Anda di halaman 1dari 10

LEMBAR KONSULTASI SEMINAR KELOMPOK

MATA KULIAH KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KESEHATAN


KERJA

Judul Tugas : Adverse Event K3 Dalam Keperawatan

Nama Mahasiswa : KUSNAWATI LISNA


RIFKI SUKMAWADI
RUBINAH
SY. FAIZAL
ZIKRI NURHIDAYAT
WELLEN

Tanda Tangan
No Hari/ Tanggal Topik Konsultasi
Pembimbing

1 Selasa, 28/02/2023 - Latar Belakang


- Sumber referensi

 Proses konsultasi dengan pembimbing di lakukan sebanyak minimal 3 kali

Pontianak,
Nama Dosen Pembimbing

(Ns. Hendra Priyatnanto, M. Kep)


TUGAS MATA KULIAH

KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA

“ ADVERSE EVENT K3 DALAM KEPERAWATAN”

Dosen Pengampu : Ns. Hendra Priyatnanto, M. Kep

DISUSUN OLEH :

KUSNAWATI LISNA

RIFKI SUKMAWADI

RUBINAH

SY. FAIZAL

WELLEN

ZIKRINURHIDAYAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG

TAHUN 2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Isu tentang keselamatan pasien mendapatkan perhatian serius dari pemerintah
seperti yang dituangkan dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dan
Undang-Undang Rumah Sakit Nomor 44 Tahun 2009. Rumah sakit wajib memenuhi hak
pasien memperoleh keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan dirumah
sakit.Berdasarkan Permenkes 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit bahwa setiap rumah sakit diwajibkan melaksanakan dan menerapkan
manajemen keselamatan pasien.
International Labour Organization (ILO) melaporkan bahwa satu pekerja
meninggal setiap 15 detik akibat kecelakaan di tempat kerja atau sakit akibat kerja. Setiap
15 detik terdapat sekitar 160 kecelakaan kerja di dunia 1. Di Indonesia sendiri, dilaporkan
bahwa selama kurun waktu 5 tahun terakhir kasus kecelakaan kerja meningkat. Dari
96.314 kaus kecelakaan kerja di Tahun 2009, meningkat mencapai 103.285 kasus
kecelakaan kerja di Tahun 20132. BPJS Ketenagakerjaan, yang semula dikenal dengan
nama PT Jamsostek mencatat, di Indonesia tidak kurang dari 9 orang meninggal dunia
akibat kecelakaan di tempat kerja setiap harinya 2 dimana angka kematian akibat kerja di
Inggris sebagai pembanding, hanya mencapai angka 2 orang per harinya3. Karena
tingginya angka kecelakaan kerja ini, maka diperlukan upaya-upaya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja atau sakit akibat kerja. Sepanjang tahun 2022, adapun angka
kecelakaan kerja di seluruh Kalimantan Barat berdasarkan jumlah kasus Jaminan
kecelakaan Kerja (JKK) di Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Pontianak, mencapai
3.333 kasus dengan nominal total klaim mencapai Rp. 36.722.869.847
Dari laporan Peta Nasional, Insiden Keselamatan Pasien di rumah sakit Indonesia
menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10 insiden yang dilaporkan, termasuk
kesalahan pengobatan yang merupakan salah satu indikator keselamatan pasien. Angka
kesalahan pengobatan yang terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit berkisar
antara 4%-17%. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap mutu pelayanan dan biaya
perawatan pasien ( dalam penelitian Marlina Adrini, dkk, 2015).
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat utama untuk diterapkan di semua
rumah sakit yang diakreditasi oleh KARS.Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien
adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien.Sasaran ini menyoroti
bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta
solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini.Diakui bahwa
desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada
solusi-solusi yang menyeluruh.(Permenkes 1691/MENKES/ PER/VIII/2011).
Dari latar belakang yang diuraikan diatas maka penulis berpendapat bahwa saat ini
mutu pelayanan kesehatan telah memasuki era keselamatan pasien.Hal ini didasari dari
penetapan kelulusan akreditasi RS untuk pencapaian ke level paripurna.Peningkatan mutu
pelayanan dan upaya keselamatan pasien di rumah sakit sudah merupakan sebuah gerakan
universal kearah paradigma baru yaitu quality-safety.Hal ini juga sesuai dengan
penetapan standar utama yang harus dipenuhi pada penilaian akreditasi versi baru yaitu
penerapan standar sasaran keselamatan pasien.Rumah sakit yang sudah memenuhi standar
akreditasi versi 5 baru tersebut tidak hanya dinilai dari aspek pemberian pelayanan medis,
juga termasuk pelayanan keperawatan, pelayanan farmasi dan pelayanan gizi. Dari tingkat
kompetensi atau profesionalisme seorang profesi pemberi asuhan pasien dalam
memberikan pelayanan akan sangat mempengaruhi kualitas asuhan, keselamatan pasien,
tingkat kepuasan pasien dan mutu rumah sakit

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana Penerapan Upaya Pencapapaian Standar Sasaran
Keselamatan Pasien Bagi Profesional Pemberi Asuhan Dalam Peningkatan Mutu
Pelayanan.

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk mengetahui cara Penerapan Upaya
Pencapapaian Standar Sasaran Keselamatan Pasien Bagi Profesional Pemberi Asuhan
Dalam Peningkatan Mutu Pelayanan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Adverse Event


Adverse event adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan pada pasien, yang
tidak harus memiliki hubungan sebab akibat dengan intervensi percobaan. Dengan
kata lain adverse event merupakan kondisi pasien yang mengalami cedera akibat ada
atau tidak adanya tindakan yang diberikan dan berpotensi menyebabkan hal tak terduga
terjadi sehingga membahayakan keselamatan tenaga medis maupun pasien.
Adverse event bias terkait dengan penggunaan obat, vaksin, atau perangkat medis
(secara kolektif dikenal sebagai barang terapi). Efek samping termasuk efek samping
pada obat-obatan dan vaksin, dan masalah atau insiden yang melibatkan perangkat
medis. Kejadian tak terduga (KTD) atau tidak diinginkan sebagai akibat negatif dari
manajemen di bidang kesehatan, yang tidak terkait dengan perkembangan alamiah
penyakit atau komplikasi penyakit yang mungkin terjadi (London HealthSciences
Centre). Ada berbagai macam Kejadian tidak diharapkan (KTD)/adverse event, antara lain
salah memberi obat, salah membaca hasil pemeriksaan laboratorium dan salah
mendiagnosis pasien. Kejadian tidak diharapkan (KTD)/adverse event tersebut disebabkan
oleh berbagai faktor seperti misalnya dokter kelelahan, alat yang tidak berfungsi dengan
semestinya ataupun perawat yang salah mencatatnya.
Keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu Rumah Sakit yang
memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk di dalamnya asesmen risiko,
identifikasi, dan manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk
mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko. Pasien bebas dari harm /cedera yang
tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera
fisik / sosial / psikologis, cacat, kematian dll), terkait dengan pelayanan kesehatan.
Adverse Events (AE) didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tidak diharapkan
(KTD) yang disebabkan oleh kesalahan pengobatan/treatment serta dapat berdampak
negatif bahkan fatal pada pasien.Pada dasarnya, Adverse Events (AE) bersifat ketidak
sengajaan. Jadi tidak direncanakan untuk merugikan orang lain. Namun apa pun alasannya
hal tersebut tidak boleh terjadi karena bisa berdampak negatif dan bahkan fatal pada
pasien. Salah satu contoh seorang pasien yang berpenyakit rematik tulang tetapi ia
diagnosis menderita kanker tulang stadium empat sehingga harus segera dioperasi, dan
tindakan medis (operasi) dilakukan padahal penyakit tersebut tidak perlu dilakukan maka
dapat dibayangkan apa yang akan terjadi pada pasien tersebut. Selain secara ekonomis dan
psikologis pasien dirugikan, mungkin juga ia menderita seumur hidup atau bahkan
mungkin meninggal. Kasus Adverse Events (AE) banyak terjadi di mana-mana oleh
karena harus diperhatikan.

B. Insiden Adverse Event


Insiden adverse event diklasifikasikan sebagai berikut, diantaranya yaitu :
1. Mengakibatkan kematian atau cedera yang seriusdisebut Kejadian Sentinel;
2. Belum sampai terpapar ke pasien disebut Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya
disingkat KNC
3. Sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera disebut Kejadian Tidak Cedera,
selanjutnya disingkat KTC
4. Berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden disebut Kondisi
Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC.
Selain itu adapula klasifikasi lain dari Adverse event yakni sebagai berikut:
1. Adverse Events (AEs) adalah tanda-tanda yang tidak menguntungkan dan tidak
diinginkan, termasuk hasil laboratorium yang abnormal, gejala atau penyakit yang
berhubungan dengan pengobatan. Ini harus selalu disimpan pada formulir laporan
kasus/Case Report Form(CRF) dan dalam catatan medis pasien kecuali protokol
menyatakan lain.
2. Adverse Reactions (ARs) adalah efek samping tetapi kausal terkait untuk produk obat
yang diteliti. Setiap tanggapan yang tidak diinginkan dan tidak diinginkan terhadap
intervensi uji coba, dengan dosis berapa pun yang diberikan, termasuk semua AEs
yang dinilai oleh penyelidik pelapor atau sponsor sebagai yang memiliki
hubungan sebab akibat yang wajar dengan intervensi uji coba.
3. Serious Adverse Events (SAEs) didefinisikan sebagai setiap kejadian yang tak
diinginkan medis yang pada setiap hasil dosis kematian, rawat inap atau
perpanjangan rawat inap yang ada, terus-menerus atau signifikan cacat/ketidak
mampuan atau bawaan anomali atau cacat lahir. Peristiwa ini harus segera
dilaporkan kepada sponsor.
4. Suspected Serious Adverse reactions (SSARs) adalah setiap ARs dianggap konsisten
dengan informasi yang tersedia tentang Investigational Medicinal Product (IMP).
Mereka harus ditinjau secara berkalauntuk melihat apakah profil dari setiap IMP
telah berubah dan catatan yang terbuat dari ini.
5. Suspected Unexpected Serious Adverse Reactions (SUSARs) adalah setiap peristiwa
diduga disebabkan oleh IMP, tetapi yang tidak konsisten dengan informasi tentang
IMP.
Hal yang dapat menyebabkan kecelakaan pasien adalah:
1. Kesalahan dalam mengidentifikasi pasien
2. Komunikasi yang tidak efektif
3. Penggunaan obat high alert yang tidak aman
4. Tidak tepat lokasi, prosedur, dan pasien operasi
5. Pencegahan risiko infeksi yang buruk
6. Pencegahan pasien jatuh yang buruk

C. Penyebab Kejadian Tak Terduga


Penyebab kejadian tak terduga yaitu:
1. Alat kesehatan
a) Defect (bawaan pabrik)
b) Pemeliharaan yang tidak memadai
c) Alat kesehatan dimodifikasi sendiri
d) Penyimpanan alat kesehatan yang tidak memadai;
e) Penggunaan yang tidak sesuai prosedur
f) Tidak mengacu SOP alat kesehatan
g) Minimnya buku manual atau kurangnya pelatihan.
2. Sumber Daya manusia
a. Interaksi SDM dengan teknologi, dengan sistem, dengan
b. Situasi yang dinamis
c. Organisasi budaya, kebijakan and prosedur, standar;
d. Tim –pelatihan, komunikasi, kepedulian;
e. Individu –personal error control, self awareness.
Dalam menjalankan perannya, perawat bisa melakukan kesalahan, kekeliruan dalam
proses perawatan (nursing errors) meliputi : kurangnya perhatian dan kepedulian,
keputusan yang tidak tepat, kekeliruan pemberian obat, tidak berani membela kepentingan
pasien, tidak melakukan usaha preventif, tidak/salah menjalankan perintah dokter, dan
kelalaian/kesalahan dokumentasi (Benner, 2002 cit. Santoso, 2012).
Adverse event atau kejadian tidak diharapkan menjadi faktor pembentukan Sasaran
Keselamatan Pasien guna memperbaiki keselamatan pasien secara spesifik. Sasaran ini
lebih menyoroti bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan yang ada dengan
menyertakan bukti dan solusi atas permasalahan tersebut. Sasaran ini pun berpedoman
pada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety(2007).
Dalam rangka menghindari adverse events ini maka para tenaga medis perlu
menerapkan budaya keselamatan pasien yangdibarengi dengan kesadaran tenaga medis
khususnya perawat terhadap keselamatan pasien. Selain itu hampir dari setengah kejadian
tidak diharapkan ini dapat dicegah dengan memfokuskan intervensi pada sumber daya
yang berkaitan. Adapula penerapan sistem pendukung keputusan (SPK) yang
diintegrasikandengan sistem informasi klinik. Terdapat hasil penelitian di rumah sakit
Korea oleh Kim dkk pada tahun 2013 yang menunjukkan adanya faktor-faktor yang
memengaruhi pentingnya manajemen keselamatan pasien yakni terlaksananya kontak
antara tenaga medis dan pasien, jam kerja mingguan, pendidikan dalam mengatur
Informatika dalam pelayanan kesehatan dimulai pada pengelolaan informasi keuangan
yang mulai berkembang era tahun 60-an. Teknologi yang digunakan dapat mengurangi
kerja dengan kertas (paperwork) dan meningkatkan komunikasi serta menghemat waktu
perawat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adverse event atau kejadian tak terduga adalah salah satu contoh dari kelalaian
yang dilakukan oleh tenaga medis dan bisa menyebabkan keselamatan pasien terganggu.
Adverse event ini memiliki banyak klasifikasidan bisa disebabkan oleh alat kesehatan,
sumber daya manusia, organisasi, tim, dan individu. Adverse event sendiri bisa dicegah
melalui penerapan budaya keselamatan pasien yang dibarengi dengan kesadaran diri,
sistem pendukung keputusan (SPK) yang diintegrasikan dengan sistem informasi klinik,
aplikasi barcode untuk pengobatan, memfokuskan intervensi, hingga pemberlakuan
sistem tindakan pelaporan utamanya dalam halpemberian obat.Adapun penggunaan
teknologi dalam dunia kesehatan akan sangat membantu apalagi untuk mencegah adverse
event. Istilah teknologi dalam kesehatan disebut telehealthdan memiliki beragam
manfaat. Namun, penggunaan teknologi bisa tak diterapkan dengan baik sebab
adanya hambatan dari segi finansial, belum adanya standar, dan kultural. Resep sukses
dari penggunaan teknologi ini adalahyang digunakan harus mudah dipahami, efektif, dan
tersedia onsitedalam pelayanan.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan kepada mahasiswa agar menjadi wadah mengaplikasikan ilmu
keperawatan dan metodologi riset penelitian serta dapat memberikan wacana baru
bagi mahasiswa untuk melihat fenomena nyata yang ada di lapangan tentang
Ketepatan Prosedur Keselamatan Pasien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan agar dapat memberikan informasi bagi
mahasiswa yang ingin lebih lanjut mengenai Ketepatan Prosedur Keselamatan
Pasien.
3. Bagi masyarakat
Diharapkan kepada masyarakat agar dapat kooperatif terhadap pekerja dalam
menerapkan Ketepatan Prosedur Keselamatan Pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Komite Keselamatan Kerja Pasien Rumah Sakit (KKPRS) (2015). Pedoman Pelaporan
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident Report). Jakarta: Komite
Keselamatan Kerja Pasien Rumah Sakit (KKPRS).

Najihah (2018).Budaya Keselamatan Pasien dan Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit:
Literature Review. Makassar: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muslim
Indonesia.

Widyananda, Rival, Teguh Sutanto, dan Romeo. (2017). Rancang bangun aplikasi
computerized maintenance management system (cmms) pada ruang bedah (studi kasus
: rs. petrokimia gresik). Jsika, vol. 6(1).Surabaya: Fakultas Teknologi dan Informatika
Institut Bisnis dan Informatika Stikom.

Anda mungkin juga menyukai