Anda di halaman 1dari 43

PENGARUH PELATIHAN PASIENT SAFETY

DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP


PERAWAT TENTANG PASIENT SAFETY DI
PUSKESMAS BRATI GROBOGAN

PROPOSAL

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh


gelar Sarjana Keperawatan pada Universitas Karya
Husada Semarang

Oleh :

AMELIA DEVIN KRISNAWATI

NIM : 1903009

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN
KESEHATAN UNIVERSITAS KARYA
HUSADA SEMARANG 303
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puskesmas adalah salah satu fasilitas kesehatan yang bertugas

merencanakan inisiatif kesehatan di tempat kerja yang bersifat promosional,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Tujuan pembangunan kesehatan adalah

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kapasitas setiap orang untuk

hidup sehat untuk mencapai tingkat kesehatan masyarakat yang

berkelanjutan secara sosial dan ekonomi setinggi mungkin (Ulumiyah,

2018).

Berdasarkan Permenkes No. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi

Puskesmas, Klinik Pratama, Menurut The Doctor's Independent Practice

Place, puskesmas harus dikelola dengan tepat untuk menyelesaikan

tugasnya sebaik mungkin, dimulai dengan pemberian layanan, prosedur

layanan, dan penggunaan sumber daya. Agar Puskesmas dapat mengelola

untuk memberikan layanan yang komprehensif kepada masyarakat, upaya

harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas, manajemen risiko, dan

keselamatan pasien (Moeloek, 2019). Sebagai bagian dari proses akreditasi

untuk puskesmas, keselamatan pasien juga dievaluasi, sehingga perlu untuk

menegakkan standar ini setiap saat ketika menawarkan layanan puskesmas..

(Astriyani et al., 2021) Keselamatan pasien adalah kriteria yang digunakan

untuk mengevaluasi dan mengukur kemanjuran layanan keperawatan yang


berdampak pada perawatan kesehatan. Kejadian Tak Diharapkan (KTD),

yang sering terjadi pada pasien ketika mereka berada di rumah sakit dan

sangat berbahaya bagi pasien dan sistem medis, adalah sesuatu yang ingin

dihindari oleh inisiatif keselamatan pasien (Ayudhita et al., 2018).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), keselamatan pasien

adalah masalah bagi rumah sakit baik internasional maupun domestik,

elemen penting dari perawatan pasien berkualitas tinggi, prinsip dasar

perawatan pasien, dan bagian penting dari manajemen kualitas.

Keselamatan rumah sakit memiliki lima komponen utama: keselamatan

pasien, keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan

dan peralatan rumah sakit, keselamatan lingkungan (produktivitas hijau),

dan keselamatan bisnis rumah sakit. Setiap rumah sakit dan fasilitas lain

yang menyediakan layanan kesehatan rawat inap harus menerapkan lima

faktor keamanan (Muhammad, 2017). keselamatan pasien menjadi prioritas

utama yang harus dilakukan karena berkaitan dengan mutu dan citra

pelayanan kesehatan. Penelitian tentang keselamatan pasien menyebabkan

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di 26 negara berpenghasilan menengah

dan rendah, frekuensi KTD berkisar 8% dengan 83% KTD tersebut dapat

dicegah, dan dengan angka kematian sebesar 30%. Angka estimasi

hospitalisasi setiap tahun di dunia adalah sebesar 421 juta dengan sekitar

42,7 juta pasien mengalami KTD.


Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), rumah sakit perlu

memberi perhatian ekstra pada keselamatan pasien. Institute of Medicine

(IOM) menyatakan pada tahun 2020 bahwa ada 98.000 kasus kematian di

Amerika Serikat yang dapat dicegah dengan kesalahan medis. 52 kejadian

ditemukan di 11 rumah sakit di lima negara berbeda, menurut penelitian

yang dilakukan di lembaga terakreditasi Joint Commission International

(JCI). Hong Kong memiliki kasus terbanyak, dengan total 31%, diikuti oleh

Australia dengan 25%, India dengan 23%, Amerika Serikat dengan 12%,

dan Kanada dengan 10%. Menurut data tahun 2019, terdapat 7.465 kejadian

keselamatan pasien di Indonesia, antara lain 171 korban jiwa, 80 luka berat,

372 luka sedang, 1183 luka ringan, dan 5659 tanpa cedera. Hanya 12% dari

insiden keselamatan pasien — atau 7.465 laporan — telah terjadi di 2.877

rumah sakit yang diakui di Indonesia, meskipun ada banyak institusi di

negara ini. Ini terdiri dari 38% kejadian near-injury (KNC), 31% non-injury

events (KTC), dan 31% kejadian tak terduga (KTD).(Toyo et al., 2022).

Tujuan layanan keperawatan dipertimbangkan ketika memberikan

asuhan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan untuk tujuan

pencapaian tujuan pelayanan kesehatan sesuai dengan tugas, wewenang, dan

tanggung jawab serta dengan mengacu pada standar profesi berdampak pada

tujuan pelayanan keperawatan di rumah sakit (UU No. 36 Tahun 2009, pasal

24). Setiap petugas kesehatan, terutama perawat yang melayani sebagai staf

garis depan sistem, harus memainkan peran terbaik mereka agar layanan
kesehatan berkualitas tinggi dan aman. Untuk mempromosikan gerakan

keselamatan pasien, perawat sekarang diharapkan untuk memainkan peran

yang lebih penting dalam peningkatan kualitas layanan keperawatan.

Menurut Mitchell dalam Hughes (2008), Melalui keselamatan pasien,

perawat sangat penting untuk kemajuan kualitas. Pada tahun 2000, Institute

of Medicine (IOM) merekomendasikan dua peran untuk perawat dalam

keselamatan pasien: satu adalah untuk menjaga keselamatan pasien dengan

mengubah lingkungan keperawatan untuk mendukung keselamatan pasien,

dan yang lainnya adalah untuk memainkan fungsi ini dengan menerapkan

standar keperawatan terbaru..(Ayudhita et al., 2018)

Tindakan berdasarkan pengetahuan tentang keselamatan pasien akan

jauh lebih baik daripada tindakan yang tidak didasarkan pada pengetahuan

itu. Pengetahuan atau kognitif sangat krusial dalam membentuk tindakan

seseorang. Perawat harus cukup waspada untuk memperhatikan ketika ada

sesuatu yang salah dan tidak boleh mengabaikan informasi klinis penting.

Jika terjadi sesuatu yang membahayakan pasien.(Ayudhita et al., 2018)

Pelatihan didefinisikan sebagai metode yang terorganisir Untuk

memastikan bahwa seseorang memiliki informasi, kemampuan, dan

pemahaman yang diperlukan tentang tugasnya di tempat kerja, pelatihan

adalah proses yang sistematis (Yulia et al., 2012). Pengetahuan untuk

meningkatkan produktivitas atau memberikan hasil positif, pengetahuan

dapat meningkatkan kapasitas afektif, motorik, dan kognitif..(Ningsih &

Endang Marlina, 2020).


Hasil studi pendahuluan secara wawancara dan observasi yang

dilakukan di Puskesmas Brati pada tanggal 31 mei 2023 memiliki 58

petugas kesehatan terbagi dokter 4, perawat IGD 6, perawat rawat inap 17,

perawat gigi 3, bidan 14, fisioterapi 2, apoteker 2, rekam medis 2,

laboratorium 4 dengan didapatkan bahwa pelaksanaan pasient safety di

puskesmas tersebut terbilang masih belum optimal dikarenakan terdapat

kelalaian atau ketidakpatuhan melakukan kajian pasien resiko jatuh dengan

tidak tersedianya fall risk di dalam pelayanan rawat inap adanya kejadian

tersebu sudah seharusnya diberlakukannya proses pasient safety. Peran

perawat pada pelayanan rawat inap sebagian belum terlaksana dengan baik

karena adanya perbedaan sifat dan pemahanan setiap individu serta

kurangnya motivasi. Sebagian perawat telah mengikuti beberapa sosialisasi

atau seminar tentang pasient safety, secara keseluruhan penerapan pasient

safety telah berjalan namun nilai kesadaran dan pemahaman dalam

membangun budaya keselamatan pasien untuk mencapai mutu kesehatan

yang lebih baik masih kurang.

Berdasarkan data pada studi pendahuluan yang diperoleh dari

Instalasi Penjamin Mutu diperoleh kejadian infeksi nosocomial pada rawat

inap mencapai 3,42 % pada tahun 2022. Dengan adanya kejadian tersebut

maka bisa dikatakan bahwa kejadian infeksi nosocomial terbilang cukup

tinggi, mengingat pada standar yang telah ditetapkan Kepmenkes No. 129

Tahun 2008 untuk kejadian infeksi nosocomial yang bisa ditolerir adalah
kurang dari 1,5 %, selain data kejadian infeksi nosocomial didapatkan

bahwa tindakan keperawatan belum semuanya sesuai dengan standar

prosedur operasional yang ada. Misalnya, meskipun Puskesmas Brati telah

menerapkan sistem komunikasi SBAR dan terdapat SOP di setiap ruangan,

namun beberapa tenaga kesehatan masih belum menerapkan sistem

komunikasi SBAR (Situasi, Latar Belakang, Penilaian, Rekomendasi) pada

saat pergantian penjaga. Beberapa perawat juga masih egois dan hanya

mencuci tangan setelah bersentuhan dengan pasien. Jika kesadaran akan

perlunya perbaikan masih rendah dan tidak ada upaya yang dilakukan untuk

meningkatkan kesadaran, itu dapat mempengaruhi pelaksanaan keselamatan

pasien dan menyebabkan insiden terus terjadi karena tidak ada upaya yang

dilakukan untuk belajar dari mereka, mengambil inisiatif, peduli tentang

mereka, dan menyerukan layanan yang lebih baik yang memprioritaskan

keselamatan pasien. Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh pelatihan pasient safety

dengan pengetahuan perawat tentang pasient safety di puskesmas Brati”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Pengaruh pelatihan pasient safety dengan pengetahuan

perawat tentang pasient safety di puskesmas Brati?”


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh pelatihan pasient

safety dengan pengetahuan perawat tentang pasient safety di puskesmas

Brati.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik dan sikap perawat tentang pasient safety

b. Mengetahui pengetahuan perawat tentang pasient safety sebelum

pelatihan pasient safety

c. Mengetahui pengetahuan perawat tentang pasient safety setelah

pelatihan pasient safety

d. Menganalisis pengaruh pelatihan pasient safety dengan pengetahuan

perawat tentang pasien safety.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian sangat berguna dalam memberikan informasi kepada

para pasien dalam pemberian pelayanan Safety

2. Bagi Puskesmas

Temuan penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada

pengembangan sumber daya manusia dan evaluasi, yang signifikan

sebagai faktor penentu kebijakan yang terkait dengan pelaksanaan mutu

pelayanan kesehatan, serta peningkatan kinerja dan kualitas pelayanan


kesehatan di Puskesmas.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti

dalam memberikan pelayanan tentang Pasient Safety.

4. Bagi Institusi Keperawatan

Menambah literatur sebagai bahan pustaka bagi Universitas Karya

Husada Semarang, khususnya program studi Sarjana Keperawatan tentang

pengaruh pelatihan pasient safety dengan pengetahuan perawat tentang

Pasient Safety

E. Originalitas Penelitian

Tabel 1 1Originalitas penelitian

Peneliti dan judul Hasil perbedaan


tahun Penelitian

Zainuddin,2018 Hubungan hasil Variablel penelitian


pengetahua penelitian dari sebelumnya tentang
n dan sikap 57 responden sikap dan penerapan
perawat dengan sikap pasient safety
terhadap positif
penerapan (83,9%). Jenis penelitian
pasient Berdasarkan kuantitatif dengan
safety di hasil uji desain quasi experiment
ruang rawat fisher’ s exact Populasi pada
inap diperoleh penelitian sebelumnya
rsud h.m nilai ρ = semua perawat yang
anwar 0,000 < α = bekerja di ruang rawat
makkatutu 0,05. Dari inap sebanyak 66 orang
banteng analisis Teknik pengumpulan
tersebut maka data dengan pengisian
dapat kuesioner.
diartikan Ha
diterima atau Sedangkan pada
ada hubungan penalitian sekarang
antara sikap tentang pelatihan pasien
perawa safety dan pengetahuan
dalam perawat tentang pasien
penerapan safety
pasien safety jenis penelitian
di sekarang menggunakan
Ruang Rawat kuantitatif dengan
Inap RSUD desain quasi experiment
H.M Anwar one grup design
Makkatutu populasi seluruh tenaga
Bantaeng.t Kesehatan dengan
sampel 20 orang
perawat
Teknik pengumpulan
data dengan pengisian
kuesioner pretest
posttest.

Bernadeta Dece pengetahua Hasil yang Variable pada


H, Ani n perawat diperoleh dari penelitian sebelumnya
Sutriningsih,2015 responden yaitu pengetahuan
tentang (81,7%) perawat dengan
keselamatan dengan pelaksanaan prosedur
pasien pengethuan keselamatan pasien di
dengan cukup dan ruma sakit
pelaksanaan nilai korelasi Jenis penelitian atau
prosedur sebesar 0.420 desain penelitian
keselamatan dengan menggunakan deskriptif
pasien signifikansi korelasional dengan
rumah sakit sebesar 0.001 populasi 200 perawat di
(kprs) di (p<0.05) rumah sakit Panti
rumah sakit maka Ho Waluyo dengan
panti ditolak yang pengambilan sampel
waluya atinya sebanyak 60 orang
sawahan terdapat menggunakan simple
malang hubungan random sampling
yang Sedangkan pada
signifikan penalitian sekarang
(bermakna) tentang pelatihan pasien
antara safety dan pengetahuan
pengetahuan perawat tentang pasien
perawat safety
dengan jenis penelitian
pelaksanaan sekarang menggunakan
KPRS kuantitatif dengan
desain quasi experiment
one grup design
populasi seluruh tenaga
Kesehatan dengan
sampel 20 orang
Teknik pengumpulan
data dengan pengisian
kuesioner pretest
posttest.
Riris Andriati Hubungan Berdasarkan Variable pada
et.al,2022 tingkat hasil uji penelitian terdahulu
pengetahua Spearman’rho yaitu tingkat
n dengan dengan nilai pengetahuan dan
pelaksanaan r= 0,613 dan pelaksanaan identifikasi
identifikasi p-value 0,000 pasien safety
pasien = <0,05 maka Jenis penelitian
safety dapat menggunakan
disimpulkan pendekatan cross
pada bahwa Ha sectional dengan desain
perawat di diterima yang observasional analitik
ruang rawat artinya ada Populasi pada
inap rumah hubungan penelitian ini adalah
sakit MP tingkat perawat di ruang rawat
pengetahuan inap RSMP 66 orang
dengan dengan sampel
pelaksanaan sebanyak 53 orang
identifikasi Teknik pengumpulan
pasient safety data menggunakan
kuesioner 20
pertanyaan
menggunakan analisis
sintetik dengan rumus
spearman rho
Sedangkan pada
penalitian sekarang
tentang pelatihan pasien
safety dan pengetahuan
perawat tentang pasien
safety
jenis penelitian
sekarang menggunakan
kuantitatif dengan
desain quasi experiment
one grup design
populasi seluruh tenaga
Kesehatan dengan
sampel 20 orang
Teknik pengumpulan
data dengan pengisian
kuesioner pretest
posttest.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Pasient Safety

a. Pengertian Pasient Safety

Pasient safety adalah prinsip dasar perawatan kesehatan (WHO).

Keselamatan pasien menurut Sunaryo (2009) adalah tidak ada

kesalahan atau bebas dari cedera akibat kecelakaan. Pasien Safaty

bebas dari cedera yang tidak disengaja atau menghindari cedera pada

pasien karena perawatan medis, infeksi nosokomial, dan kesalahan

pengobatan yang tidak tepat. Keselamatan pasien adalah prioritas

utama dalam pemberian kesehatan.(Ningsih & Endang Marlina,

2020)

Keselamatan adalah Penerapan solusi untuk mengurangi risiko

dan mencegah cedera yang disebabkan oleh kesalahan yang

dilakukan saat mengambil tindakan atau gagal mengambil tindakan

yang tepat, serta penilaian risiko, identifikasi dan manajemen risiko

pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar

dari insiden dan tindak lanjutnya, dan keselamatan adalah sistem

yang membuat perawatan pasien lebih aman. Menyelamatkan pasien


melalui prosedur dan perilaku yang aman dan tidak berbahaya adalah

salah satu landasan perawatan kesehatan (Tristantia, 2018) .

Salah satu prinsip dalam pelayanan adalah menyelamatkan

pasien dengan perawatan atau rindakan yang aman serta tidak

membahayakan pasien (Ulumiyah, 2018). fasilitas layanan kesehatan

harus semestinya menjaga keamanan proses perawatan kesehatannya

untuk menghindari terjadinya kesalahan medis yang bisa

mempengaruhi kualitas pelayanan Kesehatan.

Pasient safety merupakan sistem yang berada di rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman.(Kemenkes & RI, 2015)

menggabungkan sistem penilaian risiko, identifikasi dan perawatan

pasien koma, pelaporan dan analisis kecelakaan, kapasitas untuk

belajar dari kecelakaan dan efek sampingnya, dan penerapan

tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko. (Dep Kes RI, 2006).

(Depkes RI, n.d.)

b. Standar Pasient Safety(Adventus et al., 2019) di Puskesmas yaitu


terdiri dari :

1) Hak pasien

2) Memdidik pasien dan keluarga

3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

5) Mendidik staf tentang keselamatan pasien

6) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai

keselamatan pasien
c. Tujuan Pasient Safety(Adventus et al., 2019)

1) Terciptanya budaya keselamatan pasien

2) Meningkatnya akuntabilitas pelayanan kesehatan terhadap

pasien dan masyarakat

3) Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

4) Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi

kejadian tidak diharapkan

d. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Pasient Safety


(Faridah et al., 2019)

1) Karakteristik

2) Lama bekerja

3) Pengetahuan perawat

4) Motivasi perawat

5) Supervise

6) Pengaruh organisasi

e. Insiden Keselamatan Pasien

Insiden keselamatan pasien disebut sebagai kejadian tanpa

sengaja dan kondisi yang berpotensi mengakibatkan cedera yang

dapat dicegah pada pasien, terdiri dari kejadian tidak diharapkan

(KTD), kejadian nyaris cedera (KNC), kejadian tidak Cedera (KTC),

dan kejadian potensial cedera (KPC).(Sithi & Widiastuti, 2018) Di

indonesia secara nasional seluruh fasilitas kesehatan diberlakukan

Sasaran Keselamatan Pasien Nasinonal (SKPN), yang terdir dari

sebagai berikut (Salawati, 2020):


1) Mengidentifikasi pasien dengan benar

2) Meningkatkan komunikasi yang efektif

3) Meningkatkan keamanan obat-obat yang harus diwaspadai

4) Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang

benar, pembedahan pada pasien yang benar

5) Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan

6) Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh

7) Mencegah cedera melalui implementasi system keselamatan

pasien

2. Pengetahuan / Pemahaman

a. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2003), Mengetahui tentang keselamatan

pasien adalah hasil dari merasakan sesuatu, dan ini terjadi setelah

seseorang merasakan objek tersebut. Panca indera tubuh manusia,

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan sentuhan digunakan

untuk mendeteksi objek. Mata dan telinga adalah indera utama yang

melaluinya sebagian besar informasi tentang keselamatan pasien

manusia diperoleh. Kemampuan untuk mengingat informasi yang

telah dipelajari dan disimpan dalam memori mencakup pengetahuan

tentang keselamatan pasien. Hal ini dipengaruhi oleh unsur-unsur

seperti latar belakang pendidikan, status sosial ekonomi, dan bidang

pekerjaan yang menghipnotis kesadaran akan keselamatan pasien.

Pengetahuan dalam bahasa Inggris, khususnya pengetahuan dari


kamus filsafat dengan penjelasan tentang definisi pengetahuan, akan

diberikan beberapa definisi dalam terminologi. Pengetahuan adalah

komponen penting dalam pengembangan apa yang dikenal sebagai

perilaku terbuka dan akan muncul dari rasa ingin tahu melalui proses

sensorik, terutama di mata dan mendengar hal-hal tertentu.(S.

Notoatmodjo, 2012b).

b. Tingkat Pengetahuan

Ada 6 tingkatan Pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2012)yaitu sebagai

berikut :

1) Mengetahui (know)

Mengingat materi yang sudah dipelajari sebelumnya,

termasuk kemampuan buat mengingat balik (rrcall) sesuatu yg

khusus asal informasi kesehatan yang telah dipelajari

2) Memahami (comprehension)

Memahami atau tahu diartiakan menjadi suatu kemampuan

buat mengungkapkan secara sahih wacana objek

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan menjadi kemampuan buat menggunakan

materi secara benar.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk memecah suatu zat atau

item menjadi bagian-bagian komponennya sambil menjaga

semuanya dalam satu kerangka kerja organisasi dan terhubung


satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis atau buatan mengacu pada kapasitas untuk

menggabungkan atau menghubungkan elemen untuk menciptakan

bentuk yang segar dan komprehensif.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Menurut (Nursalam, 2011), tingkat pengatahuan dikategorikan

menjadi tiga kategori nilai sebagai berikut :

1) Baik : nilai presentasi 75%-100%

2) Cukup : nilai presentasi 65%-75%

3) Kurang : nilai presentadi <56%

c. Cara Memeroleh Pengetahuan menurut ( soekidjo Notoatmodjo, 2014)

Berbagai cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni

1) Prosedur konvensional atau non-ilmiah digunakan dalam metode ini

untuk memastikan kebenaran pengetahuan sebelum proses ilmiah

sistematis dan logis atau metode penemuan ditemukan., cara- cara


penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :

a) Cara Coba Salah (Trial and Error) Belajar sambil melakukan

Dalam pendekatan ini, potensi pemecahan masalah digunakan,

dan jika tidak berhasil, potensi yang berbeda dicoba. Coba lagi

dengan kemungkinan ketiga jika opsi kedua masih salah, dan

seterusnya sampai masalah teratasi. Pendekatan trial and error

adalah nama lain untuk teknik ini.

b) Secara kebetulan atau secara tidak sengaja

c) Cara kekuasaan atau otoritas pengetahuan merupakan metode

pemberian kekuasaan atau otoritas pengetahuan berdasarkan

tradisi kekuasaan atau otoritas, baik tradisi pemerintah, otoritas,

tokoh agama, maupun ahli pengetahuan. Secara umum, orang

diharapkan untuk mempercayai pernyataan yang dibuat oleh

mereka yang memiliki kekuatan untuk mendukung mereka

dengan data empiris atau logika mereka sendiri.

d) Berdasarkan pengalaman pribadi, dari pengalaman pribadi,

memang benar bahwa "pengalaman adalah guru terbaik," yang

menunjukkan bahwa seseorang dapat belajar dari pengalaman

atau menggunakannya sebagai sarana belajar.

e) Melalui jalan pikiran, pemikiran manusia berkembang sebagai

hasil dari berpikir dengan cara yang konsisten dengan

pertumbuhan manusia. Manusia telah mampu memperoleh

pengetahuan dengan menggunakan penalarannya. Atau, dalam


memperoleh pengetahuannya.

2) Cara Modern atau cara ilmiah, Metode terbaru untuk memperoleh

pengetahuan saat ini lebih metodis, rasional, dan ilmiah, dan dikenal

sebagai cara modern atau ilmiah, khususnya melalui proses penelitian.

d. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut (Budiman, 2013) faktor yang mempengaruhi pengetahuan

yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut :

1) Faktor Internal

a) Jasmani

Faktor jasmani di antaranya adalah keadaan indera seseorang

b) Rohani

Unsur-unsur spiritual meliputi kesehatan psikologis, intelektual, dan

psikomotor seseorang serta keadaan fungsional dan kognitif mereka.

2) Faktor Eksternal

a) Pendidikan

Pendidikan hanya mengacu pada memberikan informasi kepada

orang lain sehingga mereka dapat memahaminya. Tidak diragukan lagi,

semakin terdidik seseorang, semakin mudah bagi mereka untuk

mempelajari hal-hal baru, dan pada akhirnya, semakin banyak

pengetahuan yang mereka miliki. Sebaliknya, sikap seseorang terhadap

pembelajaran dan pengenalan cita-cita baru akan terhambat jika tingkat


pendidikannya rendah. Tanggapan yang diterima dari luar akan

bervariasi tergantung pada tingkat pendidikan individu. Orang dengan

tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan bereaksi terhadap informasi

secara lebih logis dan akan mempertimbangkan manfaat potensial dari

proposal tersebut.

b) Pekerjaan

Berada di lingkungan pekerjaan bisa dijadikan seseorang dapat

pengalman maupun pengetahuan baik langsung maupun tidak langsung.

c) Umur

Perubahan dalam kualitas mental psikis dan psikologis seseorang

seiring bertambahnya usia. Dalam hal pertumbuhan fisik, ada empat

jenis perubahan: variasi ukuran, proporsi, hilangnya sifat-sifat

sebelumnya, dan penampilan sifat-sifat baru. Pematangan fungsi organ

inilah yang menyebabkan hal ini. Pemikiran seseorang berkembang

secara psikologis dan mental.

d) Minat atau keinginan yang tinggi

Seseorang yang tertarik pada sesuatu akan mencoba menjelajahinya

dan akhirnya belajar lebih banyak tentangnya.

e) Pengalaman

Kecenderungan memiliki pengalaman yang baik secara psikologis

akan menimbulkan kesan yang membekas dalam emosi sehingga

menumbuhkan sikap positif.


f) Paparan informasi

Masyarakat dapat memperoleh berbagai informasi melalui berbagai

media cetak dan elektronik, sehingga memudahkan mereka yang

terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dll) lebih sering

melakukannya. Akibatnya, paparan media massa dapat secara efektif

meningkatkan pengetahuan seseorang.

3. Pelatihan

Pelatihan adalah prosedur metodis untuk memperoleh atau

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

untuk meningkatkan kinerja. Pelatihan adalah komponen pendidikan

yang melibatkan perolehan cepat dan pengembangan keterampilan di

luar lingkup sistem pendidikan yang sesuai. Kemampuan yang

dibahas di sini datang dalam berbagai bentuk dan ukuran, termasuk

keterampilan manajerial, intelektual, dan fisik. Pendekatan yang

digunakan untuk mempromosikan kualitas, efektivitas, dan kinerja

staf adalah pelatihan. Pengetahuan ini dapat meningkatkan kapasitas

afektif, motorik, dan kognitif anggota staf, menghasilkan peningkatan

produktivitas atau hasil positif..(Apriliana & Nawangsari, 2021)

a. Manfaat Pelatihan

Pelatihan memiliki makna kemanfaatan baik dari aspek staf

maupun organisasi. Rivai dan Sagala (2009) menjelaskan

pengetahuan karyawan ke pekerjaan mereka berdampak pada

kinerja mereka di masa mendatang. Selain itu, perusahaan dapat


memperoleh keuntungan dari pelatihan dan pengembangan

dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas output, mengurangi

biaya limbah dan pemeliharaan, mengurangi kecelakaan dan

biaya terkait, dan meningkatkan kepuasan karyawan. Keuntungan

tambahan yang dapat diperoleh staf dari pelatihan termasuk

kewajiban dan pencapaian yang lebih dapat diinternalisasi,

peningkatan pengetahuan, kemampuan, dan sikap, dan bantuan

dalam mengatasi kecemasan mengambil tanggung jawab baru.

Karakter moral tentang arah yang ingin dituju organisasi juga

dipandang sebagai keuntungan oleh organisasi..(Wicaksono,

2016)

b. Jenis Pelatihan.(Yulia, 2010)

1) On the job training

On-the-job training adalah pelatihan berbasis instruksi di

mana karyawan bertempatkan di pengaturan aktual dan dipandu

oleh personil yang berpengetahuan atau supervisor.

2) Off the job training

Beberapa pendektan off the job training antara lain ialah

ceramah kelas, case study, simulasi, praktek laboratorium, role

playing dan behavior modeling. Berikut penjelasan terkait

a) Ceramah kelas

Dengan melakukan percakapan selama kuliah,

ketergantungan metode pada komunikasi, umpan balik, dan


partisipasi peserta dapat diperkuat.

b) Case study

Dalam metode pengajaran ini, masalah saat ini

dijelaskan secara tertulis. Proses terpandu yang disebut

identifikasi masalah, pemilihan solusi, dan implementasi

solusi memungkinkan personel untuk membuat keputusan

saat mereka mengembangkan kemampuan pengambilan

keputusan mereka.

c) Simulasi

Simulator yang meniru elemen kunci dari tempat kerja

digunakan untuk melakukan simulasi.

d) Praktek laboratorium

Tujuan dari jenis pelatihan ini adalah untuk

meningkatkan kemampuan interpersonal. Selain itu, dapat

diterapkan untuk membuat perilaku yang diinginkan untuk

tugas-tugas staf yang akan datang.

e) Role playing

Metode pelatihan ini merupakan perpaduan antara

metode kasus dan pengembangan sikap. Setiap peserta

disajikan dengan keadaan dan diinstruksikan untuk bermain

peran dan menanggapi peserta lain. Keberhasilan

pendekatan pelatihan ini, yang menggabungkan metode

kasus dan pengembangan sikap, tergantung pada kapasitas


peserta untuk memenuhi peran mereka seefektif mungkin.

f) Behavior modelling

Teknik ini memungkinkan proses psikologis yang

menghasilkan pengembangan pola baru dan meninggalkan

pola lama. Untuk mengembangkan keterampilan

interpersonal, proses pembelajaran berlangsung melalui

pengamatan dan imajinasi berdasarkan pengalaman orang

lain.

4. Tenaga Kesehatan

Definisi Tenaga Kesehatan

Mengetahui apa yang dimaksud dengan "tenaga kesehatan" dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yang

dimaksud adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang

kesehatan, memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan, serta memerlukan kewenangan dalam

memberikan pelayanan kesehatan (Depkes, 1996). Tenaga kesehatan

yang diatur dalam Pasal 2 ayat (2) sampai dengan ayat (8) Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan terdiri

dari :

1. Tenaga medis terdiri dari dokter dan dokter gigi

2. Tenaga keperawatan terdiri dari perawat dan bidan

3. Tenaga kefarmasian terdiri dari apoteker, analis farmasi dan


asisten apoteker

4. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan,

entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh

kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian

5. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien

6. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis

7. Terapis wicara

Radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis

kesehatan, refraktor optik, teknisi otosis prostetik, teknisi transfusi, dan

perekam medis adalah contoh teknisi medis. Petugas yang memiliki

hubungan dengan tenaga kesehatan didefinisikan oleh Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 sebagai dokter, dokter gigi, perawat,

bidan, dan teknisi medis. (Medica, 2012)

Dimungkinkan untuk menjamin adanya kriteria kompetensi untuk

semua pekerjaan, termasuk yang melibatkan perawatan kesehatan.

Kemampuan profesional kesehatan untuk memenuhi kriteria

kompetensi sangat penting untuk pemberian perawatan pasien

berkualitas tinggi dan terkait langsung dengannya. perlu ditingkatkan

penguasaan serta pemahaman tenaga kesehatan terhadap standar

kompetensi yang relevan, baik dari segi standar kompetensi sendiri

maupun penguasaannya.
B. Kerangka Teori
Bagan 2 1Kerangka Teori

Pelatihan Sasaran pelatihan Keberhasilan


PasientSafety Pasient Safety Penerapan Pasient
Meliputi: Safety

1. Dokter 1. Lingkungan
2. Perawat (rawat Eksternal
inap,gigi,IGD) 2. Kepemimpinan
3. Bidan 3. Budaya
rekam organisasi
medis 4. Praktek
4. Fisioterapi
manajemen
5. laboratorium 5. System struktur
6. Pengetahuan dan
keterampilan
individu
7. Lingkungan kerja
dan motivasi

Pengetahuan Pasient
Safety

Insiden Pasient
Safety Meliputi: Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) :

1. Kejadian 1. Mengidentifikasi pasien dengan


Tidak benar
Diharapkan 2. Meningkatkan komunikasi yang
(KTD) efektif
2. Kejadian Nyaris 3. Meningkatkan keamanan obat- obat yang
Cedera (KNC) harus diwaspadai
C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah Hubungan antara konsep atau variabel

yang akan dikuantifikasi melalui penelitian yang akan dilakukan

dijabarkan dan divisualisasikan dalam kerangka konsep (Nursalam,

2008).

Bagan 2 2 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pelatihan Pasient Safety Pengetahuan dan Sikap Perawat

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah Segala sesuatu yang dipilih peneliti

untuk dipelajari dengan cara apa pun untuk mengumpulkan data dari

mana untuk membuat kesimpulan disebut sebagai variabel

penelitian..(Nursalam, 2008) Variabel yang digunakan pada

penelitian ini adalah

1. Variabel Independen atau Bebas


Variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi variabel lain atau sebagai variabel stimulus

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

terkait. Pada penelitian ini yang menjadi variabel

independen adalah Pelatihan Pasient Safety

2. Variabel Dependen atau Terikat

Variabel dependen, juga dikenal sebagai output,

kriteria, atau konsekuen, adalah variabel yang nilainya

dipengaruhi oleh variabel lain atau berkembang sebagai

akibat dari variabel independen.Variabel terikat pada

penelitian ini adalah Pengetahuan Perawat.

E. Hipotesa Penelitian

Dalam penelitian, hipotesis adalah solusi jangka pendek atau

dugaan terhadap rumusan masalah yang telah diberikan dalam

bentuk kalimat pernyataan. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

Ha : Ada pengaruh pelatiahan pasient safety dengan pengetahuan

perawat tentang pasient safety di Puskesmas Brati

Grobogan.

Ho : Tidak ada pengaruh pelatihan pasient safety dengan

pengetahuan pasient safety tentang pasient safety di

Puskesmas Brati Grobogan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif yang bertujuan

untuk mendeskripsikan pengaruh pelatihan pasient safety dengan

pengetahuan perawat tentang pasient safety

Desain penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan

pendekatan pretest-posttest one group design untuk mengetahui

pengaruh pelatihan pasient safety terhadap pengetahuan perawat

tentang pasient safety

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian atau pengumpulan data akan dilakukan

pada bulan September 2022- Juli 2023

2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di puskesmas Brati Grobogan

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel yang

diteliti, sehingga memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data

dan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.

(Hidayat, 2015) Definisi operasional dalam penelitian ini

meliputi variable independent yaitu berupa pelatihan pasient safety kepada

perawat sedangkan variable dependent yaitu pemahaman atau pengetahuan

perawat tentang pasient safety

Tabel 3 1definisi operasional

Variable Definisi Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Variable Memberikan pelatihan Term Of - -
independe kepada perawat Reference
nt: mengenai pasient (TOR)
Pelatihan safety berupa
Pasient -konsep dan model
Safety pasient safety
-konsep dasar dan
sasaran pasient safety
-budaya pasient safety
-peran perawat dalam
pasient safety
Dilakukan secara
daring oleh pemateri
selama kurang lebih 45
menit
Variable Kemampuan Koesioner - Baik : nilai Ordinal
dependent menjawab pertanyaan pertanyaa n presentas i
: untuk mengetahui pre dan post 75%- 100%
Pengetahu tingkat pengetahuan test dengan - Cukup :
an dan dan sikap perawat 36 nilai
sikap dalam pertanyaa n presentas i
perawat mengidentifikasi mengenai 65%- 75%
pelaksana pasien secara benar, pasien - Kurang :
meningkatkan safety nilai
komunikasi efektif, dengan presentas i
meningkatkan kategori <56%
keamanan obat, jawaban
kepastian tepat lokasi Benar :
dan skore 1
prosedur,pengurangan Salah :
risiko infeksi, skore 0
pengurangan resiko
pasien jatuh, kejadian
tidak diharapkan

D. Populasi, Sample dan Teknik sampling

1. populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang memenuhi kriteria

tertentu.(S. Notoatmodjo, 2012a) Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh tenaga kesehatan dengan jumlah sebanyak 60

orang dengan jumlah perawat 32 orang yang bekerja di

Puskesmas Brati Grobogan.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari seluruh karakteristik yang

dimiliki oleh sebuah populasi. Sampel dari penelitian ini yaitu

perawat yang bekerja di Puskesmas Brati Grobogan. Penentuan

jumlah sampel ini sesuai dengan rumus Arikunto (2012: 104)

jika jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka jumlah

sampel diambil secara keseluruhan, tetapi jika populasinya lebih

dari 100 maka bisa diambil 10-15 % dari jumlah populasi.


Berdasarkan jumlah populasi yang didapatkan 60 orang maka

sampel diambil secara keseluruhan dari populasi tersebut ( P.D.

Sugiyono, 2012).

3. Teknik sampling

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel

yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada,

sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi

yang ada. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini

adalah menggunakan Total Sampling yaitu teknik pengambilan

sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Peneliti

menggunakan teknik Total Sampling karena jumlah populasi

yang kurang dari 100 sehingga seluruh populasi dijadikan

sampel. Adapun penentuan responden berdasarkan kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi antara lain :

a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti.

Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu:

1) Perawat yang aktif bekerja di Puskesmas Brati

2) Memiliki latar belakang pendidikan minimal DIII

Keperawatan dan bukan termasuk pegawai negeri

sipil

3) Tidak sedang berada dalam masa tugas belajar


atau mengikuti pendidikan/pelatihan yang

meninggalkan tugasnya di Puakesmas.

4) Responden tidak dalam masa cuti kerja pada saat

keseluruhan proses penelitian dilakukan.

5) Responden sehat (tidak sedang sakit).

6) Bersedia menjadi responden yang dibuktikan dengan

surat kesediaan menjadi responden.

b. Kriteris eksklusi adalah meghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang tidak memenuhi kriteria sebagai responden

karena berbagai sebab. Adapun kriteria eksklusi pada

penelitian ini adalah :

1) Tidak hadir dalam proses penelitian

2) Tidak melanjutkan proses penelitian

E. Instrument Penelitian (Alat Penelitian)

Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan peneliti

untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian.

(Nursalam, 2008) Instrumen penelitian yang digunakan dalam

mengumpulkan data pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner

dalam penelitian ini, yaitu :


1. Pelatihan Pasient Safety

Instrument pelatihan pasien safety menggunakn lembar TOR

Term Of Reference

2. Pengetahuan Perawat Pelaksana

Instumen pada tingkat pengetahuan perawat tentang pasien

safety yang diadopsi dari penelitian (Siti Nurhaliza )

menggunakan lembar kuesioner yang berisi 36 pertanyaan

mengenai pasien safety

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh langsung

dari responden melalui kuesioner yang di isi oleh perawat

tentang pasient safety di Puskesmas Brati Grobogan.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari

Puskesmas Brati Grobogan yaitu jumlah tenaga kesehatan

dan didapatkan hasil dari 60 petugas terbagi dokter 4,

perawat IGD 8, perawat rawat inap 18, perawat gigi 6, bidan

14, fisioterapi 2, apoteker 2, rekam medis 2, laboratorium 4.

2. Cara Pengumpulan Data

Tahapan yang telah dilakukan dalam pengumpulan data pada


penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Tahap persiapan

1) Peneliti mengajukan surat permohonan izin

penelitian kepada Universitas Karya Husada

Semarang untuk melakukan penelitian di

Puskesmas Brati Grobogan.

2) Peneliti memperoleh surat izin untuk melakukan

penelitian dari Universitas Karya Husada

Semarang.

3) Peneliti mengajukan surat permohonan izin

penelitian kepada Dinas Kesehatan Kabupaten

Grobogan

4) Peneliti memperoleh surat izin penelitian dari

Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan.

5) Peneliti mengajukan surat permohonan izin

penelitian kepada Puskesmas Brati Grobogan.

6) Peneliti melakukan uji Expert pada ahli

7) Peneliti mencari fasilitator

8) Peneliti menyiapkan tempat pelatihan

b. Tahap pelaksanaan

1) Penelitimenetukan responden H-2 sesuai dengan

kriteria inklusi dan kesediaan perawat sebagai

responden
2) Peneliti memberi penjelasan terkait tujuan

penelitian kepada reponden sesuai dengan kriteri

3) Peneliti memberi lembar persetujuan (informe

consent) kepada responden

4) Peneliti membuat Grup WA yang bertujuan

untuk mempermudah pemberian informasi saat

sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan

dilakukan

5) Mengingatkan responden untuk segera

berkumpul ke tempat pelatihan sebelum pelatiha

dimulai

6) Peneliti menjelaskan tentang pengisian kuesioner

pretest

7) Fasilitator memberikan lembar kuesioner

penelitian terkait pasien safety kepada responden

untuk kemudian diisi dengan waktu sekitar 15

menit.

8) Peneliti melakukan pengecekan kembali pada

kuesioner yang telah diberikan pada responden.

Jika masih ada pertanyaan yang belum diisi maka

peneliti akan meminta responden untuk

mengisinya kembali

9) Persiapan pemateri masuk


10) Peneliti menjelaskan alur pelatihan kepada

responden

11) Peneliti menjelaskan tentang pengisian kuesioner

posttest

12) Peneliti memberikan lembar kuesioner penelitian

posttest terkait pasien safety kepada responden

untuk kemudian diisi dengan waktu sekitar 15

menit.

13) Peneliti melakukan pengecekan kembali pada

kuesioner yang telah diberikan pada responden.

Jika masih ada pertanyaan yang belum diisi maka

peneliti akan meminta responden untuk

mengisinya kembali

c. Tahap penyelesaian

1) Peneliti melakukan pengolahan data

menggunakan program SPSS for windows.

G. Cara Pengolahan Data

Proses pengolahan data yang diperoleh dari penelitian ini

akan dikerjakan melalui beberapa tahap sebagai berikut (Ardianto,

2019) :

1. Editing (Pengecekan Data)

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan

pengisian formulir atau kuesioner. Peneliti akan melakukan


pengecekan ulang kelengkapan data karakteristik sampel,

kuesioner pelatihan pasient safety dan kesehatan mental yang

sudah diperoleh dari sampel.

2. Skoring (Penilaian)

Skoring adalah suatu kegiatan untuk mengubah data

berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan.

Scoring dalam pnelitian ini total

nilai (score) : jika jawaban Benar akan diberi Skore 1 dan jika

jawaban Salah akan diberi skore 0.

Kategori :

- Baik : nilai presentasi 75%-100%

- Cukup : nilai presentasi 65%-75%

- Kurang : nilai presentadi <56%

3. Codding (Pemberian Code)

Codding adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan untuk masing-

masing variable terhadap data yang diperoleh dari sumber data

yang telah diperiksa kelengkapannya. R1 untuk reaponden

1,R2 untuk resppnden 2, R3 untuk responden 3, dan


seterusnya.

4. Tabulating (Penyusunan Data)

Tabulating adalah penyajian data dalam bentuk tabel yang

bertujuan untuk memudahkan pembaca memahami laporan

penelitian.

5. Entry Data

Entry data adalah memasukkan jawaban dari masing-masing

responden dalam bentuk kode (angka) ke program computer

(SPSS) untuk dianalisis.

6. Cleaning (Pembersihan Data)

Cleaning adalah pengecekan kembali data hasil penelitian,

setelah dipastikan tidak ada kesalahan maka akan dilakukan

tahap analisis data sesuai jenis data.

H. Analisa Data

Setelah memperoleh data maka selanjutnya melakukan

analisa data menggunakan pengolahan data kuantitatif.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap

setiap variabel dari hasil penelitian yang menghasilkan suatu

distribusi frekuensi dan presentasi dari masing-masing

variabel(Sugiyono, 2010).

X = 𝑓 ×100%
𝑁
Keterangan :

X = Hasil presentase

f = frekuensi hasil pencapaian

N = Jumlah seluruh observasi

Analisa univariat bertujuan untuk mengetahui persentase

dari variable dependen dan independen pengetahuan tiap

responden menurut hasil pengisian kuesioner. Analisa univariat

dalam penelitian ini adalah pelatihan pasient safety dan

pengetahuan perawat

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk menjelaskan pengaruh

antara kedua variable (variable independent dan variable

dependen). Sebelum dilakukan uji bivariat untuk menentukan uji

hipotesis statistic maka dilakukan uji normalitas, uji normalitas

adalah uji statistik yang digunakan untuk mengetahui sebaran

sebuah data

a) Uji normalitas peneliti menggunakan Shapiro-wilk dimana

jumlah populasi sampel ≤ 50 yaitu 20 sampel. Nilai uji

normalitas yaitu ≤ 50 dikatakan normal tetapi apabila nilai ≤

0,05 maka dikatakan tidak normal.

b) Uji paired T test terdistribusi normal jika nilai p-value ≥

0,05. Sebaliknya apabila ditemukan distribusi data tidak


normal menggunakan uji non parametik Wilcoxon jika nilai

p-value ≤ 0,05. Dasar pengambilan keputusan untuk

meremia atau menolak Ho pada uji Wilcoxon Signed Rank

test adalah sebagai berikut :

1) Jika probabilitas (Asymp.Sig) ≤ 0,05 maka Ho

ditolak dan Ha diterima.

2) Jika probabilitas (Asymp.Sig) ≥ 0,05 maka Ho

diterima dan Ha ditolak.

I. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian ini merupakan hal penting dalam

sebuah pelaksanaan penelitian mengingat penelitian keperawatan

berhubungan langsung dengan manusia dan hak asasi yang dimiliki

maka dari itu etika dalam melakukan penelitian harus diperhatikan.

Ada beberapa prinsip etika keperawatan dalam pengumpulan data

yaitu (Hidayat, 2015)

1. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)

Informed consent merupakan persetujuan tndakan yang

diberikan kepada responden setelah mendapatkan penjelasan

yang lengkap, sehingga bersedia menjadi responden untuk

mengisi kuesioner. Penelitian ini semua responden setuju

menjadi responden.
2. Tanpa nama (anonimity)

Anonimity adalah untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak

mencantumkan nama responden tetapi lembar tersebut di

berikan kode berupa angka.

3. Kerahasiaan (confidential)

Confidential adalah berupa kerahasiaan data responden yang

dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang

dilaporkan hasil peneliti. Data penelitian yang sudah di

masukan ke komputer dijaga kerahasiaannya dengan

menggunakan password sehingga tidak bisa diakses orang

lain.

4. Manfaat (beneficience)

Pelaksanaan penelitian ini mendapatkan hasil yang

bermanfaat bagi responden. Peneliti memberikan informasi

yang baik untuk responden . peneliti memberikan informasi

yang baik untuk responden dalam meningkatkan pengetahuan

pasient safety sehingga dapat meningkatkan keterampilan

perawat dan kualitas pelayanan yang baik.

Anda mungkin juga menyukai