Disusun Oleh :
Kelompok IV
Amelia 1022032004
Buhori 1022032009
Deasyvia Romadona 1022032013
Dwi Apri 1022032017
Farhan Rifaldi 1022032021
Jajang 1022032025
Linda Dwi Indriyani 1022032029
Luvi Hapysari 1022032032
Maya Kusmayanti 1022032034
Nurlelah 1022032042
Resa Rizki Firdaus 1022032046
Rita Ines Respati 1022032050
Siti Nur Syamsiah 1022032054
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Komunitas
II yang berjudul “Tinjauan Asuhan Keperawatan Pada Kelompok Khusus (Resiko
Tinggi) Agregat Lansia” tepat pada waktunya.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada bapak Dedih Nuryatna, S.Kp.,
M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Komunitas II yang
telah membimbing, mengarahkan serta memotivasi sehingga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang penyusun tekuni.
Penyusun juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
pengetahuannya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah yang dibuat jauh dari kata sempurna karena
adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, semua
kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang
hati. Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II TINJAUAN KONSEP 3
A. Konsep Lansia 3
B. Permasalahan Kesehatan Pada Lansia 5
C. Program Kesehatan Pada Lansia 7
D. Promosi Kesehatan Pada Lansia 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK LANSIA 10
A. Pengkajian 10
B. Diagnosa Keperawatan12
C. Rencana Intervensi 13
D. Implementasi 17
E. Evaluasi 21
BAB IV PEMBAHASAN 23
BAB V KESIMPULAN 26
A. Kesimpulan 26
B. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka
kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini
berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia dan
meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.
Perawatan didalam kesehatan merupakan suatu lapangan khusus di bidang
kesehatan. Oleh karena itu, perawat kesehatan ditujukan kepada individu,
keluarga, dan kelompok melalui upaya peningkatan kesehatan, meliputi
pemeliharaan kesehatan, penyuluhan, kesehatan, koordinasi, dan pelayanan
keperawatan berkelanjutan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif.
Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat
sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Dalam
sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup penduduk Indonesia
rata-rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Perhatian
pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat. GBHN 1993
mengamanatkan agar lansia yang masih produktif dan mandiri diberi
kesempatan berperan aktif dalam pembangunan. Pemerintah juga menetapkan
tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia Nasional, sedang DPR menerbitkan UU
No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia.
Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita
golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan segmen
populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas
dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi lain. Disamping itu, oleh
karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen populasi ini selalu
membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.
Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi
keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang
1
spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut
usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang.
Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas
Gerontologic Nursing (gerontic nursing) dan Geriatric Nursing sesuai
keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic Nurse atau
perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan
keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan
Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan
dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat
geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari
satu macam penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah
psikologik maupun sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Lansia ?
2. Apa Permasalahan Kesehatan Pada Lansia ?
3. Bagaimana Program Kesehatan Pada Lansia ?
4. Bagaimana Promosi Kesehatan Pada Lansia ?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Agregat Lansia ?
(Pengkajian, Diagnosis, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi)
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Tentang Lansia
2. Mengetahui Permasalahan Kesehatan Pada Lansia
3. Mengetahui Program Kesehatan Pada Lansia
4. Mengetahui Promosi Kesehatan Pada Lansia
5. Mengetahui Asuhan Keperawaan Komunitas Pada Agregat Lansia,
(Pengkajian, Diagnosis, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi)
2
BAB II
TINJAUAN KONSEP
A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres
fisiologis (Effendi, 2009). Lansia adalah seseorang yang telah berusia
>60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkash sendiri untuk memenuhi
kebutuhan hiduonya sehari-hari (Ratnawati, 2017)
2. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :
a. Young old (usia 60-69 tahun)
b. Middle age old (usia 70-79 tahun)
c. Old-old (usia 80-89 tahun)
d. Very old-old (usia 90 tahun keatas)
Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai
berikut:
a. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia
60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/jasa.
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
3
3. Perubahan Kesehatan Pada Lansia
Menurut Potter & Perry (2009) proses menua mengakibatkan terjadinya
banyak perubahan pada lansia yang meliputi :
a. Perubahan Fisiologis
Memahami kesehatan lansia biasanya bergantung pada persepsi
pribadi tentang bagaimana tubuh mereka dapat berfungsi. Lansia
yang memiliki jadwal atau rutinitas harian cenderung menganggap
diri mereka sehat, sedangkan lansia yang memiliki gangguan fisik,
emosional, atau sosial yang menghalangi mereka untuk berfungsi
cenderung menganggap diri mereka sakit. Perubahan fisiologis pada
lansia antara lain kulit kering, rambut menipis, gangguan
pendengaran, refleks batuk berkurang, keluarnya lendir, curah
jantung berkurang, dll. Perubahan tersebut tidak bersifat patologis,
namun dapat membuat lansia lebih rentan terhadap berbagai
penyakit. Seiring bertambahnya usia, tubuh terus berubah,
dipengaruhi oleh kesehatan, gaya hidup, stres dan lingkungan.
b. Perubahan Fungsional
Fungsi lansia meliputi ranah fisik, psikososial, kognitif, dan sosial.
Penurunan fungsi pada lansia biasanya berkaitan dengan kondisi dan
tingkat keparahannya, yang mempengaruhi kemampuan fungsional
dan kesejahteraan lansia. Status fungsional lanjut usia mengacu pada
kemampuan dan perilaku aman dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
(ADL). ADL sangat penting dalam menentukan kemandirian lansia.
Perubahan tingkat ADL yang tiba-tiba adalah tanda penyakit akut
atau masalah kesehatan yang memburuk.
c. Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologi otak (penurunan jumlah sel dan
kadar neurotransmitter) yang menyertai penurunan kognitif terjadi
pada orang tua dengan atau tanpa penurunan kognitif. Gejala
penurunan kognitif, seperti disorientasi, kehilangan kemampuan
4
bahasa dan berhitung, dan penilaian yang buruk, bukanlah bagian
dari proses penuaan yang normal.
d. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial yang terjadi selama proses penuaan meliputi
proses transformasi hidup dan kehilangan. Semakin tua seseorang,
semakin banyak transisi dan kerugian yang harus dia terima.
Perubahan hidup yang paling sering dibentuk oleh pengalaman
kehilangan antara lain pensiun dan perubahan situasi keuangan,
perubahan peran dan hubungan, perubahan kesehatan, perubahan
fungsi dan perubahan jaringan sosial.
4. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Ericksson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau penyesuaian
diri terhadap perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh
kembang pada tahap sebelumnya.
Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapakan diri untuk kondisi yang menurun
b. Mempersiapkan diri untuk pension
c. Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusianya
d. Mempersiapkan kehidupan baru
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan keluarga sosial/
masyarakat secara santai
f. Mempersiapkan diri untuk kematian dan kematian pasangan (Dewi.
SR, 2014)
5
perkembangan gejala Alzheimer bervariasi dari orang ke orang dan
tergantung pada individu. Namun, biasanya gejala berkembang perlahan
selama beberapa tahun. Menurut Lika, rata-rata pasien Alzheimer hanya
bisa hidup 8-10 tahun setelah terdiagnosis, namun pada kondisi tertentu
pasien bisa hidup lebih lama jika dikenali dan ditangani dengan cepat.
Penyakit ini memiliki beberapa tahapan dan biasanya dimulai dengan
kehilangan ingatan ringan, mis. mudah melupakan kejadian baru-baru
ini. Pasien atau orang yang mereka cintai seringkali tidak mengenali
gejala awal ini. Lambat laun, gejala lain muncul, seperti sering terlihat
bingung, sulit berkomunikasi dan merespons orang di sekitar, gangguan
kecemasan dan perubahan suasana hati yang dramatis, bahkan
ketidakmampuan melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain.
2. Osteoporosis
Masalah osteoporosis pada lansia erat kaitannya dengan berkurangnya
produksi beberapa hormon pengatur pergantian tulang, seperti kalsitonin
dan hormon seks. Produksi beberapa hormon ini menurun seiring
bertambahnya usia, hanya produksi beberapa osteoblas, yang
memungkinkan pembentukan tulang, melemaskan fungsinya saat
seseorang menginjak usia 50 tahun, disertai testosteron pada usia 48-52.
Masalah besar juga muncul ketika keseimbangan antara kedua proses ini
terganggu, seperti halnya osteoporosis. Pada osteoporosis, proses
demineralisasi selalu lebih cepat daripada proses mineralisasi. Risikonya
adalah pengeroposan tulang. Tulang kehilangan banyak massa, sehingga
kekuatannya menurun drastis. Tentu saja, kondisi ini tidak bisa
diabaikan begitu saja, penurunan kepadatan tulang hingga sepersepuluh
meningkatkan risiko patah tulang dua hingga tiga kali lipat. Jika kondisi
ini dibiarkan, maka sulit untuk menghindari risiko patah tulang. Proses
ketidakseimbangan dapat terjadi secara alami, misalnya karena usia,
menopause, ketidakseimbangan hormon, dan aktivitas tubuh yang tidak
aktif. (Ningsih & Lukman, 2017)
6
3. Hipertensi
Faktor usia memiliki pengaruh penting terhadap tekanan darah karena
risiko tekanan darah tinggi meningkat seiring bertambahnya usia. Ini
sering disebabkan oleh perubahan alami dalam tubuh yang memengaruhi
jantung, pembuluh darah, dan hormon.
4. Asam Urat
Asam urat merupakan penyakit yang menyerang persendian dan jaringan
tulang oleh penumpukan kristal asam urat sehingga menimbulkan
peradangan. Gout adalah penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat
dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat,
pembuangannya melalui ginjal yang menurun, atau akibat peningkatan
asupan makanan kaya purin. Gout terjadi ketika cairan tubuh sangat
jenuh akan asam urat karena kadarnya yang tinggi (Zahara, 2013).
7
lainnya. Selain itu, bagi lansia, Posyandu mendorong lansia untuk aktif dan
mengembangkan bakatnya.
8
menaiki tangga) dikombinasikan dengan latihan kekuatan dan latihan
keseimbangan akan menghasilkan efek pencegahan yang optimal. Berenang,
bersepeda, dan latihan aerobik lainnya memberikan manfaat kardiovaskular
tetapi tidak selalu memberikan manfaat pada kesehatan tulang.
Promosi kesehatan pada lansia untuk penyakit hipertensi adalah edukasi dan
promosi kesehatan pada pasien hipertensi yang utama adalah terkait pola
kehidupan sehari-hari. pengendalian faktor risiko hipertensi mencakup lima
hal utama yaitu menyeimbangkan gizi, menghindari rokok, menghindari stres,
mengawasi tekanan darah dan berolahraga secara teratur. Indikator utama
untuk menilai keberhasilan pengendalian faktor risiko hipertensi mencakup
adanya pengaturan diet yang tepat, mampu meminimalisir stresor yang terjadi
dalam hidup dan menunjukkan tekanan darah yang normal pada saat
pemeriksaan kesehatan.
Promosi kesehatan pada lansia untuk penyakit asam urat adalah edukasi dan
promosi kesehatan pada pasien asam urat yang utama adalah terkait pola
kehidupan sehari-hari. Asam urat merupakan penyakit yang menyerang
persendian dan jaringan tulang oleh penumpukan kristal asam urat sehingga
menimbulkan peradangan. Gout adalah penyakit dimana terjadi penumpukan
asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang
meningkat, pembuangannya melalui ginjal yang menurun, atau akibat
peningkatan asupan makanan kaya purin. Gout terjadi ketika cairan tubuh
sangat jenuh akan asam urat karena kadarnya yang tinggi. Diit yang baik
untuk mencegah asam urat dengan cara menghindari atau mengurangi
makanan yang tinggi kadar asam urat, diantaranya: Makanan yang memiliki
zat purin tinggi yaitu, daging merah, seafood, anggur, kacang-kacangan, ragi,
teh dan kopi, sayuran hijau (bayam), kembang kol. Mengkonsumsi makanan
yang rendah purin, macam-macam sayuran (jamur, kubis, asparagus, ceri,
buncis, selada, lobak, jagung, kentang, wortel), buah-buahan (apel, pisang,
jeruk, dan melon), kacang tanah, keju, pasta dan telur. Memeriksa kesehatan
terutama kesehatan sendi dan tulang.
9
BAB III
10
Mayoritas beragama islam dan beberapa diantaranya beragama
nasrani
2. Data Sub-sistem
a) Lingkungan fisik
1) Kualitas udara = Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia
beriklim sejuk atau panas, apakah terdapat polusi udara yang
dapat mengganggu pernafasan warga atau tidak.
2) Kualitas air = sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, keadaan saluran air disekitar rumah.
3) Tingkat kebisingannya = adanya sumber suara /bising yang dapat
mengganggu keadaan lansia, contohnya seperti pabrik.
4) Jarak antar rumah/kepadatan = Jarak antar rumah satu dengan
yang lainnya, apakah saling berdempetan.
b) Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana
pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
warga
c) Keamananan dan transportasi
Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling,
satpam atau polisi. apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress
atau tidak. sarana transportasi yang digunakan warga untuk
mobilisasi sehari menggunakan kendaraan umum atau kendaraan
pribadi.
d) Politik
Kebijakan pemerintahan Kebijakan yang ada didaerah tersebut
apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas
mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
e) Pelayanan sosial dan kesehatan
Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas,
balai pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau
11
merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi serta
karakteristik pemakaian fasilitas pelayanan kesehatan.
f) Komunikasi
sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas
tersebut untuk saling berkomunikasi antar warga atau untuk
mendapatkan informasi dari luar misalnya televisi, radio, koran, atau
leaflet yang diberikan kepada komunitas.
g) Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja
atau tidak, bagaimana dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
h) Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya
terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan
komunitas untuk mengurangi stress
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Kronis
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Kesiapan Peningkatan Pengetahuan
12
C. Rencana Intervensi
Kriteria Hasil/Tujuan Intervensi
Diagnosa Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
ketika klien beristirahat, nyeri (Sumber SLKI Hal 145) - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
tidak menyebar, nyeri dirasakan mengurangi rasa nyeri (kompres hangat, teknik
seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri relaksasi nafas dalam )
7, nyeri dirasakan hilang timbul - Fasilitasi istirahat dan tidur
kurang lebih 5 menit. Edukasi:
13
- Klien tampak meringis Kolaborasi:
- TD : 130/80 mmHg - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
- N : 84 x/menit
- R: 21 x/menit
( Sumber, SIKI Hal 201)
- S : 36,4 0C
- Asam urat : 9,4 mg/dL
14
4 4 - Fasilitasi melakukan pergerakan
- Klien terlihat berjalan lambat. (Sumber SLKI Hal 65) - Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
- Asam urat : 9,4 mg/dL
Edukasi:
(Sumber, SDKI Hal 124) - Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
15
yang dihadapi menurun penyakit asam urat)
(Sumber, SDKI Hal 251) - Persepsi yang keliru terhadap - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
masalah menurun
kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
(Sumber, SKLI Hal 146 )
Edukasi :
16
D. Implementasi
No. Tanggal
Implementasi Paraf
Diagnosa Jam
1 2 Juli 2023 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
09.00 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- R/S : Klien mengatakan
mengeluh nyeri di daerah lutut
dan jari-jari kaki kanan dan kiri,
nyeri tidak menyebar, nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk,
nyeri dirasakan hilang timbul
kurang lebih 5 menit.
- R/O : Pasien tampak meringis
17
- R/O : Klien tampak lebih baik
18
Memonitoring kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
- R/S : -
- R/O : Keadaan umum sedang,
kesadaran composmentis.
19
bertanya
- R/S :
- R/O : Klien tampak
memahami penjelasan
penyuluhan kesehatan terkait
penyakit asam urat.
Menjelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
- R/S :
- R/O : Klien tampak
memahami penjelasan
penyuluhan kesehatan terkait
factor resiko penyakit asam
urat.
Mengajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan (tentang penyuluhan
kesehatan penyakit asam urat)
- R/S : Klien mengatakan akan
menerapkan terkait
penyuluhan penyakit asam
urat dalam hal pencegahan
asam urat, diet asam urat.
- R/O : Klien tampak mengerti
penyuluhan kesehatan terkait
penyakit asam urat.
E. Evaluasi
No. Tanggal Evaluasi Paraf
Diagnos Jam
20
a
1 2 Juli 2023 S : Klien mengatakan nyeri
12.30 berkurang, skala nyeri 6
O : K/U sedang, kesadaran :
composmentis, klien masih
tampak meringis, TD : 130/80
mmHg, N: 84 x /menit, R : 21 x/
menit S: 36,4 oC, asam urat 9,4
mg/dL
A : Masalah nyeri kronis belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan :
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(kompres hangat, teknik
relaksasi nafas dalam)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Kolaborasi pemberian obat
penurun asam urat (Allopurinol
3 x 100 mg).
2 2 Juli 2023 S : Klien mengatakan akan menerapkan
12.45 latihan ROM untuk meningkatkan
kekuatan pergerakan otot kaki
kanan dan kiri
Kekuatan otot
5 5
4 4
P : Intervensi dilanjutkan :
- Identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik
21
melakukan pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan
tekangan darah sebelum
memulai mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
- Fasilitasi melakukan pergerakan
ROM
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
P : Intervensi dihentikan.
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Hasil perolehan pembahasan yang didapatkan dari teori dan asuhan keperawatan
yang sudah disusun diketahui bahwa proses penuaan (Aging Process)
menimbulkan masalah kesehatan pada lansia yang ditandai dengan terjadinya
perubahanperubahan fisiologis sistim organ akibat proses degeneratif dan
penurunan sistim imun yang terjadi pada usia lanjut. Masalah kesehatan yang
sering timbul akibat proses penuaan adalah seperti: Penurunan Intelektual/
Dementia (Intellectual Impairment), Kurangnya Aktivitas Fisik (Immobility),
Berdiri dan berjalan tidak stabil (Instability), Penurunan daya tahan (Immune
Deffisiency). Salah satu masalah yang sering didapatkan pada lansia adalah Asam
Urat/Gout (Atritis). Atritis merupakan penyakit yang menyerang persendian dan
jaringan tulang oleh penumpukan kristal asam urat sehingga menimbulkan
peradangan, penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat
produksi yang meningkat, pembuangannya melalui ginjal yang menurun, atau
akibat peningkatan asupan makanan kaya purin. Gout terjadi ketika cairan tubuh
sangat jenuh akan asam urat karena kadarnya yang tinggi. Tindakan keperawatan
yang telah disusun untuk mengatasi masalah Asam Urat pada lansia dengan
melakukan prosedur keperawatan meliputi: pengkajian, menegakan diagnosa
keperawatan yang sesuai dengan kasus yang diangkat, menyusun intervensi,
implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian asuhan keperawatan komunitas agregat lansia,
pengkajian meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi tubuh, dan situasi
sosial. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian untuk etiologi fisiologis,
psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental pada lanjut usia
yang dirawat. asuhan keperawatan pengkajian secara umum meliputi inti
komunitas yaitu penduduk serta delapan subsistem yang mempengaruhinya.
inti komunitas, perlu dikaji tentang pendidikan, pekerjaan, agama, keyakinan.
23
Berikut data inti seperti demografi dan data sub-sistem seperti lingkungan,
pendidikan dan ekonomi.
B. Diagnosa Keperawaran
Diagnosa yang diambil pada asuhan keperawatan adalah :
1. Nyeri Kronis
Pengalaman sensoris yang berhubungan dengan adanya kerusakan
jaringan aktualis ataupun fungsionalis dengan waktu timbul secara tiba-
tiba ataupun relative lama yang diderita selama 3 bulan lebih (Tim Pokja
SDKI, DPP, 2017). Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan
jaringan actual atau potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakaan. Nyeri kronis dijadikan diagnose utama karena apabila nyeri
tidak segera diatasi pasien akan terus menerus tidak bisa melakukan
aktifitasnya.Intervensi keperwatan pada pasien nyeri kronis akan
dijabarkan secara rasional oleh penulis dengan langkah utama berupa
manajemen nyeri yang rasionalnya untuk mengetahui karakteristik nyeri
yang dirasakan oleh klien, seperti waktu terjadinya nyeri, faktor yang
memperberat nyeri, dan lamanya nyeri.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
Keterbatasan dalam gerak tubuh yang tidak bisa dilakukan secara
mandiri merupakan pengertian dari gangguan mobilitas fisik (Tim Pokja
SDKI, DPP, 2017). Pada diagnose mengangkat diagnose mobilitas fisik
karena pasien tidak mampu melakukan aktifitas sehari-harinya
dikarenakan ada rasa nyeri berlebih pada kaki kananya, dan ada
beberapa tanda mayor dan minor menurut SDKI seperti nyeri saat
bergerak, merasa cemas saat bergerak, dan enggan melakukan
pergerakan.
3. Kesiapan Peningkatan Pengetahuan
Pentingnya memberikan informasi mengenai hal-hal yang perlu
diketahui oleh lansia. Perkembangan informasi kognitif yang
24
berhubungan dengan topik spesifik cukup untuk memenuhi tujuan
kesehatan dan dapat ditingkatkan.
C. Intervensi
Intervensi keperawatan yang ditetapkan sesuai pada Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. Intervensi yang diberikan meliputi : manajemen
nyeri, dukungan mobilisasi dan edukasi kesehatan
D. Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan yang sudah ada pada
intervensi yang telah ditentukan sebelumnya.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan pada setiap diagnosa keperawatan yang
diambil, meliputi evaluasi subjektif dan objektif.
25
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Keperawatan komunitas ditentukan secara menyeluruh dan terpadu
ditunjukkan kepada semua kelompok umur serta melihatkan peran masyarakat
itu sendiri. Keperawatan komunitas pada agregat lansia sangat diperlukan
dalam upaya pencegahan ketidak mampuan sebagai akibat proses penuaan,
perawatan untuk pemenuhan kebutuhan lansia, dan pemulihan untuk
mengatasi keterbatasan lansia dimana pada usia ini, manusia akan mengalami
penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Serta
memiliki risiko tinggi terhadap masalah kesehatan.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca dan isi dari
makalah ini dapat dengan mudah dipahami oleh para pembaca sehingga
pembaca dapat mengetahui informasi yang disampaikan dari penulisan
makalah ini.
26
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. Profil Penduduk Indonesia. diakses pada 2 Juli 2023,
www.bps.go.id
Departemen Kesehatan RI. 2003
Dewi, S.R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 1. Yogyakarta:
Deepublish.
Effendi, F., Makhfudli, Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek
Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2009.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/
https://www.alodokter.com/Alzheimer
https://www.alodokter.com/Osteoporosis
https://www.kemkes.go.id/Lansia
Nopik, I Komang Agus.(2013). Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Sirsak
Terhadap Nyeri Pada Penderita Gout Di Kelurahan Genuk Barat
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.
Nugroho. (2012). Keperawatan gerontik & geriatrik, edisi 3. Jakarta : EGC
Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 1. Jakarta :
Salemba Medika.
Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Zahara, (2013). Artritis Gout Metakarpal Dengan Perilaku Makan Tinggi Purin
Diperberat Oleh Aktifitas Mekanik Pada Kepala Keluarga Dengan Posisi
Menggenggam Statis. Yogyakaarta: Nuha Medika.
LAMPIRAN
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 20 menit, lansia mampu
memahami tentang Asam Urat.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, Keluarga mampu:
a. Menjelaskan Definisi Asam Urat
b. Menjelaskan Penyebab Asam Urat
c. Menyebutkan Tanda Dan Gejala Apa Saja Pada Asam Urat
d. Menyebutkan Tentang Penatalaksanaan Diit Pada Penderita
Asam Urat
D. Materi
1. Pengertian Asam Urat
2. Penyebab Asam Urat
3. Tanda dan gejala Asam Urat
4. Penatalaksanaan diit pada penderita Asam Urat
E. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini, antara lain :
1. Penjelasan/Ceramah
2. Diskusi/Tanya jawab
F. Media
Media yang digunakan dalam menyuluhan ini, antara lain :
1. Leaflet
2. Lembar Balik
3. PowerPoint
G. Waktu pelaksanaan
Hari/tanggal : Selasa, 04 Juni 2023
Pukul : 09.00 WIB s.d 09.20 WIB (20 menit) Alokasi waktu
No Materi dan waktu Kegiatan
I. Evaluasi
Evaluasi dilakukan oleh penyuluh dan dilaksanakan segera setelah penyuluh
selesai. Metode yang digunakan dalam evaluasi ini adalah tanya jawab.
Berikut ini merupakan daftar pertanyaan evaluasi
1. Jelaskan apa itu asam urat
2. Sebutkan tanda dan gejala asam urat
3. Menyebutkan tentang penatalaksanaan diit
LAMPIRAN MATERI
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Definisi
Asam urat atau gout adalah peradangan pada sendi akibat endapan
kristal asam urat pada sendi atau jari.
Asam urat atau gout adalah suatu penyakit metabolic dimana tubuh
tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat
yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.
B. Tanda dan gejala
1. Nyeri pada tulang sendi
2. Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi
3. Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
4. Peningkatan suhu tubuh
5. Pusing
6. Demam
7. Nafsu makan menurun
C. Penyebab
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/ penimbunan
Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada
penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic
dalam pembentukan purin dan eksresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung seperti:
1. Faktor Genetik
2. Obesitas
3. Diabetes mellitus
4. Obat-obatan yang menurunkan eksresi asam urat seperti aspirin,
diuretic, etambutol.
5. Penyakit ginjal.
D. Penatalaksanaan Diit
1. Pembatasan purin
Hindari makanan yang mengandung purin yaitu: jeroan, kerang, ikan
kering, kacang-kacangan, bayam, udang, daun melinjo, daun singkong,
dll.
2. Kalori sesuai dengan kebutuhan
Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam
urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan
dengan tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori
yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena
adanya badan keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat
melalui urine.
3. Tinggi karbohidrat
Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti, dan ubi sangat baik
dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.
4. Rendah protein
Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein
hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan
limpa.
5. Rendah lemak
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urine. Makanan
yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya
dihindari
6. Tinggi cairan
Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar
yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah
semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air.
Selain itu buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh
dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung purin.
Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian
karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
7. Tanpa alcohol
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang
mengonsumsi alcohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
mengonsumsi alcohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam
laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Soeryoko, Hery. 2011. 20 Tanaman Obat Paling Berkhasiat Penakluk Asam Urat.
Yogyakarta. Penerbit ANDI.
Http. WWW. Celia Hm: Askep Gout (asam urat) Diunduh pada tanggal 16 Januari
2014.
MEDIA
Leaflet
Lembar Balik