Anda di halaman 1dari 22

PR O PO S AL

PROGRAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI


HALUSINASI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Ikhsan Saefudin
Amalia Rizka Tifani
Devi Lianatama
Nina Herlina
Ela Triana
Yayang Budiarti
Prapti Wiji Wahyuni
Sapto Dwi Saputro

(P133742021400
(P1337420214002)
(P1337420214005)
(P13374202140)
(P1337420214058)
(P133742021400)
(P1337420214100)
(P133742021410)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATANSEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2016

PR O PO SAL
PROGRAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PERSEPSI SENSORI

A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu
tindakan keperawatan untuk klien gangguan jiwa.
Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya
merupakan tanggung jawab penuh dari seorang
perawat. Oleh karena itu seorang perawat khususnya
perawaat jiwa haruslah mampu melakukan terapi
aktivitas kelompok secara tepat dan benar.
Untuk mencapai hal tersebut di atas perlu dibuat suatu
pedoman pelaksanaan terapi aktivitas kelompok seperti
terapi aktivitas kelompok sosialisasi, penyaluran energi,
stimulasi sensori dan orientasi realitas.
Masalah keperawatan yang banyak dijumpai di
ruangan Matswapati (P4) adalah Halusinasi. Atas dasar
tersebut, maka kami menganggap dengan terapi aktivitas
kelompok ( TAK ) klien dengan gangguan persepsi sensori
dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya, Jika TAK tidak dilaksanakan sesuai topik
kemungkinan akan terjadi ketidakmampuan pasien
mengontrol dirinya dari halusinasi dan tidak bekerja sama
dalam jalannya TAK.
Penelitian yang dilakukan Puter (2012), dengan judul
penelitian pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi ihalusinasi terhadap kemampuan pasien
mengontrol halusinasi di Ruang Nakula dan Sahadewa RSJ
Provinsi Bali, didapatkan hasil penelitian bahwa ada
perbedaan kemampuan pasien mengontrol halusinasi
setelah TAK stimulasi persepsi halusinasi pada kelompok

perlakuan dengan kelompok kontrol (p=0,007). Menghardik


halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul.
Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi
yang muncul atau tidak memedulikan halusinasinya,
sedangkan mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan, dengan membimbing pasien membuat jadwal
yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien
tidak akan mengalami banyak waktu luang yang sering kali
mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami
halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya
dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi
sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu (Keliat,
2010).
TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi yang dilakukan
dengan 5 sesi dan waktu yang lama, kadang-kadang
menimbulkan kebosanan dari pasien dalam mengikuti
kegiatan TAK dari awal sampai akhir sesi. Peneliti ingin
mengetahui efektifitas antaraTAK timulasi persepsi
halusinasi sesi 2: mengontrol halusinasi dengan
menghardik, dan sesi 3: mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktivitas untuk mengetahui efektivitas dari 2
cara mengontrol halusinasi tersebut. Berdasarkan uraian
tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang efektifitas TAK stimulasi persepsi sesi menghardik
dan sesi melakukan aktivitas terhadap tingkat halusinasi
pada pasien skizofrenia di RSJ Provinsi Bali.
1. Tujuan

Secara umum tujuan terapi aktivitas kelompok


adalah meningkatkan kemampuan uji realitas melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain,
melakukan sosialisasi, meningkatkan kesadaran terhadap
hubungan reaksi emosi dengan tindakan atau perilaku
denfensif, dan meningkatkan motivasi untuk kemajuan
fungsi kognitif dan afektif. Secara khusus tujuannya adalah
meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara
konstruktif, meningkatkan ketrampilan hubungan
interpersonal atau social.
Di samping itu tujuan rehabilitasinya adalah
meningkatkan ketrampilan ekspresi diri, social,
meningkatkan kepercayaan diri, empati, meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan pemecahan masalah.

