KEPERAWATAN KOMUNITAS
Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Keperawatan Komunitas
ini dengan baik.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Keperawatan Komunitas pada Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sukabumi. Dalam menyelesaikan laporan ini, kami banyak
mendapatkan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Yosep Purnairawan, S. Kep, Ners., M.Kep selaku dosen Keperawatan
Komunitas dan pembimbing dalam membuat Laporan Keperawatan
Komunitas
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari semua
pihak yang telah berkontribusi sehingga dapat dibuatnya Laporan Keperawatan
Komunitas ini. Akhir kata kami mengharapkan agar laporan ini dapat memenuhi
syarat yang di berikan oleh Koordinator Mata Ajar Keperawatan Komunitas, dan
dapat menjadi sumbangan pikiran bagi seluruh warga di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sukabumi pada khususnya dan untuk semua orang pada umumnya.
Kelompok IV
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 8
C. Tujuan 9
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Keperawatan Komunitas 11
B. Asuhan Keperawatan Komunitas 15
C. Konsep Siaga Aktif 19
D. Konsep Dasar Kesehatan Lingkungan 26
E. Konsep Lanjutan Usia 34
F. Konsep Gout Arthritis 44
BAB III ASKEP KOMUNITAS
A. Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas 52
B. Diagnosa Keperawatan 69
C. Perencanaan Keperawatan 74
D. Implementasi dan Evaluasi 87
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan 101
B. Saran 101
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan
1
2
sehat, perilaku hidup sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan
masyarakat secara optimal sehingga perilaku hidup sehat salah satu prioritas
peningkatan setiap tahunnya, tercatat jumlah lansia di dunia pada tahun 2015
terdapat 901 juta jiwa (12,3%) dan di Asia menempati jumlah tertinggi
penduduk lansia di dunia, tercatat jumlah lansia pada tahun 2015 terdapat 508
penurunan fungsi organ sehinga rentan terkena berbagai penyakit (Rizal &
Daeli, 2022).
Salah satu perubahan fisik yang dialami oleh lansia adalah penyakit asam
urat (Gout Arthrtits) yang merupakan nyeri sendi yang sangat menyakitkan
kadar asam urat di dalam tubuh. Sendi-sendi yang di serang terutama adalah
jari-jari kaki, dengkul, tumit, pergelangan tangan, jari tangan dan siku. Selain
meradang, panas dan kaku hingga penderita tidak dapat beraktivitas seperti
karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin
menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit (Miko, 2012).
sekitar 6,6% dan meningkat setiap tahunnya. Penyakit asam urat di perkirakan
4
terjadi pada 840 orang dari setiap 100.000 orang. Prevalensi penyakit asam urat
di indonesia terjadi pada usia dibawah 34 tahun sebesar 32% dan di atas 34
tahun sebesar 68%. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013,
sebesar 81% penderita asam urat di Indonesia hanya 24% yang pergi ke dokter,
Dampak nyeri asam urat yang dapat ditimbulkan pada lansia berupa
menurun nya kualitas hidup lansia karena nyeri yang mengganggu aktivitas
sehari – hari. Muncul keluhan pada sendi dimulai dengan rasa kaku atau pegal
pada pagi hari serta timbul rasa nyeri sendi pada malam hari. Nyeri tersebut
dapat diatasi salah satunya dengan terapi non farmakologi (Putri et al., 2017).
Terapi non farmakologis yang bisa menurunkan nyeri sendi pada asam
hypnosis diri, stimulasi kutaneus, dan relaksasi. (Zuriati, 2017). Salah satu
terapi non farmakologi yang bisa di gunakan adalah kompres hangat jahe.
Terapi ini salah satu terapi yang bisa menurunkan intensitas nyeri asam urat
pada lansia. Jahe salah satu tanaman herbal yang bisa di gunakan untuk terapi
non farmkologi, contoh nya adalah Jahe Merah. Jahe merah memiliki
kandungan air (81%), minyak atsiri (3.9%), dan ekstrak yang larut dalam
alcohol (9.93%), aroma sangat tajam, dan mempunyai rasa yang sangat pedas
sekitar 6,6% dan meningkat setiap tahunnya. Penyakit asam urat di perkirakan
terjadi pada 840 orang dari setiap 100.000 orang. Prevalensi penyakit asam
urat di indonesia terjadi pada usia dibawah 34 tahun sebesar 32% dan di atas 34
tahun sebesar 68%. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013,
sebesar 81% penderita asam urat di Indonesia hanya 24% yang pergi ke dokter,
Dampak nyeri asam urat yang dapat ditimbulkan pada lansia berupa
menurun nya kualitas hidup lansia karena nyeri yang mengganggu aktivitas
sehari – hari. Muncul keluhan pada sendi dimulai dengan rasa kaku atau pegal
pada pagi hari serta timbul rasa nyeri sendi pada malam hari. Nyeri tersebut
dapat diatasi salah satunya dengan terapi non farmakologi (Putri et al., 2017).
Terapi non farmakologis yang bisa menurunkan nyeri sendi pada asam
hypnosis diri, stimulasi kutaneus, dan relaksasi. (Zuriati, 2017). Salah satu
terapi non farmakologi yang bisa di gunakan adalah kompres hangat jahe.
Terapi ini salah satu terapi yang bisa menurunkan intensitas nyeri asam urat
pada lansia. Jahe salah satu tanaman herbal yang bisa di gunakan untuk terapi
non farmakologi, contoh nya adalah Jahe Merah. Jahe merah memiliki
kandungan air (81%), minyak atsiri (3.9%), dan ekstrak yang larut dalam
alcohol (9.93%), aroma sangat tajam, dan mempunyai rasa yang sangat pedas
Penelitian yang telah dilakukan oleh Senna pada tahun 2017, terapi
rasa pedas dari jahe segar, sedangkan shogaol merupakan senyawa rasa pedas
manfaat optimal untuk pembuatan terapi Jahe Merah yaitu tidak dimasak
flavanoiada dan saponin, dimana manfaat dari senyawa terebut yaitu sebagai
anti inflamsi, anti jamur, anti kanker hingga menguatkan sistem tubuh (Zuriati,
2017).
Cara melakukan dosis kompres jahe mudah untuk dilakukan. Dosis yang
kali selama 10-20 menit. (andi sifah, 2018), keunggulan terapi kompres hangat
jahe merah dengan jahe yang lain nya adalah jahe merah mempunyai zat
senyawa zingeron yang dapat mengeluarkan rasa panas yang sangat membantu
untuk meredakan nyeri asam urat pada lansia (Santoso, 2013, dalam Henny
Syapitri, 2018).
yang telah dilakukan oleh Yulanda pada bulan Agustus 2019, Metode
7
penelitian ini menggunakan quasy eksperimental dengan desain one group pre
–test dan post-test dengan jumlah sampel 21 responden dengan teknik sampling
responden sebelum diberikan kompres hangat jahe sebesar 6,14 (nyeri sedang),
namun setelah diberikan kompres hangat jahe rata-rata skala nyeri responden
sebesar 3,29 (nyeri ringan). Hasil penelitian dengan uji Paired T-test
kompres hangat jahe terhadap perubahan skala nyeri sendi asam urat (gout)
Lembursitu akan menambah angka kesakitan pada lansia. Salah satunya yaitu
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
Sukabumi.
komunitas
C. Manfaat
1. Manfaat Keilmuan
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Masyarakat
b. Bagi Mahasiswa
TINJAUAN PUSTAKA
saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai minat dan interest yang umum
Nursing) pertama kali dikenal sejak tahun 1970 yang merupakan kelanjutan
52
53
terjadi alih peran sehingga peran perawat yang lebih banyak berangsur-angsur
seperti berikut:
Gambar 2.1 Lingkaran dinamis proses keperawatan (Depkes RI, 1992, h.20)
serta masyarakat didalamnya akan meningkat oleh karena itu, dalam proses
masyarakat.
kesehatan.
menghadapi stressor.
1999).
Model tersebut membuktikan ada hubungan yang sinergi dan setara antara
56
demografi, jenis rumah tangga, vital statistik, value, belief, religion dan
1. Pengkajian
yaitu terdiri dari inti komunitas yang meliputi demografi, populasi, nilai-
potensial.
Keterangan huruf:
D = risiko terjadi
E = risiko parah
F = minat masyarakat
H= tempat
I= dana
J = waktu
K= fasilitas
L= petugas
Keterangan angka:
1=Sangat rendah
2= Rendah
3= Cukup
4= Tinggi
5=Sangat tinggi
3. Perencanaan
evaluasi.
59
4. Pelaksanaan
a. Pencegahan Primer
b. Pencegahan Sekunder
c. Pencegahan Tersier
5. Evaluasi
yang diharapkan. Evaluasi terdiri dari tiga yaitu evaluasi struktur, evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi,
peserta.
masyarakat puas.
intervensi
1. Pengertian
KLB secara mandiri (Ns. Mia Fatma Ekasari, S.kep dkk). Inti dari
menjalani proses.
informasi.
RW sebagai RW Siaga.
4. Sasaran RW Siaga
a. Sasaran Pemberdayaan
63
individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi
agama (TOAG) tokoh perempuan dan pemuda, para kader serta petugas
kesehatan.
c. Sasaran Advokasi
camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur dan stakeholders lainnya.
berbasismasyarakat.
8. Strata RW Siaga
setempat.
setempat.
menggambarkan masalah.
penyebabnya
masalahnya.
Kelurahan, Ketua RW, BPD dan badan lain yang ada di Kelurahan,
1. Definisi Lingkungan
dapat ditingkatkan.
c. Pencegahan kebisingan
d. Mencegah kecelakaan
vektor
h. Pengelolaan kepariwisataan
j. Pengelolaan pelabuhan
Lebih lanjut pada Pasal 163 ayat (3) UU No. 36 tahun 2009
a. Limbah Cair
b. Limbah Padat
c. Limbah Gas
ditetapkan pemerintah
Kemudian, pada Pasal 163 ayat (2) UU No. 36 tahun 2009 tentang
a. Lingkungan Pemukiman
b. Tempat kerja
c. Tempat rekreasi
lain :
a. Air Bersih
berwarna
b. Pembuangan Kotoran/Tinja
6) Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap
dipandang
tidak mahal.
c. Kesehatan Pemukiman
rumah
tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,
d. Pembuangan Sampah
2) Penyimpanan sampah
4) Pengangkutan
5) Pembuangan
efisien.
bakteri penyebab.
restoran, rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh
makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan
g. Pencemaran Lingkungan
dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out door air pollution.
serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi
adalah 12,5 kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang
sosial ekonominya. Tidak hanya itu bertambahnya usia pada lansia maka
tidak menular banyak terjadi pada lansia. Penyakit tidak menular yang
dalam Nursanti,2018).
76
akhir kehidupannya. Pada kelompok lanjut usia ini terjadi proses penuaan
dari suatu proses kehidupan yang akan dijalani semua individu, ditandai
atas. Lansia merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan dan setiap
2. Teori penuaan
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan serta sistem organ.
kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya berpengaruh pada ekonomi
dan sosial lansia. Sehingga secara umum berpengaruh pada activity day
organ sehinga rentan terkena berbagai penyakit. (Potter & Perry, 2010
3. Teori biologis
78
c) Teori imunologi
dan tidak normal, dan akibatnya antibodi menyerang kedua jenis sel
d) Teori Stres
4. Teori psikososial
penuaannya
a) Perubahan fisik
1) Sistem kardiovaskuler
2) Sistem pernafasan
3) Sistem integumen
4) Sistem reproduksi
81
5) Sistem muskuloskeletal
b) Kartilago
82
c) Tulang
d) Otot
e) Sendi
dalam beraktifitas.
6) Sistem perkemihan
sering pada pria lanjut usia (Potter & Perry, 2010 dalam Puspita,
2018).
7) Sistem gastrointestinal
84
Puspita, 2018).
8) Sistem neurologis
tumit, jari kaki, siku, lutut dan pergelangan tanggan. Rasa sakit atas
Asam urat adalah zat hasil metabolisme purin dalam tubuh yang
asam urat secara seimbang sehingga terjadi kelebihan kadar asam urat
dalam darah. Kelebihan zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan
sendiri dalam bentuk kristal (Safitri, 2012 dalam Palupi dkk, 2018)
2. Etiologi.
86
yang bertamabah
polisitemiavera, mielofibrosis.
diketahui
pada wanita yang sudah memasuki masa menopause yaitu usia 45-
penurunan. Pada usia seperti ini penyakit gout lebih banyak terjadi.
semakin tinggi.
tinggi.
melalui urin.
a. Gejala Klinis
b. Gangguan Akut
a) Nyeri hebat
c) Sakit kepala
d) Demam
c. Gangguan Kronis
a) Serangan akut
5. Pencegahan.
a. Pembatasan purin.
b. Tinggi karbohidrat
c. Rendah lemak
sebaiknya dihindari.
6. Patofisiologi
asam urat serum, meninggi ataupun menurun. Pada kadar asam urat
mg/dl. Pada PH 7 atau lebih asam urat ada dalam bentuk monosodium
urat. Endapan terjadi pada permukaan atau pada rawan sendi atau pada
pirai terutama gout akut, reaksi ini reaksi pertahanan tubuh non
magrofaq, netrofil dan sel radang lain juga teraktivasi, yang akan
7. Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologi
a) Allopurinol
b) Urikosurik
c) Kolkisin
a) kompres hangat
b) distraksi
c) relaksasi
8. Komplikasi
pada ginjal. Komplikasi berikutnya yaitu gagal ginjal akut akibat dari
ketika berkaitan dengan kelemahan eksresi asam urat oleh ginjal yang
ginjal
3. Hipertensi ringan
4. Proteinuria
5. Hiperlidipemia
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGREGAT LANSIA
DENGAN ASAM URAT DI RW 17 KELURAHAN LEMBURSITU
KECAMATAN LEMBURSITU KOTA SUKABUMI
a. Sejarah
b. Tipe Keluarga
(The nuclear family), The dyad family, Keluarga usila, The single-
c. Status Perkawinan
Status Pernikahan
12% ; 555% ; 22
30% ; 136
52% ; 239
ada nilai dan keyakinan yang bertentangan dengan kesehatan baik ritual
e. Agama
Masjid Al-Ikhlas.
f. Demografi
1) Pemetaan Wilayah
95
67 RT.
berikut :
96
a) Komposisi Penduduk
55 KK.
b) Umur Penduduk
g. Statistik Vital
98
sebanyak 0 orang.
a. Lingkungan Fisik
dijangkau oleh warga karena adanya puskesmas dan jarak cukup dekat
c. Ekonomi
1) Jenis Pekerjaan di RW 17
2 Pedagang 58 12,83
3 PNS 10 2,21
4 IRT 96 21,24
5 Petani 67 14,85
6 Guru 10 2,21
7 Tidak Bekerja 68 15,3
8 Pensiun 10 2,21
Jumlah 452 100
2) Penghasilan Keluarga
sebanyak 23 KK.
sistem keamanannya, hal ini terlihat dari adanya pos ronda yang ada di
mobil.
berbeda-beda dan poster paslon pun beragam jika sudah mulai musim
101
f. Komunikasi
g. Pendidikan
1) Jenis Pendidikan
PENDIDIKAN
TI D AK SEK OL AH 34
SD 195
SMP 47
SMA 137
P er gu r u an Ti n ggi 39
dari Sekolah Dasar Negeri, MTS, SMP, SMK, STM, PAUD, dan
TK.
h. Rekreasi
4. Pengumpulan Data
a) Tempat Yankes
YANKES
216
95
56 59
26
b) Jarak Yankes
104
JARAK YANKES
< 1 Km
PUSKESMAS RSUD
> 1 Km
sebanyak 26 orang.
TRANSPORTASI
motor mobil
sebanyak 10,8%.
a) Jenis Tanaman
b) Jenis Hewan
jenis ternak ayam yaitu sebanyak 250 ekor dan sebagian kecil
3) Lingkungan Buatan
a) Sarana Olahraga
b) Sarana Rekreasi
c) Lingkungan Pemukiman
4) Status ekonomi
Penghasilan Keluarga :
sebanyak 23 KK.
Kemampuan Membaca
100%
Sukabumi.
1) Sistem Kesehatan
a) Tempat Yankes
Keaktifan Kader
20% ; 2
80%; 3
6%
33%
50%
11%
2) Sistem Ekonomi
a) Mata Pencaharian
3) Sistem Politik
dan kepala RT), dan cara pemilihan tokoh masyarakat formal yaitu
5) Sistem Keagamaan
6) Sistem Legal
7) Keamanan
yaitu Pos ronda yang diakan setiap hari dan sesuai dengan jadwal
B. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
DO :
- Sebagian besar lansia di
RW 17 mempunyai
penyakit asam urat
- Sebagian besar
Masyarakat yang berjenis
kelamin laki-laki merokok
- Sebagian besar
Masyarakat merokok
didalam rumah
2
1
No
kesehatan
Perilaku Kesehatan
Cenderung Beresiko
Komunitas
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan manajemen
1
2
Kesadaran
akan masalah
Motivasi
2. Skoring Masalah Keperawatan Komunitas
1
2
untuk
menyelesaika
n masalah
Kemampuan
72
perawat
2
2
dalam
menyelesaika
n masalah
Ketersediaan
ahli/ pihak
2
2
terkait
penyelesaian
masalah
Tabel 3. Skoring Masalah Keperawatan Komunitas
Dampak jika
3
2
masalah tidak
terselesaikan
Mempercepat
penyelesaian
1
2
masalah
dengan solusi
penyelesaian
masalah
10
12
Jumlah
No Kriteria Skor
Total : 9
PRIORITAS DIAGNOSA
73
74
C. Perencanaan Keperawatan
74
75
Level 1 : Domain 1 :
TERSIER Fisiolofis : Dasar
Level 1 : Domain 7 :
Kesehatan Komunitas Level 2 : Kelas E
Peningkatan kenyamanan
Level 2 : Kelas BB : fisik
Kesejahteraan Komunitas
Level 3 : Intervensi
2801 Level 3 : Outcomes : Relaksasi otot progresif
Kontrol Risiko Komunitas : 1. Pilih seting lingkungan
Penyakit Kronik yang tenang dan nyaman
280103 1. Ketersediaan program pendidikan 2. Siapkan tindakan-tindakan
manajemen penyakit kronis sendiri pencegahan dalam
280106 2. Proporsi tingkat partisipasi dalam mengatasi interupsi
program pendidikan manajemen 3. Dudukan pasien di kursi
peyakit kronis sendiri malas, atau yang kursi lain
280107 3. Ketersediaan layanan kesehatan untuk menciptakan
untuk mengobati penyakit kronis kenyamanan
280118 4. Penyediaan pelayanan kesehatan 4. Intruksikan pasien untuk
sesuai populasi target memakai pakaian yang
280119 5. Pemantauan insiden penyakit nyaman dan tidak ketat
kronis 5. Skrining terhadap kondisi
280122 6. Pemantauan kematian akibat tegangan otot mungkin
penyakit kronis menyebabkan adanya
280123 7. Pemantauan komplikasi penyakit cedera fisiologis, dan
kronis modifikasi teknik tersebut
280111 8. Kepatuhan standar nasional untuk dengan tepat
pencegahan dan penanganan 6. Regangkan otot kelompok
penyakit kronis lebih dari 5 detik untuk
78
menghindari kram
7. Intruksikan pasien untuk
berfokus pada sensasi yang
rileks
8. Cek pasien secara periode
dalam rangka menjamin
agar kelompok otot
menjadi rileks
9. Tegangkan kelompok oto
pasien lagi, jika relaksasi
tidak terjadi
10. Monitor indicator akan
tidak adanya kondisi rileks
11. Intruksikan pada pasien
untuk bernafas dalam dan
pelan serta
menghembuskan nafas dan
melepaskan ketenggangan
12. Kembangkan pola rileks
yang bersifat personal yang
membuat pasien untuk
tetap focus dan merasa
nyaman
13. Akhiri sesi rileks secara
berangsur
14. Berikan waktu bagi pasien
untuk mengekspresikan
perasaan terkait dengan
intervensi
15. Dukung pasien untuk
mempraktekkan sesi secara
79
teratur.
POA
87
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
kerjasama dan feedback yang dilakukan dari tim kesehatan dan masyarakatnya itu
sendiri. Masyarakat harus ikut andil serta dalam mewujudkan masyarakat yang sehat
kesehatan. Masyarakat cenderung dipandang sebagai obyek atau reservoir dan tidak
diperlakukan sebagai subyek pelaksana sehingga masyarakat hanya bisa menerima dan
beranggapan bahwa upaya kesehatan mutlak hanya tanggung jawab tim kesehatan saja.
89
DAFTAR PUSTAKA
Palu, S. W. N. (2018). Hubungan Pola Makan Dengan Terjadinya Penyakit Gout (Asam Urat)
Miko, A. (2012). Isu-Isu , Teori Dan Penelitian Penduduk Lansia. Sosiologi Andalas, XII(2),
43–58.
Pradyka. (2019). Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada
Lanjut Usia. Pro Ners, 53(9), 1689–1699.
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/download/
34471/75676582292
Putri, S. Q. D., Rahmayanti, D., & Diani, N. (2017). Pengaruh Pemberian Kompres Jahe
Terhadap Intensitas Nyeri Gout Artritis Pada Lansia Di Pstw Budi Sejahtera Kalimantan
Selatan. Dunia Keperawatan, 5(2), 90. https://doi.org/10.20527/dk.v5i2.4112
Rizal, A., & Daeli, W. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gout Arthritis.
Open Access Jakarta Journal of Health Sciences, 1(4), 129–132.
https://doi.org/10.53801/oajjhs.v1i4.14