Disusun Oleh :
Amelia Devin Krisnawati 1903009
Dwi Fitriani Amalia 1903023
Pelaksanaan Terapi Spiritual Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Perilaku
Kekerasan
I. Pendahuluan
Permasalahan utama yang sering terjadi pada pasien gangguan jiwa adalah
perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai suatu keadaan hilangnya
kendali perilaku seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau
lingkungan. Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri kita
sendiri untuk bunuh diri atau membiarkan diri kita terlantar. Perilaku kekerasan pada
orang bisa juga dikatakan tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau
membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku
merusak lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang ada di lingkungan.
Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian besar akibat melakukan kekerasan
di rumah.
Seseorang yang mengalami stres berat akan mencari kenyamanan dan kekuatan
dari Tuhan. Proses pemilihan pendekatan spiritual terdiri atas tiga tahapan yaitu
mengidentifi kasi faktor yang berkontribusi terhadap stresor, mengeksplorasi sumber
dan strategi spiritual, serta hidup dengan pilihannya
Keliat (1996) mengidentifikasi faktor penyebab kekambuhan adalah pengetahuan,
sikap, dan tindakan keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa. Keluarga perlu
mempunyai sikap menerima pasien, memberikan respons positif, menghargai pasien
sebagai anggota keluarga dan menumbuhkan sikap tanggung jawab kepada pasien,
sehingga keseimbangan hidup dalam keluarga dapat terjadi.
Koping adalah cara individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri
dengan keinginan, dan merupakan respons terhadap situasi yang mengancam.
Keluarga dengan salah satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa, akan
merasakan beban objektif dan subjektif secara terus-menerus, menjadi stressor yang
berat bagi keluarga, sehingga koping tidak efektif. Koping keluarga dalam penelitian
dibentuk dengan memperbaiki model keyakinan dalam kesehatan, melalui perbaikan
persepsi keluarga tentang tanda dan gejala gangguan jiwa, tingkat keparahan,
kemungkinan bisa disembuhkan, dan hasil yang telah diperoleh dari pengobatan yang
dilakukan. Dengan demikian, keyakinan dan kepercayaan menjadi lebih kuat,
persepsi keluarga lebih positif, pola interaksi dalam keluarga berkembang lebih baik
dan terbentuklah dukungan keluarga terhadap salah satu anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, sehingga koping keluarga menjadi lebih efektif, keluarga
dapat menerima keadaan salah satu anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
dengan apa adanya, dan memperlakukan pasien dengan lebih baik.
Kesimpulan: Pada ketiga jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
tindakan terapi spiritual pada pasien psikiatrik.
Metode penelitian jurnal :Menggunakan google scholar dengan kata terapi spiritual
dan gangguan psikiatrik. Dipublikasikan dengan bahasa Indonesia dalam bentuk pdf
dan tahun publikasi 2019-2021.
III. Pembahasan
Terapi terhadap pasien dengan psikiatrik tidak hanya dengan menggunakan obat,
tetapi dapat disertai jenis terapi lain seperti psikoterapi dan psikoreligius, pendekatan
keperawatan dapat bersifat holistik. Dengan pendekatan holistik diharapkan pasien
dapat kembali berfungsi secara baik (Hawari,2014). Spiritual merupakan keyakinan
dalam hubungan dengan Yang Maha Kuasa serta kekuatan hidup yang berguna bagi
masyarakat dan lingkungan majemuk tanpa kehilangan identitas diri. Terdapat
perbedaan signifi kan (p=0,040) total koping keluarga dalam merawat pasien
gangguan jiwa antara sebelum dan sesudah diberikan terapi keluarga dengan
pendekatan spiritual direction, obedience, acceptance (DOA). Perbedaan utama
tampak pada kemampuan keluarga dalam memelihara integritas, kerja sama dan
memandang situasi yang dilami dengan positif (p=0,029). Kemampuan keluarga
dalam memahami situasi medis, komunikasi dengan orang lain, dan konsultasi
dengan petugas kesehatan juga mengalami perubahan signifi kan (p=0,007). Tidak
ada perubahan signifi kan pada aspek kemampuan keluarga dalam memberikan
dukungan sosial, harga diri, dan stabilitas psikologis bagi pasien gangguan jiwa
(p=0,094), tetapi terdapat peningkatan selisih rerata pada kelompok perlakuan sebesar
3,24 dan pada kelompok kontrol juga meningkat sebesar 0,39. Jadi sebenarnya
terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah intervensi, tetapi perbedaan ini tidak
bermakna secara statistic.
Penelitian menunjukan bahwa spiritual mempunyai hubungan dalam peningkatan
kesejahteraan, spiritual memiliki peran penting bagi pasien skizofrenia dalam membantu
kesembuhan dan meningkatkan harapan (Sari,SP et al.,2014). Penelitian terhadap 115 pasien
dengan skizofrenia terdapat 45% pasien menganggap agama merupakan elemen penting
dalam kehidupan mereka dan dapat memberikan efek positif (Huguelet et al.,2011).
Literature review ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang bagaimana gambaran
intervensi spiritualitas pada pasien skizofrenia. Dimana asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien tidak hanya dalam bentuk farmakologi akan tetapi dapat diberikan teprapi non
farmakologi dengan pendekatan spiritual.
V. Daftar Pustaka
Yusuf, A,.et al.(2016). Kebutuhan Spiritual :Konsep dan Aplikasi dalam Asuhan
Keperawatan.Jakarta:Mitra Wacana
Keliat, B.A., Nancy, P., Windarwati, H.D., 2009. Pengelolaan Consultation Liaison
Mental Health Nursing (CLMHN) Pada Pelayanan Umum, Makalah disajikan
dalam Seminar dan Workshop. Malang