BUKU PANDUAN
SKILL LAB SEMESTER VIII
PROGRAM SARJANA
DENPASAR
2020/2021
1
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
STIKes Wira Medika Bali sebagai pusat pendidikan kesehatan yang professional dan memiliki
daya saing ditingkat nasional
2
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
VISI
Pusat pendidikan Ners yang profesional dan berbudaya dengan keunggulan keperawatan
komplementer di tingkat Regional,
Nasional 2020 dan Internasional 2025
MISI
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Wira Medika Bali
PENGARAH
3
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
TIM PENYUSUN
4
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
KATA PENGANTAR
Keterampilan dalam keperawatan sangat diperlukan untuk menunjang proses belajar
mengajar Sarjana Keperawatan STIKes Wira Medika Bali. Buku ini sebagai pegangan
mahasiswa untuk mengetahui keterampilan apa yang didapat pada setiap semesternya.
Keterampilan yang akan dilaksanakan pada tiap semesternya bertujuan agar mahasiswa lebih
inovatif dalam menyikapi keterampilan tersebut.
Buku ini terdiri dari beberapa perasat keterampilan keperawatan untuk dikuasai oleh
mahasiswa Keperawatan STIKES Wira Medika Bali. Pada setiap keterampilan terdiri dari fase
pre interaksi, orientasi, kerja (interaksi), terminasi & dokumentasi. Buku ini juga sebagai
pegangan instruktur, diharapkan ada kesamaan pengertian, pandangan antara instruktur dan
mahasiswa sehingga dapat tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan. Akhirnya kami
sebagai penyusun buku ini sangat mengharapkan masukan dan saran yang sifatnya
membangun dan perbaikan
Penyusun
5
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
6
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Menilai respon pasien dengan menepuk Bahu dan teriak “Bangun Pak/Bu” atau “Buka
mata Pak/Bu”
A = alert
V = Verbal
P = Pain
U = Unresponse
(Hati-Hati kemungkinan cedera cervical)
LANGKAH 2 Penilaian: Tentukan tingkat respon Menilai dengan cepat dan menentukan
apakah orang tersebut responsif.Penolong harus menepuk bahu korban dengan keras dan
bertanya keras: "Pak/ Bu! Anda tidak apa-apa?" Hindari mengguncang korban terlalu karena
hal ini dapat mengakibatkan cedera. Juga, hindari gerakan yang tidak perlu dari leher dalam
hal cedera kepala dan leher.Jika korban tidak merespon, dia mungkin tidak sadar yang bisa
diakibatkan oleh: • Saluran napas yang terhalang (blocked) oleh makanan, sekresi atau lidah
yang telah jatuh ke belakang. • Pernapasan yang telah berhenti. • Jantung yang telah berhenti
berdetak, biasanya karena serangan jantung.
7
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
orang tersebut untuk diteruskan kepada operator ambulans.Minta penolong kedua untuk
membawakan AED jika alat berada dalam radius 90 detik berjalan kaki. Menginformasikan
kepada operator: • Lokasi korban. • Nomor telepon dimana Anda menelepon. • Apa yang
terjadi misal bahwa seseorang mengalami serangan jantung/ sedang tidak sadar. • Jumlah
korban. • Meminta ambulans segera. • Tutup telepon hanya setelah diperintahkan untuk
melakukannya oleh operator tersebut.
LANGKAH 4
Posisi Untuk melakukan RJP yang efektif, korban harus di letakkan berbaring pada permukaan
yang datar dan keras.Jika korban tertelungkup, atau berbaring miring, anda perlu untuk
menggulingkan korban sehingga punggung berada di bawah.Jika korban memiliki atau
dicurigai cedera kepala/leher yang jelas, hati-hati agar kepala,leher dan tubuh harus ditopang
dan dibalik secara bersamaan saat re-posisi.
LANGKAH 5
Penilaian Pernapasan dan Sirkulasi secara Simultan Jalan Napas (Airway) Pada korban tidak
sadar, terjadi gangguan tonus otot sehingga dapat mengakibatkan lidah jatuh ke belakang
dan menyumbat jalan napas. Mengingat lidah menempel pada rahang bawah, mendorong
rahang bawah ke depanakan mengangkat lidah dari belakang atau leher sehingga jalan napas
akan terbuka. Lidah merupakan penyebab utama sumbatan jalan napas. Membuka Jalan
Napas Jika sudah dipastikan bahwa tidak ada cedera leher dan kepala, penolong harus
menggunakan manuver head tilt-chin lift untuk membuka jalan napas, dengan cara sebagai
berikut: Tekan dahi korban ke arah belakang menggunakan telapak tangan secara hati-hari
dan angkat dagu dengan jari tangan yang lain
8
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
9
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
telunjuk dan jari tengah penolong. Geser jari anda ke samping bawah terdekat dengan
penolong sampai anda mencapai cekungan antara trakea dan otot-otot di sisi leher. Tekan
perlahan pada cekungan ini untuk merasakan denyut dari arteri karotis
Jika nadi karotis teraba,berarti jantung masih berdetak Penilaian pernapasan dan
sirkulasi ini dilakukan secara bersamaan dan tidak boleh lebih dari 10 detik. Jika nadi karotis
teraba, tetapi pernapasan “gasping” atau tidak ada pernafasan lakukan bantuan pernapasan
(rescue breathing) selama 2 menit. Bantuan pernafasan (rescue breathing) terdiri dari
pemberian satu napas setiap 5-6 detik (10-12 kali/ menit). Penolong harus melakukan
pernapasan mulut ke mulut pada korban dengan memberikan satu napas dan menghitung;
"2 ribu" "3 ribu" "4 ribu" "5 ribu". “6 ribu” 10 napas akan diberikan dalam 1 menit (20 kali
dalam waktu 2 menit).
Jika nadi karotis teraba dan pernapasan spontan, posisikan korban ke posisi
pemulihandan terus pantau denyut nadi dan pernapasan setiap 2 menit. Jika yakin nadi
karotis tidak teraba selama 10 detik, perlakukan sebagai henti jantung dan mulai kompresi
dada segera. Catatan : Hanya petugas kesehatan yang terlatih yang harus melakukan
pengecekan nadi. Masyarakat awam disarankan untuk melewati cek nadi dan langsung
melanjutkan kompresi dada jika ditemukan korban tidak bernapas atau pernapasan abnormal
atau “gasping”. Pemeriksaan pernafasan selalu dimulai dengan membuka jalan nafas terlebih
dulu.
LANGKAH 6 Posisi Tangan yang tepat dan Teknik Kompresi Dada Sternum (tulang dada) dapat
terlihat dengan membuka kancing baju.Dalam kasus korban perempuan, untuk menjaga
kesopanan, kompresi dada dapat dilakukan dengan tetap berpakaian.Teknik kompresi dada
dilakukan secara serial dengan tekanan berirama pada separuh bagian bawah dari sternum
(tulang dada). Menentukan posisi tangan yang benar untuk kompresi dada harus dilakukan
10
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
dengan cepat dan tidak memakan waktu lebih dari 2 atau 3 detik. Sementara 1 tangan
mempertahankan posisi head tilt, letak kantangan yang lain di bagian separuh bawah
sternum. Tempatkan tumit tangan yang tadinya mempertahankan head tiltdi atas tangan
pada sternum sehingga tangan bertumpuk.Kemudian masukkan jari-jari tangan atas ke sela
jari- jari tangan bawah kemudian angkat jari-jari tangan bawah dari dinding dada.Luruskan
kedua siku dan kunci posisi tersebut.Posisi bahu sejajar di atas dada korban. Gunakan berat
tubuh Anda untuk menekan dada korban dengan kedalaman antara 5-6 cm, dengan hitungan
kompresi:
11
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Kecepatan kompresi antara 100-120 kali per menit, dinding dada harus recoil atau
mengembang sempurna setelah setiap kompresi. Untuk kompresi efektif, tekan dengan keras
dan cepat. Meminimalkan jeda dalam kompresi (jeda tidak boleh lebih dari 10 detik)
12
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
depan sampai mencapai ketidakseimbangan alami tubuh, titik di mana akan ada sensasi jatuh
ke depan jika tangan dan lengan tidak memberikan tahanan).
Berat punggung akan menciptakan tekanan yang diperlukan sehingga membuat
kompresi lebih mudah pada lengan dan bahu. Berat badan alami akan jatuh ke depan
sehingga memberikan kekuatan untuk menekan sternum. Lepaskan tekanan kompresi dada
di antara setiap kompresi untuk memungkinkan darah mengalir ke dada dan jantung.Tekanan
harus dilepaskan sehingga dada dapat kembali ke posisi normal setelah setiap
kompresi.Jangan menumpu pada dada korban agar terjadi recoil sempurna.Jangan
mengangkat tangan dari dada atau melakukan perubahan posisi. Jika hal tersebut dilakukan,
anda akan kehilangan posisi tangan yang benar.Kompresi yang dangkal, tangan gemetar,
posisi tangan yang tidak tepat, dan bersandar pada dada dapat menurunkan efektivitas
resusitasi dan lebih memungkinkan terjadinya cedera.
Lakukan 2 ventilasi setelah setiap 30 kompresi dada (1 kali siklus).Masing-masing
ventilasi harus cukup untuk menyebabkan dada untuk naik mengembang.Minimalkan
interupsi saat berpindah dari kompresi ke ventilasi.Pertahankan jalan napas agar tetap
terbuka dengan maneuver head tilt – chin lift. Dengan perlahan, hidung ditutup dengan ibu
jari dan telunjuk, dengan posisi telapak tangan di dahi, sehingga mencegah udara keluar
melalui hidung korban.Ambil napas normal dan tempelkan bibir anda di sekitar mulut korban
untuk menciptakan segel kedap udara.Berikan 2 napas sampai anda melihat kenaikan
dada.Lepaskan lubang hidung segera setelah setiap napas untuk memungkinkan korban
untuk bernapas.Durasi untuk setiap napas adalah 1 detik.Hindari over ventilasi.
Volume ventilasi harus cukup untuk menyebabkan kenaikan dada, yaitu sekitar 400-
600 ml. Volume udara terlalu besar mungkin menyebabkan udara masuk perut dan
mengakibatkan distensi perut.Jika upaya untuk ventilasi tidak berhasil, reposisi kepala korban
13
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
dan kembali berikan bantuan pernapasan karena posisi kepala dan dagu yang tidak benar
adalah penyebab umum untuk kesulitan dalam ventilasi. Lakukan sebanyak 5 siklus yang akan
memakan waktu sekitar 2 menit.
RJP Kualitas Tinggi: Kecepatan antara 100-120x/menit.Kedalaman kompresi antara 5-6 cm.
Dinding dada harus mengembang sempurna (full recoil chest) setelah dilakukan
kompresi.Minimal interupsi untuk kompresi dada. Hindari ventilasi berlebihan
LANGKAH 7 Penilaian ulang Setelah 5 siklus 30:2, periksa denyut nadi karotis dan pernapasan
secara simultan, jika nadi tidak teraba, lanjutkan RJP dimulai dengan kompresi dada (langkah
6).Jika denyut nadi karotis teraba, tapi korban tidak bernapas, lakukan bantuan pernapasan
10-12 kali per menit.Jika nadi teraba dan pernapasan spontan, tempatkan korban dalam
posisi pemulihan, pertahankan jalan napas terbuka.Lanjutkan untuk memantau pernapasan
dan denyut nadi setiap 2 menit karena hal tersebut bisa berhenti lagi.
Catatan: Masyarakat awam harus terus melakukan RJP sampai bantuan atau AED tiba dan
mengambil alih, atau korban mulai bergerak.
RJP Hanya dengan Kompresi Dada
Penolong yang tidak mampu atau tidak mau memberikan ventilasi mulut ke mulut
sebaiknya melakukan penekanan dada dengan kualitas baik secara terus menerus.
Ventilasi dengan Bag Mask Device
Ketika menggunakanself inflating bag, penolong dapat memberikan bag mask
ventilation (BMV) dengan udara ruangan. Bag Mask Device dapat memberikan ventilasi
tekanan positif tanpa advanced airway. BMV membutuhkan kompetensi praktek skill yang
perlu dipertimbangkan. Selama advance airway belum tersedia, penolong harus memberikan
siklus30 kompresi dan 2 ventilasi selama RJP. Ketika advance airway(endotrakeal tube,
combitube, atau laryngeal mask airway) sudah tersedia, penolong tidak lagi memberikan 30
kompresi dan 2 ventilasi secara bergantian, namun ventilasi diberikan 1x setiap 6 detik (10x
per menit) sambil tetap melanjutkan kompresi dada.
14
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
15
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
LANGKAH 8
Jika penolong 2 (kompresi dada) meminta pergantian, maka akan mulai menghitung:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 20 Ganti 2 3 4 5 6 7 8 9 30 Penolong 1 (ventilasi) akan
menyelesaikan 2 ventilasi sebelum bergeser ke dada untuk mengambil alih posisi kompresi.
LANGKAH 9
Penolong 2 bergerak ke kepala untuk menjadi pemberi ventilasi dan menilai ada
tidaknya napas dan nadi karotis, selamamaksimal 10 detik. Jika tidak ada pergantian peran
yang diinisiasi oleh penolong yang melakukan kompresi dada, RJP 2 penolong harus
diteruskan sampai 5 siklus 30:2. Penolong 2 (ventilasi) menilai napas dan nadi.Penolong 1
(kompresi dada) tetap mempertahankan posisi tangan pada dinding dada hingga penolong 2
(ventilasi) telah mengkonfirmasi ada tidaknya napas dan nadi.
LANGKAH 10 Jika napas dan nadi karotis masih tidak ada, ulang dari LANGKAH 7B Jika napas
dan nadi karotis ada, penolong 2 akan memberitahu penolong 1 untuk menghentikan RJP.
Penolong 1 akan mengangkat tangannya dari dada pasien kemudian menempatkan korban
dalam posisi pemulihan, dan mempertahankan jalan napas terbuka. Tetap berada di tempat,
lanjutkan untuk memantau pernapasan dan denyut nadi setiap 2 menit karena masih ada
kemungkinan RJP dua penolong dilakukan lagi.
LANGKAH 11
Jika nadi teraba tapi napas tidak ada, penolong 2 memulai rescue breathing (1 ventilasi
setiap 5-6 detik atau sekitar 10-12x permenit) selama 2 menit. Setelah penolong 2
memberikan rescue breathing lakukan penilaian ulang.Tempatkan pasien pada posisi
pemulihan (recovery position) jika nadi karotis dan napas ada.
Jika ada lebih dari satu penolong, mereka harus bergantian melakukan kompresi
setiap 2 menit karena kelelahan akan muncul dan akibatnya efektivitas kompresi bisa
memburuk. Pergantian penolong harus cepat dan meminimalkan gangguan untuk kompresi
dada. Ventilasi dengan Bag Mask Device Ketika penolong kedua datang dengan advance
airway, penolong tidak lagi memberikan 30 kompresi dan 2 ventilasi secara bergantian,
namun ventilasi diberikan secara kontinyu oleh penolong 1 (ventilasi) 1x setiap 6 detik atau
16
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
10x per menit sambil penolong 2 tetap melanjutkan kompresi dada.Pemberian ventilasi
dilakukan selama jeda kompresi dan setiap ventilasi dilakukan selama 1 detik.
Pada anak, penekanan dada dilakukan pada bagian setengah bawah dari tulang dada,
dengan 1 atau 2 tangan, menggunakan bagian pangkal dari telapak tangan. Pada anak, akan
lebih baik jika penolong tidak hanya melakukan penekanan, tetapi juga memberikan napas
17
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
bantuan. Akan tetapi, jika penolong tidak terlatih untuk memberikan napas bantuan, maka
tidak perlu dilakukan.
4. Buka Jalan Napas dan Beri Napas Bantuan
Pada anak yang tidak sadarkan diri, biasanya lidah menghalangi saluran pernapasan,
oleh karena itu penolong harus membuka jalan napas korban dengan teknik menengadahkan
kepala dan mengangkat dagu seperti pada dewasa.4 Lakukan penekanan dada dan bantuan
napas secara terkoordinasi. Untuk 1 orang penolong, rasio perbandingan dengan pemberian
napas bantuan yang dilakukan adalah 30:2, dimana setelah dilakukan 30 penekanan terlebih
dahulu, diikuti dengan 2 napas bantuan, sebanyak 5 siklus.
Apabila korban anak dan bayi, jika terdapat 2 penolong yang merupakan tenaga
kesehatan yang sudah terlatih untuk melakukan bantuan hidup dasar dilakukan bantuan
dengan perbandingan penekanan dada dan napas bantuan sebesar 15:2.Untuk bayi, lakukan
pemberian napas dengan teknik mulut penolong ke mulut dan hidung bayi, pastikan seluruh
mulut dan hidung korban tertutup.Untuk anak, lakukan dengan teknik mulut ke mulut seperti
pada orang dewasa.Setiap napas diberikan sekitar 1 detik, pastikan terdapat kenaikan dada
ketika diberikan napas bantuan.4 5.Mengaktifkan SPGDT Jika ada dua penolong, salah satu
penolong harus segera mengaktifkan SPGDT bersamaan dengan Bantuan Hidup Dasar yang
dilakukan oleh penolong yang satu.Pada anak, SPGDT dilakukan setelah melakukan siklus RJP
selama 2 menit (5 siklus, di mana masing-masing siklus terdiri dari 30 penekanan dan 2
bantuan napas).Setelah itu, penolong harus kembali dan menggunakan alat kejut jantung
otomatis (AED) jika ada atau melanjutkan RJP.RJP dilakukan hingga bantuan datang atau
korban bernapas secara normal kembali.
18
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
RJP
Nama :
NIM :
Kompetensi
No ASPEK YANG DINILAI
ya tdk
1 Danger :
a. Aman diri (APD)
b. Aman korban
c. Aman lingkungan
2 Respon :
a. Respon suara/panggil
b. Menepuk/mengguncang
c. Merangsang nyeri
3 Call for help :
Meminta bantuan secara tepat, cepat dan efektif
4 Circulation :
a. Memeriksa nadi carotis
b. Ketepatan watu 5-10 detik
c. Melakukan kompresi 30X
d. Lokasi titik kompresi
e. Kedalaman kompresi
f. Kecepatan kompresi dada
5 Airway :
a. Head tild-chin lift/jaw trust
b. Memeriksa sumbatan
c. Membebaskan jalan nafas
6 Breathing :
a. Memberikan ventilasi 2X
b. Kecukupan ventilasi
7 Siklus RJP :
a. Melakukan 5 siklus
b. Kontingensi C-A-B tepat
8 Evaluasi pasca RJP :
a. Memeriksa nadi carotis
b. Memeriksa nafas loo-listen-feel
Bila nadi (-) : lanjutkan RJP 5 siklus
Bila nafas (-) : lanjutkan ventilasi 10-12/m
Recovery position
19
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
INNITIAL ASSESMENT
A. Pengertian
Initial Assessment atau pengkajian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel
merupakan tugas yang menantang, dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati sehingga
diperlukan sistem pelayanan tanggap darurat untuk mencegah kematian dini karena trauma
yang bisa terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam sejak cedera.Kematian dini yang
sering terjadi pada korban cedera gawat darurat diakibatkan oleh oksigenasi yang tidak
adekuat pada organ vital terutama otak dan jantung.
Tujuan pengkajian awal adalah mengidentifikasi cedera/kelainan pengancam jiwa dan
untuk memulai tindakan sesuai, serta untuk mengatur kecepatan dan efisiensi tindakan
definitif atau transfer kefasilitas sesuai.Setiap kejadian kegawat daruratan selalu
menampilkan bahaya dan kesulitannya masing-masing.Skill ini membahas mengenai petunjuk
umum dalam mengelola korban gawat darurat khususnya pada tahap initial
assessment.Informasi digunakan untuk membuat keputusan tentang intervensi kritis dan
waktu yang dicapai. Ketika melakukan pengkajian, pasien harus aman dan dilakukan secara
cepat dan tepat dengan mengkaji tingkat kesadaran (Level OfConsciousness) dan pengkajian
ABC (Airway, Breathing, Circulation), pengkajian ini dilakukan pada pasien memerlukan
tindakan penanganan segera dan pada pasien yang terancam nyawanya.
20
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
1) Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas lapangan
2) Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum penderita mulai
diangkut dari tempat kejadian.
3) Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan di rumah sakit seperti waktu
kejadian, sebab kejadian, mekanisme kejadian dan riwayat penderita.
b. Fase Rumah Sakit
1) Perencanaan sebelum penderita tiba
2) Perlengkapan airway sudah dipersiapkan, dicoba dan diletakkan di tempat yang
mudah dijangkau
3) Cairan kristaloid yang sudah dihangatkan, disiapkan dan diletakkan pada tempat yang
mudah dijangkau
4) Pemberitahuan terhadap tenaga laboratorium dan radiologi apabila sewaktu-waktu
dibutuhkan.
5) Pemakaian alat-alat proteksi diri
2. TRIASE
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber
daya yang tersedia.Sangat dinamis, tergantung dari keadaan, jumlah korban dan
kemampuan penolong untuk menentukan prioritas penanganan dan transportasi.
Dasar Melakukan Triage
Berat ringannya luka
Jumlah yang tersedia
Sumber daya yang tersedia
Kesempatan untuk menyelamatkan korban
Fungsi Triage
Menilai tanda-tanda dan kondisi vital dari korban
Menentukan kebutuhan medis
Menilai kemungkinan keselamatan thd korban
Menilai perawatan medis yg ada
Menentukan prioritas penanganan korban
Memberikan pasien label warna sesuai dengan skala prioritas
21
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Prosedur Triage
Triage dilakukan sebelum melakukan penanganan
<60 detik/pasien
Terdapat dua jenis prosedur triage
a. Single Patient Triage
Single patient triage – penting di ruang emergency terutama pada keadaan dimana
ruang emergency sangat sibuk dan fasilitas kamar operasi yang keseluruhan
terpakai.Dengan mengadakan skala prioritas di ruang emergency, maka kita dapat
menurunkan morbiditas dan mortalitas.
Katagori Triage, termasuk.
1) Emergent ;Penanganan diberikan saat pasien tiba di UGD
Major trauma
Airway obstruction
Tension pneumothorax
Flail Chest
Hypovolemic shock (Class III and IV)
Burns with inhalation injury
2) Urgent ;Kasus berikut akan beresiko fatal jika tidak tertangani dalam beberapa jam
Vertebral and Spine Injury
Femoral shaft fracture
Closed head injury
Burns
3) Non-urgent;
Skin lacerations
Contusions
Abrasions
Upper extremity fractures
Fever
Associated medical conditions
b. Mass Causality Triage
22
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Mass casualty triage – pada musibah massal yang mengakibatkan jumlah korban yang
banyak seperti keadaan bencana. Pada level tersebut tidak dapat dilakukan
penanganan secara bersamaan maka diperlukan suatu prioritas.
Katagori Triage
a) Immediate
b) Delayed
c) Walking wounded
START Triage
Simple Triage And Rapid Treatment
Dengan menilai :
Respiration
Circulation
Mental Status
Kategori START
1. Meningga(l BLACK)
No ventilations present after clearing airway
2. Berat/kritis (RED)
RR >30/min
Delayed capillary refill(>2 secs)
Unable to follow simple commands
3. Sedang (YELLOW)
4. Ringan(GREEN)“Walking wounded”
Prosedur START
Waktu <60 detik / pasien
Frekwensi Pernafasan
assess for RR and adequacy
not breathing – check for foreign body obstruction; remove loose dentures;
reposition head with C-spine precautions
Tidak bernafas – HITAM
Frekwensi Nafas > 30/min – MERAH
Frekwensi Nafas < 30/min – Jangan diberi
o label, tapi
Nilai Perfusi
23
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Perfusi
assess capillary refill (> atau < 2 detik)
>2 detik – MERAH
<2 detik – jangan diberi label tapi nilai status mental
Kontrol Perdarahan.
Status Mental
Perintah sederhana
“open and close your eyes”
“squeeze my hands”
Tidak bisa dilakukan – MERAH
Bisa dilakukan -- KUNING
Kategori Triage
1. Merah ; Darurat Mengancam Nyawa
2. Kuning ; Gawat Tidak Mengancam Nyawa
3. Hijau; Tidak Gawat, Cedera Ringan
4. Hitam; Meninggal
3 PRIMARY SURVEY
a. Airway
1) Pengkajian
a) Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)
24
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
b. Breathing
Yang harus dilakukan dalam memeriksa breathing adalah nilai look, listen, feel untuk
mengetahui breathingnya baik atau tidak.
1) Penilaian
a) Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan kontrol servikal in-line
immobilisasi
b) Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
c) Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan terdapat deviasi
trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian otot-otot tambahan dan
tanda-tanda cedera lainnya.
d) Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
e) Auskultasi thoraks bilateral
2) Pengelolaan
a) Pemberian oksigen konsentrasi tinggi (nonrebreather mask 11-12 liter/menit)
b) Ventilasi dengan Bag Valve Mask
c) Menghilangkan tension pneumothorax
d) Menutup open pneumothorax
e) Memasang pulse oxymeter
3) Evaluasi
25
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
e. Exposure/Environment
1) Buka pakaian penderita
2) Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yang cukup
hangat.
f. Resusitasi
1) Re-evaluasi ABCDE
26
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
2) Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan 20 mL/kg
pada anak dengan tetesan cepat
3) Evaluasi resusitasi cairan
a) Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal
b) Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin ) serta awasi
tanda-tanda syok
4) Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian cairan awal.
a) Respon cepat
b) Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan maintenance
c) Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau pemberian darah
d) Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan
e) Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi operatif mungkin masih diperlukan
f) Respon Sementara
g) Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah dengan pemberian darah
h) Respon terhadap pemberian darah menentukan tindakan operatif
i) Konsultasikan pada ahli bedah.
j) Tanpa respon
k) Konsultasikan pada ahli bedah
l) Perlu tindakan operatif sangat segera
m) Waspadai kemungkinan syok non hemoragik seperti tamponade jantung ataukontusio
miokard
g. Tambahan Pada Primary Survey Dan Resusitasi
1) Pasang EKG
a) Bila ditemukan bradikardi, konduksi aberan atau ekstrasistole harus dicurigai adanya
hipoksia dan hipoperfusi
b) Hipotermia dapat menampakkan gambaran disritmia
2) Pasang kateter uretra
a) Kecurigaan adanya ruptur uretra merupakan kontra indikasi pemasangan kateter
urine, dengan tanda-tanda trias : adanya skrotum hematom, perdarahan di OUE
(Orifisium Uretra Eksternal) dan saat colok dubur prostat melayang.
b) Bila terdapat kesulitan pemasangan kateter karena striktur uretra atau BPH, jangan
dilakukan manipulasi atau instrumentasi, segera konsultasikan pada bagian bedah
27
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
29
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
c) Circulation
Bila terdapat hipotensi, harus dibedakan antara syok hipovolemik (penurunan
tekanan darah, peningkatan denyut jantung, ekstremitas yang dingin) dari syok
neurogenik (penurunan tekanan darah, penurunan denyut jantung, ekstremitas
hangat).
Penggantian cairan untuk menanggulangi hipovolemia
Bila terdapat cedera medula spinalis, pemberian cairan harus dipandu dengan
monitor CVP.( Catatan : Beberapa penderita membutuhkan pemberian inotropik )
Bila melakukan pemeriksaan colok dubur sebelum memasang kateter, harus dinilai
sensasi serta kekuatan sfinkter.
d) Disability- Pemeriksaan neurologis singkat
Tentukan tingkat kesadaran dan menilai pupil.
Tentukan AVPU atau lebih baik dengan Glasgow Coma Scale
Kenali paralisis / paresis.
30
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
j) Level neurologis
Sensasi
Tes pinprick untuk mengetahui sensasi, dilakukan pada seluruh dermatom dan dicatat
bagian paling kaudal dermatom yang memberikan sensasi rasa.
k) Fungsi Motoris
Refleks tendo dalam (kurang memberikan informasi pada keadaan emergensi)
l) Pencatatan dan pemeriksaan ulang
Catat pemeriksaan neurologis dan ulangi pemeriksaan sensoris dan motoris secara
reguler sampai datang spesialis terkait.
Evaluasi ulang akan adanya cedera penyerta/ cedera yang tersembunyi
b. Trauma Musculoskeletal
1) Melihat Gambaran Umum
Perdarahan luar dapat diketahui dengan jelas dari perdarahan pada ekstremitas,
kumpulan darah pada lantai atau brankar, balutan yang penuh darah, dan perdarahan
yang terjadi selama ditranspor ke rumah sakit.Pemeriksa perlu menanyakan
karakteristik terjadinya trauma dan pelayanan pra rumah sakit.
a) Luka terbuka mungkin sudah tidak berdarah, tetapi bisa terdapat trauma saraf atau
fraktur terbuka.
b) Deformitas pada ekstremitas menunjukkan adanya fraktur atau trauma sendi. Jenis
trauma ini harus dibidai sebelum penderita dirujuk atau segera setelah aman.
c) Warna ekstremitas perlu diperiksa. Adanya memar menunjukkan adanya trauma otot
atau jaringan lunak diatas tulang atau sendi. Perubahan ini mungkin disertai bengkak
atau hematoma. Gangguan vaskular mula-mula ditandai dengan pucat pada
ekstremitas distal.
d) Posisi ekstremitas dapat membantu membedakan sejumlah pola trauma. Bila ada
trauma saraf akanmenampilkan posisi ekstremitas yang khas, misalnya trauma saraf
radialis menimbulkan wrist drop, dan trauma saraf peroneus menimbulkan drop foot.
e) Pengawasan aktifitas spontan penderita dapat membedakan beratnya trauma. Dalam
pengawasan, adanya gerakan spontan dapat menunjukkan adanya trauma yang
31
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
tampak atau terselubung. Misalnya pada trauma kepala penderita tidak mengikuti
perintah dan tidak ada gerakan spontan ekstremitas, penderita ini mungkin ada
trauma torakal atau lumbal.
f) Jenis kelamin dan usia penting untuk menentukan potensi trauma Anak-anak dapat
terjadi trauma lempeng epifisis atau patah tulang tersembunyi (misalnya buckle
fraktur). Pada wanita dengan trauma pelvis, lebih besar kemungkinan cedera vagina
dibandingkan cedera uretra.
g) Urin yang keluar dari kateter harus dilihat. Jika urin berdarah atau jika pemasangan
kateter sulit, penderita mungkin menderita fraktur pelvis dan trauma traktus
urinarius.
2) Raba
Ancaman jiwa dan ancaman ekstremitas disingkirkan terlebih dahulu.
a) Pelvis dipalpasi anterior dan posterior akan adanya deformitas, pergerakan, dan jarak
yang menunjukkan potensi pelvis tidak stabil. Tes kompresi-distraksi seperti menarik-
mendorong pelvis dikerjakan sekali saja. Tes ini berbahaya karena terlepasnya bekuan
darah dapat menimbulkan perdarahan baru.
b) Pulsasi ekstremitas dipalpasi dan penemuannya dicatat. Adanya perbedaan atau
abnormalitas harus dicatat. Pengisian kapiler yang normal (kurang dari 2 detik) di
bawah kuku atau telapak tangan menandakan aliran darah di ekstremitas distal baik.
Hilangriya pulsasi dengan pengisian kapiler normal menandakan ekstremitas viable,
walaupun demikian konsultasi bedah perlu dilakukan. Jika pulsasi dan pengisian
kapiler tidak ada diperlukan pembedahan gawat darurat.
c) Kompartemen otot seluruh ekstremitas dipalpasi untuk menentukan adanya fraktur
atau sindroma kompartemen. Dilakukan dengan palpasi yang lembut. Jika terdapat
fraktur, penderita sadar akan mengeluh nyeri. Jika penderita tidak sadar, hanya teraba
gerak abnormal. Sindroma kompartemen dicurigai jika teraba keras-tegang dan nyeri.
Sindroma kompartemen dapat disertai fraktur.
d) Stabilitas sendi diperiksa dengan meminta penderita menggerakkan sendi secara aktif.
Hal ini tidak perlu dikerjakan jika terdapat fraktur yang nyata atau deformitas, atau
penderita tidak kooperatif. Setiap sendi dipalpasi untuk nyeri, bengkak, dan adanya
cairan intar-artikular. Stabilitas sendi diperiksa dengan melakukan regangan lateral,
32
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
medial, dan anterior -posterior. Segala deformitas atau dislokasi sendi harus dibidai
dan dilakukan pemeriksaan ronsen sebelum melakukan pemeriksaan akan stabilitas.
e) Pemeriksaan neurolgi secara cepat dan menyeluruh dilakukan dan dicatat pada
ekstremitas. Pemeriksaan diulang dan dicatat sesuai indikasi dan keadaan klinis
penderita. Sensasi diperiksa dengan rabaan/sentuhan dan tusukan pada setiap
ekstremitas. Adanya trauma neurologis yang progresif menunjukkan ada masalah
besar.
f) Pemeriksaan motorik ekstremitas yang harus dikerjakan;
g) Pemeriksaan tingkat kekuatan otot menurut standar. Pemeriksaan ini spesifik sesuai
dengan gerakannya.
h) Pemeriksaan refleks tendo.
i) Jangan lupa memeriksa punggung.
c. Trauma Kepala
1) Survei Primer
a) ABCDE
b) Imobilisasi dan Stabilisasi Servikal
c) Melakukan Pemeriksaan Neurologis Singkat
d) Respon Pupil
e) Menentukan Nilai GCS
2) Survey Sekunder Dan Penatalaksanaan
a) Inspeksi Keseluruhan Kepala, Termasuk Wajah
b) Laserasi
c) Adanya LCS dari lubang hidung dan telinga
d) Palpasi Keseluruhan Kepala, Termasuk Wajah
e) Fraktur
f) Laserasi dengan fraktur di bawahnya
g) Inspeksi Semua Laserasi Kulit Kepala
h) Jaringan otak
i) Fraktur depresi tulang tengkorak
j) Debris
k) Kebocoran LCS
l) Menentukan Nilai GCS dan Respon Pupil
33
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
34
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Innitial Assessment
Nama :
NIM :
Kompetensi
No ASPEK YANG DINILAI
ya tdk
1 Tahap Pre Interaksi
1. Kaji kebutahan pasien dengan melihat catatan
keperawatan/medis
2. Cuci tangan efektif
3. Siapkan alat
a. Otoskop/Lampu senter/lampu kepala
b. Arloji berisi detikan
c. Garputala
4. Cuci tangan efektif
2 Tahap Orientasi
1. Salam pembuka dan perkenalkan diri
2. Lakukan identifikasi, 2 identitas: (tanyakan Nama dan lihat
No.RM/ tanggal lahir)
3. Tanyakan Keluhan pasien
4. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
5. Jelaskan prosedur
6. Kontrak waktu
7. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
3 Tahap Kerja
1. Proteksi diri, gunakan APD (Alat pelindung diri) : proteksi diei
lingkungan dan pasien
2. Cek Respon Korban dengan teknik AVPU (Alert, Verbal, pain
dan UnRespon)
3. Aktifkan EMS (Emergency Medical System) atau Call for Help
(Minta Pertolongan)
4. Primay Survey
a. Airway (Jalan Napas)
1) Bebaskan Jalan Napas , jika korban trauma pakaikan servical
collar/neckcollar untuk menyangga leher
(Korban Trauma Harus curiga patah tulang leher)
2) Penanganan Jalan Napas :
a) Head tilt - chin lift : untuk non trauma
b) Jawtrust : untuk korban tauma
c) Stuction /Sedot / hisap / log roll : Jika keluar darah dari mulut
35
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
36
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
37
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
38
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
PENANGANAN TERSEDAK
CHOCKING MANAGEMENT
Tersedak atau tersumbatnya saluran napas dengan benda asing dapat menjadi
penyebab kematian. Biasanya saat seseorang mengalami tersedak, orang lain dapat
membantu saat korban masih sadar. Penanganan yang dilakukan biasanya berhasil dan
tingkat kelangsungan hidup dapat mencapai 95%.
Pada orang dewasa, tersedak paling sering terjadi ketika makanan tidak dikunyah
sempurna, serta makan sambil berbicara atau tertawa.Pada anak-anak, penyebab tersedak
adalah tidak dikunyahnya makanan dengan sempurna dan makan terlalu banyak pada satu
waktu.Selain itu, anak-anak juga sering memasukkan bendabenda padat kecil ke dalam
mulutnya.Karena pengenalan tanda-tanda tersedak merupakan kunci dari keberhasilan
penanganan, penting bagi kita untuk dapat membedakan tersedak dengan pingsan, serangan
jantung, kejang, atau keadaan-keadaan lain yang juga dapat menyebabkan kesulitan
bernapas tiba-tiba, kebiruan, dan hilang kesadaran.
Benda asing dapat menyebabkan penyumbatan yang ringan atau berat. Penyelamat
harus segera melakukan penanganan jika korban tersedak menunjukkan tanda-tanda
penyumbatan yang berat yaitu tanda-tanda pertukaran udara yang buruk dan kesulitan
bernapas, antara lain batuk tanpa suara, kebiruan, dan ketidakmampuan untuk berbicara
atau bernapas. Korban dapat sambil memegang atau mencengkeram lehernya.Hal itu
merupakan tanda umum dari tersedak.Segera tanyakan, “Apa anda tersedak?”Jika korban
mengiyakan dengan bersuara dan masih dapat bernapas, ini dapat menunjukkan korban
mengalami sumbatan saluran napas yang ringan.Jika korban mengiyakan dengan
menganggukkan kepalanya tanpa berbicara, ini dapat menunjukkan korban mengalami
sumbatan saluran napas yang berat.3 Pada bayi yang tersedak, harus diperhatikan apakah
ada perubahan sikap bayi tersebut karena mereka belum bisa melakukan tanda umum
tersedak.Perubahan yang mungkin terlihat adalah kesulitan bernapas, batuk yang lemah, dan
suara tangisan lemah.
Ketika yang ditemukan adalah tanda-tanda penyumbatan ringan dan korban dapat
batuk, jangan menghalangi proses batuk dan usaha bernapas spontan dari korban. Jika batuk
pada korban menjadi tanpa suara, kesulitan bernapas meningkat, dan disertai suara napas
tidak biasa pada korban, atau jika korban menjadi tidak sadarkan diri yang merupakan tanda-
39
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
tanda penyumbatan berat, segera aktivasi SPGDT. Jika terdapat lebih dari satu penyelamat,
satu penyelamat mengaktivasi SPGDT dan satu penyelamat lagi membantu korban.
Terdapat beberapa manuver yang terbukti efektif untuk menangani tersedak, antara
lain
1. Miringkan korban sedikit ke depan dan berdiri di belakang korban dan letakkan salah satu
kaki di sela kedua kaki korban.
2. Buat kepalan pada satu tangan dengan tangan lain menggenggam kepalan tangan
tersebut. Lingkarkan tubuh korban dengan kedua lengan kita.
3. Letakkan kepalan tangan pada garis tengah tubuh korban tepat di bawah tulang dada atau
di ulu hati
4. Buat gerakan ke dalam dan ke atas secara cepat dan kuat untuk membantu korban
membatukkan benda yang menyumbat saluran napasnya. Manuver ini terus diulang
hingga korban dapat kembali bernapas atau hingga korban kehilangan kesadaran.
5. Jika korban kehilangan kesadaran, baringkan korban secara perlahan sehingga posisinya
terlentang dan mulai lakukan RJP. Setiap saluran napas dibuka saat RJP, penyelamat harus
memeriksa apakah terdapat benda asing pada mulut korban dan mengambilnya apabila
menemukannya.
6. Apabila korban tersedak sedang hamil atau mengalami kegemukan, manuver hentakan
pada perut mungkin tidak efektif. Pada keadaaan-keadaan tersebut, dapat dilakukan
manuver hentakan pada dada. Letakkan tangan di bawah ketiak korban . Lingkari dada
korban dengan lengan kita 3. Letakkan bagian ibu jari pada kepalan di tengah-tengah
tulang dada korban (sama seperti tempat melakukan penekanan dada pada RJP). Genggam
40
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
kepalan tangan tersebut dengan tangan satunya dan hentakan ke dalam dan ke atas. Perlu
diketahui bahwa manuver hentakan pada perut tidak direkomendasikan untuk bayi
dengan usia di bawah 1 tahun karena dapat menyebabkan cedera pada organ dalamnya
sehingga untuk mengatasi tersedak dilakukan manuver tepukan di punggung dan hentakan
pada dada
Berikut langkah-langkah manuver tepukan punggung dan hentakan dada pada bayi:
Kompetensi
No Panduan penilaian
ya tdk
6 Dorong kepalan tangan tadi ke dalam diiawali lima kali sampai benda
asing keluar atau pasien pingsan
7 Bila pasien pingsan, tidurkan pasien ditempat datar dank eras minta
bantuan, kemudian cek nadi bila nadi tidak ada lakukan rjp
42
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
ya tdk
4 Salah satu tangan mengepal berada dua jari diatas umbilicus kemudian
tangan yang berikutnya mengait tangan yang terkepal
6 Dorong kepalan tangan tadi ke dalam dan keatas diawali lima kali sampai
benda asing keluar atau pasien pingsan
7 Bila pasien pingsan, tidurkan pasien ditempat datar dank eras minta
bantuan, kemudian cek nadi bila nadi tidak ada lakukan RJP
43
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
EKG
LEAD EKG DAN INTERPRETASI GELOMBANG NORMAL
EKG adalah alat bantu diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas listrik jantung.
Jantung dapat melakukan fungsinya sebagai pompa atau melakukan kontraksi dengan
baik, hal ini disebabkan jantung memiliki 3 hal, yaitu :
44
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
a. EKG standart terdiri atas 12 leads (I, II,III,aVR, aVL, aVF, V1, V2, V3, V4, V5, V6)
Setiap lead mencatat aktivitas elektrik jantung dari posisi anatomi yang
berbeda
45
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
1. Lakukan pemeriksaan EKG atau monitor EKG yang terus menerus jika ada indikasi :
Yakinkan mesin EKG telah terpasang pada saklar dan grounded dan jalankan sesuai
petujuk pabriknya
2. Interpretasi EKG
a. Tentukan frekuensi denyut jantung. Apakah terlalu cepat, lambat atau normal
46
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Catatan : Kita harus berhati-hati dengan metode ini,karena metode ini hanya
akurat untuk irama yang terjadi dalam interval normal dan tidak dapat
digunakan untuk menentukan frekuensi denyut jantung dengan irama
irreguler. Untuk keakuratan,ketidakaturan irama selalu dihitung untuk setiap
1 menit
Frekuensi denyut jantung juga dapat dihitung dengan membagi 300 dengan
jumlah lima kotak besar yang ada diantara 2 kompleks QRS.Tigaratus blok besar
merepresentasikan 1 menit pada kertas EKG.
Lihat gelombang P, apakah ada untuk setiap kompleks QRS ?. Apakah gelombang
ini tidak ada,seperti pada junction rhythm ?. Apakah digantikan oleh bentuk
gelombang lain? Seperti apa bentuknya?. Apakah mirip, bentuknya bagus atau
bentuknya berubah seperti pada fibrilasi atrial atau takikardi atrial paroksimal?
Hitung interval PR. Interval PR yang terlalu lama dapat menjadi prekusor untuk
berbagai heart block karena terapi obat atau miokardial
Lihat adanya gelombang Q patologis atau jika waktunya lebih dari 0,04 detik dan
jika dalamnya lebih dari 3 mm atau lebih besar dari sepertiga tinggi gelombang
R
Perhatikan segmen ST. Elevasi segmen ST menunjukkan adanya pola injury dan
biasanya terjadi pada perubahan awal di miokardial infark akut. ST depresi
terjadi pada keadaan iskemi. Perubahan kadar kalsium dan kalium juga
mempengaruhi segmen ST.
Hitung interval QT. Interval QT yang normal tidak lebih dari satu setengah
interval PR. Interval QT yang terlalu lama mengindikasikan toksisitas digitalis,
47
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
48
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
KOMPETENSI : ELEKTOKARDIOGRAM
WAKTU : 15 MENIT
NAMA MAHASISWA :
NIM :
KOMPETENSI
1. Beri salam,
2. Perkenalkan diri
3. Cek nama, gelang, RM
4. Tanyakan keluhan pasien
5. Jelaskan tujuan tindakan
6. Jelaskan prosedur tindakan pada klien/keluarga
7. Kontrak waktu
8. Berikan kesempatan klien/keluarga bertanya sebelum
kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
1. Tutup smpiran
2. Atur posisi Supine. Posisi Fowler dapat digunakan untuk klien
dengan masalah respirasi
3. Berikan privasi
4. Lepaskan pakaian, terutama bagian dada, pergelangan
tangan dan mata kaki
5. Anjurkan pasien melepaskan semua perhiasan atau benda-
benda berbahan logam (perhiasan, jam tangan, ikat
pinggang, gigi palsu, Hp, dll)
6. Instruksikan klien untuk tetap berbaring,tidak
bergerak,batuk atau berbicara saat dilakukan pencatatan
EKG untuk mencegah terjadinya artifact
7. Bersihkan terlebih dahulu dengan kapas normal
saline(tangan, kaki dan dada)
8. Pasang elektroda pada klien dengan lebih dulu memberikan
jelly pada permukaan elektroda
Kabel RA (right arm , merah) dihubungkan dengan
elektoda dipergelangan lengan kanan
49
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Tahap dokumentasi
Lakukan pendokumentasian
50
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
KET :
Nilai
1.
Nilai : X 100% =
Nilai Max
2. Penyimpangan :
Denpasar,………………….
Pembimbing Akademik
( )
51
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
TERAPI BERMAIN
Kompetensi
52
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
TahapTerminasi
53
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Kompetensi
Aspek yang dinilai
Ya Tdk
1. Tutup sampiran
2. Cuci tangan efektif
3. Buat komunikasi yang baik dengan anak
4. Anak bisa dipangku ibu/pengasuhnya atau anak yang lebih besar dibiarkan
duduk sendiri (usahakan bayi/anak tidak menangis/rewel), jika perlu bayi
ditidurkan dimeja periksa
5. Hitung umur anak dan buat garis umur
6. Bila anak premature, koreksi faktor prematuritas, umur anak yang lahir> 2
minggu sebelum tanggal perkiraan dan berumur kurang dari 2 tahun, maka
harus dikoreksi
7. Tarik garis umur dari bawah keatas, cantumkan tanggal periksa
54
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
55
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Lakukan pendokumentasian : nama klien, tanggal dan waktu, hasil yang dicapai
56
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Kompetensi
1. Salam pembukadanperkenalkandiri
2. Lakukan identifikasi identitas (tanyakan nama, tanggal lahir dan lihat nomer
RM)
3. Tanyakan keluhan saat ini
4. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
5. Jelaskan prosedur tindakan
6. Kontrak waktu
7. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
57
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
58
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
59
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Ya Tdk
Tahap Preinteraksi
1. Cek catatan medis dan keperawatan pasien
3. Siapkan alat
a. Bak mandi
b. Bengkok
c. Handscoon
d. Timbangan bayi
e. Thermometer aksila
f. Sisir lembut
g. Korentang
h. Celemek
i. Minyak kelapa atau baby oil
j. Minyak telon
k. Pakaian bersih (selimut, baju, popok, kaos tangan dan kaki, topi)
l. Handuk besar
m. Selimut mandi
n. Washlap (2)
o. Sabun padat atau cair (taruh dalam cucing, jika ada)
p. Shampoo (jika sekaligus keramas dan taruh dalam cucing, jika ada)
q. Kapas air hangat
1) Kapas mata
2) Kapas cebok
r. Kassa steril
s. Air hangat (suhu 36,5-370C)
t. Alcuta
4. Cuci tangan efektif
Tahap Orientasi
1. Salam pembuka dan perkenalkan diri
lahir)
3. Tanyakan keluhan bayi pada orang tuanya
5. Jelaskan prosedur
6. Kontrak waktu
Tahap Kerja
1. Sediakan privacy
60
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
2. Pakai celemek
3. Cuci tangan efektif dan gunakan handscoon
5. Buka popok dan baju bayi, bila ada mekoneum bersihkan pantat bayi dari
10. Ganti selimuti bayi dengan selimut mandi dan mulai mandikan bayi yang
diawali dengan membersihkan mata. Bersihkan mata kiri bayi dengan kapas
mata dari luar ke dalam, begitu juga pada mata kanan
11. Bersihkan mulut bayi menggunakan gaas steril dengan jari kelingking (k/p)
12. Bersihkan muka bagian kiri dengan waslap lembut tanpa sabun dimulai
dari dahi, muka hingga dagu begitu juga muka bagian kanan
13. Buka pembungkus tali pusat bayi. Jika pembungkus lengket, basahi
waslap yang sudah basah tadi mulai dari leher, dada, perut, tangan,
punggung, pantat, dan kaki.
17. Kemudian ambil sabun menggunakan waslap, busakan sabun dalam
waslap, sabuni bayi mulai dari leher, dada, abdomen dan tali pusat,
punggung, pantat, kaki, dan terakhir sabuni tangan menggunakan sisi yang
lain pada waslap
18. Ambil waslap yang baru, basahi dengan air hangat kemudian lap bayi mulai
dari kepala sampai kaki untuk sedikit menghilangkan busa yang menempel
pada bayi
19. Angkat bayi dengan teknik memegang garpu dan masukkan bayi mulai dari
kaki pelan-pelan ke pantat diikuti punggung dan seluruh tubuh (tangan kiri
menyangga punggung bayi dengan empat jari dibawah ketiak bayi)
20. Bilas secara hati-hati mulai dari kepala sampai kaki bayi
21. Letakkan selimut mandi yang basah pada ember pakaian kotor, baru
kemudian angkat bayi dari bak mandi dan letakkan pada handuk kering.
22. Pakai Handscoon sterill
23. Keringkan bayi dengan handuk kecuali tali pusat dikeringkan dengan kassa
steril
24. Lakukan perawatan tali pusat
25. Berikan baby oil pada kulit bayi kecuali pada daerah perut
61
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
26. Berikan minyak telon pada perut dan kaki secukupnya (k/p)
27. Kenakan pakaian bayi
29. Selimuti bayi atau bedong bayi dan letakkan pada box bayi atau serahkan
TAHAP TERMINASI
1. Evaluasi hasil kegiatan (subyektif dan obyektif)
DOKUMENTASI
Lakukan pendokumentasian : nama klien, tanggal dan waktu, hasil yang
dicapai
62
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Kompetensi
Aspek yang dinilai
Ya tdk
TahapPreinteraksi
3. Mempersiapkan alat:
a. Kapas
b. Penlight
c. Termometer
d. Stetoskop
e. Selimut bayi
f. Timbangan bayi
g. Pita ukur/metlin
h. Pengukur panjang badan bayi
i. Sarung tangan
j. Bengkok
4. Cuci tangan efektif
TahapOrientasi
nomer RM)
3. Tanyakan keluhan saat ini
6. Kontrak waktu
TahapKerja
1. Sediakan privasi bagi bayi: tutup pintu kamar atau pasang tirai
2. Memakai sarung tangan
3. Letakkan bayi pada tempat yang rata, hangat dan aman
4. Lakukan pemeriksaan umum pada bayi: kesan sakit/ bugar, kesadaran,
kesan status gizi
5. Ukur tanda vital anak: Pernapasan, suhu, tekanan darah dan nadi
6. Ukur data antropometri: Berat badan (BB), panjang badan (PB), lingkar
kepala (LK), lingkar dada (LD)
7. Ukur tanda vital bayi: Pernapasan, suhu dan nadi
63
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
waspada terhadap atresia ani atau obstruksi usus. Begitu juga urine,
jika tidak keluar waspada terhadap obstruksi saluran kemih.
25. Rapikan pasien
TahapTerminasi
4. Buka sampiran
5. Bereskan alat
6. Cuci tangan
Dokumentasi
64
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
A. Pengertian
1. Kateterisasi urine adalah pemasangan kateter melalui uretra ke bladder (Kozier, 2010).
Prosedur memasukkan kateter ke bladder beresiko untuk injuri dan infeksi.
2. Kateter adalah selang (tube) untuk memasukkan dan mengeluarkan cairan.
Kateter urine terbuat dari karet atau plastik dapat juga terbuat dari lateks, silicon atau
povinil klorida (PVC).
B. Tujuan
1. Mendapatkan residu urin
2. Mengatasi inkontinensia urine setelah upaya lain
3. Meredakan ketidaknyamanan akibat distensi bladder
4. Mencegah urin mengenai insisi setelah pembedahan
5. Memfasilitasi pengukuran haluaran urin secara akurat
6. Mengosongkan bladder secara komplit sebelum pembedahan
7. Memberikan drainase dan irigasi bladder secara berkala atau berkelanjutan
8. Mengkaji jumlah residu jika kandung kemih dikosongkan secara tidak komplit
C. Indikasi
1. Diagnostik (secepatnya dilepas)
65
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih
yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik (Potter &
Perry, 2006). Pasien yang lama menggunakan kateter dapat mengalami penurunan kekuatan
otot destrussor kandung kemih sehingga akan mengganggu proses berkemih, sehingga
diperlukan latihan blader/ bladder training. Tujuan dari bladder training adalah mengurangi
frekuensi miksi dan meningkatkan kapasitas kandung kemih (Potter & Perry, 2006).
Pada pasien yang terpasang kateter, Bladder training dapat dilakukan dengan mengklem
aliran urin ke urin bag (Hariyati, 2000). Bladder training dilakukan sebelum kateterisasi
diberhentikan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan menjepit kateter urin dengan klem
kemudian jepitannya dilepas setiap beberapa jam sekali. Kateter di klem selama 20 menit dan
kemudian dilepas. Tindakan menjepit kateter ini memungkinkan kandung kemih terisi urin
dan otot destrusor berkontraksi sedangkan pelepasan klem memungkinkan kandung kemih
untuk mengosongkan isinya. (Smeltzer, 2001).
66
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
67
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Waktu :
Kompetensi
Aspek yang dinilai
Ya Tdk
a. Cucing
b. Aquades
c. Spuit 20 cc
d. Kassa
e. Duk lubang
f. Duk Klem 2 buah
g. Handscoon steril 2 pasang
h. Korentang dlm tempatnya
i. Kateter urine sesuai ukuran
j. Kapas (cebok) steril dalam tempat
k. Larutan pembersih antiseptik atau larutan salin normal
l. Lubrikan/ pelumas: pelumas larut air dan gel xylocaine 2% dalam spuit
untuk laki - laki
Alat non steril
a. Perlak
b. Plester
c. Gunting
d. Bengkok
e. Handrub
f. Urine bag
g. Safety box
h. Selimut Mandi
i. Botol urin/ speciment (jika perlu)
j. Tempat sampah medis
4. Cuci tangan efektif
Tahap Orientasi
68
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
1. Jaga Privasi
2. Berikan pencahayaan yang cukup
3. Dekatkan dan setting alat
4. Berikan pengalas pada bokong
5.Atur posisi pasien
Laki-laki : posisi supine kedua paha diabduksikan
Wanita : posisi dorsal recumbent atau posisi Sims
6.Selimuti pasien
Pasien Perempuan
Pasien Laki-laki
Selimuti bagian tubuh atas dengan selimut mandi, dan tutupi bagian
ekstremitas bawah dengan linen, pajankan hanya bagian genitalia saja.
a.Jika pasien tidak dikhitan, tarik preputium pada ujung penis dengan tangan
non dominan. Pegang penis pada batangnya tepat di bawah glans. Tarik
69
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
meatus uretra dengan ibu jari dan telunjuk. Pertahankan posisi ini selama
prosedur
b. Dengan tangan dominan, ambil kassa (optional: dengan pinset) dan
bersihkan penis. Bersihkan dengan gerakan sirkuler dari meatus uretra ke
arah bagian dasar glans. Ulangi membersihkan sebanyak tiga kali, dengan
kassa bersih setiap kali.
*Pada pasien perempuan :
a. Angkat penis ke posisi tegak lurus (perpendikuler) terhadap tubuh klien dan
gunakan gerakan mengangkat yang lembut
b. Masukkan kateter secara perlahan melalui meatus uretra.
c. Masukkan kateter sepanjang 18-23 cm atau hingga urin keluar dari pangkal
kateter. Jika dirasakan adanya tahanan, tarik kateter; jangan memaksakan
untuk memasukkannya. Ketika urin keluar, masukkan kateter 2-5 cm lebih
dalam.
d. Turunkan penis dan pegang kateter dan amankan dengan tangan yang non
dominan. Letakkan pangkal kateter di atas baki urin. Kembangkan balon jika
kateter retensi digunakan. Masukkan air steril sesuai dengan jumlah yang
diindikasikan pada kateter
e. Posisikan kembali preputium pada ujung penis ke posisi semula
70
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
*Pasien perempuan :
71
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
72
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Kompetensi
Aspek yang dinilai
Ya Tdk
Tahap Pra interaksi
1. Kaji kebutuhan pasien dengan melihat catatan keperawatan dan medis
2. Cuci tangan efektif
3. Siapkan alat :
a.Kateter 3 lumen yang telah terpasang pada pasien
b.Cairan irigasi (NaCL 0,9%)
c. Selang irigasi steril beserta klem (selang infus steril)
d. Sarung tangan bersih
e. Hand Rub
f.Selimut mandi
g. kapas aseptik
h.Tempat sampah medis
4. Cuci tangan efektif
Tahap Orientasi
1. Salam pembuka dan perkenalkan diri
2. Lakukan identifikasi identitas: Tanyakan Nama, tanggal lahir dan lihat
No.RM
3. Tanyakan keluhan pasien
4. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
5. Jelaskan prosedur pada pasien dan keluarga
6. Kontrak waktu
7. Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya
Tahap Kerja
1. Jaga Privasi
2. Berikan pencahayaan yang cukup
3. Lakukan pemasangan kateter 3 lumen
4. Kaji warna urin, mucus, bekuan atau endapan
5. Lakukan palpasi kandung kemih
6. Pastikan selang kateter tidak terteku, atau terjepit , atau melengkung
7. Kaji catatan asupan dan haluaran
8. Kaji adanya spasme kandung kemih dan rasa tidak nyaman
9. Posisikan klien pada posisi semi fowler
10. Tutupi tubuh bagian atas klien dengan selimut mandi
IRIGASI KONTINYU
1. Lakukan cuci tangan efektif dan gunakan sarung tangan
73
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
2. Dengan teknik aseptic masukkan ujung selang irigasi steril ke dalam larutan
irigasi steril
3. Tutup klem pada selang dan gantung kantung pada tiang infus
4. Buka Klem dan biarkan larutan mengalir melalui selang. Jaga kesterilan
sujung selang. Tutup klem
5. Gunakan kapas antiseptic untuk membersihkan port irigasi kateter tiga
lumen, kemudian sambungkan ke selang irigasi
6. Pastikan kantung drainase dan selang terhubung dengan kencang ke port
drainage kateter tiga lumen
7. Untuk drainage kontinyu perhitungkan kecepatan tetesan, hindari lekukan
pada selang. Pastikan klem pada selang drainase terbuka dan periksa volume
drainase pada kantung drainase
8. Setelah prosedur selesai, buang suplai yang terkontaminasi, lepaskan sarung
tangan dan lakukan cuci tangan
Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
2. Berikan reinforcement positif pada pasien
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Buka sampiran
5. Cuci tangan efektif
Tahap Dokumentasi
Catat hasil tindakan dan respon pasien di dalam catatan keperawatan hitung
jumlah irigasi, periksa karakteristik keluaran, viskositas, warna, dan materi
(endapan, bekuan, darah)
74
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
PERAWATAN LUKA
Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan sebagai akibat
dari ruda paksa. Luka dapat merupakan luka yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu,
seperti luka insisi pada operasi atau luka akibat trauma seperti luka akibat kecelakaan (Hunt,
2003).
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
A. Jenis-Jenis Luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan
menunjukkan derajat luka (Hunt,2003).
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak
terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan,
pencernaan,genital dan urinari. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang
tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt).
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan
dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya
infeksi luka adalah 3% - 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh (baru),
luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik
atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut,
inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
75
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah
tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan
epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis
sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (2004) yaitu:
a. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya
kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang,
b. Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga,
c. Respon tubuh secara sistemik pada trauma,
d. Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka,
e. Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk
mempertahankan diri dari mikroorganisme,
f. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh
termasuk bakteri.
B. Tujuan Perawatan Luka
2. Absorbsi drainase
C. MERAWAT LUKA
Merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa atau
jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat
merusak permukaan kulit
1. Tujuan
f. Mencegah perdarahan
1. Balutan kering
a. Digunakan untuk luka yang bersih atau tidak terinfeksi (mengandung pus), misal
luka post operasi.
b. Lapisan pertama kassa kering steril untuk menutupi daerah insisi dan bagian
sekeliling kulit
2. Balutan basah-kering
a. Digunakan untuk luka yang tidak teratur atau terinfeksi yang harus didebridement
dan ditutup dengan penyembuhan sekunder.
b. Kasa dibasahi dengan normal salin (NaCl) atau larutan antimikroba (iodine powder)
3. Balutan basah-basah
a. Lapisan pertama kassa steril yang telah dilembabkan dengan cairan fisiologik untuk
menutupi area luka
77
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
KOMPETENSI
Aspek yang dinilai 1 2
Ya Tdk Ya Tdk
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan pasien dengan melihat catatan keperawatan
medis
2. Cuci tangan efektif
3. Siapkan alat-alat:
a. Packing set perawatan luka (pinset anatomis 2, pinset
chirurgis 1, gunting 1, cucing 2, klem arteri 1)
b. Gaas steril
c. Pinset anatomi 1
d. Bengkok 1
e. Spuit 10 cc 1
f. Cairan NaCl
g. (iodine powder)
h. handrub
i. Korentang steril
j. Plester/ hipafix dan gunting plester
k. Verban gulung
l. Sarung tangan steril 2 pasang
m. Perlak pengalas
n. Tempat sampah medis
4. Cuci tangan efektif
Tahap Orientasi
1. Salam pembuka dan perkenalkan diri
2. Lakukan identifikasi, 2 identitas ( tanyakan nama dan lihat no
RM/tanggal lahir )
3. Jelaskan prosedur
4. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
5. Kontrak waktu
6. Tanyakan keluhan pasien dan adanya alergi
7. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
Tahap Kerja
1. Sediakan privacy bagi pasien : tutup sampiran
78
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
79
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Kriticaal point:
*) prosedur dilakukan secara berurutan
80
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
FISIOTERAPI DADA
Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk mengembalikan fungsi
suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi tenaga alam yang dipakai
antara lain listrik, sinar, air, panas, dingin, massage dan latihan yang mana penggunaannya
disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan.
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi
penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini
walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya
mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang
terganggu.
Tujuan:
1. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru
4. Pasien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang cukup.
Kontra indikasifisioterapidada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status
asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti infeksi
paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan
adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.
Merupakan cara klasik untuk mengeluarkan secret dari paru dengan mempergunakan
gaya berat (gravitasi) dari secret. Pembersihan dengan cara ini dicapai dengan melakukan
salah satu atau lebih dari 11 posisi tubuh yang berbeda. Setiap posisi mengalirkan secret
dari pohon trakheobronkhial kedalam trachea. Batuk penghisapan kemudian dapat
membuang secret dari trachea. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak
drainase postural lebih efektif bila disertai dengan perkusi dan vibrasi dada.
3. pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik, bronkiektasis
81
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
- pasien neurology dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk
- hemoptisis
- edema paru
- efusi pleura
Dapat dilakukan dua kali sehari, bila dilakukan pada beberapa posisi tidak lebih
dari 40 -60 menit, tiap satu posisi 3-10 menit
82
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Efek drainase postural terhadap tanda vital (Tekanan darah, nadi, respirasi,
temperature)
Rontgen thorax
83
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Perkusi dilakukan pada dinding dada dengan tujuan melepaskan atau melonggarkan secret
yang tertahan.
Emboli paru
Kecepatan dari perkusi masih kontroversi, sebagian mengatakan bahwa teknik yang
cepat lebih efektif, tetapi ada yang mengatakan bahwa teknik yang lambat lebih
santai sehingga pasien lebih suka yang lambat.
3. Vibrasi
Vibrasi merupakan kompresi dan getaran manual pada dinding dada dengan tujuan
menggerakkan secret ke jalan napas yang besar.
Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area yang didrainase, satu
tangan di atas tangan yang lain.
Instruksikan pasien untuk napas lambat dan dalam melalui hidung hembuskan melalui
mulut dengan bibir dimonyongkan selama proses vibrasi, tujuannya memperpanjang
fase ekspirasi.
Ketika pasien menghembuskan napas getarkan telapak tangan, hentikan saat pasien
inspirasi. Lakukan vibrasi 5 kali ekspirasi.
85
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
WAKTU :
NAMA MAHASISWA :
NIM :
KOMPETENSI
Aspek yang dinilai
ya tidak
Tahap Pra Interaksi
1. Kaji kebutuhan pasien dengan melihat catatan keperawatan/medis
2. Cuci tangan efektif
3. Siapkan alat:
- Handuk 2 buah
- Handscoond dan tempatnya (KOM)
- Bantal ( 2 – 3 buah )
- Segelas air minum
- Tissue dan tempatnya (KOM)
- Sputum pot, berisi cairan desinfektan (chlorine 1%)
- Masker
- Stetoskop
- Bengkok
- Handrub
4. Cuci tangan efektif
Tahap Orientasi
5. Salam pembuka dan perkenalkan diri
6. Lakukan identifikasi, 2 identitas (tanyakan nama dan lihat no
RM/tanggal lahir)
7. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
8. Jelaskan prosedur tindakan
9. Kontrak waktu
10. Tanyakan keluhan saat ini
11. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
12. Pasang sampiran / jaga privacy pasien
13. Pasang Handscoond
14. Pasang masker
15. Dekatkan alat ke pasien
16. Atur posisi yang nyaman
17. Buka baju pasien
18. Lakukan auskultasi bunyi napas pasien
86
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
87
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
88
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
ANTENATAL CARE
A. Definisi
ANC adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan
fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI
dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
B. Tujuan ANC
1. Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu
3. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan, komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan
4. Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan bayi
dengan trauma minimal
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara optimal
C. Kebijaksanaan Program
1. Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu :
a. 1 kali pada trimester I
b. 1 kali pada trimester II
c. 2 kali pada trimester III
2. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid
3. Kunjungan ANC yang ideal adalah :
a. Setiap bulan sampai umur kehamilan 28 minggu
b. Setiap 2 minggu sampai umur kehamilan 32 minggu
c. Setiap 1 minggu sejak umur hamil 32 minggu sampai terjadi persalinan
d. Jika ditemukan komplikasi selama kehamilan maka kunjungan akan lebih sering
4. Pemeriksaan khusus jika terdapat keluhan-keluhan tertentu
5. Pelayanan Asuhan Standar Minimal 7 T :
a. Timbang berat badan
b. Tekanan darah
c. Tinggi fundus uteri (TFU)
d. TT
e. Tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan
f. Tengok/periksa ibu hamil dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki
g. Tanya (temu wicara) dalam rangka persiapan rujukan
89
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
1. Dimulai segera setelah ada kemungkinan kehamilan yang beralasan, beberapa hari
setelah terlambat menstruasi dan tidak lebih dari keterlambatan menstruasi periode
kedua
2. Pada kunjungan awal ini hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Evaluasi fisik berupa pemeriksaan tekanan darah, TB dan BB
b. Uji laboratorium bahan urine : glukosa, protein, kultur kuantitatif urine
midstream. Bahan darah : Ht, hitung leukosit/ eritrosit, trombosit, sel sabit (untuk kulit
hitam), gula darah, uji serologi (untuk sifilis), golongan darah, antigen terhadap
Rubella/Hepatitis B.
c. Bagi wanita yang menginginkan aborsi ”konseling”
d. Pada kunjungan awal ini dimulai dengan : riwayat-riwayat, pemeriksaan fisik,
diskusi tentang beberapa masalah, nasehat tentang nutrisi dan persoalannya,
keperluan pengobatan sesuai dengan resep dokter dan penentuan/pemesanan
tempat persalinan.
Riwayat
Berkaitan dengan riwayat kehamilan, pada kunjungan awal ini ditanyakan tentang :
2. Variasi dalam jumlah, lama waktu, merupakan tanda-tanda adanya permasalahan yang
berkaitan dengan gynecologi
3. Tentang graviditas dan parietas, umumnya graviditas menunjuk pada kehamilan
seluruhnya termasuk yang sekarang, sedangkan parietas menunjukkan hasil kehamilan
4. Pencatatan dapat menggunakan sistem G-A-P-A-H
90
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
G : Gravida
A : Aterm
P : Prematur
A : Abortus
H : Hidup
Penampilan Kehamilan
Riwayat Obstetri
1. Misal respon terhadap pengobatan, pernah sakit kronis, alergi, pelaksanaan tranfusi,
operasi, fraktur, struktur panggul sehingga dapat diprediksi hal-hal yang mungkin terjadi
saat kehamilan
2. Penyakit yang diderita keluarga, misal : diabet, hipertensi, berkaitan dengan kongenital
abnormalitas berkaitan dengan perubahan fisiologi ataupun kondisi darurat jika
mungkin dapat ditemukannya diagnosa dini
Pemeriksaan Fisik
Harus meliputi semua sistem tubuh utama dengan penekanan khusus pada abdomen dan
pelvis. Adanya jaringan parut, DJJ dan ukuran uterus termasuk dalam pemeriksaan abdomen
Kunjungan Lanjutan
1. Urinalisis : klien membawa urine midstream yang bersih, dikumpulkan saat berkemih
pertama kali pada pagi hari yang akan diperiksa kadar gula, aseton dan albumin.
2. Berat badan : idealnya klien harus bertambah berat kira-kira 12-14 kg selama hamil atau
250 mg/mgg untuk 28 mgg pertama dan 500 mg/mgg pada minggu seterusnya. Tambahan
berat badan lebih dari 2 kg/mgg dalam trimester dua biasanya disebabkan karena retensi
cairan. Keadaan ini disebut edema gestasional dan merupakan suatu yang abnormal.
Sedangkan penambahan berat lebih dari 2,5 kg/mgg pada akhir kehamilan, mungkin
merupakan tanda pre-eklampsi dan urine serta tekanan darah harus diperiksa dengan
ketat.
3. Pengukuran tekanan darah : peningkatan tekanan sistolik 30 mmHg atau diastolik 15 mHg
disebut hipertensi gestasional dan merupakan sesuatu yang abnormal.
4. Wawancara bidan, dokter atau perawat : pada saat tersebut ibu mendiskusikan masalah-
masalahnya atau pertanyaan-pertanyaan sehingga tercipta hubungan saling percaya
5. Pemeriksaan abdomen : tinggi fundus uterus, posisi janin dan denyut jantung janin
6. Pemeriksaan vagina : dilakukan sebagai indikasi untuk menentukan status servik dengan
pendekatan EDC
7. Pemeriksaan darah : dilakukan untuk mengamati keadaan seperti sifilis, anemia dan
inkompatibilitas golongan darah
A. Antenatal Education
Pendidikan antenatal merupakan tanggung jawab pemberi asuhan kesehatan. Pendidikan
antenatal meliputi :
1. Kebutuhan nutrisi
Diit pada wanita hamil harus mensuplai kebutuhan ibu dan juga janin
3. Perawatan payudara
Selama kehamilan payudara harus dipersiapkan untuk fungsinya dalam menghasilkan
ASI bagi bayi segera setelah lahir.
5. Perawatan gigi
92
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
6. Pakaian
Kriteria pakaian tersebut harus mudah disesuaikan dengan perubahan kontur, mudah
dicuci karena meningkatnya respirasi ; longgar, sehingga tidak menyebabkan sesak.
7. Mandi
Mandi setiap hari merangsang sirkulasi, menyegarkan dan menghilangkan kotoran
tubuh.
8. Hubungan seksual
Banyak wanita mengalami peningkatan tekanan seksual selama kehamilan. Hal ini
disebabkan sebagian oleh peningkatan kongesti darah pada vulva dan peningkatan
kesadaran tentang peran seksual mereka. Tidak ada alasan untuk membatasi hubungan
seksual selama hamil. Frekuensi, intensitas, posisi untuk kegiatan seksual memerlukan
penyesuaian bagi wanita hamil karena kebutuhan kontur tubuhnya.
9. Eliminasi
Konstipasi merupakan hal yang umum selama kehamilan karena aksi hormonal yang
mengurangi gerakan peristaltik usus dan pembesaran uterus untuk menahannya.
Obat-obatan adiktif seperti heroin yang digunakan oleh ibu masuk kedalam darah janin
dan menyebabkan janin tergantung pada obat tersebut. Ketikan bayi ini lahir, sumber
obat tersebut dihentikan dan mereka menunjukkan ancaman hidup khas gejala putus
obat.
93
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Seringkali ibu dilengkapi dengan daftar tanda-tanda bahaya yang mungkin mereka
kenali sebagai kemungkinan kedaruratan. Perawat mungkin harus menjelaskan tanda-
tanda signifikan ini. Daftar bahaya khusus yaitu :
PEMERIKSAAN LEOPOLD
2. Pemeriksaan:
1. Leopold I
Tujuan : Menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang terdapat dalam fundus
uteri.
Cara:
1) Sifat kepala ialah keras, bundar dan melinting sedangkan sifat bokong ialah lunak,
kurang bundar dan kurang melinting, sementara jika letak fundus uteri kosong.
2) Tuanya kehamilan :
a) Sebelum bulan ke III fundus uteri belum dapat diraba dari luar.
b) Akhir bulan ke III (12 minggu) fundus uteri 1-2 jari diatas sysmpisis pubis.
c) Akhirnya bulan ke IV (16 minggu) fundus uteri pada pertengahan antara
sysmpisis pubis dengan pusat.
d) Akhir bulan ke V (20 minggu) fundus uteri 3 jari dibawah pusat.
e) Akhir bulan VI (24 minggu) fundus uteri setinggi pusat.
f) Akhir bulan VII (28 minggu) fundus uteri 3 jari di atas pusat.
94
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
g) Akhir bulan ke VIII (32 minggu) fundus uteri pada pertengahan procesus
xyphoideus dengan pusat.
h) Akhir bulan ke IX (36 minggu) fundus uteri 3 jari dibawah procesus xyphoideus.
i) Akhir bulan ke X (40 minggu) fundus uteri pada pertengahan procesus
xyphoideus dengan pusat.
Keterangan:
Fundus uteri paling tinggi pada akhir bulan ke IX karena setelah bulan ke IX fundus
uteri pada primigravida turun lagi karena kepala mulai turun ke dalam rongga
panggul sedangkan pada multigravida yang berbaring fundus uteri tetap setinggi 3
jari di bawah procesus xyphoideus dan malahan menonjol ke depan.
2. Leopold II
Tujuan : Menentukan dimana letak punggung janin.
Cara :
1) Menghadap ke kepala pasien. Letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen.
Pertahankan uterus dengan tangan yang satu, dan palpasi sisi lain untuk
menentukan lokasi punggung janin
2) Tentukan dimana punggung janin
Hasil:
1) Bagian punggung akan teraba, jelas, rata, cembung, kaku atau tidak dapat
digerakkan.
2) Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, betuk/posisi yang tidak jelas,
dan menonjol dan mungkin dapat akan bergerak aktif atau pasif.
3) Kadang-kadang disamping terdapat kepala atau bokong pada letak lintang.
3. Leopold III
Tujuan : Menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah bagian bawah janin
ini sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul.
Cara :
1) Letakkan 3 ujung jari kedua tangan pada kedua sisi abdomen pasien tetap di atas
simpisis dan minta pasien untuk menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Pada
saat pasein menghembuskan nafas, tekan jari tangan ke bawah secara perlahan dan
dalam ke sekitar bagian persentasi. Catat kontur, ukuran dan konsistensinya.
2) Bagian kepala akan teraba keras, rata dan mudah digerakkan jika tidak terikat atau
tertahan, sulit digerakkan jika terikat atau tertahan.
3) Bagian bokong akan teraba lunak atau lembut dan tidak rata
Hasil:
95
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
1) Bagian kepala ialah keras sedangkan sifat bokong lunak atau lembut
2) Jika masih dapat digoyangkan berarti belum terpegang oleh pintu atas panggul
sedangkan jika sulit digoyangkan berarti sudah terpegang
4. Leopold IV
Pemeriksaan Leopold IV tidak dilakukan kalau kepala atau bagian terbawah masih tinggi
Tujuan : menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa masuknya bagian
bawah ke dalam rongga panggul
Cara :
Jika kedua tangan yang kita rapatkan pada permukaan dari bagian terbawah dari kepala
menunjukkan:
1) Convergen berarti hanya bagian kecil dari kepala turun ke dalam rongga panggul
2) Sejajar berarti separuh dari kepala masuk ke dalam rongga panggul
3) Sejajar berarti separuh dari kepala masuk ke dalam rongga panggul
4) Divergen berarti bagian terbesar dari kepala masuk ke dalam rongga panggul dan
ukuran terbesar dari kepala sudah melewati pintu atas panggul.
Leopold I Leopold II
96
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Pengukuran tinggi fundus uteri di atas simphisis pubis digunakan sebagai salah satu
indikator untuk menentukan kemajuan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi fundus uteri
juga dapat dijadikan perkiraan usia kehamilan. Tinggi fundus yang stabil/tetap atau yang
meningkat secara berlebihan mengidentifikasikan adanya jumlah janin lebih dari satu atau
kemingkinan adanya hidramnion. Pengukuran tinggi fundus uteri ini harus dilakukan dengan
teknik pengukuran yang konsisten pada setiap kali pengukuran dan dengan menggunakan alat
yang sama. Alat ukur ini berupa tali/pita, atau dengan menggunakan pelvimeter. Posisi yang
dianjurkan pada saat melakukan pengukuran adalah klien berbaring (posisi supinasi) dengan
kepala sedikit terangkat (menggunakan satu bantal) dan lutut diluruskan. Alat ukur (pita atau
pelviter) diletakkan di bagian tengah abdomen dan diukur mulai dari batas atas simphisis
pubis hingga batas atas fundus. Alat ukur tersebut diletakkan mengikuti kurve atas fundus.
Untuk mendapatkan ketepatan hasil pengkuran digunakan rumus Mc Donalds (Mc Donald’s
rule). Pengukuran tinggi fundus uteri ini dilakukan pada usia kehamilan memasuki trisemester
kedua dan ketiga.
Rumus Mc Donald’s:
1. Usia kehamilan (hitung bulan): tinggi fundus uteri (cm) x 2/7 (atau±3.5)
2. Usia kehamilan (hitungan minggu): tinggi fundus uteri (cm) x 8/7
97
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Kompetensi
Aspek yang dinilai Ya Tdk
Tahap Pra interaksi
1. Cek catatan klien
3. Mempersiapkan alat:
a. Handscoon
b. Meteran/midline
c. Fetoscope/pinard’s stethoscope
d. Refleks hammer
e. Stetoskop
f. Sphygmomanometer
g. Jam tangan
h. Thermometer
i. Linen/selimut (jika perlu)
j. Timbangan
k. Fetal dopler
l. Pengukur tinggi badan
4. Cuci tangan
Tahap Orientasi
1. Salam pembuka dan perkenalkan diri
lahir )
3. Tanyakan keluhan pasien
5. Jelaskan prosedur
6. Kontrak waktu
Tahap Kerja
1. Sebelum melakukan tindakan, anjurkan klien untuk buang air kecil
2. Sediakan privasi bagi klien : tutup pintu kamar atau pasang tirai
4. Dekatkan peralatan
98
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
untuk penutup tubuhnya yang tidak termasuk area yang akan diperiksa
(atau meminta pasien untuk melonggarkan pakaian dan menggunakannya
sebagai penutup tubuh)
Kepala dan leher
9. Tanyakan riwayat cuci rambut
pada payudara sebelah kiri (sesudah itu sebelah kanan juga) dari arah
payudara, axila :
j. Massa
k. Pembuluh limfe atau kelenjar getah bening yang membesar
Abdomen
19. Memeriksa adanya linea nigra/linea alba
20. Leopold I :
99
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
100
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Anus :
27. Pemeriksaan adanya haemorroid
30. Memeriksa refleks patela untuk melihat apakah terjadi gerakan hypo
atau hyper
31. Pemeriksaan homans sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif)
Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil yang dicapai (subyektif dan obyektif)
4. Buka sampiran
5. Bereskan alat
6. Cuci tangan
Dokumentasi
Lakukan pendokumentasian : nam klien, tanggal dan waktu, hasil yang
dicapai
Pencapaian (Total item)
PERSALINAN
Kompetensi
Aspek yang dinilai
Ya Tdk
Tahap Preinteraksi
101
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
102
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
3. Persilahkan klien untuk berbaring di tempat tidur dengan satu bantal di bagian
kepala,
4. Tutup dengan alat tenun bagian tubuh klien yang tidak diperiksa
(Mengenali gejala dan tanda kala dua)
5. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua (Ibu merasa ada
dorongan kuat dan meneran, ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat
pada rektum dan vaginanya, perineum tampak menonjol, vulva-vagina dan
sfingter anal membuka).
(Menyiapkan pertolongan persalinan)
14. Dekatkan bengkok, bersihkan vulva dan perineum dengan kapas sublimat
15. Lakukan pemeriksaan dalam/ VT untuk menentukan bahwa pembukaan servik
sudah lengkap ddengan menggunakan tekhnik steril
a. Bila ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap lakukan
amniotomi
16. Mendekontaminasi sarung tangan dengan acra mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit dan lepaskan terbalik
17. Lakukan DJJ untuk menilai kondisi janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 kali/menit)
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
(Menyiapkan Ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran)
18. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
103
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
22. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
23. Letakkan kain yang bersih/underpad di bawah bokong ibu
24. Membuka partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
25. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
(Menolong kelahiran bayi)
Lahirnya kepala
26. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala
bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala
bayi, membiarkan kepala keluar perlahn-lahan. Menganjurkan ibu untuk
meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir
27. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi
104
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat
dan memotongnya
28. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya bahu
29. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut
menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke
arah luar untuk melahirkan bahu posterior
Lahirnya badan dan tungkai
30. Setelah kedua bahu dilahirkan, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku
sebelah atas
31. Setelah tubuh dari lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari
dan jari-jari lainnya
(Penanganan bayi baru lahir)
105
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
40. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara
ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
41. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
(Penatalaksanaan Aktif Kala III)
42. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
43. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang
pubis dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
44. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-
hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, menghentikan penegangan tali pust dan menunggu hingga kontraksi
berikut mulai.
a. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga
untuk melakukan rangsangan puting susu.
Mengeluarkan plasenta
45. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorso-kranial)
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama
15 menit :
1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi baru lahir atau bila
terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
c. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
d. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan DTT atau steril dan
memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari
tangan atau klem atau forsep DTT atau steril untuk melepaskan bagian
selaput yang tertinggal.
Rangsangan taktil (masase) uterus
46. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15
detik masase.
(Menilai perdarahan)
106
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
47. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun ke janin
dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
48. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan.
(Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan)
107
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
No Nilai
Ketrampilan
0 1 2
Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua
1 Menyambut ibu dan keluarga
2 Memperkenalkan diri
Meninjau kartu alternatif (jika ada)
1 Mengkaji ulang/ menanyakan mengenai usia kehamilan
108
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
109
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
110
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
PROSES PERSALINAN
Proses persalinan merupakan proses bergeraknya janin, plasenta, dan membran keluar dari
uterus dan melalui jalan lahir. Bagi wanita dan keluarga, proses melahirkan merupakan saat
yang menegangkan dan mencemaskan. Keperawatan intranatal ini berfokus pada pemberin
dukungan terhadap ibu dan keluarga selama proses persalinan. Ada empat tahap proses
persalinan yaitu:
6. Kala I (Kala pembukaan)
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontrasi uterus yang teratur dan meningkat
(frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan
terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
111
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm. Pada
umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hinggaa 8 jam
f. Fase aktif pada kala I persalinan
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi
dianggap adekuat / memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detk atau lebih). Dari pembukaan 4 cm hingga pencapaian
pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per
jam (nuipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Terjadi
penurunan bagian terbawah janin.
b. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi
112
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
dan plasenta terdorong ke bawah uterus, uterus berbentuk segi tiga atau seperti buah
per atau alpukat dan fundus berada diatas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan).
c. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld)
d. Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta
keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah dalam ruaang diantara
dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungannya
maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas
9. Kala IV
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu. Hal
yang harus diperhatikan setelah plasenta lahir yaitu:
a. Lakukan rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang uterus berkontrasi baik
dan kuat
b. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat
sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa jari dibawah pusat.
c. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
d. Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi attau episiotomi) perineum.
e. Evaluasi keadaan umum ibu.
f. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV di bagian
belakan patograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
TANDA-TANDA PERSALINAN
1. Tanda-tanda persalinan asli (true labor)
a. Kontraksi
Terjadi secara teratur, makin lama makin kuat/kencang, semakin lama, dan dalam
waktu yang semakin berdekatan
Memperlihatkan perubahan yang cepat (lunak, dilatasi yang ditandai dengan adanya
perdarahan)
113
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Mungkin lunak tetapi tidak ada dilatasi atau tanda-tanda adanya perdarahan
Seringkali dalam posisi posterior, tidak dapat dipastikan tanpa pemeriksaan vagina
c. Janin
114
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Kontraksi volunter dan involunter harus dikombinasikan oleh ibu untuk mendorong janin
dan plasenta keluar dari uterus. Kontraksi involunter uterus disebut tenaga primer,
sebagai tanda bahwa persalinan dimulai. Pada saat serviks mengalami dilatasi, tenaga
volunter mendorong ke bawah, disebut tenaga sekunder. Pada saat terjadi kontraksi
involunter yang perlu diperhatikan adalah frekuensi kontraksi, lamanya kontraksi dan
intensitas kontraksi tersebut.
4. Position
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomis dan fisiologis terhadap persalinan. Posisi
“upright” banyak keuntungannya. Posisi tersebut adalah: berdiri, berjalan, duduk dan
berjongkok. Posisi-posisi tersebut dapat mempercepat turunnya janin, menurunkan
tekanan terhadap tali pusat dan menurunkan tekanan pada pembuluh darah (vena cava
ascending dan vena descending) ditulang belakang.
5. Psikologi
Kondisi ibu dan perilaku yang ditampilkan, akan menggambarkan tipe dukungan yang
dibutuhkan. Faktor-faktor yang perlu dikaji antara lain:
1. Interaksi verbal
a. Apakah ibu banyak bertanya?
b. Apakah ibu bertanya langsung untuk memenuhi kebutuhannya? Atau
pasangannya yang menayakan hal tersebut?
c. Apakah ibu bertanya kepada pasangannya/keluarga?
d. Apakah ibu bebas bertanya kepada perawat atau hanya berespon pada saat
ditanya?
2. Bahasa Tubuh
a. Apakah dia tampak rileks atau tegang?
b. Bagaimana tingkat kecemasannya?
c. Bagaimana reaksi ibu pada saat disentuh oleh perawat atau dengan
pasangan/keluarganya?
d. Apakah ibu tampak sering mengubah posisinya atau diam saja?
e. Apakah dia menghindari kontak mata?
f. Dimana pasangannya duduk?
g. Apakah ibu tampak lelah?
h. Bagaimana istirahat ibu pada hari-hari terakhir?
3. Kemampuan persepsi
a. Apakah ibu memahami apa yang dikatakan perawat?
115
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
MEKANISME PERSALINAN
Pada kondisi presentasi verteks (posisi normal) mekanisme persalinan terdiri dari tujuh
gerakan utama (theseven cardinal) yaitu:
1. Engagement: saat kepala janin masuk ke rongga pelvis
116
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
2. Descent: kemajuan bagian presentasi ke rongga pelvis. Hal ini tergantung pada tiga hal
yaitu: (1) tekanan cairan amnion, (2) tekanan langsung dari kontraksi fundus pada janin,
dan (3) kontraksi diafragma ibu dan otot abdomen pada tahap kedua proses persalinan
3. Fleksi: pada saat kepala janin turun dan mendapat tahanan dari serviks, dinding pelvis,
atau lantai pelvis, terjadilah fleksi secara normal dan dagu semakin
mendekat/bersentuhan dengan dada janin
4. Rotasi internal: dimulai di spina ichialis dan terjadi sempurna apabila bagian presentasi
mencapai rongga pelis bagian bawah
5. Ekstensi: saat kepala janin mencapai perineum, terdefleksi di anterior perineum. Bagian
occiput lewat di bawah simphisis pubis dulu, kemudian kepala terekstensi: pertama
occiput, kemudian wajah dan diakhirinya dagu.
6. Restitusi dan rotasi eksternal setelh melahirkan kepala, kemudian dilakukan rotasi singkat
untuk menyesuaikan dengan posisi janin yang masih ada di dalam rongga pelvis. Rotasi
eksternal terjadi pada saat bahu turun dan dilakukan manuver yang sama seperti pada
saat melahirkan kepala.
7. Ekspulsi: setelah bahu dilahirkan, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan
tubuh bayi dilahirkan dengan gerakan fleksi lateral searah simphisis pubis. Bayi dilahirkan
dengan sempurna. Ini adalah akhir dari proses persalinan tahap kedua, dan catat waktu
yang diperlukan untuk proses ini.
117
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
b. Teknik pelaksanaan
1) Jaga privasi tanyakan apakah klien sudah miksi. Bila belum maka dianjurkan untuk
miksi terlebih dahulu
118
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
2) Bantu klien berbaring di bed dengan satu bantal di bagian kepala, lutut dapat
diluruskan atau sedikit ditekuk
3) Buka bagian perut (dari Px-sipisis pubis), tutupi bagian yang tidak termasuk area
pemeriksaan dengan memakai selimut
4) Tentukan lokasi punggung janin (palpasi leopold)
5) Letakkan stetskop atau doppler pada area yang ditentukan. Tanpa menyentuh
stetoskop (pinard), dengan DJJ :
Pastikan DJJ dengan cara membedakannnya dari denyut nadi ibu melalui
palpasi denyut nadi radial ibu
Bila sudah yakin, hitunglah DJJ
Pada saat tidak ada his (untuk menentukan baseline DJJ) dengan cara
menghitung frekuensinnya dalam 30 detik (kemudian dikalikan 2 untuk
mendapatkan DJJ 1 menit) atau hitung selama 1 menit penuh.
Cara lain:
Hitung dalam 5 detik, kemudian istirahat beberapa detik; hitung lagi dalam 5 detik,
lalu istirahat lagi; hitung lagi dalam 5 detik. Hasilnya dijumlahkan lalu dikalikan
dengan 4 untuk mendapatkan DJJ 1 menit serta menyimpulkan teratur atau
tidaknya.
Contoh:
Pada saat ada his dan diteruskan hingga 30 detik setelahnya (untuk mengetahui
respons fetus terhadap his)
119
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
a) Ringan, bila fundus hanya sedikit mengencang sehingga jari-jari dapat menekan
dinding uterus ke dalam dengan mudah, lamanya his umumnya 20 detik
b) Sedang, bila fundus cukup mengencang hingga jari-jari merasakan tahanan
dinding uterus saat menekannya; lamanya his umumnya antara 20-40 detik
c) Kuat, bila fundus sangat mengencang sehingga terasa seperti papan keras saat
ditekan ke dalam, lamanya his umumnya lebih dari 40 detik
5) Bila uterus sudah benar-benar berelaksasi lihat kembali janinnya. Waktu
dimulainya pengenangan uterus sehingga uterus berelaksasi dicatat sebagai
lamanya kontraksi
6) Lanjutkan palpasi dan perhatikan jam ketika his berikutnya datang. Frekuensi
palpasi dan perhatikan jam ketika datang. Frekuensi his dihitung sejak kedatangan
his yang satu hingga kedatangan his yang berikutnya. Umumnya frekuensi his pada
fase aktif kala I dan selanjutnya dihitung dalam 10 menit. Sehingga dapat diketahui
ada beberapa his dalam kurun waktu 10 menit tersebut.
7) Beritahukan klien tentang hasil pemeriksaan
8) Rapikan kembali klien
9) Cuci tangan
10) Mendokumentasikan hasilnya kedalam partograf dan catatan perkembangan.
Contoh: his 3x/10menit, intensitas ringan, lamanya 20 detik
PEMERIKSAAN DALAM
(VAGINAL TOUCHER/VT) = VAGINAL EXAMINATION/VE
A. Tujuan:
1) Memastikan apakah klien sudah inpartu atau belum
2) Mengetahui status lastic atau selaput ketuban apakah sudah pecah atau belum;
memastikan pembukaan dan pendataan cervix, bagian terendah, posisi, statis atau
penurunan, adanya moulage atau molding bila bagian terendahnya adalah kepala.
3) Kontra indikasi: adanya perdarahan
121
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
122
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
NAMA MAHASISWA :
Kompetens
i
123
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Tahap Preinteraksi
1. Cek catatan klien
2. Cuci tangan
3. Mempersiapkan alat:
Partus set (dalam wadah stainless dan tutup) : 2 klem anatomis, klem
plastic untuk tal ipusat, tali pusat, kateter logam, gunting episiotomi,
klem ½ kocher, 3 pasang sarung tangan DTT atau steril, kasa steril,
kateter penghisap Dee Lee atau bola karet penghisap yang baru dan
bersih, kateter metal, duk lubang steril, kom DTT)
Hlecting set( dalam wadah stainless dan tutup) : 2 klem anatomis,
gunting episiotomy,klem ½ kocher,pinset anatomi,pinset chirugis, 2
pasang sarung tangat DTT atau steril,kasa atau kain kecil,gulungan
kapas bersih,kateter penghisap Dee Lea atau bola penghisap yang
baru dan bersih,kateter metal.
Underpad
Oksitosin 10 UI
Metergin 10 mg (jika perlu)
Spuit 3 cc 2 buah
Celemek plastik
Bengkok 2 buah (untuk pelaksanaan dan tempat plasenta)
Handuk bersih, kain ibu, celana dalam, pembalut, wash lap 2 buah
Perlak
Tensimeter
Stetoskop
Funduskop
Heacting set (nelholder, jarum heacting, benang cromic, gunting,
pinset sirurgis, kom betadin) dalam kupet
Wadah berisi air DTT
Kapas Cebok
Waskom berisi air DTT
Waskom berisi cairan klorin 0,5%
Stikpan
124
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Tempat ari-ari
Lampu sorot
4. Cuci tangan
Tahap Orientasi
d. Salam pembuka dan perkenalkan diri
e. Lakukan identifikasi identitas (tanyakan nama, tanggal lahir dan lihat
nomer RM)
f. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
g. Jelaskan prosedur tindakan
h. Kontrak waktu
i. Tanyakan keluhan saat ini
j. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
12. Jaga privasi klien
13. Anjurkan klien buang air kecil
14. Persilahkan klien untuk berbaring di tempat tidur dengan satu bantal di
bagian kepala,
15. Tutup dengan alat tenun bagian tubuh klien yang tidak diperiksa
(Mengenali gejala dan tanda kala dua)
16. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua (Ibu merasa
ada dorongan kuat dan meneran, ibu merasakan tekanan yang semakin
meningkat pada rektum dan vaginanya, perineum tampak menonjol,
vulva-vagina dan sfingter anal membuka).
(Menyiapkan pertolongan persalinan)
125
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
126
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
33. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
34. Letakkan kain yang bersih/underpad di bawah bokong ibu
35. Membuka partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
36. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
(Menolong kelahiran bayi)
Lahirnya kepala
37. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahn-
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas
cepat saat kepala lahir
38. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:
Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua
tempat dan memotongnya
39. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan
Lahirnya bahu
40. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan
lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke
arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior
Lahirnya badan dan tungkai
41. Setelah kedua bahu dilahirkan, geser tangan bawah untuk kepala dan
bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas
127
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
42. Setelah tubuh dari lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu
jari dan jari-jari lainnya
(Penanganan bayi baru lahir)
52. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
53. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem
dengan tangan yang lain.
128
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
54. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, menghentikan penegangan tali pust dan menunggu
hingga kontraksi berikut mulai.
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
Mengeluarkan plasenta
55. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir
(tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat
selama 15 menit :
1. Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi baru lahir atau
bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
56. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan DTT atau steril
dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama.
Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forsep DTT atau steril
untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan taktil (masase) uterus
57. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus
tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.
(Menilai perdarahan)
58. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun ke
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban
utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
59. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
129
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
No Ketrampilan Nilai
0 1 2
131
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
2 Memperkenalkan diri
Riwayat
Pemeriksaan Fisik
132
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
133
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
PARTOGRAF
1. Pengertian
134
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Partogtraf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik.
2. Tujuan utama
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan.
3. Kegunaaan utama partograf
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk :
a. Mencatat kemajuan persalinan
b. Mencatat kondisi ibu dan janinnya
c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membantu keputusan klinik yang sesuai
dan tepat waktu
Partograf harus digunakan :
a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting
dari asuhan persalinan.
b. Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat.
c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapat
semua asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Pencatatan partograf dinilai sejak kala 1 berlangsung. Fase kala satu di bagi menjadi 2 fase
yaitu
1. Fase laten : pembukaan serviks kurang dari 4 cm
2. Fase aktif : pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm
Hal-hal yang perlu dinilai dan dicatat antara lain :
a. DJJ setiap ½ jam
135
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
4. Pencatatan Partograf
Halaman depan partograf akan menginstruksikan observasi dimulai pada fase aktif
persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan
yaitu :
1. Informasi ibu
a. Nama, umur
b. Gravida, para, abortus
c. Nomor catatan medik/nomor puskesmas
d. Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong
persalinan mulai merawat ibu)
e. Waktu pecahnya selaput ketuban
2. Kondisi janin
a. DJJ
b. Warna dan adanya air ketuban
c. Penyusupan (molase) kepala janin
3. Kemajuan persalinan
a. Pembukaan serviks
b. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
c. Garis waspada dan garis bertindak
4. Jam dan waktu
a. Waktu mulainya fase aktif persalinan
b. Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
5. Kontraksi uterus
a. Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
136
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Catat setiap 30 menit. Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal
pada angka 180 dan 100. Sebaiknya penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga
dibawah 120 atau diatas 160.
2. Warna dan adanya air ketuban
137
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Setiap kali pemeriksaan dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) dapat dinilai
dengan menggunakan lambang-lambang berikut :
0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin hanya saling tumpang tindih, tetapi masih dapat
dipisahkan
3: tulang-tulang kepala saling tumpang tindih, tidak dapat dipisahkan
Kemajuan persalinan
1. Pembukaan serviks
Dinilai pada saat melakukan pemeriksaan dalam dan diberi tanda (X). Mulailah
pengisiannya di partograf pada saat pembukaan 4 cm. Nilai dan catat setiap 4 jam.
138
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Garis waspada adalah Sebuah garis yang dimulai pada saat pembukaan serviks 4 cm
hingga titik pembukaan penuh yang diperkirakan dengan laju 1 cm per jam. Garis
bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika
pembukaan serviks telah melampaui dan berada disebelah kanan garis bertindak
maka hal ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan
persalinan.
4. Jam dan waktu
Lihat lamanya waktu yang telah berlalu sejak permulaan fase aktif persalinan (yang
diamati atau diekstrapolasi)
5. Kontraksi uterus
139
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Gambarkan setiap setengah jam; palpasi banyaknya kontraksi selama jangka waktu
10 menit serta lamanya kontraksi dalam hitungan detik
Perlu di ingat :
Fase laten persalinan : pembukaan serviks kurang dari 4 cm. Biasanya fase laten
berlangsung tidak lebih dari 8 jam.
Fase aktif persalinan : pembukaan servik 4 sampai 10 cm. Biasanya pembukaan selama
fase aktif sedikitnya 1 cm/jam.
Saat pesalinan maju dari fase laten ke fase aktif, catat hasil periksa dalam (pembukaan
serviks) pada garis waspada di partograf.
Jika ibu datang pada fase aktif persalinan, langsung catatkan pembukaan serviks pada
garis waspada.
Pada persalinan tanpa penyulit, catatan pembukaan serviks umumnya tidak akan
melewati garis waspada
140
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
141
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
BREAST CARE
Aspek yang dinilai Kompetensi
142
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Ya Tdk
143
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
144
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
PIJAT OKSITOSIN
Kompetensi
Aspek yang dinilai
Ya tdk
Tahap Preinteraksi
1. Kaji kebutuhan pasien dengan melihat catatan keperawatan/medis
2. Cuci tangan efektif
3. Menyiapkan alat : Minyak kelapa/baby oil, waslap, handuk 2 buah,
waskom berisi air hangat dan air dingin
4. Cuci tangan efektif
Tahap Orientasi
1. Salam pembuka dan perkenalkan diri
2. Lakukan identifikasi , 2 identitas : (tanyakan Nama dan lihat No
RM/tanggal lahir)
3. Tanyakan keluhan pasien
4. Jelaskan tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
5. Jelaskan prosedur
6. Kontrak waktu
7. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
Tahap Kerja
1. Beri privasi/ tutup sampiran
2. Anjurkan klien untuk duduk santai
3. Tumbuhkan rasa percaya diri klien
4. Tumbuhkan kepada klien akan pikiran dan perasaan baik terhadap
bayinya
5. Anjurkan klien untuk minum minuman hangat
6. Anjurkan klien untuk melepas BH dan meletakkan handuk kecil
dibawahnya
7. Basahi kasa/kapas dengan minyak kelapa, gunakan sebagai pembersih
kotoran di sekitar areola dan putting susu
8. Hangatkan payudara menggunakan waslap
9. Memposisikan pasien menunduk dan untuk memeluk bantal
10. Oleskan kedua tangan dengan lotion atau minyak sebelum memijat
11. Lakukan pemijatan disepanjang kedua sisi tulang punggung ibu
menggunakan kedua kepalan tangan dengan ibu jari menunjuk ke
depan (batas atas: scapula, batas bawah : sejajar putting susu)
12. Tekan kuat-kuat membentuk gerakan-gerakan melingkar kecil dengan
kedua ibu jari, pijat kearah bawah pada kedua sisi tulang belakang
dari leher kearah tulang belikat selama 2-3 menit.
13. Pada saat bersamaan tanyakan apakah ibu merasakan ASI mengalir
dari payudara dan apakah ibu merasakan kontraksi rahim.
14. Ketika selesai melakukan pemijatan lihat putting susu ibu apakah ASI
menetes
15. Bersihkan payudara menggunakan waslap
16. Anjurkan Ibu memberikan Asi pada bayi sesegera mungkin
145
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan ( subyektif dan obyektif)
2. Berikan reinforcement positif pada pasien
3. Kontrak pertemuan selanjutnya (kegiatan, waktu dan tempat)
4. Buka sampiran
5. Bereskan alat
6. Cuci tangan efektif
Dokumentasi
Lakukan pendokumentasian:nama klien,tanggal&waktu, hasil yang
dicapai
146
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
PEMERIKSAAN SADARI
Kompetensi
Aspek yang dinilai
Ya Tdk
147
Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali
Kompetensi
Aspek yang dinilai
Ya Tdk
Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
2. Berikan reinforcement positif pada klien
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
4. Beri salam penutup
5. Cuci tangan efektif
Tahap dokumentasi : catat hasil tindakan dan respon pasien di dalam catatan
keperawatan
148