Anda di halaman 1dari 45

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA PASIEN

GANGGUAN PERSEPSI HALUSINASI DI RUANG ARJUNA

UPTD. RSJ PROVINSI BALI

OLEH :

KELOMPOK 11

1. Ni Kadek Candra Ayu Setyawati (219012665)


2. Komang Wisnu Budikesuma (219012681)
3. I Wayan Gede Yudi Wigata (219012667)
4. Kadek Diah Sudarmi Dewi Wulandari (219012687)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM


PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA
MEDIKA BALI
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi ketika seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (WHO UU
No. 18 Tahun 2014). Kesehatan jiwa menjadi masalah yang serius di dunia
sehubungan dengan keselamatan dan kerugian yang ditimbulkan bagi klien dan
orang lain, bahkan hingga ke lingkungan sosial yang lebih luas lagi. Seorang
peneliti dari Harvard University dan University College London, menemukan
bahwa penyakit kejiwaan pada tahun 2016 meliputi 32% dari semua jenis
kecacatan di seluruh dunia. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya
(VOA Indonesia, 2016).
Penyakit kejiwaan seperti skizofrenia ditemukan di seluruh dunia dengan
angka kejadian yang hampir sama yaitu sekitar 24 juta orang dengan prevalensi
sebesar 1% dari populasi di dunia (rata-rata 0,85%). Angka insiden skizofrenia
adalah I per 10.000 orang per tahun (Sari, 2015). Penderita skizofrenia di
Indonesia mencapai sekitar 400,000 orang atau sebanyak 1,7 % per 1.000
penduduk, daerah Bali termasuk urutan no 4 teratas di Indonesia dalam kasus
skizofrenia ini dengan total prevalensi gangguan jiwa berat adalah sebanyak 2.3
per-mil (Riskesdas, 2013). Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali juga meruwat sekitar
30 orang dengan skizofrenia di Ruang Arimbi.
Skizofrenia merupakan gangguan pada fungsi otak meliputi perubahan
struktur fisik otak, perubahan struktur kimia otak dan faktor genetik (Nancy
Andreason, 2008). Skizofrenia memiliki dua gejala khas yaitu gejala primer
(gangguan proses berpikir, gangguan emosi, gangguan kemauan serta autism) dan
gejala sekunder (waham, halusinasi, dan gejala katatonik maupun gangguan
psikomotor yang lain). Ketika gejala-gejala dari skizofrenia tersebut telah
terkendali maka penderita skizofrenia akan kembali menjalankan perannya
ditengah masyarakat (Maramis, 2010).
Gejala sekunder skizofrenia berupa halusinasi merupakan salah satu masalah
keperawatan yang dapat ditemukan. Halusinasi merupakan perubahan persepsi
dengan merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan
atau pengiduan, dimana klien merasakan stimulus yang tidak ada. Dampak dari
halusinasi tersebut dapat menyebabkan klien tidak memiliki teman dan asyik
dengan dirinya sendiri (hubungan social terganggua). Untuk mengurangi dampak
tersebut maka kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) diperlukan. TAK
adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien guna
meningkatkan hubungansosial. Tujuan dilakukannya TAK adalah untuk
mengidentifikasi dan mengontrol halusinasi tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan umum
Untuk mendapatkan ijin atau persetujuan dari suatu pihak mengenai
rencana atau rancangan yang akan dilakukan.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Menyampaikan rencana kegiatan yang akan diselenggarakan.
b. Menjelaskan secara langsung agenda dan acara yang akan diadakan pada
pihak-pihak terkait.
c. Mendapat dukungan terkait kegiatan atau penelitian yang akan
diselenggarakan.
1.3 Manfaat Penulisan
1. Sebagai informasi mengenai pihak-pihak yang punya kepentingan dalam
kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Sebagai usulan atau konsep rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
panitia pelaksana.
3. Sebagai materi dasar untuk menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan
kepada pihak-pihak terkait.
4. Untuk membantu panitia dalam mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar TAK


2.1.1 Definisi
Terapi aktivitas kelompok adalah kumpulan individu yang
mempunyai relasi hubungan satu sama lain, saling terkait dan mengikuti
norma yang sama. Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang
dilakukan atas kelompok penderita bersarna-sarna dengan berdiskusi satu
sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seseorang terapis. Aktivitas
digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling
membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru
yang adaptif untuk memperbuiki perilaku lama yang maladaptif.
2.1.2 Klasifikasi
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi
yang menggunakan aktivitas mempersepsikan berbagai stimulasi yang terkait
dengan pengalaman dengan kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.
Fokus TAK dibagi menjadi 5:
1. Orientasi Realitas
Memberikann TAK pada klien yang mengalami gangguan orientasi
terhaddap orang, waktu dan tempat. Klien mampu membedakan antara
lamunan dan kenyataaann, pembicaraan klien sesuai realitas, dan mampu
mengenal diri sendiri serta orang lain, waktu dan tempat. Karakteristik
klien: halusinasi, waham, ilusi, dan depersonalisasi yang sudah
kooperatif, kondisi fisik baik dan dapat berkomuikasi verbal tanpa
penerjemah.
2. Sosialisasi Memfasilitasi
Psikoterapis untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal,
mengeksspresikan ide dan menerima stimulus eksternal. Karakteristik
klien: kurang berminat, tidak memiliki inisiatif untuk mengikuti kegiatan
ruangan, menarik diri, kontak social kuranng, harga diri rendah, mau
berinteraksi dengan koopertif dan kondisi fisik baik.
3. Stimulasi Persepsi
Membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi dalam upaya
proses pikir dan mengurangi perilaku maladaptif. Karakteristik klien:
gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai- memotivasi nilai,
menarik diri dari realita, memiliki ide-ide negatif, berinteraksi dengan
koopertif dan kondisi fisik baik.
4. Stimulasi Sensori
Menstimulasi sensori pada klien yang mengalanmi kemunduran senssoris.
Tujuan meningkatkank kemampuan sensoris, memusatkan perhatian,
kesegaran jasmani, dan mengekspresikan perasaan.
5. Penyaluran Energy
Menyalurkan energy destruktif menjadi konstruktif dengan
mengekspresikan perasaan dan meningkatkan hubungan in:oterpersonal
2.1.3 Tujuan TAK
a. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi
dalam kelompok secara bertahap.
b. Tujuan khusus
1. Klien dapat mengenal halusinasi
2. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap cakap
dengan orang lain.
4. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal.
5. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.
2.1.4 Manfaat TAK
Menurut Purwaningsih dan Karlina (2009), TAK mempunyai manfaat
terapeutik, yaitu manfaat umum, khusus dan rehabilitasi. Selengkapnya
seperti pada uraian berikut:
1. Manfaat umum
a) Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
b) Melakukan sosialisasi.
c) Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan
afektif.
2. Manfaat khusus
a) Meningkatikan identitas diri
b) Menyalurkan emosi secara konstruktif
c) Meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau sosial
3. Manfaat rehabilitasi
a) Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.
b) Meningkatkan keterampilan sosial.
c) Meningkatkan kemampuan empati
d) Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.
2.1.5 Tahap – tahap dalam terapi aktivitas kelompok
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 2009, fase –
fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut:
1) Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi
leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan,
proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber –
sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika
memungkian biaya dan keuangan.
2) Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi,
konflik atau kebersamaan:
a) Orientasi
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing, dan
leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak
dengan anggota.
b) Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran
anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi.
c) Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai
menemukan siapa dirinya.
3) Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif
dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun,
kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai
dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masulah yang
kreatif.
4) Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok
mungkin mengalami terminasi tidak sukses atau sukses.
2.2 Sesi Yang Digunakan
Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternatif penyelesaian masalah dalam terapi aktitifitas kelompok stimulasi
persepsi halusinasi dibagi dalam 5 sesi,yaitu:
1. Sesi I : Klien mengenal halusinasi
2. Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
3. Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
4. Sesi IV : Mengontrol halusinasi dengan cara melalakukan bercakap-
cakap
5. Sesi V : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal
2.3 Klien
1. Kriteria klien
a. Klien gangguan persepsi yang mulai terkontrol
b. Klien yang kooperatif dan dapat berkomunikasi tanpa penerjemah
2. Proses seleksi
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok dan
aturan main dalam kelompok
e. Jumlah klien : 5 orang

2.4 Kriteria Hasil


1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
c. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir
b. Leader mampu memimpin acara
c. Co leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta mampu menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa
yang dilihat
b. Peserta mampu menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas

2.5 Antisipasi Masalah


1. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau
klien lain
c. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a) Panggil nama klien
b) Tanyakan alas an klien meninggalkan kegiatan
d. Bila klien lain ingin ikut
Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang
telah dipilih. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin
diikuti oleh klien tersebut. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk
masuk dengan tidak memberi pesan pada kegiatan ini.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Konsep Dasar Skizofreia
a. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia merupakan bentuk terganggunya suatu keadaaan mental
oleh delusi atau halusinasi yang fungsional paling berat dan tidak
ditemukan ditemukan pada zaman sekarang ketika diubah disorganisasi
personalitas yang terbesar. Meskipun demikian, pengetahuan tentang
sebab-akibat dan patogenesisnya sangat kurang (Maramis, 2012).
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang memiliki arti
terpisah atau batu pecah dan phren yang berarti jiwa. Bila disatukan
makna kata dari bahasa ini menjadi terpisahnya jiwa, yang dianalogikan
sebagai ketidakserasian antara afek, kognitif dan kecerdasan serta
disharmoni antara proses berpikir (Sutejo, 2017).
b. Klasifikasi
Sistem yang paling sering digunakan dalam pengelompokan
gangguan jiwa termasuk skizofrenia dan menyediakan kriteria diagnosis
standarnya adalah Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental
(DSM). Menurut edisi DSM V (2013) Skizofrenia memiliki 4 tipe yaitu:
1. Skizofrenia paranoid
Paranoid merupakan sub tipe yang paling umum seperti waham dan
halusinasi audiotorik terlihat jelas. Fakta tentang waham kejar atau
waham kebesaran di mana individu yang berhak dikejar-kejar oleh
pihak tertentu yang ingin mencelakainya :
1) Halusinasi dan waham harus menonjol halusinasi
Suara-suara menyetujui klien atau memberi yang perintah /
halusinasi audiotorik tanpa bentuk verbal membentuk bunyi
peluit, mendengung atau bunyi tawa.
2) Halusianasi pembauan atau pengecapan rasa bisa menjadi seksi
atau lain-lain terkait perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin
ada yang terlawan.
3) Waham pindah (delusi kontrol), mengendalikan (delusi
pengaruh), atau (delusi kepasifan), dan keyakinan dikejar-kejar
yang beragamanagam.
4) Gangguan afektif, dorongan kehendak dan perbincangan serta
katatonik yang relatif tidak menonjol.
2. Skizofrenia disorganisasi (hebefrenik)
Ciri-cirinya berupa:
1) Memenuhi criteria umum skizofrenia
2) Biasanya terjadi pada usia 15-25 tahun
3) Perilaku tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan,
kecenderungan untuk selalu menyendiri, serta perilaku
menunjukkan hampa tujuan dian hampa perasaan.
4) Afek tidak wajar, sering disertai cekikikan dan perasaaan puas
diri, senyum-senyum sendiri, tertawa dan lain-lain.
5) Proses berpikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan
inkoheren.
3. Skizofrenia katatonik
Gangguan pskionmotor terlihat menonjol, sering kali muneul
bergantian abtara mobilitasi motorik dan aktivitas, berlebihan Satu
atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran
klinisnya:
1) Stupor: kehilangan semangat hidup dan senang diam dalam posisi
kaku tertentu sambil membisu dan menatap dengan pandaangan
kosong.
2) Gaduh gelisah: tumpak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan,
yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal
3) Menampilkan posisi tubuh tertentu: secara sukarela mengambil
dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau
aneh.
4) Negativisme: tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif
terhadap semua perintah seperti menolak untuk memperbaiki
posisi badannya, menolak untk makan, menolak untuk mandi dan
lain-lain.
5) Rigiditas: mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk
melawan upaya menggerakkan dirinya.
6) Fleksibilitas area/ waxy flexibility: mempertahankan anggota
gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar. Posisi
klien dapat dibentuk, namun setelah itu ia akan senantiasa
mempertahankan posisi tersebut.
7) Gejala-gejala lain seperti command automatism: lawan dari
negativism, yaitu mematuhi semua perintah secara otomatis dan
kadang disertai dengan pengulangan kata-kata serta kalimat-
kalimat.
4. Skizofrenia residual
Ciri-ciri dari skizofrenia residual yaitu:
1) Gajala negative dari skizofrena menonjol seperti perlambatan
psikomotorik. Aktivitas menurun, afek tidak wajar, pembicaraan
inkoheren.
2) Ada riwayat psikotik yang jelas seperti waham dan halusinasi di
masa lampau (minimal telah berlalu satu tahun) yang memenuhi
kriteria untuk diagnosis skizofrenia.
3) Tidak terdapat gangguan mental organik.
c. Tanda dan Gejala
Gejala skizofrenia menurut Yosep, (2016) dibagi menjadi 2 gejala, yaitu:
1. Gejala positif
Gejala yang timbul pada klien skizofrenia biasanyu berupa
halusinasi baik visual maupun audiotorik, tetapi yang lebih menonjol
berupa halusinasi audiotorik dengan mendengar suara-suara dalam diri
yang sebenarnya tidak ada seperti nyanyian yang dirasakan membuat
hati tentram dan ada pula suara yang menginstruksikan melakukan
sesuatu yang berbahaya seperti main korek api bahkan sampai bunuh
diri.
Suatu kepercayaan yang mendasari interpretasi terbalik atau
bertentangan dengan kenyataan disebut delusi. Salah satu contoh
delusi adalah ketika klien skizofrenia mengkunsumsi makanan, dilihat
oleh orang lain dianggap ada orang asing yang mengintai dan hendak
menyerang memperebutkan makanannya. Melihat lampu trafik seperti
melihat isyarat dari luar angkasa, semakin lama kepercayaan ini
menghantui pemikiran klien maka lama-kelamaan akan menjadi
paranoid.
Klien skizofrenia tidak tahu siapa dirinya, tidak bisa berpakaian,
tidak paham orientasi waktu dan berbicara serampangan diluar logika
dengan tertawa atau menangis tanpa sadar keadaan di lingkungannya.
Hal tersebut terjadi akibat kegagalan berpikir mengindikasikan
ketidakmampuan dalam poses mengatur pikiran. Ketidakmampuan
memahami kenyataan dengan logika dan ketidakmampuan
mengendalikan emosi dengan perasaan.
2. Gejala negatif
Klien skizofrenia dapat menerima perhatian dari orang lain,
tetapi sulit untuk mengungkapkan perasaan mereka. Ekspresi yang
dimiliki klien tidak terlihat dari raut wajah maupun gerakan tubuh
yang membiat perasaan tumpul dan emosi datar. Sikap apatis dan
kehilangan motivasi sebagai acuan hilangnya energy untuk melakukan
aktivitas kescharian seperti sebelum sakit sehingga membuat klien
skizofrenia seakan-akan tidak memiliki emosi apapun.
Perasaan depresi pada klien skizofrenia dalam kurun waktu yang
laama dapat mengakibatkan isolasi sosial dari lingkungannya, karena
tidak bisa membina hubungan relasi dengan orang lain jadi bilaa
sendiri mereka jauh merasa lebih aman. Skizofrenia dapat menyerang
siapa saja pada umur 40 tahun keatas lebih rentan untuk menderita
gangguan mental ini akibat tingkat depresi yang dihasilkan dari
tekanun hidup yang makin meningkat.

2.1.2 Konsep Dasar Halusinasi


a. Definisi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami
suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu
(Maramis, 2012). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori
yang salah (Stuart, 2017). Halusinasi adalah penerapan tanpa adanya suatu
rangsangan (objek) yang jelas dari luar diri klien terhadap panca indra pada
saat klien dalam keadaan sadar atau bangun (kesan/pengalaman sensori yang
salah) (Azizah, 2011).
b. Klasifikasi
1) Halusinasi Visual
Pengelihatan bisa berbentuk seperti orang, binatang, atau tidak berbentuk
sinar kilat, bisa berwarna atau tidak berwarna.
2) Halusinasi Dengar
Bisa berupa suara manusia, hewan, mesin musik atau kejadian alam
lainnya.
3) Halusinasi Penciuman
Bisa mencium bau khusus dimana orang lain tidak mencium
4) Halusinasi Pengecapan
Bisa mengecap/merasakan sesuatu ada yang enak atau tidak
5) Halusinasi Perabaan
Bisa merasakan suatu perabaan, sentuhan tiupan disinari, dipanasi
6) Halusinasi Kinestetik
Anggota badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota badannya
bisa merasakan suatu gerakan seperti pada klien ambulasi
7) Halusinasi Vesceral
Seperti ada rasa – rasu tertentu yang terjadi di dalam organ tubuh
8) Halusinasi Histerik
Timbul pada neurosa histerik karena adanya konflik emosional
9) Halusinasi Hipnogogik
Sensori persepsi yang muncul setelah bangun tidur
10) Halusinasi Hipnopompik
Seperti halusinasi hipnogogik tetapi terjadi tepat sebelum terbangun
disamping itu adapula pengalaman halusinatorik dalam impian normal.
11) Halusinusi Perintah
Isinya menyuruh klien untuk melakukan sesuatu seperti bunuh diri,
mencabut tanaman, dll. (sumber: Azis, 2011).
c. Tanda dan Gejala
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan
duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum
atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain,
gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga
keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang
dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis
berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 2017):
1) Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
a. Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2) Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3) Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
a. Cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak bisa mengikuti
petunjuk).
4) Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
BAB III
PELAKSANAAN

TAK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI

Sesi 1 : Mengenal Halusinasi


Tujuan :
1. Klien dapat mengenal isi halusinasi
2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
3. Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
4. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi
Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Tempat tenang dan nyaman
Alat :
1. Spidol
2. Papan tulis/whiteboard/flipchart
Metode :
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Bermain peran / simulasi
Pengorganisasian :
Hari : Selasa
Tanggal : 04 Januari 2022
Waktu : 10.00 WITA
Lama Kegiatan sesi 1 : 30 menit
Tim Terapis :
a. Leader : I Wayan Gede Yudi Wigata
b. Co Leader : Kadek Diah Sudarmi Dewi Wulandari
c. Fasilitator : Komang Wisnu Budikesuma
d. Observer : Ni Kadek Candra Ayu Setyawati
Tugas Tim Terapis :
1) Leader :
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Memimpin jalannya terapi kelompok 
c) Memimpin diskusi
2) Co.leader :
a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c) Membantu memimpin jalannya kegiatan
d) Menggantikan leader jika terhalang
3) Fasilitator :
a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
c) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
e)  Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
f) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
4) Observer :
a) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,tempat
dan jalannya acara
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok denga
c) Evaluasi kelompok 
Langkah Kegiatan :
1. Tahap Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien yang mengalami perubahan
sensori persepsi : halusinasi.
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dengan tempat pertemuan
Catatan :sebaiknya klien sudah mengenali halusinasinya. TAK membuat
klien merasakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama dengan
dirinya sehingga klien tidak merasa sendiri.
2. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
mengenal suara-suara/bayangan yang didengar/dilihat. Jika klien sudah
terbiasa menggunakan istilah halusinasi, gunakan kata “halusinasi”.
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-
suara yang didengar atau bayangan yang dilihat (halusinasi) tentang isinya,
waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi.
b. Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadi, situasi yang
membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi halusinasi. Mulai dari klien
yang ada di sebelah kanan terapis secara berurutan berlawanan jarum jam
sampai semua klien mendapat giliran. Hasilnya tulis di whiteboard.
c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
d. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara
yang biasa didengar.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaannya
jika terjadi halusinasi.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi
2) Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
strimulasi persepsi halusinasi sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengenal
isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, situasi terjadinya halusinasi, dan perasaan
data terjadi halusinasi. Formulir evaluasi sebagai berikut :

Sesi 1 : TAK
Stimulasi Persepsi : Halusinasi

Kemampuan mengenal halusinasi


No Nama Menyebut isi Menyebut Menyebut Menyebut
Klien halusinasi waktu terjadi situasi terjadi perasaan saat
halusinasi halusinasi halusinasi
1
2
3
4

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi : isi, waktu,
situasi, dan perasaan. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien
tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.
Contoh :
Klien mengikuti TAK stimulasi persepsi halusinasi (menyuruh memukul), waktu
(pukul 9 malam), situasi (jika sedang sendiri), perasaan (kesal dan geram). Anjurkan
klien mengidentifikasi halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.
Sesi 2 : Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik

Tujuan :
1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi.
2. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
3. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat :
1. Spidol dan papan tulis/ whiteboard/flipchart
2. Jadwal kegiatan klien
Metode :
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Bermain peran / stimulasi
Pengorganisasian :
Hari : Selasa
Tanggal : 04 Januari 2022
Waktu : 10.00 WITA
Lama Kegiatan sesi 2 : 30 menit
Tim Terapis :
a. Leader : Komang Wisnu Budikesuma
b. Co Leader : Ni Kadek Candra Ayu Setyawati
c. Fasilitator : I Wayan Gede Yudi Wigata
d. Observer : Kadek Diah Sudarmi Dewi Wulandari
Tugas Tim Terapis :
1) Leader :
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Memimpin jalannya terapi kelompok 
c) Memimpin diskusi
2) Co.leader :
a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c) Membantu memimpin jalannya kegiatan
d) Menggantikan leader jika terhalang
3) Fasilitator :
a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
c) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
e) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
f) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
4) Observer :
a) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,tempat
dan jalannya acara
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok denga
c) Evaluasi kelompok 
Langkah Kegiatan
1. Tahap Persiapan
a. Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengisi sesi 2
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evalusi/validasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi, waktu,
situasi, dan perasaan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu latihan satu cara mengontrol
halusinasi : menghardik
2) Menjelaskan aturan main, yaitu:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
pada terapis.
 Lamanya kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat mengalami
halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua klien mendapat
giliran.
b. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi
saat halusinasi muncul.
d. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi
e. Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik
halusinasi dimuali dari lawanan arah jarum jam sampai semua peserta
mendapat giliran.
f. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan saat
setiap klien selesai memperagakan menghardik halusinasi.
Cara menghardik :
a. Untuk halusinasi pendengaran : tutup telinga sambil mengatakan : kamu
suara palsu, aku tidak mau dengar”. Lakukan berulang-ulang sampai
bayangan tak terdengar lagi.
b. Untuk halusinasi pengelihatan : tutup mata sambil mengatakan : kamu
bayangan palsu, aku tidak mau lihat”. Lakukan berulang-ulang sampai
bayangan tak terlihat lagi.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah dipelajari
jika halusinasi muncul.
2) Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang
berikutnyam yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi halusinasi sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah mengatasi
halusinasi dengan menghardik. Formulir evaluasi sebagai berikut:
Sesi 2 : TAK
Stimulasi Persepsi : Halusinasi

Kemampuan menghardik halusinasi


Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Menyebutkan cara yang selama ini


digunakan mengatasi halusinasi.
2 Menyebutkan efektivitas cara
3 Menyebutkan cara mengatasi halusinasi
dengan menghardik.
4 Memperagakan menghardik halusinasi

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan: cara yang biasa
digunakan untuk mengatasi halusinasi, keefektifannya, cara menghardik
halusinasi, dan memperagakannya. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda
(-) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.
Contoh:
Klien mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi 2. Klien mampu
memperagakan cara menghardik halusinasi. Anjurkan klien menggunakannya jika
halusinasi muncul, khususnya pada malam hari (buat jadwal).
Sesi 3 : Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat

Tujuan
1. Klien memahami pentingnya patuh minum obat
2. Klien memahami akibat tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
Setting
1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Spidol dan whiteboard/papan tulis/flipchart
2. Jadwal kegiatan harian
3. Beberapa contoh obat
Metode
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Melengkapi jadwal harian
Pengorganisasian :
Hari : Rabu
Tanggal : 05 Januari 2022
Waktu : 10.00 WITA
Lama Kegiatan sesi 3 : 30 menit
Tim Terapis :
a. Leader : Ni Kadek Candra Ayu Setyawati
b. Co Leader : I Wayan Gede Yudi Wigata
c. Fasilitator : Komang Wisnu Budikesuma
d. Observer : Kadek Diah Sudarmi Dewi Wulandari
Tugas Tim Terapis :
1) Leader :
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Memimpin jalannya terapi kelompok 
c) Memimpin diskusi
2) Co.leader :
a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c) Membantu memimpin jalannya kegiatan
d) Menggantikan leader jika terhalang
3) Fasilitator :
a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
c) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
e)  Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
f) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
4) Observer :
a) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,tempat
dan jalannya acara
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok denga
c) Evaluasi kelompok 
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 3
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Terapis dank lien memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setalah
menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardiks,
menyibukkan diri dengan aktivitas terjdwal dan bercakap-cakap
dengan orang lain.
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengotrol halusinasi dengan patuh
minum obat
2. Mejelaskan aturan main berikut
1. Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
2. Lama kegiatan 45 menit
3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Terapis mejelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah
kambuh karena obat member perasaan tenang dan memperlambat
kambuh
b. Terapis menjelaskan kerugiaan tidak patuh minum obat, yaitu
penyebab kambuh
c. Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan
waktu memakannya. Buat daftar di whiteboard
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang yang minum, benar cara minum obat, benar
dosis obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergilir
f. Berikan pujian pada klien yang benar
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di
whiteboard)
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur mium obat (catat di
whiteboard)
i. Menjelaskan akibat/kerugiaan tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
halusinasi/kambuh
j. Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minu obat, yaitu salah satu
cara mencegah halusinasi/kambuh
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat
l. Member pujian tiap kali klien benar
4. Tahap terminasi
1. Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah
dipelajari
c. Terapis memberikan pujian atas keberhasila kelompok
2. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan empat cara megotrol halusinasi, yaitu
menghardisk, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap dan patuh minum
obat.
3. Kontrak yang akan datang
a. Terapis mengakhiri TAK stimulasi pesepsi untuk megontrol halusinasi
b. Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi klien

Evaluasi
Adalah dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan mengntrol halusinasi sesi 3, kemampuan klien
yang diharapkan adalah menyebutkan 3 benar cara minum obat, keuntungan minum
obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 3 : TAK
Stimulasi presepsi : halusinasi

Kemampuan patuh minum obat dan untuk mencegah halusinasi


Menyebutkan 8 Menyebutkan Menyebutkan
NO Nana klien cara benar minum keuntungan minum akibat tidak patuh
obat obat minum obat
1
2
3
4
5
6

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar
cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum
obat. Beri tanda (√) jika klian mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh : klien megikuti sesi 3, TAK stimulasi prsepsi halusinasi. Klien mampu
menyebutkan 5 benar car minum obat, manfaat minum oat, dan akibat tidak patuh
mium obat (kambuh). Anjurkan klien minum obat dengan cara yang benar
Sesi 4: Mencegah Halusinasi dengan Bercakap-cakap

Tujuan
1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah munculnya halusinasi
2. Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi
Setting
1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Spidol dan whiteboard/papan tulis/flipchart
2. Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen
Metode
1. Diskusi klompok
2. Bermain perana/simulasi
Pengorganisasian :
Hari : Rabu
Tanggal : 05 Januari 2022
Waktu : 10.00 WITA
Lama Kegiatan sesi 4 : 30 menit
Tim Terapis :
a. Leader : Kadek Diah Sudarmi Dewi Wulandari
b. Co Leader : Komang Wisnu Budikesuma
c. Fasilitator : Ni Kadek Candra Ayu Setyawati
d. Observer : I Wayan Gede Yudi Wigata
Tugas Tim Terapis :
1) Leader :
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Memimpin jalannya terapi kelompok 
c) Memimpin diskusi
2) Co.leader :
a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c) Membantu memimpin jalannya kegiatan
d) Menggantikan leader jika terhalang
3) Fasilitator :
a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
c) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
e)  Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
f) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
4) Observer :
a) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,tempat
dan jalannya acara
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok denga
c) Evaluasi kelompok 
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
 Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang
telah dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan
terarah) untuk mencegah halusinasi
c. Kontrak
 Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain
 Terapis menjelaskan aturan main berikut
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-caka dengan orang lain untuk
mengontrol dan mencegah halusianasi.
Halusinasi terjadi karena klien berfokus pada stimulasi internal. Bercakap-
cakap dengan orang lain membuat klien terpapar dengan stimulasi eksternal
sehingga focus klien pada stimulasi internal terdistraksi. Dengan bercakap-
cakap, halusinasi akan terputus sehingga akan mengembalikan orientasi klien
ke realita (isi percakapan).

b. Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa diajak
bercakap-cakap.
c. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa
dan bisa dilakukan.
Pokok pembicaraan yang dianjurkan adalah menceritakan bahwa klien
mengalami halusinasi dan meminta orang lain di sekitarnya mengajak
bercakap-cakap. Orang di sekitar klien sebaiknya sudah diberikan penyuluhan
bagaimana menanggapi klien dengan mengingatkan cara mengontrol
halusinasi yang telah dilatihkan. Misalnya mengingatkan cara menghardik,
atau bercerita tentang kegiatan yang sudah atau belum dilakukan sesuai
jadwal yang telah disususn dalam TAK sebelumnya.

d. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi


muncul”Suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja dengan suster”
atau “Suster saya mau ngobrol tentang kegiatan harian saya”
e. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang di
sebelahnya.
Upayakan semua klien memperagakan percakapan yang dilakuakn sehingga
dapat dipastikan semua klien mampu melakukan bercakap-cakap untuk
mengontrol
Berikan halusinasi.
pujian atas keberhasilan klien
Ulangi e sampai semua klien mendapat giliran
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih
 Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik, melakukan kegiatan harian, dan bercakap-cakap
c. Kontrak yang akan datang
 Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya,
yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
 Terapis menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk stimulasi
persepsi halusinasi Sesi 4, kemampuan yang diharapkan adalah mencegah halusinasi
dengan bercakap-cakap. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 4 : TAK
Stimulasi Persepsi Halusinasi

Kemampuan bercakup-cakup untuk mencegah halusinasi


Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Menyebutkan orang yang biasa diajak


bercakap-cakap
2 Memperagakan percakapan
3 Menyusun jadwal percakapan
4 Menyebutkan tiga cara mengontrol dan
mencegah halusinasi
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien, beri penilaian atas kemampuan menyebutkan orang yang
biasa diajak bicara, memperagakan percakapan, menyusun jadwal
percakapan, menyebutkan tiga cara mencegah halusinasi. Beri tanda (√) jika
klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi halusinasi
Sesi 4. Klien belum mampu secara lancar bercakap-cakap dengan perawat dan klien
lain di ruang rawat.
Sesi 5 : Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan

Tujuan:
1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah
munculnya halusinasi.
2. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi
Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Tempat tenang dan nyaman
Alat :
1. Formulir jadwal kegiatan harian
2. Pulpen
3. Spidol dan whiteboard/papan tulis/flipchart
Metode :
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Bermain peran / stimulasi
Pengorganisasian :
Hari : Selasa
Tanggal : 05 Januari 2022
Waktu : 10.00 WITA
Lama Kegiatan sesi 5 : 30 menit
Tim Terapis :
a. Leader : Ni Kadek Candra Ayu Setyawati
b. Co Leader : I Wayan Gede Yudi Wigata
c. Fasilitator : Kadek Diah Sudarmi Dewi Wulandari
d. Observer : Komang Wisnu Budikesuma
Tugas Tim Terapis :
1) Leader :
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Memimpin jalannya terapi kelompok 
c) Memimpin diskusi
2) Co.leader :
a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c) Membantu memimpin jalannya kegiatan
d) Menggantikan leader jika terhalang
3) Fasilitator :
a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
c) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
e)  Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
f) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
4) Observer :
a) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,tempat
dan jalannya acara
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok denga
c) Evaluasi kelompok 

Langkah Kegiatan
1. Tahap Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 5
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Terapis menanyakan keadaan klien saat ini
2) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari
3) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik
halusinasi.
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu nencegah terjadinya halusinasi
dengan melakukan kegiatan
2) Menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
pada terapis.
 Lamanya kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan cara kedua mengontrol halusinasi yaitu melakukan
kegiatan sehari-hari secara terjadwal. Jelaskan bahwa dengan melakukan
kegiatan yang teratur akan mencegah munculnya halusinasi.
b. Terapis meminta tiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan
sehari-hari, dan tulis di whiteboard.
c. Terapis memberikan formulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis
formulir yang sama di whiteboard.

Aktivitas yang teratur dan terjadwal yang dilakukan klien membuat waktu
luang minimal. Klien akan terfokus kepada aktivitas yang harus dilakukan
dari waktu ke waktu. Dengan waktu luang yang minimal menghindarkan klien
terfokus pada stimulasi persepsi internal yang menimbulkan halusinasi.

d. Terapis membimbing satu persatu klien untuk membuat jadwal kegiatan


harian, dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan formulir,
terapis menggunakan whiteboard.
e. Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun
f. Terapis meminta masing-masing klien membacakan jadwal yang telah
disusun. Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama untuk klien yang sudah
selesai membuat jadwal dan membacakan jadwal yang telah dibuat.
g. Terapis meminta komitmen masing-masing klien untuk melaksanakan jadwal
kegiatan yang telah disusun dan member tanda M jika dilaksanakan tanpa
disuruh, B jika dilaksanakan, tetapi diingatkan terlebih dahulu oleh perawat,
dan T jika tidak dilaksanakan.

Bimbing klien agar dapat menyusun jadwal kegiatan sehari penuh. Sediakan
jadwal klien dengan jadwal kegiatan rutin di ruangan rawat inap. Masukkan
kegiatan latihan yang terkait dengan mengatasi masalah yang sebelumnya
sudah dilatihkan kepada klien. Contoh : Latihan Nafas Dalam, Latihan
Berinteraksi, Latihan Keterampilan Hidup (living skill), dan sebagainya.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal
kegiatan dan membacakannya.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol halusinasi,
yaitu menghardik dan melakukan kegiatan sesuai jadwal.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu
belajar cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi halusinasi sesi 5, kemampuan yang diharapkan adalah klien
melakukan kegiatan harian untuk mencegah timbulnya halusinasi. Formulir evaluasi
sebagai berikut:
Sesi 5 : TAK
Stimulasi Persepsi Halusinasi

Kemampuan mencegah halusinasi dengan melakukan kegiatan


Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Menyebutkan kegiatan yang biasa dilakukan


2 Memperagakan kegiatan yang biasa
dilakukan
3 Menyusun jadwal kegiatan harian
4 Menyebutkan dua cara mengontrol halusinasi
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien, beri penilaian atas kemampuan menyebutkan kegiatan
harian yang biasa dilakukan, memperagakan salah satu kegiatan, menyusun
jadwal kegiatan harian, dan menyebutkan dua cara mencegah halusinasi. Beri
tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.
Contoh:
Klien mampu memperagakan kegiatan harian dan menyusun jadwal. Anjurkan klien
melakukan kegiatan untuk mencegah halusinasi.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat. 2014. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC
Maramis, W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Arilangga.
LAPORAN HASIL KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI

Topik : Stimulasi persepsi: halusinasi


Waktu : 12.30 WITA
Tempat : Ruang Arjuan UPTD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
Hari/Tanggal : Kamis, 6 Januari 2022
Peserta : Pasien jiwa dengan halusinasi, di Ruang Arjuna UPTD
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
Penanggung jawab : Kelompok 11

A. Tahap Persiapan

Tiga hari sebelum diadakan kegiatan aktifitas kelompok, kami memilih pasien
untuk mengikuti kegiatan ini sesuai dengan kriteria terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi halusinasi. Setelah kami memilih pasien kami melakukan
kontrak satu hari sebelum kegiatan dengan pasien untuk mengikuti kegiatan
terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi. Proposal dan
perlengkapan terapi aktivitas kelompok disiapkan 3 hari sebelum pelaksanaaan.
Pada hari pelaksanan mahasiswa bersama pasien berkumpul di ruang rekreasi.

B. Tahap Pelakasanaan

Pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi di


Ruangan Arjuna UPTD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, dipimpin oleh leader
dan co-lider dengan susunan acara sebagai berikut

1. Pembukaan

2. Menjelaskan tujuan kegiatan

3. Pembacaan dan aturan main

4. Kontrak waktu

5. Pelaksanaanaan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi

6. Mengevaluasi perasaan klien setelah melakukan aktivitas kelompok

7. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien

8. Laporan hasil observer


9. Penutup

10. Ramah tamah

C. Acara Inti

1. Pelaksanaan kegiatan

Pelaksanaan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi


dipimpin oleh leader dan co-leader pada pukul 12.30 WITA. Pelaksanaan
kegiatan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi memiliki
berapa sesi yaitu mengenal halusinasi dan mengontor halusinasi dengan
menghardik.

2. Tim terapis

3. Sesi 1

a. Leader : I Wayan Gede Yudi Wigata


b. Co Leader : Kadek Diah Sudarmi Dewi Wulandari
c. Fasilitator : Komang Wisnu Budikesuma
d. Observer : Ni Kadek Candra Ayu Setyawati

Sesi 2
a. Leader : Komang Wisnu Budikesuma
b. Co Leader : Ni Kadek Candra Ayu Setyawati
c. Fasilitator : I Wayan Gede Yudi Wigata
d. Observer : Kadek Diah Sudarmi Dewi Wulandari

Sesi 3
a. Leader : Ni Kadek Candra Ayu Setyawati
b. Co Leader : I Wayan Gede Yudi Wigata
c. Fasilitator : Komang Wisnu Budikesuma
d. Observer : Kadek Diah Sudarmi Dewi Wulandari

Sesi 4
a. Leader : Kadek Diah Sudarmi Dewi Wulandari
b. Co Leader : Komang Wisnu Budikesuma
c. Fasilitator : Ni Kadek Candra Ayu Setyawati
d. Observer : I Wayan Gede Yudi Wigata
D. Kelemahan
Kelemahan yang kami dapat dalam melakukan terapi aktivitas kelompok
adalah ketika terdapat pasien lain diluar anggota terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi halusinasi menganggu teman-temannya yang sedang
mengikuti terapi aktivitas kelompok yang berlangsung, sehingga suasana
menjadi kurang kooperatif
E. Kekuatan
1. Penerimaan yang baik dari pasien.
2. Tersedianya tempat, sarana dan praserana untuk pelaksanaan
kegiatan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi,
sehingga kegiatan dapat berjalan dengan lancar.
3. Respon positif yang ditujukan oleh pasien dengan adanya
tanggapan dan respon serta semangat yang ditunjukan pasien.
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Pada tanggal 6 januari 2022, pasien yang sudah dipilih untuk
mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok diingatkan
kembali pada tanggal 6 januari 2022 bahwa keesokan harinya
kegiatan terapi aktivitas kelompok akan dilaksanakan.
b. Waktu pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok tepat
sesuai jadwal yang telah disepakati sebelumnya.
c. Persiapan tempat, sarana dan praserana telah tersedia.
d. Materi dan media tentang terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi halusinasi telah siap untuk disajikan.

2. Evaluasi proses
a. Jumlah pasien yang hadir pada kegiatan terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi halusinasi sebanyak 6 orang.
b. Leader dan co-leader menjelaskan aturan main dengan jelas.
c. Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah klien.
d. Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan
untuk dapat mengawasi jalannya kegiatan.
e. Hasil penilaian observer.
TAK Sesi 1: Mengenal Halusinasi

No Aspek yang dinilai Peserta TAK

P1 P2 P3 P4 P5 P6

1. Menyebut isi halusinasi -     

2. Menyebut waktu -     
halusinasi

3. Menyebut frekuensi -     
halusinasi

4 Menyebut perasaan bila -     


halusinasi timbul

TAK Sesi 2: Mengontrol Halusinasi Dengan Menghardik

No Aspek yang dinilai Peserta TAK

P1 P2 P3 P4 P5 P6

1. Menyebutkan cara yang      


selama ini digunakan
mengatasi halusinasi

2. Menyebutkan efektifitas      
cara yang digunakan

3. Menyebutkan cara      
mengatasi halusinasi
dengan menghardik

4 Memperagakan      
menghardik
TAK Sesi 3: Mengontrol Halusinasi Dengan Minum Obat

Nama Klien
No Aspek yang dinilai
P1 P2 P3 P4 P5
1 Menyebutkan 5 cara benar minum obat -    

2 Menyebutkan keuntungan minum obat    - 

3 Menyebutkan akibat – akibat tidak patuh  -   


minum obat

TAK Sesi 4: Mengontrol Halusinasi Dengan Bercakap - cakap

Nama Klien
No Aspek yang dinilai
P1 P2 P3 P4 P5
1 Menyebutkan orang yang biasa diajak     
bercakap-cakap

2 Memperagakan percakapan     

3 Menyusun jadwal percakapan     

4 Menyebutkan tiga cara mengontrol dan     


mencegah halusinasi
Dokumentasi Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai