Anda di halaman 1dari 3

2.

1 Terapi Okupasi

2.1.1 Pengertian terapi okupasi

Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi
seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus pada
pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan
bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang
lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).

Terapi okupasi atau terapi kerja adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang merupakan
proses penyembuhan melalui aktivitas. Aktivitas yang dikerjakan tidak hanya sekedar membuat
aibuk pasien, melainkan aktivitas fungsional yang mengandung efek terapetik dan bermanfaat
bagi pasien. Artinya aktivitas yang langsung diaplikasikan dalam kehidupan. Penekanan terapi
ini adalah pada sensomotorik dan proses neurologi dengan cara manipulasi, memfasilitasi dan
menginhibisi lingkungan, sehingga tercapai peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan
kemampuan dan pekerjaan atau kegiatan digunakan sebagai terapi serta mempunyai tujuan yang
jelas.

2.1.2 Fungsi dan tujuan terapi okupasi

Aktivitas terapi okupasi yaitu berbagai macam kegiatan yang di rencanakan dan di
sesuaikan dengan tujuan terapi. Pasien yang di kirimkan oleh dokter, untuk mendapatkan terapi
okupasi adalah dengan maksud sebagai berikut :

1. Terapi khusus untuk pasien mental/ jiwa


a. Menciptakan suatu kondisi tertentu sehingga pasien dapat mengembangkan
kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat sekitar
b. Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara wajar dan produktif
c. Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan keadaanya
d. Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnosis dan penetapan terapi
lainnya.
2. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi,
kekuatan otot, dan koordinasi gerak
3. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, belajar
menggunakan fasilitas umum.
4. Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin di rumahnya
5. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara, dan meningkatkan kemampuan yang masih
ada
6. Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien sebagai langkah dalam
pre-cocational training
7. Membantu penderita untuk menerima kenyataan dan menggunakan waktu selama
masarawat berguna
8. Mengarahkan minat dan hobi agar dapat di gunakan setelah kembali ke keluarga

2.1.3 Peran terapi okupasi/ pekerjaan dalam pengobatan

Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar. Melalui aktifitas
manusia dihubungkan dengan lingkungan, kemuadian mempelajarinya, mencoba keterampilan
atau pengetahuan, mengekspresikan perasaan, memenuhi kebutuhan fisik maupun emosi,
mengembangkan kemampuan , dan sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup. Potensi
tersebutlah yang di gunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan terapi okupaso, baik bagi penderita
fisik maupun mental. Aktivitas terapi okupasi digunakan sebagai media baik untuk evaluasi,
diagnosis, terapi, maupun rehabilitasi. Dengan mangamati dan mengevaluasi pasien saat
mengerjakan suatu aktivitas dan menilai hasil pekerjaan dapat di tentukan arah terapi dan
rehabilitasi selanjutnya dari pasien tersebut.

1. Sebagai motivator dan sumber reinforces : memberikan motivasi pada pasien dan
meningkatkan motivasi dengan memberikan penjelasan pada pasien tentang kondisinya,
memberikan penjelasan dan meyakinkan pada pasien akan sukses.
2. Sebagai guru : terapi memberikan pengalaman learning re-rearnign okupasi terapi harus
mempunyai keterampilan dan ahli tertentu dan harus dapat menciptakan dan menerapkan
aktifitas mengajarkannya pada pasien.
3. Sebagai peran model sosial : seorang terapi harus dapat menampilkan perilaku yang dapat
dipelajari oleh pasien, pasien mengidentifikasi dan meniru terapi melalui role playing,
terapi mengidentifikasi tingkah lakuyang diinginkan (verbal-nonverbal) yang akan
dicontoh pasien.

2.1.4 Indikasi terapi okupasi

1. Seseorang yang kurang berguna dalam kehidupannya karena kesulitan yang dihadapi
dalam pengintegrasian perkembangan psikososialnya
2. Kelainan tingkah laku yang terlibat dalam kesulitannya berkomunikasi dengan orang lain
3. Tingkah laku tidak wajar dalam mengekspresikan perasaan atau kebutuhan premitif
4. Ketidakmampuan menginterpretasikan rangsangan sehingga reaksinya terhadap
rangasangan tersebut tidak wajar
5. Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang yang mengalami
kemunduran
Dapus

Keliat, B.A. dan Akemat.2005.Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok.Jakarta:EGC

Riyadi,S.dan Purwanto,T.2009.Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai