehingga pasien tidak
- Kulit lembab 4. Intruksikan keluarga tindakan- mengalami hipovolemia
- Tidak pucat tindakan yang dilakukan untuk 3. Pemberian asupan cairan
mengatasi hipovolemi (E) dapat mengatasi hipovolemi
4. Keluarga mengetahui
tindakan yang tepat jika
terjadi hipovolemia

4 Setelah diberikan Monitor penapasan : 1. Mengetahui irama dan


asuhan keperawatan 1. Monitor pola nafas (O) frekuensi pernafasan
diharapkan Manajemen jalan napas : 2. Memposisikan pasien pada
pertukaran gas pasien 2. Posisikan pasien untuk posisi tertentu dapat
kembali normal memaksimalkan ventilasi (N) memberikan ventilasi yang
dengan kriteria hasil : 3. Ajarkan teknik pernapasan maksimal.
- Saturasi oksigen dengan tepat (E) 3. Teknik pernapasan yang
normal 4. Kolaborasi pemberian terapi tepat dapat membantu
- Keseimbangan oksigen (C) mengurangi gangguan
ventilasi dan pertukaran gas yang
perfusi kembali dialami.
normal 4. Pemberian terapi oksigen
dengan tepat dapat
mengurangi gangguan
pertukaran gas.

3. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan yang dilakukan dengan
Format SOAP.

Daftar Pustaka

Widjaja. 2007. Penyakit Tropis. Jakarta : Erlangga


Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Diare. Diakses melalui
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15319/6.BAB%20II.pdf?
sequence=6&is. Diakses pada tanggal 9 Maret 2019
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Diare. Diakses melalui
https://id.scribd.com/doc/233676902/Pemeriksaan-Fisik-dan-Penunjang-Diare. Diakses pada
tanggal 9 Maret 2019

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Bulechek, Gloria, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Indonesia : Moco
Media

Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia : Moco
Media

Anda mungkin juga menyukai