2. Karakteristik Pasien
Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka
karakteristik klien yang dilibatkan dalam terapi aktivitas
kelompok ini adalah klien dengan masalah keperawatan
seperti resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan, perilaku kekerasan, defisit perawatan diri,
isolasi social : menarik diri, dan perubahan persepsi
sensori.
2. LANDASAN TEORI
1. Landasan Teori TAK
a. Definisi
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya
untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah

klien pada waktu yang sama untuk memantau dan


meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota.
b. Model terapi aktifitas kelomopok
1) Fokal conflic model
Dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak
disadari dan berfokus pada kelompok individu. Tugas
leader adalah membantu kelompok memahami
konflik dan membantu penyelesaian masalah. Misal ;
adanya perbedaan pendapat antar anggota,
bagaimana masalah ditanggapi anggotadan leader
mengarahkan alternatif penyelesaian masalah.
2) Model komunikasi
Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip
komunikasi, bahwa tidak efektifnya komunikasi akan
membawa kelompok menjadi tidak puas. Tujuan
membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal
dan social anggota kelompok. Tugas leader adalah
memfasilitasi komunikasi yang efektif antar anggota
dan mengajarkan pada kelompok bahwa perlu
adanya komunikasi dalam kelompok, anggota
bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkan,
komunikasi pada semua jenis : verbal, non verbal,
terbuka dan tertutup, serta pesan yang disampaikan
harus dipahami orang lain.
3) Model interpersonal
Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan)
digambarkan melalui hubungan interpersonal dalam
kelompok. Pada model ini juga menggambarkan
sebab akibat tingkah laku anggota merupakan akibat

dari tingkah laku anggota yang lain. Terapist bekerja


dengan individu dan kelompok, anggota belajar dari
interaksi antar anggota dan terapist. Melalui proses
ini, tingkah laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan
dipelajari.
4) Model psikodrama
Dengan model ini dapat memotivasi anggota
kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa
yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu, sesuai
peran yang diperagakan. Anggota diharapkan dapat
memainkan peran sesuai peristiwa yang pernah
dialami.
c. Metode
1) Kelompok didaktik
2) Kelompok social terapeutik
3) Kelompok insipirasi represif
4) Psikodrama
5) Kelompok interaksi bebas
d. Fokus Terapi Aktivitas Kelompok
1) Orientasi realitas
Maksudnya adalah memberikan terapi aktivitas
kelompok yang mengalami gangguan orientasi
terhadap orang, waktu dan tempat. Tujuan adalah
klien mampu mengidentifikasi stimulus internal
(pikiran, perasaan, sensasi somatic) dan stimulus
eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar), klien
dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan,
pembicaraan klien sesuai realitas, klien mampu
mengenal diri sendiri dan klien mampu mengenal
orang lain, waktu dan tempat. Karakteristik klien :
gangguan orientasi realita (GOR), halusinasi, waham,

ilusi dan depersonalisasi yang sudah dapat


berinteraksi dengan orang lain, klien kooperatif,
dapat berkomunikasi verbal dengan baik, dan kondisi
fisik dalam keadaan sehat.
2) Sosialisasi
Maksudnya adalah memfasilitasi psikoterapist
untuk memantau dan meningkatkan hubungan
interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang
lain, mengekspresikan iden dan tukar persepsi dan
menerima stimulus eksternal yang berasal dari
lingkungan. Tujuan meningkatkan hubungan
interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan, memberikan
tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide
serta menerima stimulus eksternal. Karakteritistik
klien : kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk
mengikuti kegiatan ruangan, sering berada di tempat
tidur, menarik diri, kontak social kurang, harga diri
rendah, gelisah ,curiga, takut dan cemas, tidak ada
inisiatif memulai pembicaraan, menjawab
seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan, dan dapat
membina trust, mau berinteraksi dan sehat fisik.
3) Stimulasi persepsi
Maksudnya adalah membantu klien yang
mengalami kemunduran orientasi, stimulasi persepsi
dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif
serta mengurangi perilaku mal adaptif. Tujuan
meningkatkan kemampuan orientasi realita,
memusatkan perhatian, intelektual, mengemukakan
pendapat dan menerima pendapat orang lain dan

mengemukakan perasaannya. Karakteristik klien :


gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai
nilai, menarik diri dari realita, inisiati atau ide ide
yang negatif, kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi
verbal, kooperatif dan mengikuti kegiatan.
4) Stimulasi sensori
Maksudnya adalah menstimulasi sensori pada
klien yang mengalami kemunduran sensoris. Tujuan
meningkatkan kemampuan sensori, memusatkan
perhatian, kesegaran jasmani, dan mengekspresikan
perasaan.
5) Penyaluran energi
Maksudnya adalah untuk menyalurkan energi
secara konstruktif. Tujuan menyalurkan energi dari
destruktif menjadi konstruktif, mengekspresikan
perasaan dan meningkatkan hubungan interpersonal.
e. Tahap tahap dalam terapi aktivitas kelompok.
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan
Sundeen, 1995, fase fase dalam terapi aktivitas
kelompok adalah sebagai berikut :
1) Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan,
siapa yang menjadi leader, anggota, dimana, kapan
kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses
evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan
sumber sumber yang diperlukan kelompok seperti
proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.
a) Fase awal

Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan


tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau
kebersamaan.
(1 Orientasi
Anggota mulai mengembangkan system social
masing masing, dan leader mulai menunjukkan
rencana terapi dan mengambil kontrak dengan
anggota.
(2Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses
kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang
berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran
anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang
akan terjadi.
(3Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk
mengatasi masalah, anggota mulai menemukan
siapa dirinya.
b) Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim.
Perasaan positif dan engatif dikoreksi dengan
hubungan saling percaya yang telah dibina,
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih
stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh
sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan
penyelesaian masalah yang kreatif.
c) Fase terminasi

Ada dua jenis terminasi (akhir dan


sementara). Anggota kelompok mungkin
mengalami terminasi premature, tidak sukses atau
sukses.
f.

Peran Perawat dalam terapi aktivitas kelompok.


1) Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.
2) Sebagai leader dan co leader
3) Sebagai fasilitator
4) Sebagai observer
5) Mengatasi masalah yang timbul pada saat
pelaksanaan

2. Landasan teori halusinasi


a. Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.Suatu
perserapan panca indera pada rangsangan dari luar. (Miramis, 2008)
Halusinasi merupakan suatu yang dialami sebagai penghayatan
seperti suatu persepsi melalui panca indera tanpa stimulus ekstren,
persepsi palsu (Lubis, 2006)
b. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Stuart danLaraia, 2006membagi Halusinasi menjadi 7 jenis,
yaitu:
1) Pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering sua ra orang.
Suara terbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata
yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ke percakapan
lengkap antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami
Halusinasi pikiran yang terdengar perkataan bahkan pasien disuruh
untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
2) Penglihatan
Stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran,
geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit dan

kompleks.Bayangan bias menyenangkan, menakutkan seperti


monster.
3) Penghidung
Membaubau-bauan tertentu seperti bau-bauan darah, urine atau
feses, umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.Halusinasi
penghidung sering mengakibatkan stroke, tumor, kejang atau
demensia.
4) Pengucapan
Merasa mengecap rasa sepertidarah, urine ataufeses.
5) Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidak nyamanan stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang dating dari tanah, benda mati atau orang lain.
6) Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atauarteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine.
7) Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak
c. Fase-Fase Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia, membag ifase Halusinasi dalam 4 fase
yaitu :
1) Fase I = Comforting (AnsietasSedang) atau Halusinasi
menyenangkan.
Karakteristik = Klien mengalami perasaan mendalam seperti
ansietas,kesepian,rasa_bersalah,dan,takut, dan,mencoba untuk
berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas.
Individu mengenali bahwa pikiran dan pengalaman sensori berada
dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani.
(nonpsikotik)
Tanda dan Gejala = Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai
menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
respon verbal yang lambat jika sedang asyik, diam dan asyik
menyendiri.
2) Fase II = Condemning (Ansietasberat) atau halusinasi menjijikkan.
Karakteristik=Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan

atau mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan


sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin mengalami
dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarikdiridari orang
lain. (Psikotikringan)
Tanda dan gejala = Meningkatkan tanda-tanda system syaraf
otonom dan tekanan darah, rentang peningkatan denyut jantung.
Pernafasan dan tekanan darah, rentang perhatian menyempit, asyik
dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dan realita.
3) Fase III = Controlling (Ansietasberat) atau pengalaman sensori
menjadi berkuasa Karakteristik = Klien menghentikan perlawanan
terhadap halusinasi dan menyerahkan pada halusinasi tersebut. Isi
halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami
pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti (Psikotik)
Tanda dan Gejala = Kemauan yang dikendalikan halusinasi akan
lebih diikuti kesukaan berhubungan dengan orang lain. Rentang
perhatianhanya beberapa detik atau menit, adanya tanda-tanda fisik
ansietas mampu mematuhi perintah.
4) Fase IV = Conquering (Panic) atau umumnya menjadi melebur
dalam halusinasinya
Karakteristik = pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasinya.
Halusinasinya berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada
intervensi terapeutik (Psikotikberat) Tanda dan Gejala = perilaku
terror akibat panik. Potensi buat solude atau nomiede aktifitas
perilaku kekerasan.Agitasi menarik diri atau katatonia, tidak
mampu berespon terhadap perintah kompleks, tidak mampu
berespon lebih dari satu orang.
6) Pelaksanaan
Pelaksanaan dan uraian kegiatan sesuai macam
terapi aktivitas kelompok dapat dilihat pada lampiran
lampiran.

PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
HALUSINASI DAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG MATSWAPATI (P4)
RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

A. Tujuan Umum
Klien mampu melatih konsentrasi dan menstimulasi persepsi
terhadap permainan pesan berantai dan tindakan yang
dilakukan peserta
B. Tujuan Khusus
Klien mampu:

1. Menyampaikan pesan berantai dan melakukan tindakan


yang telah ditentukan
2. Berkonsentrasi terhadarikan rangsangan yang diberikan
oleh terapis
3. Menyampaikan pesan berantai ke lien yang lain dengan
tepat
4. Menyebutkan isi pesan berantai
C. Kriteria Peserta
Klien dengan halusinasi pendengaran, dan resiko perilaku
kekerasan.
D. Jenis TAK Stimulasi Persepsi
Pesan bersambung.
E. Nama Peserta
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Syatibi
Wagimin
Hadirin
Agus
Maryoto
Amat
Joni

F. Setting Kegiatan
1. prosedur
a. persiapan
1) alat dan bahan
a) persiapan tempat yang aman dan tenang.
b) Tempat yang cukup luas dan longgar.
c) Alat dan bahan : sebuah atau beberapa kalimat sederhana yang
akan disampaikan, buku catatan / laporan TAK, pulen, jadwal
kegiatan klien
2) pasien
a) membuat kontrak pertemuan dengan klien
b) menjamin pemenuhan kebutuhan privasi klien, hanya ada perawat dan
klien saja

b. pelaksanaan
1) persiapan
a) membuat kontrak dengan klien
b) mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) fase orientasi
a) salam terapeutik
1 salam dari terapis atau perawat misalnya dengan selamat pagi
atau selamat siang
2 perkenalkan nama perawat dan nama panggilan lebih bagus
dengan papan nama
3 memberi kesempatan pada klien untuk memperkenalakan nama
masing-masing dan beri papan nama
b) evaluasi dan validasi
1 menanyakan perasaan klien saat ini
2 menanyakan masalah yang dirasakan saat ini
c) kontrak
1 menjelaskan tujuan kegiatan yaitu menyampaikan pesan
bersambung
2 menjelaskan aturan permainan sebagai berikut
ajika ada anggota kelompok yang ingin meninggalkan
kelompok harus meminta izin
b mengikuti kegiatan sampai selesai
c mempersilahkan klien untuk minum, atau kencing dulu
sebelum acara dimulai
d lama kegiatan tidak lebih 45 menit
3) fase kerja
a) tentukan beberapa tulisan jenis pesan yang sederhana
b) Jelaskan aturan permainan terapis akan memilih salah satu
pesan pendek, meminta semua klien berdiri dan menengok
sebelah kanan, memilih pasien yang akan memilih pesan
pertama pada saat pertama klien lain menghadap ke kiri. Klien
yang dipilih menerima pesan pertama diminta untuk membaca
pesan dalam hati, berikan kesempatan membaca satu sampai
dua menit kemudian minta semua klien untuk menghadap ke
kanan dan pesan mulai disampaikan pada kline yang terakhir,

selanjutnya akan dinilai kesesuaian antara pesan pertama


dengan pesan terakhir yang disampaikan terakhir
c) Terapis memulai terapi, meminta klien berdiri dan menghadap
ke kiri
d) Meminta satu klien menghadap ke kannan sebagai penerima
pesan pertama
e) Meminta klien menerima pesan pertama membaca pesan
dalam hati setelah paham maksudnya
f) Meminta klien lain yang ada dibelakang klien penerima pesan
pertama menghadap klien penerima pesan pertama
g) Klien menerima pesan pertama menyampaikan pesan yang
telah dibaca dengan cara dibisikan
h) Berikutnya klien yang menerima pesan kedua juga melakukan
hal yang sama sampai pada klien yang terahir
i) Setelah sampai klien terakhir, meminta klien menyampaikan
pesan yang telah di terima
j) Terapi menilai kesesuaian antara pesan pertama dengan pesan
yang diucapkan oeh klien terakhir
k) Berikan pujian atas kemempuan klien dalam memberikan
pendapatnya. Hindari penggunaan tepuk tangan
l) Ulangi langkah 2.9 sampai dengan 2.17 pada tulisan kalimat
pesan yang lain
m) Perawat memberikan kesimpulan tentang pesan yang di
sampaikan klien pertama
n) Perawat memberikan makna tentang pesan yang disampaikan
dengan pengalaman halusinasinya
4) Terminasi
a) Evaluasi
1). Subjektif
perawat menanyakan perasan klien setelah mengikuti terapi
aktivitas kelompok
2). Obyektif

pasien dapat menyebutkan maksud dan tujuan TAK


b) Tindak lanjut
1). Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan menerima
pesan bersambung dan mendiskusikan dengan klien lain atau
perawat lain
2). Membuat jadwal menggambar

c) kontrak terapi kelompok yang akan datang


1). Bersama dengan klien membuat rencana untuk terapi aktivitas
kelompok selanjutnya: meraba bentuk macam macam benda
2). Bersam klien menentukan waktu dan tempat terapi aktivitas
kelompok yang akan datang
c. Pendokumentasian
1) Mencatat kegiatan TAK stimulasi sensori dalam buku catatan atau
laporan TAK baik jenis TAK, topik TAK klien yang diterapis,
leader dan observer yang melakukan TAK serta hasil terapi proses
dan hasil serta membubuhkan tanda tangan dan nama terang.
2) Mencatat tindakan keperawatan yang telah dilakukan kedalam
catatan perkembangan terintegrasi sesuai standar prrosedur
operational yang berlaku. Pendokumentasian catatan
perkembangan terintegrasi harus dilakukan oleh perawat yang telah
diberikan penugasan klinik oleh direktur utama
3) Mencatat tindakan keperawatan pada logbook SKP) harian.
4) Mencatat TAK stimulasi sensori : menerima pesan bersambung
harus dilakukan klien pada papan jatwal kegiatan untuk
ditindaklanjuti perawat shift berikutnya
5) Membereskan catatan perkembangan terintegrasi pada status
rekamedik pasien

d. Hal hal yang harus diperhatikan


1) Mengevaluasi respon serta toleransi klien selama TAK
stimulasi persepsi umum.
2) Mengevaluasi kebutuhan kenyamanan dan keamanan pasien,
dan staf selama TAK atimulasi sensori.
3) Kemampuan TAK atimulasi sensori disesuaikan dengan
kemampuan klien menerima informasi, belajar, daya ingat
pasien, sesuai dengan kesepakatan yang dibuat oleh klien.

G. Alat dan Media


Papan nama
H. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
I. Setting Tempat
Tempat pelaksanaan kegiatan di teras belakang Ruang XII
(Graha Madrim).

Keterangan:
: leader

: co leader
: fasilitator
: observer
: klien

J. Waktu
Pelaksanaan

Hari/Tanggal

: Jumat, 14 Agustus 2015

Jam

: 09.00 WIB (20 menit)

K. Pengorganisasian
Leader

: Apriyanto

Co Leader: Fauzan Vega


Observer :

Fajar Gian P, Agung Adinanjaya

Fasilitator :

Galih, Arif, Agung Tri, Hendi,

1. Leader
Tugas

: Apriyanto
: a. Memimpin jalannya TAK
b. Mengarahkan anggota
c. Bertanggung jawab terhadap kelancaran kegiatan TAK

2. Co Leader
Tugas

: Fauzan Vega
:

a. Meyampaikaninformasifasilitatorpada leader
b. Megingatkan leader apabilapermainanmenyimpang
c. Megingatkan leader tentang lama waktu pelaksanaan
Kegiatan
d. Bersama leader menjadicontohkerjasama yang baik
3. Observer
: Agung Adi, Fajar Gian P
Tugas

a. Mencacat dan mengamati respon klien serta jalannya


aktivitas terapi peserta yang aktif dan pasif serta peserta yang DO.
b.Mengevaluasi jalannya TAK

4. Motivator atau Fasilitator

: Mochamad Arif, Hendi maryanto,


Muhammad Galih, dan Agung Tri

Tugas:
a. Memberikan stimulus pada angggota kelompok dengan
tujuan memberikan semangat agar dapat mengikuti jalanya
kegiatan kelompok dengan baik
b. Memotifasi klien supaya lebih aktif
L. Langkah-langkah Kegiatan
1. Perawat mengumpulkan peserta dengan jenis halusinasi
yang sama dan diminta duduk dengan sesuai dengan
tempat yang ditentukan.
2. Leader berdiri atau duduk ditengah peserta, lalu
mengucapkan salam dan memperkenalkan diri serta
fasilitator.
3. Leader menjelaskan tujuan dan aturan kegiatan serta
kontrak waktu dengan peserta.
4. Leader melakukan kegiatan menghidupkan TV/radio/tape.

5. Setelah kegiatan dihentikan diminta masing-masing


peserta untuk menyampaikan apa yang telah dia
lihat/dengar/rasa/raba.
6. Diminta masing-masing peserta untuk memberiakn
tanggapan terhadap pendapat temannya.
7. Leader dan fasilitator memberiakn reinforcement positif
terhadap jawaban yang benar.
8. Leader menjelaskan keadaan realita dengan benar dan
jelas pada peserta.
9. Leader menyimpulkan kegiatan dan meminta masingmasing peserta untuk mengungkapkan perasaannya
setelah mengikuti kegiatan.
10.

Leader menutup kegiatan.

M. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a.

Leader, fasilitator melakukan kegiatan sesuai


dengan perannya.

b.

Kegiatan berlangsung pada tempat dan waktu


yang disepakati

c.

Tersedianya alat/media.

2. Evaluasi Proses
75% peserta dapat mengikuti kegiat
selesai.
3. Evaluasi Hasil

an sampai

60% peserta mampu menyampaikan pendapatnya tentang


apa yang didengarnya dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai