Anda di halaman 1dari 22

Pengkajian Bio, Psiko,

Sosio, Spiritual dan


kurtural pada
Perawatan Paliatif
Kelompok 2
PERAWATAN PALIATIF

pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup


pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa,
melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini
dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan
masalah-masalah lainseperti fisik, psikososial dan spiritual
(KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).
SPIRITUALITAS

kebutuhan dasar manusia yang berhubungan dengan


Tuhan, diri sendiri, orang lain, dan lingkungan untuk
menemukan arti kehidupan dan tujuan hidup agar
mendapatkan kekuatan, kedamaian, dan rasa optimis dalam
menjalankan kehidupan.
Fungsi Spiritualitas

Penelitian tentang spiritualitas pada tahun 2001 menyebutkan bahwa 90 %


pasien di beberapa area Amerika menyandarkan pada agama sebagai bagian dari
aspek spiritual untuk mendapatkan kenyamanan dan kekuatan ketika merasa
mengalami sakit yang serius.
Penelitian tentang tingkat kecemasan pasien pre operasi pada tahun 2006
menyebutkan bahwa kecemasan seseorang sangat dipengaruhi oleh aspek
spiritualnya, sehingga bagi pasien yang dirawat di rumah sakit sangat
memerlukan kondisi spiritual yang baik agar tidak cemas terhadap operasi yang
akan dijalani.

 Pemenuhan kebutuhan spiritualitas pada seseorang dapat meningkatkan


kepercayaan, kekuatan, dan keyakinan yang dimiliki seseorang. Spiritualitas
dapat mengurangi kecemasan pasien, membuat pasien menerima kondisinya,
dan meningkatkan rasa optimis pada pasien. Adanya rasa optimis, dukungan,
dan motivasi dapat meningkatkan proses penyembuhan yang dialami pasien.
Karakteristik Spiritualitas
Hubungan Dengan
Hubungan dengan
Orang Lain Atau
diri sendiri
Sesama

Hubungan Dengan Hubungan Dengan


Alam Tuhan
Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

Tahap Perkembangan Krisis dan Perubahan

Keluarga Terpisah dari Ikatan Spiritual

Budaya Isu Moral Terkait dengan Terapi

Agama

Pengalaman Hidup
SPIRITUAL CARE
Definisi Spiritual Care

Spiritual care adalah praktek dan prosedur yang dilakukan


oleh perawat terhadap pasien untuk memenuhi kebutuhan
spiritual pasien (Cavendish R, Konecny L).
Peran Perawat Dalam Spiritual Care

1. Pengkajian kebutuhan spiritual pasien


Menurut Kozier et al, pengkajian kebutuhan spiritual terdiri dari
pengkajian riwayat keperawatan dan pengkajian klinik.
Kozier menyarankan pengkajian spiritual sebaiknya dilakukan pada
akhir proses pengkajian dengan alasan pada saat tersebut sudah
terbangun hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Untuk itu
diharapkan perawat meningkatkan sensitivitasnya, dapat menciptakan
suasana yang menyenangkan dan saling percaya, hal ini akan
meningkatkan keberhasilan pengkajian spiritual pasien.
Lanjutan...
Pada pengkajian klinik (Kozier)

Lingkungan Perilaku Verbalisasi

Afek dan Hubungan


sikap interpersonal
2. Merumuskan Diagnosa Keperawatan
Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul pada pasien
paliatif adalah distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi karena diagnose
penyakit kronis, nyeri, gejala fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan serta
ketidakmampuan pasien dalam melakukan ritual keagamaan yang mana biasanya
dapat dilakukan secara mandiri.
Distres spiritual selanjutnya dijabarkan dengan lebih spesifik sebagai berikut :
1. Spiritual Pain
2. Pengasingan Diri (spiritual alienation)
3. Kecemasan (spiritual anxiety)
4. Rasa Bersalah (spiritual guilt)
5. Marah (spiritual anger)
6. Kehilangan (spiritual loss)
7. Putus Asa (spiritual despair)
3. Menyusun Rencana Keperawatan

 Pada fase rencana keperawatan, perawat membantu


pasien untuk mencapai tujuan yaitu memelihara atau
memulihkan kesejahteraan spiritual sehingga kepuasan
spiritual dapat terwujud.
Lanjutan...
 Rencanaan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan berdasarkan
NANDA meliputi :
1. Mengkaji adanya indikasi ketaatan pasien dalam beragama, mengkaji sumber-
sumber harapan dan kekuatan pasien, mendengarkan pendapat pasien tentang
hubungan spiritual dan kesehatan, memberikan privasi, waktu dan tempat bagi
pasien untuk melakukan praktek spiritual, menjelaskan pentingnya hubungan
dengan Tuhan, empati terhadap perasaan pasien, kolaborasi dengan pemuka
agama, meyakinkan pasien bahwa perawat selalu mendukung pasien.
2. Menggunakan pendekatan yang menenangkan pasien, menjelaskan
semua prosedur dan apa yang akan dirasakan pasien selama prosedur,
mendampingi pasien untuk memberikan rasa aman dan mengurangi rasa takut,
memberikan informasi tentang penyakit pasien, melibatkan keluarga untuk
mendampingi pasien, mengajarkan dan menganjurkan pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi, mendengarkan pasien dengan aktif, membantu
pasien mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan, mendorong pasien
untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, dan persepsi.
Lanjutan...

3. Membantu pasien untuk beradaptasi terhadap perubahan


atau ancaman dalam kehidupan, meningkatkan hubungan
interpersonal pasien, memberikan rasa aman.
4. Implementasi Keperawatan

 Membantu berdoa atau mendoakan pasien juga merupakan


salah satu tindakan keperawatan terkait spiritual Islam
pasien.
 Menurut Kozier et al, perawat perlu juga merujuk pasien
kepada pemuka agama. Rujukan mungkin diperlukan
ketika perawat membuat diagnosa distres spiritual,
perawat dan pemuka agama dapat bekerjasama untuk
memenuhi kebutuhan spiritual pasien.
5. Evaluasi

 perawat menilai bagaimana efek pada pasien dan keluarga


pasien dimana diharapkan ada efek yang positif terhadap
pasien dan keluarganya, misalnya pasien dan keluarganya
mengungkapkan bahwa kebutuhan spiritual mereka
terpenuhi, mengucapkan terimakasih karena sudah
menyediakan pemuka agama.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawat dalam
Pemberian Kebutuhan Spiritual

Ketidakmampuan perawat untuk Organisasi dan manajemen


berkomunikasi

Ambigu Hambatan ekonomi berupa kekurangan


perawat, kurangnya waktu, masalah
pendidikan

Kurangnya pengetahuan tentang Gender


spiritual care

Hal yang bersifat pribadi Pengalaman kerja


Takut melakukan kesalahan
EBP Pada Perawatan Paliatif Dalam Tinjauan
Agama

P : Pasien HIV/AIDS

I : Perawatan paliatif

C : Penanganan HIV/AIDS dalam kontribusi konseling islam

O : Mengetahui ke efektifitasan perawatan paliatif untuk peningkatan kualitas hidup

T : Awal terdiagnosis
Pembahasan Dalam Jurnal
konseling Islam yang dilakukan ditekankan pada tujuan mengajak pasien untuk
mendekatkan diri pada Allah, dan tidak menyesali perbuatan yang telah lalu.
Konselor justru mengajak pasien merepoduksi hidup dengan meningkatkan.
Konselor justru mengajak pasien merepoduksi hidup dengan meningkatkan ibadah
dan rajin mengikuti kegiatan keagamaan. Kemampuan pasien mendekatkan diri
kepada Allah dapat dibuktikan secara empirik.
konseling Islam yang dilakukan diarahkan pada peningkatan pengetahuan,
pemahaman dan pengamalan pasien HIV/AIDS terhadap ajaran Islam, seperti
mengakui kesalahan (taubatan nasuha), mendekatkan diri pada Allah, tekun salat,
dan menjalani kehidupan selanjutnya dengan lebih bermakna. Proses ini mampu
mengantarkan pasien mendapatkan kondisi psikologis positif, dan pada
perkembangannya mampu meningkatkan imunitas tubuh dengan meningkatnya
jumlah CD4. Dengan demikian pada akhirnya dapat dilihat bahwa konseling Islam
mampu meningkatkan kualitas hidup pasien terutama dalam menangani masalah
psiko-sosiospiritual pasien. Peningkatan kualitas hidup pasien inilah yang berarti
terwujudnya palliative care
Lanjuan...

Dengan demikian, konseling religius (Islam) bagi pasien HIV/AIDS


diarahkan pada pengembangan sikap dan ketahanan diri klien dalam
berjuang melawan penyakitnya, menumbuhkan kesabaran, ketabahan
dan keuletan klien untuk melakukan ikhtiar terbaik melawan penyakitnya
yang secara medis sulit disembuhkan, namun sikap dan ketahanan
dirinya lebih kuat dari penyakitnya itu sendiri. (Taufiq, 2005). Untuk
mencapai tujuan tersebut, konselor berusaha mengajak pasien
meningkatkan keimanan kepada Allah SWT dan tekun melaksanakan
ibadah sebagai cara yang efektif terjaga dari stres dan gangguan
psikologis negatif lainnya.
Kesimpulan

Palliative Care (Perawatan palliative) bertujuan meningkatkan kualitas hidup


pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah/penyakit yang
mengancam jiwa, melalui pencegahan, penilaian sempurna dan pengobatan rasa
sakit masalah, fisik, psikososial dan spiritual (Kemenkes RI Nomor 812, 2007).
Keperawatan Paliatif tidak hanya berfokuskan kepada keperawatan
pengelolaan keluhan nyeri, pengelolaan keluhan fisik lain, maupun pemberian
intervensi pada asuhan keperawatan, dukungan psikologis, dukungan social saja
tetapi kita tahu fungsi perawat sebelumya yaitu salah satunya adalah holistic
care pada kepe
rawatan palliative yaitu kultural dan spiritual, serta dukungan persiapan dan
selama masa duka cita (bereavement).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai