Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK MEMBUAT

KERAJINAN TANGAN BUNGA DARI TISSU PADA LANSIA DI


DINAS SOSIAL CIPOCOK SERANG-BANTEN
2019

Disusun Oleh

KELAS 3B

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan
hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami
penurunan kemampuan fisik, mental dan sosial secara bertahap sampai tidak
dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Bagi kebayakan orang masa tua itu
masa yang kurang menyenangkan. Anggapan terhadap lansia adalah bingung
dan tidak peduli terhadap lingkungan, kesepian dan tidak bahagia, pikun, tidak
berminat seksual dan tidak berguna bagi masyarakat. Namun kenyataannya
tidak semua usia lanjut yang mencapai kematangan dan produktifitas mental
dan materi pada usia lanjut. Oleh karna itu perawat harus dapat
membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan
masalah dan mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa keterbatasan akibat
dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya. Dapat disadari
bahwa pendekatan komunikasi dalam perawat tidak kalah pentingnya dengan
upaya pengobatan medis dan proses penyembuhan dan ketenangan para klien
lanjut usia. Banyak Jenis terapi yang dapat diberikan untuk lansia seperti terapi
okupasi. Terapi okupasi dapat dilakukan dengan menjahit, merajut, merangkai
bunga, membuat kalung, dan lain sebagainya yang mampu meningkatkan
kemampuan fisik lansia. Salah satu terapi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan fisik lansia adalah terapi okupasi membuat kalung
atau gelang. Terapi ini mampu membuat lansia lebih aktif dan berkreasi sesuai
keinginannya sendiri.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Lansia dapat membuat bunga dari tissu dengan kreasinya sendiri. 
2. Tujuan khusus
a. Mampu membangkitkan diri untuk melakukan aktivitas
b. Mampu meningkatkan kemampuan fisik lansia

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Terapi Okupasi
1. Pengertian
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah
ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih
ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk
membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan
orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Terapi Okupasi/terapi kerja adalah salah satu jenis terapi kesehatan
yang merupakan proses penyembuhan melalui aktivitas. Aktivitas yang
dikerjakan tidak hanya sekedar membuat sibuk pasien, melainkan aktivitas
fungsional yang mengandung efek terapetik dan bermanfaat bagi pasien.
Artinya aktivitas yang langsung diaplikasikan dalam kehidupan..
Penekanan terapi ini adalah pada sensomotorik dan proses neurologi
dengan cara memanipulasi, memfasilitasi dan menginhibisi lingkungan,
sehingga tercapai peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan kemampuan
dan pekerjaan atau kegiatan digunakan sebgai terapi serta mempunyai
tujuan yang jelas.
2. Fokus Terapi Okupasi
Secara garis besar intervensi difokuskan pada hal-hal berikut :
a. Kemampuan (abilities)
1) Keseimbangan dan reaksi postur (balance and postural reactions).
2) Peregangan otot dan kekuatan otot (muscle tone and muscle
strength)
3) Kesadaran anggota tubuh (body awareness)
4) Kemampuan ketrampilan motorik halus (fine motor skill) seperti
memegang/melepas, ketrampilan manipulasi gerak jari, misal
penggunaan pensil, gunting, ketrampilan, dan lain-lain.
5) Kemampuan ketrampilan motorik kasar (gross motor skill) seperti
lari, lompat, naik turun tangga, jongkok, jalan, dan lain-lain.
6) Mengenal bentuk, mengingat bentuk (visual perception)
7) Merespon stimuli, membedakan input sensori (sensory
integration)
8) Perilaku termsuk level kesadaran, atensi, problem solving skill,
dan lain-lain
b. Ketrampilan (skill)
1) Aktivitas sehari-hari (activity daily living) seperti makan, minum,
berpakaian, mandi, dan lain-lain
2) Pre-academic skill
3) Ketrampilan sosial
4) Ketrampilan bermain
5) Faktor lingkungan
6) Lingkungan fisik
7) Situasi keluarga
8) Dukungan dari komunitas
9) Okupasi Terapis sebagai konsultan
3. Tujuan Terapi Okupasi
Adapun tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto (2009), adalah:
a. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental.
1) Menciptakan kondisi tertentu sehingga klien dapat mengembangkan
kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan
masyarakat sekitarnya.
2) Membantu melepaskan dorongan emosi secara wajar.
3) Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan kondisinya.
4) Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakkan diagnosa dan
terapi.
b. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan gerak,
sendi, otot dan koordinasi gerakan.
c. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan
yang dimiliki.
d. Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba klien untuk
mengetahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan, kemampuan
bersosialisasi, bakat, minat dan potensinya.
Untuk mencapai tujuan tersebut di dalam terapi okupasi memiliki dua
prinsip kerja, yaitu sebagai berikut :
a. Supportive Occupational Therapy, yaitu menolong penderita untuk
menghilangkan dari perasaan cemas, takut, dan memotivasi penderita
untuk lebih giat didalam melakukan latihan
b. Fungsional Occupational Therapy, antara lain untuk pengaturan posisi
(bagi anak Cerebral Palsy), meningkatkan kekuatan otot dan daya
tahan kerja, meningkatkan motorik kasar (gross motor) maupun
motorik halus, (fine motor) serta meningkatkan konsentrasi dan
koordinasi gerak maupun sikap

4. Peranan Terapi Okupasi Dalam Pengobatan


Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar.
Melalui aktifitas manusia dihubungkan dengan lingkungan, kemudian
mempelajarinya, mencoba ketrampilan atau pengetahuan,
mengekspresikan perasaan, memenuhi kebutuhan fisik maupun emosi,
mengembangkan kemampuan, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan
hidup. Potensi tersebutlah yang di gunakan sebagai dasar dalam
pelaksanaan terapi okupasi, baik bagi penderita fisik maupun mental.
Aktifitas dalam terapi okupasi di gunakan sebagai media baik
untuk evaluasi, diagnosis, terapi, maupun rehabilitasi. Dengan mengamati
dan mengevaluasi pasien saat mengerjakan suatu aktifitas dan menilai
hasil pekerjaan dapat di tentukan arah terapi dan rehabilitasi selanjutnya
dari pasien tersebut. Penting untuk di ingat bahwa aktifitas dalam terapi
okupasi tidak untuk menyembuhkan, tetapi hanya sebagai media. Diskiusi
yang teraarah setelah penyelesaian suatu aktifitas adalah sangat penting
karena dalam kesempatan tersebut terapis dapat mengarahkan pasien dan
pasien dapat belajar mengenal dan mengatasi persoalannya. Aktifitas yang
di lakukan pasien di harapkan dapat menjadi tempat untuk berkomunikasi
lebih bai dalam mengekspresikan dirinya. Kemampuan pasien akan dapat
diketahui baik oleh terapi maupun oleh pasien itu sendiri melalui aktifitas
yang dilakukan oleh pasien. Alat – alat atau bahan – bahan yang
digunakan dalam melakukan suatu aktifitas, pasien akan didekatkan
dengan kenyataan terutama dalam hal kemampuan dan kelemahannya.
Aktivitas dalam kelompok akan dapat merangsang terjadinya interaksi
diantara anggota yang berguna dalam meningkatkan sosialisasi dan
menilai kemampuan diri masing-masing dalam hal keefisiensianya untuk
berhubungan dengan orang lain. Aktivitas yang dilakukan meliputi
aktivitas yang digunakan dalam terapi okupasi dimana sangat dipengaruhi
oleh konteks-konteks terapi secara keseluruhan, lingkungan, sumber yang
tersedia, dan juga oleh kemampuan si terapis sendiri (pengetahuan,
ketrampilan, minat, dan kreatifitasnya). Adapun hal-hal yang
mempengaruhi aktivitas dalam terapi okupasi antara lain sebagai berikut
a. Latihan gerak badan
b. Olahrga
c. Permainan
d. Kerajinan tangan
e. Kesehatan, kebersihan, dan kerapihan pribadi
f. Pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehidupan sehari-hari)
g. Praktik pre- vokasional
h. Seni (tari, musik, lukis, drama, dll)
i. Rekreasi (tamsya, nonton bioskop/drama, pesta ulang tahun, dll)
j. Diskusi dengan topik tertentu (berita, surat kabar, majalah, televisi,
radio, atau keadaan lingkungan)
B. Terapi Aktivitas Kelompok
1. Pengertian TAK
a. Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain
yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas
kesehatan lainnya (Yosep, 2007).
b. Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara
kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan
interpersonal (Yosep, 2008).
2. Manfaat TAK
Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat:
a. Umum
1) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing)
melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2) Membentuk sosialisasi
3) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis
seperti kognitif dan afektif.
b. Khusus
1) Meningkatkan identitas diri.
2) Menyalurkan emosi secara konstruktif.
3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-
hari.
4) Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri,
keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan
meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan dan
pemecahannya.

3. Tahapan Dalam TAK


Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk
tumbuh dan berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase,
yaitu: Fase prakelompok; fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase
terminasi kelompok.

a. Fase Prakelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota,
kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan.
Jumlah anggota kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7-
8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria
anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah : Lansia
yang Kooperatif dan Kreatif.
b. Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil
dan realistis. Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari
produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan
kemandirian.
c. Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman
kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari.
Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat, 2006).

C. Terapi Aktivitas Kelompok Tulus Kasih


1. Persiapan Lingkungan
a. Ventilasi baik
b. Penerangan cukup
c. Suasana tenang
d. Pengaturan posisi tempat (Melingkar)

2. Aktivitas Dan Indikasi


Aktivitas TAK dilakukan untuk melatih kemampuan pengenalan diri
lansia. Lansia yang mempunyai indikasi TAK adalah klien dengan
gangguan sebagai berikut :
a. Lansia yang cukup kooperatif
b. Lansia yang telah dapat berinteraksi dengan orang lain.
c. Lansia dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat (tidak sedang
mengidap penyakit fisik tertentu seperti diare, thypoid, dan lain-lain)

3. Setting
a. Lansia dan konselor bersama dalam satu lingkaran.
b. Ruangan yang nyaman dan tenang.
L          : Leader
Co       : Co Leader
F          : Fasilitator
O         : Observer
K         : Klien

K O
K

Co
F

K K

F
4. Peran dan Fungsi Terapis
a. Leader 
Tugas :
1) Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
2) Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi.
3) Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
4) Menyampaikan Tata tertib TAK
5) Memimpin diskusi kelompok.
6) Menutup acara diskusi.
b. Co Leader 
Tugas : 
1) Membuka acara
2) Mendampingi Leader
3) Mengambil alih posisi Leader jika Leader blocking
4) Menyerahkan kembali posisi kepada leader
c.  Fasilitator
Tugas : 
1) Ikut serta dalam kegiatan kelompok
2) Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk
aktif mengikuti jalannya terapi.
d.  Observer
Tugas :
1) Mencatat serta mengamati respon lansia
2) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan,
proses, hingga penutupan.

5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Terapi Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal         : Jumat, 29 November 2019
Waktu                     : 13.00 wib s/d Selesai
Tempat                    : Balai Perlindungan Dinas Sosial Cipocok Serang
6. Media dan Alat
a. Musik
b. Tissu
c. Sedotan
d. Gunting
e. Lem fox
f. Botol bekas
g. Origami

7. Contoh gambar

8. Susunan Pelaksana
Susunan TAK sebagai berikut :
a. Ketua Pelaksana : M. Jubaedi
b. Leader : Rahayu Aprilia surya
c. Co. Leader : Tia fitri khotimah
d. Sekertaris : Tazkiyatunnisa
Lukmanulhakim
e. Observer : Indah agustiyani
f. Fasilitator : Seluruh mahasiswa kelas 3B
g. Moderator : Teguh arief kusuma
Restu puji pangestu

9. Langka kerja
a. Persiapan
1) Memilih lansia sesuai dengan indikasi
2) Membuat kontrak dengan lansia
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan :
1) Memberikan salam terapeutik: salam dari terapis
2) Evaluasi / validasi: menanyakan perasaan lansia saat ini
3) Kontrak:
a) Menjelaskan tujuan kegiatan
b) Menjelaskan aturan main sebagai berikut :
- Lansia wajib datang 10 menit sebelum acara dimulai
- Jika ada lansia yang akan meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada terapis
- Tidak boleh makan, minum atau merokok saat  TAK
- Jika ada yang membuat gaduh akan dikeluarkan dari TAK
- Setiap lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
- Jika ingin bicara angkat tangan dan berbicara setelah
dipersilahkan oleh leader
- Jika peserta ingin ketoilet beri kesempatan sebelum acara
dimulai

c. Tahap kerja
1) Konselor memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama
panggilan
2) Konselor membagikan benang senar dan manik manik
3) Konselor menjelaskan cara membuat dan memberi contoh pada
lansia
4) Lansia mulai membuat sambil diiringi musik
5) Konselor memberi pujian pada setiap peran serta Lansia

d. Tahap terminasi.
1) Menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti TAK.
2) Memberi pujian atas keberhasilan lansia

e. Evaluasi
Hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut;
1. Lansia yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan
dengan aktif dari awal sampai selesai.
2. Lansia dapat meningkatkan kemampuan diri untuk membuat
sesuatu dan kreasi yang berharga
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tahapan TAK yaitu: fase prakelompok, fase awal kelompok, fase
kerja kelompok, dan fase terminasi. Manfaat TAK yaitu: Meningkatkan 
kemampuan  menguji  kenyataan (reality  testing)  melalui komunikasi dan
umpan balik dengan atau dari orang lain.
Kegiatan terapi aktifitas kelompok ini diharapkan mampu mencapai
tujuan. Hasil kegiatan diharapkan terus di pertahankan oleh klien,
meningkatkan kemampuan diri dengan memberikan kesempatan untuk
berkreasi
 Terapis sebaiknya mengawali dengan mengusahakan terciptanya
suasana yang tingkat kecemasannya sesuai, sehingga klien terdorong untuk
membuka diri dan tidak menimbulkan atau mengembalikan mekanisme
pertahanan diri.

B. Saran
Diharapkan para peserta dapat mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan dan lebih dapat menumbuhkan kreasi kreasi yang berharga
untuk diri klien sehingga rasa kemampuan diri dapat meningkat dan merasa
diri lebih berharga
DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, Singgih D. (2007). Lansiang dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.


Muhaj, K. 2009. Terapi Okupasi dan Rehabilitasi. Available:
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/01/terapi-okupasi-dan-rehabilitasi.html.
Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai